Title | Pengantar Manajemen : Kepemimpinan dan Pengambilan Keputusan |
---|---|
Author | Arsyad Riyadi |
Pages | 27 |
File Size | 297.4 KB |
File Type | |
Total Downloads | 146 |
Total Views | 994 |
KEPEMIMPINAN DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN MAKALAH Disusun dan diajukan sebagai salah satu tugas mata kuliah Pengantar Manajemen Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Prof. KH. Saifuddin Zuhri Purwokerto Program Studi Manajemen Pendidikan Islam Oleh : Arsyad Riyadi NIM :214120500009 PROGRAM STUD...
KEPEMIMPINAN DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
MAKALAH
Disusun dan diajukan sebagai salah satu tugas mata kuliah Pengantar Manajemen Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Prof. KH. Saifuddin Zuhri Purwokerto Program Studi Manajemen Pendidikan Islam
Oleh : Arsyad Riyadi NIM :214120500009
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI PROFESOR KIAI SAIFUDDIN ZUHRI PURWOKERTO TAHUN 2021
1
A. Pendahuluan Permasalahan yang dihadapi oleh organisasi/lembaga/instansi tidak ada habisnya. Permasalahan itu bisa datang dari dalam maupun dari luar. Permasalahan dari dalam bisa berupa interaksi/konflik antar individu atau kelompok-kelompok di dalamnya. Permasalahan dari luar, berupa pesatnya perkembangan di luar organisasi, antara lain dalam bidang teknologi dan organisasi. Perkembangan-perkembangan itu bukan sekedar diterima, tetapi tentunya perlu disikapi sebagai tantangan agar organisasi tersebut akan lebih meningkat peranannya. Dan bisa dipastikan organisasi yang hanya menerima perubahan atau pasrah akan kehilangan jati dirinya dan akhirnya hilang dengan sendiri atau bubar. Kasus pertama. Sebuah organisasi sekolah ketika menghadapi pembelajaran di era pandemi ini, ada yang berusaha semaksimal mungkin memanfaatkan segala sumber daya yang dimiliki sampai ada yang menyikapi ala kadarnya. Jika tidak ada pembenahan dalam memberikan layanan belajar yang maksimal ke siswa, bagaimana kira-kira sekolah itu akan bertahan agar tetap menjadi “baik”. Kasus kedua. Sekolah-sekolah makin menjamur di mana-mana. Persaingan antar sekolah pun menjadi sangat ketat bukan hanya antar sekolah negeri, tetapi juga sekolah negeri dengan swasta, maupun swasta dengan swasta. Berbagai upaya dilakukan sekolah untuk mempertahankan diri dari kepercayaan masyarakat. Dengan makin sengitnya persaingan, upaya apa yang dilakukan sekolah agar dapat bertahan? Apakah sekolah negeri, sebagai sekolah milik negara, juga melakukan perjuangan sekeras sekolah swasta? Kasus ketiga. Tutupnya berbagai perusahaan karena ketinggalan zaman maupun terlalu banyaknya biaya yang dikeluarkan, baik untuk karyawan maupun jalur distribusi. Tidak terbayangkan banyak toko yang tutup karena merebaknya penjualan-penjualan online yang dilakukan orang-orang rumahan.
1
Bahkan bisa dikatakan para pengusaha-pengusaha besar ini terancam bangkrut melawan “emak-emak berdaster”. Berbagai persoalan di atas menuntut seorang pimpinan lembaga atau organisasi, baik organisasi publik, organisasi bisnis maupun nonprofit untuk terus menyelesaikan masalah maupun melakukan pengambilan keputusan. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan eksistensi maupun mencapai arah lembaga atau organisasi yang dipimpinnya. Tidak menjadi soal apakah keputusan itu benar atau mengandung kelemahan. Bahkan ada banyak manajer yang berpendapat lebih baik membuat enam kesalahan daripada sama tidak membuat keputusan.1 Pengambilan keputusan seorang pemimpin dalam menyikapi berbagai persoalan, seperti di atas akan menentukan arah organisasinya. Kesalahan dalam pengambilan keputusan bisa mengarah kepada kemunduran organisasi, termasuk juga hilangnya kepercayaan para pengikutnya. Selain itu ada juga kesalahan fatal yang diambil oleh seorang pemimpin,
yaitu
dia
bertindak
sebatas
