Penggunaan Data dalam Layanan BK di Sekolah PDF

Title Penggunaan Data dalam Layanan BK di Sekolah
Author Fauzan Sandiah
Pages 17
File Size 405.2 KB
File Type PDF
Total Downloads 283
Total Views 446

Summary

MAKALAH PENGGUNAAN DATA DALAM LAYANAN BK DI SEKOLAH Disusun Oleh: Fauzan Anwar Sandiah NIM. 1420411102 Abdul Latif, Sos.I NIM. 1420411176 Pengampu : Dr. Edi Purwanta, M.Pd. PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA 2015 A. Latar Belakang Penggunaan data d...


Description

Accelerat ing t he world's research.

Penggunaan Data dalam Layanan BK di Sekolah fauzan sandiah

Related papers SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 BKK smkda

Rangkuman-modul-ukg Abdillah Afif Modul peminat an siswa jilid 2 Andi Irfhana Ardhi

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

MAKALAH PENGGUNAAN DATA DALAM LAYANAN BK DI SEKOLAH

Disusun Oleh: Fauzan Anwar Sandiah NIM. 1420411102 Abdul Latif, Sos.I NIM. 1420411176 Pengampu : Dr. Edi Purwanta, M.Pd.

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA 2015

A. Latar Belakang Penggunaan data dalam layanan BK merupakan tahapan penting. Penggunaan data berkaitan erat dengan dua hal dalam layanan BK. Pertama berkaitan dengan pengolahan dan pemanfaatan hasil assesmen terhadap konseli melalui proses instrumentasi. Kedua, berkaitan dengan upaya memaksimalkan proses layanan BK. Penggunaan data menentukan bagaimana cara konselor untuk bertindak terhadap konseli. Perkembangan teknologi dan media sosial memberikan andil yang positif terhadap proses-proses penggunaan data dalam layanan BK. Ketersediaan dan kemampuan setiap orang untuk mengakses informasi juga harus menjadi perhatian konselor terkait dengan problem etis pemanfaatan data. Selama ini, selain hasil intrumentasi, pamflet, dan selebaran yang berisi informasi mengenai karir terpusat pada konselor

sebagai

pihak

yang

memegang

otoritas

untuk

mensosialisasikannya. Tetapi keadaan sekarang menunjukkan bahwa hal tersebut bukan lagi persoalan bagi konseli yang dapat memanfaatkan komputer sebagai media. Dan dalam hal itu, penting bagi konselor untuk selalu mengikuti perkembangan data di internet agar mampu mengimbangi akselerasi data yang diperoleh konseli. Selain tantangan kontemporer tersebut, penggunaan data dalam layanan BK termasuk dari aktivitas termasuk dalam bagian aktivitas ‘tradisional’ BK.1 Penggunaan data dalam BK memiliki dua fungsi utama, pertama adalah membantu proses pelayanan BK. Kedua, membantu penyusunan dan pengembangan program BK.

1

Lih, Robert L. Gibson., Marianne H. Mitchell, Bimbingan dan Konseling, ter.Yudi

Santoso, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm.50.

B. Alat Pengumpulan Data Proses

pertama

sebelum

tahap

penggunaan

data

adalah

pengumpulan data, baik dalam arti pengumpulan data hasil instrumentasi maupun data penunjang bagi proses konseling. Tetapi yang akan disinggung dalam bagian ini adalah proses pengumpulan data pada konteks proses instumentasi. Pengumpulan data (appraisal) adalah semua komponen yang mencakup semua usaha untuk memperoleh data tentang peserta didik, menganalisis dan menafsirkan data serta menyimpan data tersebut.2 Tujuan dari pengumpulan data dalam layanan BK adalah untuk mendapatkan pengertian yang lebih luas, lebih lengkap, serta lebih mendalam dari masing-masing peserta didik, dan membantu peserta didik mendapatkan pemahaman akan diri sendiri, karena itulah maka layanan BK menjadi sebuah layanan yang bersifat ilmiah bukan berdasarkan subyektifitas dari tenaga konselor.3 Sebuah layanan pengumpulan data yang berkualitas harus terintegrasi, kontinu dan berkesinambungan serta bermanfaat. Menurut Winkel data yang terintegrasi berarti bahwa data yang digunakan saling terkain satu dengan yang lain seperti; menggunakan tes bakat dan tes minat dan lain sebagainya, sehingga dapat mengungkap informasi peserta didik secara lebih lengkap dan valid. Sedangkan maksud dari kontinu dan berkesinambungan adalah bahwa pengumpulan data dilakukan menurut satu pola perencanaan dalam rangka keseluruhan program bimbingan di jenjang pendidikan tertentu dan dari jenjang pendidikan satu ke jenjang pendidikan

berikutnya.

