Pengelolaan Aset Desa PDF

Title Pengelolaan Aset Desa
Author Dr. Sutaryono
Pages 140
File Size 4.9 MB
File Type PDF
Total Downloads 192
Total Views 298

Summary

BUKU PINTAR PENGELOLAAN ASET DESA Sutaryono Dyah Widuri Akhmad Murtajib Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) Tahap II BUKU PINTAR PENGELOLAAN ASET DESA Sutaryono Dyah Widuri Akhmad Murtajib Australian Community Development and Civil Society Strengthening S...


Description

BUKU PINTAR

PENGELOLAAN

ASET DESA

Sutaryono Dyah Widuri Akhmad Murtajib Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) Tahap II

BUKU PINTAR

PENGELOLAAN

ASET DESA

Sutaryono Dyah Widuri Akhmad Murtajib Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) Tahap II

Buku Pintar PENGELOLAAN ASET DESA Penulis

: Sutaryono Dyah Widuri Akhmad Murtajib Kontributor : Marcelinus Supardi, ANIMASI, TTS I Kadek Bawa, Sekdes Wa Ode Angkalo, Buton Utara. Penyunting : Sutoro Eko Yunanto Reviewer : R. Endi Jaweng Budhi Hermanto Penata Letak : Candra Coret Desain Cover : Dedi, Candra & Erni llustrasi : Bintang & Darban Copyleft@Diperkenankan untuk melakukan modifikasi, penggandaan maupun penyebarluasan buku ini untuk kepentingan pendidikan dan bukan untuk kepentingan komersial dengan tetap mencantumkan atribut penulis dan keterangan dokumen ini secara lengkap. Forum Pengembangan Pembaharuan Desa (FPPD) Jl. Karangnangka No. 175 Dusun Demangan Desa Maguwoharjo Kec. Depok Sleman Yogyakarta Telp./fax: 0274 4333665, mbl: 0811 250 3790 Email: [email protected] Website: http//www. forumdesa.org Cetakan Pertama : Februari 2014 14,5 x 21 cm, xxiv + 114 Hal ISBN : 978-602-14643-2-8

KATA PENGANTAR ACCESS Kemandirian desa, mendukung demokratisasi desa, kearifan lokal, partisipasi, keadilan gender, penanggulangan kemiskinan, dan akuntabilitas pembangunan desa

K

emampuan desa untuk mengelola pembangunan lebih mandiri yang didukung oleh semua unsur dan sumber daya desa sangat penting bagi perbaikan kesejahteraan masyarakat, terlebih bagi masyarakat miskin di desa. Desa yang dapat menjalankan pengelolaan pembangunan secara mandiri bukan hanya mampu menggerakkan seluruh aset sumber daya yang dimiliki desa, tetapi desa juga akan mampu memperbaiki kebutuhan dasar warga, kebutuhan penghidupan, memperjuangkan hak warga dan menata kehidupan secara berkelanjutan. Hadirnya serial buku pintar tentang kemandirian desa ini diharapkan dapat menjadi bacaan segar di desa, khususnya bagi para Kepala Desa, Perangkat Desa, Kader Desa termasuk Kader Posyandu, para pengelola atau pengguna keuangan desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD), dan Pengelolaan Aset Desa

iii

juga masyarakat desa - baik laki-laki maupun perempuan - untuk menata desanya. Buku ini juga menarik untuk dibaca kawan-kawan para pegiat pemberdayaan masyarakat dan desa, fasilitator desa, dan rekan-rekan Lembaga Swadaya Masyarakat peduli desa. Terlebih dengan lahirnya Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, maka kehadiran buku-buku pintar ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi pemberdayaan desa. Serial buku pintar meliputi 1) Kedudukan dan Kewenangan Desa, 2) Pengelolaan Aset Desa, 3) Pengembangan Regulasi Desa, 4) Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam Demokrasi Desa, 5) Perencanaan dan Penganggaran Desa, 6) Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa, 7) Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa, 8) Sistem Administrasi dan Informasi Desa, 9) Pertanggungjawaban Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, dan 10) Reposisi Peran Publik Perempuan di Desa. Buku-buku pintar tersebut disusun terutama berdasarkan pengalaman desa dan daerah wilayah kerja Program ACCESS Tahap II. ACCESS Tahap II merupakan program pengembangan kapasitas warga dan organisasi warga yang didukung oleh dana hibah dari Pemerintah Australia. Program ini berupaya mendukung kerja-kerja pemberdayaan yang menghargai aspek lokalitas dan menempatkan perempuan, masyarakat miskin, dan kelompok marginal sebagai subyek pembangunan yang memiliki posisi setara dengan pelaku lainnya.