mengelola,
mengendalikan,
mengefisiensikan organisasi seperti seorang manajer bukannya menentukan arah atau tujuan organisasi seperti halnya seorang pemimpin.2 Pemimpin yang bertingkah seperti manajer ini cenderung melakukan transaksi baik terhadap dirinya sendiri, bawahan, dan atasannya untuk melakukan proses pertukaran yang saling menguntungkan. Di sini yang dipentingkan bagaimana organisasinya berkembang, melainkan fokus pada untung rugi terutama atas kepentingannya sendiri yang menjadi pertimbangan.3 Menyikapi gambaran di atas, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Membedakan antara manajemen dan kepemimpinan 2. Memahami konsep kepemimpinan
1
J. Salusu, Pengambilan Keputusan Strateik untuk Organisasi Publik dan Organisasi Profit, (Jakarta : Grasindo, Cetakan kesembilan, 2006), hal.4 2 Stephen R. Covey, 7 Kebiasaan Manusia yang Sangat Efektif, (Binarupa Aksara), hlm. 113-115 3 I Made Narsa, Karakteristik Kepemimpinan : Transformasional versus Transaksional, (Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan,Vol. 14. No. 2, September 2012), hal. 106
2
3. Memahami bagaimana melakukan pengambilan keputusan Kepemimpinan memegang peranan yang sangat penting dalam manajemen, karena kepemimpinan adalah inti dari manajemen “leaedership is the key to management/administration”.4 Untuk itu konsep kepemimpinan perlu dipahami dengan membedakannnya dengan konsep manajemen serta implikasinya bagi proses pengambilan keputusan. B. Pembahasan 1. Manajemen dan Kepemimpinan Tidak
bisa
membedakan
peran
antara
manajemen
dan
kepemimpinan dapat memicu permasalahan yang serius. Dalam sebuah sekolah misalnya ada kepala sekolah yang menggerakkan literasi dengan menguras berbagai sumber daya. Dia ikut terjun langsung mengelola perpustakaan, menjadikan dirinya sendiri sebagai nara sumber utama di sekolah tersebut, mengelola pelatihan serta kegiatan lainnya. Sekolah tersebut akhirnya literasinya berkembang dengan pesat. Tetapi dampaknya kegiatan-kegiatan di luar literasi tidak berkembang baik bahkan ada yang tidak tumbuh, padahal kondisi sekolah sangat mendukung perkembangan berbagai kegiatan lain. Dan menjadi permasalahan serius ternyata literasi ternyata tidak masuk dalam komponen utama visi dan misi sekolah. Dari kasus tersebut perlu dipertanyakan kembali peran kepala sekolah, apakah memastikan kegiatan sekolah sesuai arah kebijakan sekolah atau ikut mengelola segala kegiatan secara detil. Sedangkan bawahannya yang paham visi, misi, dan tujuan jangka panjang sekolah tidak dapat berbuat apa-apa karena keterbatasan wewenang serta pertimbangan lainnya. Kepemimpinan bukanlah manajemen. Manajemen adalah efisiensi dalam menaiki tangga keberhasilan; kepemimpinan menentukan apakah tangganya bersandar pada dinding yang benar. Manajemen yang efisien tanpa kepemimpinan adalah efektif adalah, seperti yang dikatakan orang, “seperti meluruskan kursi-kursi geladak di atas Titanic.” Tidak ada
4
Umi Zulfa, Management : An Introduction, (Cilacap : Ihya Media, 2020), hlm. 117
3
keberhasilan manajemen yang dapat mengimbangi kegagalan dalam kepemimpinan. Akan tetapi, kepemimpinan sulit dilakukan justru karena kita terperangkap pada paradigma manajemen. Banyak yang terperangkap pada manajemen yang berpikir tentang kendali, efisiensi, dan kaidah. Mereka bukan bicara mengenai arahan atau tujuan layaknya dalam ranah kepemimpinan.5 Ada sebuah kritisisme klasik dari sekolah administrasi Amerika yang menyatakan bahwa:6 a.
Para manajer lebih berorientasi memperlakukan barang (things), sementara pemimpin menghadapi manusia (people).
b.
Para manajer lebih cenderung pada bagaimana mengelola pembiayaan (finances), barang-barang inventaris dan program-program.
c.
Secara kualitas antara kepemimpinan (leading) dan pengelolaan (managing) berbeda, meskipun keduanya tetap berdiri sendiri.
d.