Pengumpulan

data

harus

berguna

dan

menguntungkan bagi peserta didik sebagai konseli dan dapat menopang perkembangannya.4

Di dalam pengumpulan data terdapat dua alat yang

bisa digunakan, yaitu terdiri dari tes dan non tes. 2

W.S. Winkel dan M. M. Sri Hastuti, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan,

(Yogyakarta: Media Abadi, 2010), hlm. 121. 3

Ibid., W.S. Winkel dan M. M. Sri Hastuti, Bimbingan, hlm. 253.

4

Ibid., hlm. 254.

1. Aneka alat tes a. Tes hasil belajar (achievement test), adalah pengumpul data untuk mengetahui dan mengukur apa yang telah dipelajari konseli dalam hal ini peserta didik di berbagai bidang studi. Tipe tes hasil belajar ini seperti tes kesiapan yang berupa; tes keterampilan membaca, menalar numerik menjelang masuk sekolah dasar (readiness test dan prognostic test). Tipe tes lain adalah diaknostic test yang menelaah sebab-sebab menculnya kesulitan dalam belajar konseli. Dan belakangan ini juga telah berkembang model tes kompetensi (competency test) yang digunakan sebagai alat untuk mengetahui penguasaan dan keterampilan dasar peserta didik seperti; keterampilan berhitung, membaca dan menulis,5 model tes ini sering digunakan dalam setiap seleksi penerimaan siswa baru di sekolah bahkan di perguruan tinggi . b. Tes kemampuan intelektual, adalah untuk mengukur potensi kemampuan berfikir peserta didik. Model tes ini meliputi; intelligence test dan academic test.6 Model tes kemampuan intelektual ini dapat dilakukan secara individual dan kelompok. c. Tes kemampuan khusus atau tes bakat, yang mengukur taraf kemampuan konseli untuk berhasil dalam bidang studi tertentu atau bidang vokasional tertentu. Adapun lingkup dari tes bakat ini lebih terbatas yang mencakup unsur intelegensi, hasil belajar, minat dan kepribadian. Pada praktek pelaksanaannya pola tes ini biasa digunakan dengan mengukur potensi di satu bidang saja seperti kemampuan mekanik, kemampuan artistik, musikal, pengamatan ruang, abstrak, bahasa dan lain sebaginya.7

5

Ibid., hlm. 261.

6

Ibid., hlm. 261

7

Ibid., hlm. 270.

d. Tes minat, merupakan tes untuk melihat bidang yang paling disukai oleh konseli. Tes ini berfungsi untuk membantu mengantarakan peserta didik dalam memilih pekerjaan yang sesuai dengan potensi dirinya. e. Tes perkembangan vokasional yang mengukur taraf perkembangan peserta didik dalam hal kesadaran untuk memangku suatu pekerjaan atau jabatan kelak. f. Tes kepribadian, model tes ini yaitu untuk mengukur ciri-ciri kepribadian seperti; sifat, karakter, gaya tempramen, corak kehidupan emosional, kesehatan mental, jaringan relasi sosial dengan orang lain dan aneka bidang kehidupan yang menimbulkan kesukaran dalam penyesuaian diri. Bentuk-bentuk dari tes kepribadian ini diantaranya adalah; tes proyektif, personality inventory, adjustive inventory. 2. Aneka alat non tes a. Angket tertulis Angket ini memuat sejumlah item atau pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta didik secara tertulis. Dengan mengisi angket ini peserta didik diminta keterangan tentang sejumlah hal yang relevan bagi keperluan bimbingan, seperti keterangan tentang keluarga kesehatan jasmani, riwayat pendidikan, pengalaman belajar di sekolah, hobi dan kesukaran yang mungkin dihadapi. Kegunaan angket ini adalah dalam waktu singkat diperoleh banyak keterangan dan peserta didik dapat mengisi sesuai dengan keadaan sesungguhnya yang dialami. Adaput kelemahan dari tes tertulis ini yaitu peserta didik tidak dapat memberikan penjelasan lebih lanjut karena jawabannya terbatas pada hal-hal yang dipertanyakan. Terdapat dua tipe pertanyaan di dalam angket tertulis ini yaitu; pertanyaan terbuka dan pertanyaan tertutup. Contoh pertanyaan; “Kesukaran-kesukaran apa yang Anda alami dalam belajar?”