iv

Pengelolaan Aset Desa

Akhirnya, kami sampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada tim Forum Pengembangan Pembaharuan Desa (FPPD) yang telah menghimpun serial buku dalam rangka memberi bahan kepada pelaku dan pejuang di desa dan daerah untuk membantu mereka mengelola desa dengan menghargai kearifan lokal serta memanfaatkan peluang yang diberikan melalui UU Desa menuju desa yang demokratis, berkeadilan gender, dan bebas dari kemiskinan berbagai segi. Semoga buku-buku tersebut dapat menambah khazanah pengetahuan bagi pelaku dan pegiat pembangunan desa di Indonesia.

Paul Boon Direktur Program ACCESS Tahap II

Pengelolaan Aset Desa

v

KATA PENGANTAR Forum Pengembangan Pembaharuan Desa

D

esa yang kuat adalah desa yang memiliki pemerintahan yang kuat sekaligus masyarakat yang kuat. Oleh karena itu desa memiliki makna penting yaitu, pertama, sebagai institusi yang memiliki organisasi dan tata pemerintahan yang mengelola kebijakan, perencanaan, keuangan, dan melakukan pelayanan dasar bagi warga masyarakat; kedua, sebagai subyek yang mampu memandirikan diri dengan mengembangkan aset-aset lokal sebagai sumber penghidupan bersama. Banyak desa telah mampu mengelola aset lokal mereka secara mandiri untuk menggerakkan nadi kehidupan ekonomi warganya seperti desa kerajinan, desa pertanian, dan desa wisata; atau menyediakan pelayanan publik yang sangat mendasar seperti desa mengelola air bersih. Ada banyak cerita di nusantara tentang bagaimana warga desa dan pemerintahan desa mampu mengelola aset desa de-

Pengelolaan Aset Desa

vii

ngan lebih baik. Cerita semacam itu perlu dikabarkan, dan spiritnya ditiru oleh desa-desa lain di Indonesia. Replikasi atau mencontoh dan menerapkan praktek pengelolaan aset desa yang sudah dilakukan oleh desa-desa tersebut menjadi hal yang perlu dilakukan, agar semua pihak mampu mengambil manfaat dari aset yang mereka miliki serta berdaya guna dalam jangka panjang. Tujuan ditulisnya Buku Pintar adalah, pertama, dapat menjadi bahan dan media belajar bagi stakeholder desa baik aparat desa, institusi supra desa, dan masyarakat desa. Mereka dapat memperoleh pemahaman umum tentang aset desa beserta pengelolaannya. Kedua, dapat menjadi bahan acuan bagi Pemerintahan Desa dalam melakukan pengelolaan aset desa.. Bahan acuan ini diharapkan mampu mendorong pengelolaan aset desa yang berdayaguna dan berhasilguna untuk meningkatkan pendapatan desa, menyejahterakan masyarakat desa, dan menjaga keberlanjutannya. Buku pintar ini diperuntukkan semua stakeholder yang berkepentingan terhadap penggalian, pengelolaan dan pelestarian aset desa. Mereka adalah pemerintah desa, otoritas supra desa, dan tokoh masyarakat, yang berkaitan langsung sebagai pengelola aset desa agar memiliki kemampuan menggali, mendokumentasi, mengelola dan melestarikan aset desa. Buku ini juga diperuntukkan bagi masyarakat desa secara umum diantaranya kader pember-

viii

Pengelolaan Aset Desa

dayaan, tokoh masyarakat, anggota PKK dan Dasa Wisma, anggota-anggota kelompok tani dan organisasi warga lainnya, agar mereka memiliki wawasan tentang arti pentingnya pendokumentasian dan pengelolaan aset desa. Pemahaman masyarakat umum tentang aset desa apalagi jika aset tersebut menyuguhkan kemanfaatan bagi warga, akan berdampak pada keamanan dan keberlanjutan aset desa.

Sutoro Eko Yunanto Ketua Steering Committee

Pengelolaan Aset Desa

ix

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ACCESS ......................................

iii

KATA PENGANTAR FPPD ..........................................

vii

DAFTAR ISI ................................................................

xi

DAFTAR SINGKATAN .................................................

xv

DAFTAR ISTILAH ...................................................... xvii BAB I

PENGERTIAN ASET DESA ............................

1

A.

Apakah yang dimaksud dengan Aset Desa?

1

B. Apa Bentuk-Bentuk Aset Desa? ..............

6

a. b. c. d. e. f. g.