Warren Bennis dan Burt Nanus mengatakan bahwa “managers” adalah seseorang yang mengerjakan sesuatu dengan benar (do things right), sedangkan “leaders” adalah seseorang yang melakukan sesuatu yang benar (do the right thing). Perbedaan antara manajemen dan kepemimpinan terletak pada
strategi, metode, dan teknik pengambilan keputusan. Efektivitas dan kepuasan staf dalam melaksanakan tugasnya terletak pada kepemimpinan bukan pada manajemen. Perbedaan antara manajemen dan kepemimpinan dapat ditunjukkan oleh tabel berikut.7 Manajemen Keputusan dibuat sehubungan dengan arah yang ditetapkan
Kepemimpinan Keputusan yang dibuat sehubungan dengan visi masa depan Penekanan pada intuisi, didukung alasan
Penekanan pada logika dan struktur, didukung oleh intuisi
5
Stephen R. Covey, 7 Kebiasaan Manusia yang Sangat Efektif, (Binarupa Aksara), hlm. 113-115 Zulfa, hlm. 117. Sebagaimana diuraikan oleh Robert G.Owen (1991) 7 Alben Ambarita, Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2015), 39-40 6
4
Kepedulian dengan menggunakan sumber daya efektif Kinerja diukur terhadap rencana Orang bekerja sesuai rencana dan jadwal yang dibutuhkan sekarang Komitmen dan tanggung jawab tugas Analitis, logis, sekuensial, dan tujuan Praktis, kuat, dan berorientasi sekarang
Kepedulian dengan memperluas sumber daya Kinerja diukur terhadap kemungkinan yang terjadi Orang bekerja sesuai dengan proyek apa yang dibutuhkan pada masa yang akan datang Komitmen untuk proyek yang lebih besar, melakukan yang diperlukan selanjutnya Subjektif, intuitif, organik, dan kreatif Tidak praktis, konseptual, dan berorientasi masa depan
Pemimpin merujuk ke jenis pemimpin pertama, sedangkan manager merujuk ke jenis pemimpin kedua. Pemimpin pertama ini adalah pemimpin yang berada pada posisi pengambil kebijakan, sedangkan pemimpin kedua ini bagaimana menyelesaikan tercapainya kebijakan/tujuan organisasi dalam taraf operasional. Bennis, menjelaskan perbedaan karakteristik, tugas atau wewenang yang dimiliki oleh pemimpin dan manager seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut.8 Tabel.17. Perbedaan Pemimpin dan Manajer Pemimpin
Manager
Memulai Orisinil Mengembangkan Fokus pada orang Membangkitkan kepercayaan Memiliki perspektif jauh Berorientasi masa depan Menantang status quo Melakukan yang benar Menjadi dirinya sendiri Bertanya apa dan mengapa
Mengelola Tiruan Mempertahankan Fokus pada sistem dan struktur Bergantung pada hasil pengawasan Memiliki perspektif pendek Berorientasi hasil akhir Menerima status quo Melakukan dengan benar Menjadi prajurit Bertanya kapan dan bagaimana
Seorang manajer ini mengelola sesuatu sedangkan seorang pemimpin
melakukan
sesuatu
demi
organisasi,
kelompok
dan
komunitasnya. Manajer mengelola manusia, waktu, mesin, dana atau
8
Zulfa, hlm. 121, dalam Indartono, TT: 160
5
informasi serta jejaring. Ukuran keberhasilan manajer adalah seberapa dia bisa mengelola apa yang dipercayakan padanya. Ukuran keberhasilan seseorang pemimpin adalah apa yang dihasilkan pemimpin, transformasi yang dilakukan, serta kelanjutan dari pekerjaannya. Seorang pemimpin tidak harus teratur, bertindak sesuai rencana yang matang atau budget, tetapi yang terpenting adalah melakukan hal-hal yang benar.9 2. Kepemimpinan a. Pengertian Kepemimpinan Kepemimpinan sering sulit didefinisikan secara tepat sehingga banyak orang mencoba memperkenalkan definisinya sesuai versi masing-masing. Gleen, telah mengumpulkan lebih dari 350 definisi tentang kepemimpinan, tetapi tetap merasa tidak puas. Meskipun, ia tetap menawarkan hasil pengamatan yang dianggapnya patut diperhitungkan, yaitu kepemimpinan bersumber dari keunggulan manusia, tetapi tidak ada resep atau formula untuk menjalankannya. Gleen cenderung melihat kepemimpinan dari segi kualitas, sehingga kepemimpinan didefinisikan sebagai kemampuan atau seni memimpin orang biasa untuk mencapai hasil-hasil luar biasa.10 Berikut berbagai pengertian mengenai kepimpinan. Stephen P. Robbins mendefinisikan kepemimpinan sebagai kemampuan mempengaruhi suatu kelompok ke arah pencapaian tujuan. John
Pfinner
mendefinisikan
kepemimpinan
sebagai
seni
mengkoordinasi dan memberikan dukungan terhadap individu atau kelompok untuk mencapai tujuan yang diinginkan.11 Locke mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses membujuk (inducing) orang lain menuju sasaran bersama. Definisi ini mencakup tiga hal. Pertama, kepemimpinan merupakan suatu relasi konseptual (relational concept). Kedua, kepemimpinan merupakan suatu proses.