Contoh pertanyaan tertutup; “Berilah tanda (X) pada kesulitan-kesulitan belajar yang biasanya Anda alami?” (a) Kerap pusing, (b) terganggu kegaduhan di kelas, (c) konsentrasi mudah buyar, (d) kurang dapat mendengar.8 b. Wawancara informasi, adalah alat pengumpulan data untuk memperoleh data dan informasi dari peserta didik secara lisan. Wawancara informasi di sini berbeda tujuan dengan wawancara konseling. Wawancara informasi digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi yang sulit diperoleh dengan cara lain serta sebagai bahan pelengkap informasi. c. Otobiografi, adalah karangan yang ditulis oleh peserta didik sendiri mengenai riwayat hidupnya sampai pada saat sekarang. Manfaat dari menulis suatu otobiografi tergantung dari kerelaan peserta didik untuk membuka diri.9 d. Anekdota, merupakan laporan singkat tentang perilaku seseorang peserta didik dan memuat diskripsi objektif tentang tingkah laku peserta didik pada saat-saat tertentu. Anekdota ini ditulis oleh seluruh tenaga pendidik sebagai lapoaran observasi dari interaksi secara intensif dengan peserta didik yang terkait.10 e. Skala penilaian,

(rating scale), adalah sebuah daftar yang

menyajikan sejumlah sifat atau sikap sebagai item-item. Pengisian skala penilaian ini dapat dilakukan oleh beberapa orang, selain daripada orang yang dinilai, penilai tersebut bisa teman-teman dekat, atau orang lain yang mengenal orang yang dinilai tersebut. f. Sosiometri, yaitu sebuah metode untuk memperoleh data tentang jaringan hubungan sosial dalam suatu organisasi, kelompok berdasarkan prefernsi antar anggota kelompok satu sama lain.

8

Ibid., hlm. 284

9

Ibid., hlm. 286.

10

Ibid., hlm. 289.

Sosiometi ini berisi item-item prefefensi individual yang harus diisi oleh setiap anggota kelompok. g. Kunjungan rumah, bertujuan untuk mengenal lebih dalam tentang lingkungan rumah sekitar tempat tinggal subjek serta kesehariannya di rumah.

Kunjungan rumah bukan hanya sekedar mencari

informasi dari pengamatan, tetapi juga dengan melakukan pertemuan bersama dengan orang tua subjek untuk mengkonfirmasi lebih dalam kesibukan ataupun kebiasaan subjek di luar sekolah. h. Kartu pribadi, adalah bentuk aplikasi dari penyusunan suatu arsip yang memuat data penting tentang seseorang subjek. kartu pribadi ini berisi berbagai informasi yang telah dikumpulkan dari berbagai sumber terkait pribadi serta perkembangan subjek. Isi kartu pribadi tersebut meliputi catatan-catatan kesehatan, perkembangan studi, riwayat hidup, data keluarga, identitas subjek, dan lain sebagainya. i. Studi kasus, yaitu pengumpulan data tentang riwayat hidup subjek dalam berbagai aspek kehidupan, serta mengandung analisis terhadap hubungan dari data-data yang telah terkumpul dan disertai dengan interpretasi seta tindak lanjut yang dapat diberikan. 11

11

Ibid., hlm. 311

C. Macam-Macam Layanan BK di Sekolah Dalam bagian ini akan dijelaskan terkait dengan penggunaan data dalam konteks layanan BK di Sekolah. Penggunaan data dalam layanan BK di sekolah dan madrasah menurut konteks disini tidak akan dibedakan berdasarkan asumsi bahwa paradigma dan model BK yang diterapkan menggunakan pendekatan BK Komprehensif atau yang juga dikenal dengan BK Perkembangan. Pendekatan BK Perkembangan mengakomodir maksud dan tujuan umum pendidikan yang bermaksud untuk membantu perkembangan optimal peserta didik dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk di dalamnya adalah pengembangan optimal aspek kehidupan beragama peserta didik yang menjadi orientasi utama pendidikan di lingkup madrasah. 1. Pelayanan Dasar Pelayanan dasar diartikan sebagai proses pemberian bantuan kepada seluruh konseli melalui kegiatan penyiapan pengalaman terstruktur secara klasikal atau kelompok yang disajikan secara sistematis dalam rangka mengembangkan perilaku jangka panjang sesuai dengan tahap dan tugas-tugas perkembangan (yang dituangkan sebagai standar kompetensi kemandirian) yang diperlukan dalam pengembangan kemampuan memilih dan mengambil keputusan dalam menjalani kehidupan setiap peserta didik.12 Tujuan pelayanan dasar adalah (1) memiliki kesadaran (pemahaman) tentang diri dan lingkungannya, meliputi misalnya, pendidikan, pekerjaan, sosial budaya, dan agama. (2) mampu mengembangkan keterampilan mengidentifikasi tanggungjawab atua seperangkat tingkah laku yang layak bagi penyesuaian diri dengan lingkungannya. (3) mampu menangani atau memenuhi

