Definisi Aset dan Liabilities PDF

Title Definisi Aset dan Liabilities
Author Liza Muzayana
Pages 12
File Size 378.1 KB
File Type PDF
Total Downloads 6
Total Views 96

Summary

Definisi Aset dan Liabilities Aset : Sumber daya yang dikuasai oleh entitas sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh entitas. Liabilitas : merupakan kewajiban entitas masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya ...


Description

Accelerat ing t he world's research.

Definisi Aset dan Liabilities LIZA MUZAYANA

Related papers

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

AKUNTANSI KEUANGAN 1 SEKOLAH T INGGI ILMU EKONOMI INDONESIA (ST IE INDONESIA) BAN… Nilam Sari

LAPORAN POSISI KEUANGAN DAN LAPORAN ARUS KAS-AKM 1 sit i fat imahUST

Definisi Aset dan Liabilities

Aset : Sumber daya yang dikuasai oleh entitas sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh entitas. Liabilitas : merupakan kewajiban entitas masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya entitas yang mengandung manfaat ekonomi. (Akuntansi keuangan berdasarkan SAK berbasis IFRS, Hans kartikahadi, Rosita Uli sinaga, dkk, Salemba empat: 2012) Dalam penilaian apakah suatu pos memenuhi definisi asset, liabilitas maupun ekuitas entitas, perlu diperhatikan substansi yang mendasari realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya. Misalkan dalam transaksi sewa (leasing), untuk menentukan apakah suatu asset atau liabilitas telah timbul dan harus dilaporkan dalam neraca lesse, maka perlu dikaji substansi ekonominya. Bila resiko dan manfaat yang melekat pada kepemilikan diserahkan kepada lesee, menurut standard akuntansi sewa, transaksi tersebut tergolong sebagai sewa pembiayaan (financial lease), dan dalam neraca lesse harus dilaporkan adanya asset dan liabilitas yang timbul dari transaksi sewa pembiayaan tersebut.

Aset Kriteria utama suatu asset adalah manfaat ekonomi masa depan yang terwujud dalam asset tersebut, yaitu potensi untuk memberikan sumbangan, baik langsung maupun tidak langsungarus kas atau setara kas kepada entitas. Potensi tersebut dapat berbentuk sesuatu yang produktif, dan dapat menghasilkan kas atau setara kas, atau mampu mengurangi pengeluarankas atau menurunkan biaya. Manfaat ekonomi suatu asset dapat terwujud dalam beberapa cara: a. b. c. d.

Sebagai alat produksi penghasil barang atau jasa Dipertukarkan dengan asset lain Untuk menyelesaikan liabilitas Dibagikan kepada pemilik entitas

Aset dapatdiperoleh berdasarkan produkdi, pembelian, pertukaran, atau sumbangan. Aset dapat pula berwujud maupun tidak berwujud. Ditinjau dari segi hokum, hak ataa suatu asset tidak semata-mata berupa hak milik, tapi dapat juga berupa hak sewa, hak pakai, hak tagih, dan lain-lain. Perbedaan hak tersebut akan mempengaruhi jenis dan penggolongan asetdalam laporan keuangan.

Liabilitas Adalah timbul karena tindakan hokum atau peraturan perundangan yang berlaku. Suatu transaksi jual beli atau pengikatan suatu perjanjian tertentu dapat menimbulkan hak dan kewajiban. Peraturan perundangan pajak dapat menimbulkan kewajiban pajak dan