9
Narsa, hlm. 107 Salusu, hlm. 192-193 11 Zulfa, hlm. 120 10
6
Ketiga, kepemimpinan harus membujuk orang lain untuk mengambil tindakan. Kepemimpinan ini menyesuaikan konteksnya. Misalnya dalam pendidikan, kepemimpinan didefinisikan sebagai proses mempengaruhi semua personel yang mendukung pelaksanaan aktivitas pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.12 Apapun titik penekanan untuk berpendapat-pendapat, tetapi inti dari pengertian kepemimpinan sebenarnya ada empat, yaitu:13 a. Subyek = pemimpin b. Aktivitas = mempengaruhi, memotivasi, mengarahkan c. Obyek = bawahan/follower/pekerja) d. Tujuan yang akan dicapai. Jadi, kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai kemampuan dan proses
seseorang
(pemimpin)
untuk
mempengaruhi
bawahannya/followernya agar melakukan tindakan pencapaian tujuan organisasi.14 b. Pendekatan Kepemimpinan Di dalam studi kepemimpinan pada umumnya dikenal empat macam pendekatan, yaitu pendekatan sifat, gaya, situasional, dan funsional. 1) Pendekatan sifat kepemimpinan Pada pendekatan sifat dibahas mengenai sifat-sifat yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin, yang membedakannya dengan bukan pemimpin. Bahkan para ahli telah mendefinisikan lima sifat negatif yang mencegah seseorang menjadi pemimpin, yaitu tidak banyak mengetahui (uninformed), terlalu kaku, tidak berperan serta, otoriter, dan suka menyerang dengan kata-kata.15
12
Imam Machali dan Ara Hidayat, The Handbook of Education Management : Teori dan Praktik Pengelolaan Sekolah/Madrasah di Indonesia, (Jakarta : Prenadamedia Group, Cetakan ke-2, 2018), hlm. 84 13 Zulfa, hlm. 119 14 Zulfa, hlm. 120 15 Salusu, hlm. 193, mengutip dari Stogdill (1974)
7
Sifat-sifat seperti “pemimpin dilahirkan, bukan dibuat”, tidak lagi memperkuat teori sifat, terutama perilaku pemimpin yang sukses dan
tidak
sukses
dapat
dipelajari
dan
diperoleh
melalui
pengalaman.16 Meskipun asal-ususl seorang pemimpin efektif masih diperdebatkan, yaitu “pemimpin itu dilahirkan” (leaders are born) atau “pemimpin itu dibentuk dan ditempa” (leader are made).17 2) Pendekatan gaya kepemimpinan Gaya kepemimpinan adalah perilaku atau cara yang dipilih dan dipergunakan pemimpin dalam mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap dan perilaku para anggota organisasi/ bawahannya.18 Pada dasarnya ada, tiga kategori gaya kepemimpinan yang dikembangkan oleh Lewin, Lippit dan White, yaitu otokratik, demokratik, dan laisser-faiser19 yang kemudian dilengkapi menjadi 4 oleh Gatto (1992) menjadi gaya direktif, gaya konsultatif, gaya partisipatif, dan gaya delegasi.20 Secara lengkap, gaya-gaya tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut : (1) gaya otokratis; (2) gaya demokratis; (3) gaya kendali bebas; (4) gaya telling; (5) gaya kepemimpinan selling; (6) gaya kepemimpinan partisipasi; (7) gaya kepemimpinan delegasi; (8) gaya direktif; (9) gaya supportif; (10) gaya berorientasi prestasi; (11) gaya konsultatif; (12) gaya karismatik envisioning; (13) gaya karismatik energizing; (14) gaya karismatik enabling; (15) gaya transaksional; dan (16) gaya transformasional; (17)
gaya ekskutif; (18) gaya
developer; (19) gaya otokrat baik; (20) gaya birokrat; (21) gaya compromiser;
(22)
gaya
missionary;
(23)
gaya
deserter
(pembelot/lari dari tugas); (24) gaya eksklusif; (25) gaya pengembang/developer; (26) gaya otokrat yang baik (benevolent
16
Ibid. Sondang P. Siagian, Teori dan Praktik Kepemimpinan, (Jakarta : Rineka Cipta, 1999), hlm. 9-10 18 Umi Zulfa, hlm. 141. Dalam Nawawi (2006 :115) 19 Salusu, hlm.194 dalam Carlislie (1979)
17
8
autocraft); (27) gaya birokrat; (28) gaya compromiser; (29) gaya missionary;
(30)
gaya
pemisah/separated;