12

Depdiknas: Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan

Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal, Dirjendikti, 2007, hlm. 207.

kebutuhan dan masalahnya. (4) mampu mengembangkan dirinya dalam rangka mencapai tujuan hidupnya.13 a. Bimbingan Klasikal b. Pelayanan Orientasi c. Pelayanan Informasi d. Bimbingan Kelompok e. Pelayanan Pengumpulan Data 2. Pelayanan Responsif Pelayanan responsif merupakan pemberian bantuan kepada konseli yang menghadapi kebutuhan dan masalah yang memerlukan pertolongan dengan segera, sebab jika tidak segera dibantu dapat menimbulkan gangguan dalam proses pencapaian tugas-tugas perkembangan. Beberapa ragam dalam pelaksanaan pelayanan responsif selain konseling individual, referal, dan kolaborasikolaborasi misalnya, konseling krisis.14 Tujuan pelayanan responsif adalah membantu konseli agar dapat memenuhi kebutuhannya dan memecahkan masalah yang dialaminya atau membantu konseli yang mengalami hambatan, kegagalan dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya. Tujuan pelayanan ini dapat juga dikemukakan sebagai upaya untuk mengintervensi masalah-masalah atau kepedulian pribadi konseli yang muncul segera dan dirasakan saat itu, yang berkenaan dengan masalah sosial-pribadi, karir, dan atau masalah pengembangan pendidikan.15 a. Konseling Individual dan Kelompok b. Referal (Rujukan atau Alih Tangan) c. Kolaborasi dengan Guru Mata Pelajaran atau Wali Kelas

13

Ibid., hlm.208

14 15

Ibid., hlm.209. Ibid., hlm.209.

d. Kolaborasi dengan Orangtua e. Kolaborasi dengan pihak-pihak terkait di luar sekolah/madrasah f. Konsultasi g. Bimbingan Teman Sebaya (peer guidance/peer Facilitation) h. Konferensi Kasus i. Kunjungan Rumah 3. Perencanaan Individual Perencanaan individual diartikan sebagai bantuan kepada konseli agar mampu merumuskan dan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan perencanaan masa depan berdasarkan pemahaman akan kelebihan dan kekurangan dirinya, serta pemahaman akan peluang dan kesempatan yang tersedia di lingkungannya. Pemahaman konseli secara mendalam dengan segala karakteristiknya, penafsiran hasil asesmen, dan penyediaan informasi yang akuratsesuai dengan peluang dan potensi yang dimiliki konseli amat diperlukan sehingga konseli mampu memilih dan mengambil keputusan yang tepat di dalam mengembangkan potensinya secara optimal, termasuk bakat, dan kebutuhan khusus konseli.16 Tujuan perencanaan individual adalah sebagai berikut: (1) mempersiapkan

diri

untuk

mengikuti

pendidikan

lanjutan,

merencanakan karir, dan mengembangkan kemampuan sosialpribadi, yang didasarkan atas pengetahuan akan dirinya, informasi tentang Sekolah/Madrasah, dunia kerja, dan masyarakatnya. (2) menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya dalam rangka pencapaian tujuan. (3) mengukur tingkat pencapaian tujuan dirinya. (4) mengambil keputusan yang merefleksikan perencanaan dirinya.17