Aset Sumber daya Manusia .............. Sumber daya Alam .......................... Aset Sosial ....................................... Aset Finansial .................................. Aset Fisik (Sarana Prasarana)........... Aset Kelembagaan ........................... Aset Spiritual/Budaya .......................

Pengelolaan Aset Desa

8 8 9 12 14 15 17

xi

C. Bagaimana Status Kepemilikan Aset Desa? 19 1. 2. 3.

Kepemilikan oleh Desa..................... 19 Kepemilikan oleh warga .................. 22 Kepemilikan oleh masyarakat .......... 24

D. Mengapa Aset Desa Penting? .................. 30 BAB II BAGAIMANA DESA MENGATUR DAN MENGELOLA ASET DESA ? .......................... 33 A.

Bagaimana Mengadministrasikan Aset Desa? .............................................. 38

B. Siapa yang Bisa mengelola Aset Desa? ... 41 C. Apa Jenis-Jenis Pemanfaatan Aset Desa? 47 D. Berapa lama Aset Desa Dikelola dan Dimanfaatkan Pemerintah Desa dan Pihak Lain? ............................................. 56 E.

Bagaimana Proses Pengaturan untuk Pengelolaan dan Pemanfaatan Aset Desa? .............................................. 58

F.

Bisakah Aset Desa Dilepaskan atau Dijual? .................................................... 61

G. Bagaimana dengan Sanksi-Sanksi? ........ 66

xii

Pengelolaan Aset Desa

H. Bagaimana Melakukan Pendampingan dan Pengawasan terhadap Aset Desa? .... 67 BAB III APA TANTANGAN DAN ALTERNATIF PENGELOLAAN ASET DESA? ...................... 73 A.

Apa tantangan dalam pengelolaan aset desa?............................................... 74

B. Apa alternatif dalam menghadapi tantangan pengelolaan aset desa? .......... 77 C. Bagaimana memetakan aset desa sebagai dasar perencanaan pembangunan desa? 92 D. Bagaimana desa memfasilitasi aset warga dan aset masyarakat? ................... 96 BAB IV PENUTUP ...................................................... 101 BAHAN BACAAN ....................................................... 105 TENTANG PENULIS .................................................. 111 PROFIL FPPD ............................................................ 113

Pengelolaan Aset Desa

xiii

DAFTAR SINGKATAN

ADD APB Desa BMN BPD BUM Desa CC HKm HTI HTR IUPHHK-HTR

: : : : : : : : : :

KK KPUK LPM LSM NTB PAB PADes PDAM

: : : : : : : :

Alokasi Dana Desa Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Barang Milik Negara Badan Permusyawaratan Desa Badan Usaha Milik Desa Community Center Hutan Kemasyarakatan Hutan Tanaman Industri Hutan Tanaman Rakyat Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan KayuHutan Tanaman Rakyat Kepala Keluarga Kelompok Perempuan Usaha Kecil Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Lembaga Swadaya Masyarakat Nusa Tenggara Barat Pengelolaan Air Bersih Pendapatan Asli Desa Perusahaan Daerah Air Minum

Pengelolaan Aset Desa

xv

Perbup Perdes Pergub Permendagri Permenhut PKK PLDT PNPM PPK RUU SK Kades TTS TV UU VCD

xvi

: : : : : : : : : : : : : : :

Peraturan Bupati Peraturan Desa Peraturan Gubernur Peraturan Menteri Dalam Negeri Peraturan Menteri Kehutanan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga Pemanfaatan Lahan di Bawah Tegakan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Program Pengembangan Kecamatan Rancangan Undang-Undang Surat Keputusan Kepala Desa Timor Tengah Selatan Televisi Undang-Undang Video Compact Disc

Pengelolaan Aset Desa

DAFTAR ISTILAH

Alokasi Dana Desa (ADD): dana yang dialokasikan oleh pemerintah kabupaten/kota untuk desa, menjadi hak desa, bersumber dari bagian dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten/kota. Aset desa: segala sesuatu yang bernilai, yang dapat dikelola dan dikontrol oleh desa, dan dimanfaatkan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat desa. Aset desa berasal dari kekayaan asli desa, dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa atau perolehan hak lainnya yang sah. Pada umumnya aset desa merupakan aset yang berwujud (tangible). Asosiasi: perkumpulan orang yang memiliki kepentingan bersama yang saling berkomunikasi dan berinteraksi. Bengkok/lungguh: tanah desa yang menjadi hak pamong desa untuk menggarapnya sebagai kompensasi gaji. Chainshaw: gergaji tangan/jinjing bertenaga listrik, tekanan udara, dan hidrolik; berbahan bakar solar dan oli; praktis digunakan dalam aktivitas penebangan kayu dan pembukaan ladang.