peraturan perburuhan dapat menimbulkan kewajiban di bidang kesejahteraan pegawai. Namun liabilitas juga dapat ditimbulkan karena praktik bisnis yang lazim, misalnya kesediaan entitas untuk menarik kembali produk yang cacat. Penyelesaian suatu kewajiban dapat dilakukan dalam berbagai cara, antara lain: pembayaran kas, penyerahan asset lain, pemberian jasa, penggantian dengan liabilitas lainmaupun konversi liabilitas menjadi ekuitas. Liabilitas tertentu, ketika dibukukan dan dilaporkan belum dapat diketahui dengan pasti jumlahnya dan hanya dapat diukur berdasarkan estimasi dalam derajaat substansial, misalnya liabilitas garansi atas kerusakan produk yang terjual atau liabilitas manfaat pension. Liabilitas kontinjensi (contigent liability) adalah: a) Kewajiban potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu, dan kepastiannya tergantung pada satu atau lebih peristiwa di masa depan yang di luar kendali entitas, atau b) Kewajiban kini yang timbul sebagai akibat peristiwa masa lalu, tetapi tidak diakui karena tidak ada kemungkinan entitas mengeluarkan sumber daya untuk melunaskannya, atau jumlah kewajiban tidak dapat diukur secara andal. Liabilitas kontinjensi harus dibedakan dengan provisi, yaitu liabilitas yang waktu dan jumlahnya belum pasti.

Pengakuan asset Asset diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan (probable) bahwa manfaat ekonominya di masa depan diperoleh perusahaan dan asset tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.

Bila suatu entitas textile mengeluarkan kas Rp 100 juta untuk membeli sebuah mesin tenun, manfaat ekonomi di masa depan yang akan diperoleh entitas dari mesin tenun tersebut adalah jelas, dan harga perolehannya juga jelas Rp 100 juta. Bila entitas textile tersebut kemudian membayar premi asuransi kebakaran di muka untuk bangunan dan peralatan pabrik untuk satu tahun usaha sebesar Rp 10 juta, manfaat ekonomi selama masa tanggungan dan biaya premi asuransi yang dibayar dimuka dapat dilaporkan dalam neraca sebagai asset. Tapi dengan berjalannya waktu dan kegiatan proses produksi, maka mesin akan susut secara teknis dan ekonomi. Setiap tahun akan dihitung beban penyusutan, nilai mesin dengan emikian akan berkurang dari tahun ke tahun sejalan dengan makin menurunnya manfaat ekonomi mesin. Sedangkan manfaat ekonomi premi asuransi jelas akan berkurang dengan berjalannya masa tanggungan. Pada akhir masa pertanggungan, seluruh asset premi asuransi sudah berubah menjadi beban asuransi dan tampak di laporan laba rugi.

Pembayaran gaji seorang pegawai administrasi akan memberikan manfaat ekonomi untuk bulan atau tahun usaha yang bersangkutan, tapi sangat diragukan akan memberikan manfaat ekonomi di masa depan, oleh karena itu pembayaran gaji pegawai tidak dapat dibukukan sebagai asset, melainkan sebagai beban periode usaha yang bersangkutan.

Pengakuan Liabilitas Liabilitas diakui dalam neraca apabila besar kemungkinan bahwa pengeluaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban sekarang dan jumlah yang harus diselesaikan dapat diukur dengan andal. Lazimnya pengakuan liabilitas berkaitan dengan pengakuan suatu asset atau beban. Dalam suatu transaksi pembelian kredit atau impor barang, perlu diperhatikan syarat perikatan jual beli untuk dapat menentukan kapan pengakuan atas hak milik barang telah pindah, dan kapan utang usaha yang terkait harus diakui sebagai liabilitas. Pengetahuan dasar hokum perdata dan hokum dagang khususnya tentang perikatan dan berbagai jenis transaksi jual beli atas barang atau benda dan jasa perlu dipahami dengan baik. Pengakuan timbulnya suatu asset dan liabilitas dari sudut akuntansi tentunya harus berdasarkan pada hokum dan peraturan perundangan yang berlaku, dan tidak mungkin terlepas berdiri sendiri.