16

Ibid., hlm.210-211

17

Ibid., hlm.212

Fokus pengembangan dari pelayanan perencanaan individual berkaitan erat dengan aspek akademik, karir, dan sosial-pribadi. Penjabaran untuk aspek akademik, meliputi memanfaatkan keterampilan belajar, melakukan pemilihan pendidikan lanjutan atau pilihan jurusan, memilih kursus atau pelajaran tambahan yang tepat, dan memahami nilai belajar sepanjang hayat. (2) karier, meliputi mengeksplorasi latihan-latihan pekerjaan, memahami kebutuhan untuk kebiasaan bekerja yang positif. (3) sosial-pribadi meliputi pengembangan konsep diri yang positif dan pengembangan keterampilan sosial yang efektif.18 4. Dukungan Sistem Ketiga komponen di atas, merupakan pemberian bimbingan dan konseling kepada konseli secara langsung. Sedangkan dukungan sistem merupakan komponen pelayanan dan kegiatan manajemen, tata kerja, infra struktur (misalnya Teknologi Informasi dan Komunikasi), dan pengembangan kemampuan profesional konselor secara berkelanjutan yang secara tidak langsung memberikan bantuan

kepada

konseli

perkembangan konseli.19 a. Pengembangan Profesi b. Manajemen Program c. Riset dan Pengembangan

18

Ibid., hlm.212

19

Ibid., hlm.212

atau

memfasilitasi

kelancaran

D. Penggunaan Data dalam Layanan BK Menurut Winkel dan Astuti, terdapat dua model penggunaan data dalam layanan BK dengan penekanan utama data sebagai informasi. Pertama, penggunaan data dalam kegiatan pelayanan individual. Kedua, penggunaan data dalam kegiatan pelayanan kelompok. 1. Data dalam Pelayanan Individual Penggunaan data pada kegiatan pelayanan individual bermaksud untuk

membantu

proses

konseling.

Pelayanan

individual

membutuhkan data yang digunakan untuk membentuk pemahaman konseli terhadap suatu topik tertentu. Dalam topik karir, konselor memanfaatkan pamflet yang berisi informasi tentang suatu profesi agar konseli dapat memahaminya dengan lebih baik. Penggunaan data dalam pelayanan individual disyaratkan mengandung tiga kriteria utama. Pertama, data harus memuat unsur fakta dan keterangan yang jelas. Kedua, data harus bersifat objektif dan bebas dari prasangka serta segala kesan pribadi konselor. Ketiga, data harus memuat informasi yang komprehensif. Sebagai contoh dalam konseling karir, data selain memuat informasi profesi atau jenis-jenis pekerjaan yang ada di masyarakat, juga harus spesifikasi serta kompetensi yang diperlukan konseli untuk mencapai pilihan tertentu. Dalam kasus yang lain berkaitan dengan penggunaan data pada layanan individual, seperti pada proses wawancara konseling, konselor dapat memberikan informasi secara langsung kepada konseli. Pemberian informasi tentunya harus disesuaikan dengan kebutuhan

konseli

dan

membantu

untuk

menyelesaikan

permasalahan yang sedang dihadapi oleh konseli. Dalam hal ini konselor dapat menyajikan informasi kepada konseli dengan menunjukkan hasil dari data-data yang diperoleh baik melalui media tes maupun non tes dan yang telah diolah oleh konselor.

2. Data dalam Pelayanan Kelompok Kedua, penggunaan data dalam kegiatan pelayanan kelompok. Penggunaan data dalam pelayanan kelompok memiliki keuntungan lebih bagi konselor. Pertama, efisiensi distribusi informasi kepada konseli

dalam

format

kelompok.

Kedua,

konselor

dapat

memanfaatkan dinamika kelompok sebagai proses pematangan pemahaman terhadap data. Misalnya dalam persoalan karir, konselor dapat menstimulus kelompok agar berbagi informasi mengenai topik profesi yang sedang dibahas. Dalam kondisi demikian, konselor mendapatkan banyak kesempatan untuk melihat dinamika setiap konseli. Sebagai penjabaran tambahan, pada layanan yang bersifat kelompok, hasil data yang diperoleh konselor melalui tes dan non tes ini dapat berfungsi untuk membantu peserta didik dalam merencanakan masa depan, antara lain; karena interaksi antar anggota kelompok membuka pikiran konseli terhadap hal-hal yang sebelumnya tidak tiketahui. Sehingga dengan demikian dinamika kelompok ini akan lebih bermanfaat untuk menghemat waktu karena lebih afisien dan memungkinkan kepada semua anggota kelompok untuk saling berinteraksi dengan konselor secara langsung.

E. Manfaat Data dalam Layanan BK Data yang digunakan dalam layanan BK bersumber salah-satunya dari hasil pelaksanaan instrumentasi. Berdasarkan hasil instrumentasi tes ataupun non-tes, konselor memperoleh informasi mengenai konseli. Menurut Winkel dan Hastuti, informasi mengenai konseli tersebut paling tidak memiliki empat ma...


Similar Free PDFs