(31)
gaya
pengabdi/dedicated; (32) gaya penghubung/related; dan (33) gaya terpadu/integrated.21 3) Pendekatan situasional kepemimpinan Dalam pendekatan situasional, para peneliti menemukan bahwa faktor-faktor determinan yang dapat membuat efektif suatu gaya kepemimpinan sangat bervariasi, tergantung pada situasi di mana pemimpin itu berada serta dari kepribadian pemimpin tersebut.22 Dalam hal efektivitas kepemimpinan, paradigma yang lebih mendekati kebenaran ilmiah – yang didukung oleh pengalaman para praktisi – mengatakan bahwa efektivitas kepemimpinan seseorang dilandasi modal bakat yang dibawa sejak lahir akan tetapi ditumbuhkan dan dikembangkan melalui dua jalur, yaitu adanya kesempatan untuk menduduki jabatan pimpinan dan tersedianya kesempatan yang cukup luas menempuh pendidikan dan latihan kepemimpinan.23 Berikutnya
terhadap
konsistensi
mengenai
gaya
kepemimpinan. Apakah gaya kepemimpinan seseorang itu “fixed” atau “flexible”? Pendapat pertama menganut pandangan bahwa gaya kepemimpinan seseorang tidak dapat berubah menghadapi situasi apapun. Kubu kedua, berpandangan bahwa gaya kepemimpinan seseorang bersifat situasional. Menurut pandangan kedua, tidak ada seorang pimpinan yang sangat konsisten menggunakan gaya kepemimpinan tertentu dari situasi yang dihadapinya.24 Fiedler dalam teorinya yang dikenal dengan teori kontingensi memberikan tekanan pada efektivitas dari suatu kelompok. 21
Zulfa, hlm. 144-156 Salusu, hlm. 195 23 Siagian, hlm. 10-11 24 Siagian, hlm. 16-17 22
9
Efektivitas suatu organisasi tergantung pada dua variabel yang saling berinteraksi, yaitu (a) sistem motivasi dari pemimpin dan (b) tingkat atau keadaan yang menyenangkan dari situasi. Berdasarkan teori ini, situasi kepemimpinan digolongkan pada tiga dimensi : a) hubungan pemimpin-anggota; b) struktur tugas; dan c) posisi kekuasaan.25 Ciri organisasi berada dalam kondisi ideal memiliki situasi berikut, antara lain : a) Semua anggota organisasi bekerja dengan tingkat loyalitas dan disiplin sangat tinggi; b) Selalu terdapat suasana yang harmonis – yang individu tidak pernah timbul suasana konflik – antara individu maupun antarkelompok kerja dalam organisasi; c) Efisiensi, efektivitas, dan produktivitas para anggota organisasi berada pada tingkat yang maksimal; d) Organisasi tidak menghadapi suasana persaingan dengan organisasi lain yang terlibat dalam kegiatan sejenis terutama bagi organisasi niaga; dan e) Organisasi tidak pernah dihadapkan kepada masalah atau suasana kritis yang menuntut tindakan segera.26 4) Pendekatan fungsional Penganut pendekatan keempat, pendekatan fungsional, misalnya Raymond Cattel dipandang sebagai pelopor teori ini mengambil asumsi bahwa sesuatu perilaku yang dapat memberi sumbangan pada pencapaian tujuan kelompok dapat dianggap sebagai kepemimpinan, tidak peduli siapa yang menampilkan perilaku tersebut. Stogdill (1974) menarik kesimpulan bahwa gaya kepemimpinan yang obyektif tidak memihak ternyata lebih mendorong produktivitas kelompok dibandingkan dengan gaya supervisi perseorangan.27
25
Salusu, hlm. 195 Siagian, hlm. 19 27 Salusu, hlm. 198 26
10
c. Keberhasilan Kepemimpinan Keberhasilan
pemimpin
pada
umumnya
diukur
dari
produktivitasnya dan efektivitas tugas-tugas yang dibebankan pada dirinya. Bila produktivitas naik dan semua tugas dilaksanakan dengan efektif, maka akan disebut sebagai pemimpin yang berhasil. Jika produktivitas menurun dan kepemimpinannya tidak efektif dalam jangka waktu tertentu, maka ia disebut sebagai pemimpin yang gagal.28 Beberapa indikator yang dapat dipakai sebagai petunjuk keberhasilan kepemimpinan dalam organisasi, adalah sebagai berikut : 1) Meningkatnya hasil-hasil...