Pengklasifikasian Aset dan Liabilitas Aset: a) Aset lancar b) Aset tidak lancar Liabilitas: a) Liabilitas Jangka pendek b) Liabilitas jangka panjang PSAK 1 mewajibkan entitas menyajikan asset lancar dan asset tidak lancar, serta liabilitas jangka pendek dan jangka panjang sebagai klasifikasi yang terpisah dalam laporan posisi keuangan. Hal ini agar dapat memberikan informasi mengenai asset bersih yang digunakan secara terus-menerus sebagai modal kerja dibandingkan dengan asset dan liabilitas lainnya yang umurnya lebih panjang. Jika manajemen menganggap bahwa penyajian asset dan liabilitas berdasarkan likuiditas akan memberikan informasi yang lebih relevan dan dapat diandalkan, misalnya untuk entitas lembaga keuangan, maka entitas dapat menyajikan seluruh asset dan liabilitas berdasarkan likuiditas. Penyajian berdasarkan likuiditas bias berdasarkan urutan yang paling likuid hingga yang paling tidak likuid atau sebaliknya, sepanjang diurutkan berdasarkan likuiditasnya. Kriteria Aset lancar menurut PSAK 1 a) Entitas mengharapkan akan merealisasikan asset, atau bermaksud untuk menjual atau menggunakannya, dalam siklus operasi normal; Misalkan piutang usaha, yang diharapkan oleh manajemen dapat diterima pembayarannya dalam jangka waktu kredit normal sesuai sifat industri dari entitas. Contoh lain adalah persediaan. Kendaraan dapat dikelompokan sebagai asset lancar pada perusahaan dealer mobil, karena merupakan persediaan yang dijual, sedang

untuk perusahaan manufaktur, mobil dikelompokkan dalam asset tetap karena digunakan untuk mendukung kegiatan produksi dan tidak imasukkan untuk dijual dalam siklus operasi normal entitas. b) Entitas memiliki asset untuk tujuan diperdagangkan c) Entitas mengharapkan akan merealisasikan asset dalam jangka waktu dua belas bulan setelah periode laporan Contohnya adalan iutang karyawan atau piutang pemegang saham yang diharapkan akan diterima pembayarannya dalam jangka waktu dua belas bulan setelah periode pelaporan. d) Kas atau setara kas, kecuali yang dibatasi sehingga tidak dapat dipertukarkan atau digunakan untuk menyelesaikan liabilitas sekurang-kurangnya dua belas bulan setelah periode laporan Setara kas adalah investasi yang sifatnya sangat likuid, jangka pendek, dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah yang dapat ditentukan dan memiliki risiko perubahan nilai yang tidak signifikan. Menggunakan ketentuan di atas, maka yang bisa diklasifikasikan ke dalam kelompok aset lancar adalah item-item berikut ini: 1. Kas dan Setara Kas Kunci pemahamannya sederhana: apapun yang BISA DITABUNG DI BANK dan BISA DITARIK DALAM WUJUD KAS SEWAKTU-WAKTU, dianggap “KAS“. Misalnya: uang kertas, koin, check yang belum diuangkan, termasuk kas yang sudah tersimpan di bank. Sedangkan sertifikat deposito, BUKAN KAS, sebab ada pembatasan jangka waktu penarikan. Untuk bisa diklasifikasikan sebagai “aset lancar” kas harus tersedia untuk digunakan. Menurut IAS 1, kas yang disimpan tidak untuk digunakan dalam periode ini atau penggunaannya dibatasi dan belum akan boleh digunakan dalam siklus operasional normal, TIDAK diklasifikasikan sebagai aset lancar. Sedangkan yang diklasifikasikan ke dalam pos “Setara Kas” (cash equivalents), menurut IAS 7, adalah investasi jangka-pendek bersifat likuid yang (1) siap diuangkan dengan nilai pasti; dan (2) sudah mendekati masa jatuh tempo pencairan (biasanya memiliki jangka waktu pencairan 3 bulan atau kurang), tidak memiliki risiko perubahan nilai yang signifikan— akibat perubahan suku bunga. Misalnya: treasury bills, commercial paper, dan reksadana pasar uang. 2. Investasi Jangka-Pendek Untuk Diperdagangkan Insrumen investasi yang dimaksudkan untuk dijual kembali dalam jangka pendek—guna memperoleh keuntungan—masuk kelompok “aset lancar”. Masuk kelompok ini antara lain: efek sekuritas dan sekuritas ekuitas yang dibeli untuk maksud diperjualbelikan. Aset derivative keuangan, rata-rata masuk dalam kelompok ini, kecuali yang dimaksudkan untuk tujuan pemagaran (hedging).