Pengelolaan Aset Desa

xvii

Community Centre: ruang yang digerakkan warga masyarakat sipil di Lombok Barat yang didampingi para mitra ACCESS II, berfungsi sebagai pusat layanan informasi, pengaduan dan pembelajaran sederhana bagi warga, dan menjadi alat kontrol bagi unit-unit pelayanan publik. Gelondongan: pada umumnya merujuk pada pengertian kayu yang sudah ditebang dalam ukuran tertentu. Genset: merupakan singkatan dari generator (pembangkit) set (paket), adalah rangkaian elektrik dan elektronik yang dihubungkan dengan mesin penggerak, mengeluarkan putaran tertentu sehingga menghasilkan suatu tenaga listrik. Genset sangat dibutuhkan di daerah-daerah terpencil yang akses listriknya sangat terbatas. Gong: alat musik perkusi yang terbuat dari logam, dipukul dengan nada tertentu menghasilkan bunyi untuk mengiringi acara ritual dan kesenian. Investor: orang atau lembaga yang melakukan bentuk investasi atau penanaman modal sesuai jenis investasi dan jangka waktu yang dipilih Kalakeran negeri: adalah tanah desa, tanah adat, tanah milik bersama penduduk desa, yang terdiri dari tanah pekuburan, jalan desa, dan sarana publik lainnya seperti lapangan sepak bola, dan pasar. Tanah kalakeran negeri terdapat di Minahasa. Ketinting: perahu yang menggunakan motor luar dengan poros panjang yang dipasang di sisinya, dapat dibenamkan ke dalam air atau diangkat ke permukaan air.

xviii

Pengelolaan Aset Desa

Kapulaga: sejenis buah yang sering digunakan sebagai rempah (bumbu) untuk masakan tertentu dan juga untuk campuran jamu. Kapulaga yang lazin ditanam di Indonesia adalah kapulaga Jawa (Amomum compactum). Kelompok Perempuan Usaha Kecil (KPUK): terdiri dari 10-20 anggota perempuan usaha kecil yang bergabung untuk bekerja sama dalam mengembangkan usaha kecil mikro skala rumah tangga guna meningkatkan pendapatan keluarga. Beberapa KPUK bergabung dalam JARPUK (Jaringan Perempuan Usaha Kecil) mengembangkan jaringan dengan berbagai pihak untuk mendapat pengetahuan dan keterampilan kewirausahaan. Mereka menggerakkan emansipasi lokal perempuan miskin pedesaan yang berupaya mengentaskan kemiskinan secara mandiri. Lembo: atau kebun buah merupakan satu bidang lahan bekas ladang tempat pemukiman atau rumah panjang (lamin) yang telah ditinggalkan oleh pemiliknya. Dikenal berbagai macam lembo diantaranya lembo ladang dan lamin yang merupakan kawasan tradisional masyarakat Dayak Benuaq di Kalimantan Timur, tempat beragam tanaman hidup menunjang kelestarian alam. Mamar: sistem usaha tani yang dikembangkan di lahan sekitar sumber mata air yang subur, terdiri dari berbagai jenis tanaman jangka panjang, tanaman semusim, ternak dan sumber hasil hutan yang dikelola para pemangku adat di wilayah pulau Timor, NTT. Saat ini berkembang wacana pemanfaatan mamar yang lestari untuk meno-

Pengelolaan Aset Desa

xix

pang kehidupan masyarakat sekitar hutan di mana terdapat aturan adat yang melarang warga mengambil hasil hutan atau berburu binatang tanpa mengindahkan kelestarian alam. Manik: butir kecil-kecil dari merjan, karang, monte, yang dilubangi di bagian tengah sebagai tempat tali atau kawat dan dicocok sedemikian rupa sehingga membentuk perhiasan seperti kalung, gelang, dan anting. Musrenbang desa: adalah forum musyawarah tahunan yang dilaksanakan oleh pemerintah desa dan BPD bekerja sama dengan warga desa dari berbagai kalangan termasuk perempuan, kaum miskin, dan kaum marjinal untuk membangun kesepakatan tentang program yang memajukan desa dan mengentaskan kemiskinan, kemudian membahasnya dalam rencana kerja tahunan dengan mengacu pada RPJMDesa. Nilam: nama ilmiahnya Pogostemon cablin Benth adalah suatu semak tropis penghasil sejenis minyak atsiri yang dinamakan minyak nilam. Aroma minyak nilam dikenal ‘berat’ dan ‘kuat’ dan telah berabad-abad digunakan sebagai wangi-wangian dan bahan dupa (setanggi). Tanaman ini berasal dari Filipina, kemudian menyebar dan berkembang ke Malaysia, Madagaskar, Paraguay, Brasil, dan Indonesia. Palawija: secara harfiah berarti tanaman kedua atau tanaman hasil panen kedua setelah padi; kini palawija diartikan sebagai tanaman pertanian semusim yang ditanam pada lahan kering diantaranya jagung, kacang-kacang-