3. Piutang Dagang (Piutang) “Piutang Dagang” atau “Piutang” saja (accounts receivable), adalah sejumlah tagihan kepada pelanggan yang timbul dari operasional normal perusahaan. Masuk dalam kelompok ini antara lain: piutang pada pelanggan, piutang pada perusahaan afiliasi, piutang pada karywan (staf, manager, eksekutif). Jika ada cadangan piutang atau penurunan nilai piutang akibat adanya diskon, retur penjualan, dan piutang tak tertagih, harus dirinci dalam “penjelasan laporan keuangan”. 4. Persediaan “Persediaan” (inventory), menurut IAS 2, adalah aset tersimpan, entah untuk digunakan sendiri (misal: bahan baku, barang dalam proses) atau untuk dijual ke pihak lain (misal: persediaan barang jadi), dalam kurun waktu operasional normal perusahaan. Dasar penentuan nilai persediaan—yang saat ini dibatasi hanya dalam metode FIFO dan metode biaya rata-rata tertimbang (weighted-average cost)—harus disebutkan dengan jelas dalam “penjelasan laporan keuangan”. Khusus di perusahaan manufaktur, bahan baku, barang dalam proses, dan barang juga harus disclosed secara terpisah, entah itu di catatan kaki atau dalam “penjelasan laporan keuangan”. 5. Uang Muka Biaya (Biaya Dibayar Dimuka) Sederhananya, “Uang Muka Biaya” (prepaid expenses) adalah aset yang timbul akibat pembayaran muka untuk biaya yang manfaatnya tidak habis terpakai dalam satu periode. Bisa juga disebut “Biaya Dibayar Dimuka.” Misalnya: sewa dibayar dimuka, asuransi dibayar dimuka, dan aset pajak tangguhan jangka pendek.

Klasifikasi Aset Tak Lancar Sesuai IFRS Seperti PSAK 1, IAS 1 juga menggunakan istilah “tak lancar” (noncurrent) untuk aset berwujud dan tak berwujud—baik itu aset keuangan dan operasional—yang digunakan dalam jangka panjang. Baik PSAK 1 maupun IAS 1, sama-sama tidak mematok penggunaan istilah ini secara pasti. Artinya, entitas diperkenaankan untuk menggunakan istilah lain (“aset tetap/fixed asset” misalnya), sepanjang jelas dan lumrah digunakan, sehingga bisa dipahami oleh pengguna laporan keuangan. Masuk ke dalam klasifikasi “Aset Tak Lancar’ antara lain: 1. Investasi Bersifat “Held-to-maturity” Masuk dalam kelompok ini adalah instrument investasi yang disimpan hingga jatuh tempo, yang biasanya berjangka waktu panjang. Misalnya: efek hutang (debt securities), efek ekuitas, dan saham istimewa yang wajib ditebus oleh pihak lain (istilahnya “redeemed preferred shares“). Investasi jenis ini diukur pada biaya teramortisasi. 2. Property Investasi Yang dimaksud dengan “Property Investasi” (investment property) adalah property (=tanah, bangunan/gedung) yang diperoleh bukan untuk digunakan dalam operasional

perusahaan secara normal, melainkan untuk mendapat keuntungan tertentu, misalnya: dengan cara disewakan atau dijual kembali dengan harga yang lebih tinggi. Property investasi, awalnya, diukur sebesar nilai perolehannya. Selanjutnya, seiring waktu, property investasi diukur entah dengan menggunakan metode fair value atau model pengukuran berdasarkan biaya perolehan. 3. Tanah, Bangunan, Mesin dan Peralatan Masuk dalam kelompok ini adalah bangunan, mesin dan peralatan, yang digunakan dalam operasional perusahaan guna menghasilkan barang/jasa, memiliki umur ekonomis lebih dari satu tahun buku. Masuk dalam kelompok ini, antara lain: tanah, bangunan/gedung, mesin, peralatan, furniture, dan kendaraan. Akumulasi penyusutan atas kelompok aset tak lancar ini harus disajikan dalam laporan keuangan atau di catatan kaki atau di bagian penjelasannya. Misalnya: Bangunan = xxx Dikurangi akumulasi penyusutan = (xxx) Nilai buku bangunan = xxx Atau Bangunan (net dari akumulasi Rp xxx) = xxx Metode yang digunakan dalam menghitung penyusutan, harus disebutkan di bagian “penjelasan laporan keuangan”. 4. Aset Tak Berwujud “Aset Tak Berwujud” (intangible assets) adalah aset tak lancar perusahaan yang tidak memiliki wujud fisik, akan tetapi diharapkan akan mendatangkan manfaat—baik di masa kini maupun di masa yang akan datang. Masuk dalam klasifikasi ini adalah:  

Aset tak berwujud yang bisa diidentifikasi (misal: goodwill); dan Aset tak berwujud yang tidak bisa diidentifikasi (misal: merk dagang, patent, copyrights, dan biaya oragnisasional).

IAS 38 mengharuskan perusahaan untuk mengamortisasi aset tak berwujud. Seperti halnya aset berwujud, akumulasi amortisasi aset tak berwujud-pun harus dinyatakan dengan jelas dalam laporan keuangan atau dicatatan kaki atau di bagian penjelasannya. 5. Aset Dimiliki Untuk Dijual Sedikit mirip dengan property investasi, hanya saja “aset dimiliki untuk dijual” tidak harus direncanakan sejak awal. Jika perusahaan berencana untuk menjual sekelompok aset, mesikpun tadinya digunakan untuk operasional, maka aset tersebut harus diklasifikasikan sebagai “aset dimiliki untuk dijual”.

Menurut IFRS 5, “aset dimiliki untuk dijual” diukur sebesar nilai buku yang lebih rendah atau nilai wajar dikurangi ongkos penjualan. 6. Aktiva Lain-lain Segala aset tak lancar yang tidak bisa dimasukan ke dalam 5 klasifikasi di atas, masuk ke kelompok ini. Misalnya: “Uang Muka” yang baru akan habis dibiayakan dalam jangka waktu lama (panjang), “Aset Pajak Tangguhan” yang waktu pemulihannya lama atau tidak pasti. Kriteria Liabilitas jangka pendek menurut PSAK 1 a) Entitas mengharapkan akan menyelesaikan liabilitas tersebut dalam siklus operasi normalnya Beberapa liabilitas diharapkan oleh manajemen akan diselesaikan dalam siklus operasi normal entitas, yang merupakan bagian dari modal kerja, seperti utang usaha, bebab akrual untuk biaya karyawwan dan biaya operasional lainnya, termasuk dalam kelompok liabilitas jangka pendek, walaupun jatuh tempo liabilitas tersebut lebih dari dua belas bulan. b) Entitas memiliki liabilitas tersebut untuk tujuan diperdagangkan Sama seperti asset lancar, manajemen mungkin saja memiliki liabilitas dengan tujuan diperdagangkan, misalnya liabilitas keuangan dalam kelompok tersedia untuk dijual. c) Liabilitas tersebut jatuh tempo untuk diselesaikan dalam jangka waktu dua belas bulan setelah periode pelaporan Bisa saja terdapat liabilitas yang tidak dapat diselesaikan dalam siklus operasi normal entitas, namun jatuh tempo untuk diselesaikan dalam waktu 12 bulan setelah tanggal pelaporan, misalnya utang bank jangka panjang yang akan jatuh tempo kurang dari 12 bulan, cerukan bank, pajak penghasilan terutang dan utang deviden. d) Entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian liabilitas selama sekurang-kurangnya dua belas bulan setelah periode pelaporan Yang perlu ditekankan dari criteria ini adalah hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian liabilitas. Manajemen perlu menganalisis, apakah pada tanggal laporan, entitas memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian liabilitas selama sekurang-kurangnya 12 bulan setelah periode pelaporan.