xx

Pengelolaan Aset Desa

an, dan umbi-umbian, sebagai sumber pangan selain padi. Parabola: lazim untuk menyebut antena parabola yaitu suatu alat penangkap sinyal digital yang digunakan untuk melihat siaran televisi satelit. Pecatu: dikenal pada masyarakat Sasak di Lombok yaitu tanah yang diberikan kepada pejabat tertentu oleh masyarakat adat untuk menyelenggarakan pemerintahan di wilayahnya berdasarkan prinsip bahwa tanah tersebut diberikan selama yang bersangkutan memangku jabatan dan dapat dianggap suatu pembayaran kepada kepala desa oleh persekutuan untuk memelihara keluarganya. Tanah-tanah ini adalah tanah hak milik adat di mana mereka mempunyai hak atas pendapatan dan penghasilan dari tanah itu. Pemanfaatan Lahan di Bawah Tegakan: pola penanaman yang memanfaatkan sinar matahari dan tanah untuk meningkatkan produktivitas lahan. Pada petak-petak lahan hutan ditanama tanaman besar seperti jati, di bawahnya petani menanam tanaman yang memerlukan naungan untuk berproduksi seperti palawija. Pola semacam ini mendorong peningkatan produktivitas lahan hutan, mencegah kerusakan dan penurunan kesuburan tanah secara alami. Pengarem-arem: tanah kas desa yang menjadi hak pamong desa sebagai penggarap ketika pensiun, jika ia meninggal tanah pengarem-arem dikembalikan pengelolaannya ke desa.

Pengelolaan Aset Desa

xxi

Repong: kebun damar yang dimiliki warga secara turun temurun, diolah dan diambil getahnya untuk menunjang mata pencaharian masyarakat Krui di Lampung Barat. Damar dijaga kelestariannya dan dihindari untuk ditebang demi keuntungan ekonomi. Untuk memperoleh pendapatan, warga menanam tanaman buah-buahan dengan cara tumpangsari di kebun damar. Sumpit: di kalangan masyarakat Dayak dikenal dengan istilah sumpitan yang digunakan dengan cara ditiup, merupakan senjata tradisional untuk berburu, bertempur secara terbuka atau senjata rahasia untuk pembunuhan diamdiam. Sumpit dibuat dari tabung bambu berukuran 1-3 meter, dilengkapi anak sumpit (damek) yang kadangkadang dilumuri racun untuk mematikan musuh. Tanah kas desa: tanah milik desa berupa bengkok/lungguh, pengarem-arem, titisara, kuburan, jalan desa, penggembalaan hewan, danau, tanah pasar desa, tanah keramat, lapangan, dan tanah yang dikuasai oleh Pemerintah Desa. Tanah kas desa dikelola oleh desa untuk mendanai kegiatan pembangunan desa, pemberdayaan, dan pemerintahan. Tembawang: sistem penggunaan lahan masyarakat Dayak di Kalimantan Barat yang mengandung nilai keanekaragaman hayati, ekonomi dan konservasi. Dalam pengelolaannya, masyarakat adat membagi tembawang menjadi empat jenis, salah satunya adalah tembawang umum yang dimanfaatkan bersama bagi penduduk dalam satu desa atau lebih. Lainnya adalah tembawang

xxii

Pengelolaan Aset Desa

yang dimiliki kelompok seketurunan, keluarga besar satu atau dua generasi, dan perorangan. Tempayan: tempat air yang besar, dibuat dari tanah liat, perutnya besar, mulutnya sempit. Pada umumnya dipakai juga untuk menyimpan beras atau membuat ikan asin. Tombak: tanah hutan yang dimiliki komunitas masyarakat adat Batak Toba secara komunal dan turun-temurun, yang ditanami haminjon/kemenyan sehingga lazim dikenal tombak haminjon.

Pengelolaan Aset Desa...


Similar Free PDFs