Yang menjadi contoh liabilitas ini adalah: 1) Deposito yang dapat dikembalikan (refundable deposito) 2) Liabilitas keuangan yang akan jatuh tempo dalam waktu 12 bulan setelah periode pelaporan 3) Ketika entitas melanggar ketentuan perjanjian pinjaman jangka panjang yang menyebabkan liabilitas tersebut harus segera dibayar ( Payable on demand)

Klasifikasi Liabilitas Jangka Pendek Sesuai IFRS Suatu liabilitas (=kewajiban), menurut IAS 1, masuk klasifikasi “Jangka Pendek” (atau Lancar) apabila:    

Diharapkan bisa diselesaikan (=dibayar/dilunasi) dalam kurun waktu operasional normal perusahaan; atau Jatuh tempo dalam jangka waktu tidak lebih dari 12 bulan dari tanggal laporan posisi keuangan (=tanggal neraca); atau Dimiliki untuk maksud diperdagangkan; atau Entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian laibilitas selama sekurang-kurangnya 12 bulan setelah periode pelaporan.

Jika tak satupun diantara keempat kriteria di atas terpenuhi, maka suatu liabilitas diklasifikasikan sebagai “liabilitas jangka panjang”. Masuk dalam klasifikasi liabilitas jangka pendek, antara lain: 1. Kewajiban yang timbul dari pembelian barang atau jasa yang digunakan dalam operasional normal perusahaan, diantaranya:     

Utang Dagang Utang Tertulis Jangka Pendek Utang Upah dan Gaji Pegawai Utang Pajak Utang Lain-lain

2. Pembayaran diterima dimuka yang mengakibatkan timbulnya kewajiban untuk menyerahkan barang atau jasa di masa yang akan datang, misalnya:   

Pendapatan Diterima Dimuka Deposit Dari Pelanggan Sewa Diterima Dimuka

3. Kewjiban lain yang akan jatuh tempo di periode berjalan, misalnya: promes yang akan segera jatuh tempo. Lebih jauh lagi, laibilitas lainnya yang masuk klasifikasi jangka pendek adalah: liabilitas tidak diselesaikan dalam siklus operasi normal tetapi jatuh tempo untuk diselesaikan dalam waktu dua belas bulan setelah periode pelaporan atau dimiliki untuk tujuan diperdagangkan. Misalnya:      

Liabilitas keuangan yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk diperdagangkan; Cerukan bank; Bagian jangka pendek dari laibilitas keuangan jangka panjang; Dividen terutang; Pajak penghasilan terutang; dan Terutang nonusaha lainnya

Khusus “Liabilitas Keuangan”. IAS 1 mengijinkan perusahaan mengakui suatu liabilitas keuangan jangka pendek apabila liabilitas tersebut akan jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan setelah periode pelaporan, meskipun:

 

kesepakatan awal perjanjian pinjaman untuk jangka waktu lebih dari dua belas bulan; dan perjanjian untuk pembiayaan kembali atau penjadwalan kembali pembayaran, atas dasar jangka panjang telah diselesaikan setelah periode pelaporan dan sebelum tanggal penyelesaian laporan keuangan.

Klasifikasi Liabilitas ...


Similar Free PDFs