Peradaban Islam Pada Masa Kerajaan Safawi di Persia 1501 1732 PDF

Title Peradaban Islam Pada Masa Kerajaan Safawi di Persia 1501 1732
Author Faizzatul Hasanah
Pages 17
File Size 180.2 KB
File Type PDF
Total Downloads 984
Total Views 1,030

Summary

PERADABAN ISLAM MASA KERAJAAN SAFAWI DI PERSIA (1501-1732 M) MAKALAH Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam yang diampu oleh Bapak AKH. SYAIFUL RIJAL, S.Th.I., M.Pd.I. Oleh: NAMA KELOMPOK FAIZZATUL HASANAH (20170701062016) ABIDATIN NISA’ (20170701062002) NURUL QOMARIAH (201...


Description

PERADABAN ISLAM MASA KERAJAAN SAFAWI DI PERSIA (1501-1732 M) MAKALAH Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam yang diampu oleh Bapak AKH. SYAIFUL RIJAL, S.Th.I., M.Pd.I.

Oleh: NAMA KELOMPOK FAIZZATUL HASANAH (20170701062016) ABIDATIN NISA’ (20170701062002) NURUL QOMARIAH (20170701062046) R. SYAFIRA DWI ANNISA (20170701062049)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI JURUSAN TARBIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN 2018

i

KATA PENGANTAR Alhamdulillah, berkat rahmat Allah swt. dan karunianya kami memiliki kesanggupan dan kemampuan untuk menyelesaikan Makalah dengan judul “PERADABAN ISLAM MASA KERAJAAN SAFAWI DI PERSIA (15011732 M)” semoga dengan adanya Makalah ini dapat memberikan kontribusi positif sebagai ilmu pengetahuan khususnya pada Sejarah Peradaban Islam. Sholawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad saw. Yang telah diutus oleh Allah swt. Untuk mengadakan sebuah Reformasi dengan misi pencerahan didalam kehidupan manusia sebagai Rahmatal Lil Alamin. Dan tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada dosen pengampu ” Bapak AKH. SYAIFUL RIJAL, S.Th.I.,M.Pd.I. ” yang telah membantu kami dalam mengerjakan Makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang sudah memberi kontribusi/saran dalam pembuatan Makalah ini. Dengan selesainya Makalah ini semoga memberikan manfaat yang besar bagi semua yang membacanya terutama para pelajar dan kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca agar Makalah ini lebih sempurna lagi.

Penulis

08 April 2018

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................ii DAFTAR ISI....................................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1 A. Latar Belakang...................................................................................................1 B. Rumusan Masalah..............................................................................................1 C. Tujuan..................................................................................................................1 BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................2 A. Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Safawi.................................................2 B. Perkembangan Kerajaan Safawi......................................................................4 C. Sebab-Sebab Mundurnya Kerajaan Safawi...................................................9 BAB III PENUTUP........................................................................................................13 A. Kesimpulan......................................................................................................13 B. Saran.................................................................................................................. 13 DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................14 LAMPIRAN-LAMPIRAN............................................................................................ 15

iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Sepeninggal Rasulullah, Islam sudah tersebar di Seantero Jazirah Arab. Islam terus melakukan ekspansi dibawah kendali pada khalifah Ar-Rasyidin dan selanjutnya oleh Dinasti Umayyah kemudian Dinasti Abbasiyah. Di akhir pemerintahan Abbasiyah, Islam semakin merosot selama beberapa abad. Ditengah-tengah keterpurukan Islam muncullah tiga kerajaan besar, yaitu Kerajaan Turki Usmani di Turki, Kerajaan Safawi di Persia dan Kerajaan Mughal di India. Ketika Kerajaan Usmani sudah mencapai puncak kemajuannya, Kerajaan Safawi di Persia baru berdiri. Kerajaan ini berkembang dengan cepat dan dalam perkembangannya, Kerajaan Safawi sering bentrok dengan Kerajaan Turki Usmani. Selain itu, Kerajaan Safawi menyatakan Syi’ah sebagai mazhab negaranya. B. Rumusan Masalah

1.

Bagaimana latar belakang berdirinya Kerajaan Safawi?

2.

Bagaimana perkembangan Kerajaan Safawi?

3.

Apa yang menjadi penyebab mundurnya Kerajaan Safawi?

C. Tujuan 1.

Untuk mengetahui latar belakang berdirinya Kerjaan Safawi.

2.

Untuk mengetahui perkembangan Kerajaan Safawi.

3.

Untuk mengetahui penyebab mundurnya Kerajaan Safawi.

1

BAB II PEMBAHASAN A.

Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Safawi Dinasti Safawiyah di Persia berkuasa antara tahun 1502-1722 M. Dinasti

Safawiyah merupakan kerajaan Islam di Persia yang cukup besar. Awalnya Kerajaan Safawi berasal dari sebuah gerakan tarekat yang berdiri di Ardabil, sebuah kota di Azerbaijan. Tarekat ini diberi nama Tarekat Safawiyah, yang diambil dari nama pendirinya, Safi Al-Din (1252-1334 M) dan nama Safawi itu terus dipertahankan sampai tarekat ini menjadi gerakan politik. Bahkan nama itu terus dilestarikan setelah gerakan ini berhasil mendirikan kerajaan, yakni Kerajaan Safawi. 1 Safi Al-Din berasal dari keturunan orang yang berada dan memilih sufi sebagai jalan hidupnya. Ia keturunan dari Imam Syi’ah yang keenam, Musa AlKazhim. Gurunya bernama Syaikh Taj Al-Din Ibrahim Zahidi (1216-1301 M) yang dikenal dengan julukan Zahid Al-Gilani. Karena prestasi dan ketekunannya dalam kehidupan tasawuf, Safi Al-Din diambil menantu oleh gurunya tersebut. Safi Al-Din mendirikan tarekat Safawiyah setelah ia menggantikan guru dan sekaligus mertuanya yang wafat tahun 1301 M. Pengikut tarekat ini sangat teguh memegang ajaran agama. Pada mulanya gerakan tasawuf Safawiyah bertujuan memerangi orang-orang ingkar, kemudian memerangi golongan yang mereka sebut “ahli-ahli bid’ah”. Tarekat yang dipimpin Safi Al-Din ini semakin penting, terutama setelah ia mengubah bentuk tarekat itu dari pengajian tasawuf murni yang bersifat lokal menjadi gerakan keagamaan yang besar pengaruhnya di Persia, Syria, dan Anatolia. Di negeri-negeri diluar Ardabil, Safi Al-Din menempatkan seorang wakil yang memimpin murid-muridnya. Wakil itu diberi gelar “khalifah”. 2 Suatu ajaran agama yang dipegang secara fanatik biasanya kerapkali menimbulkan keinginan dikalangan penganut ajaran itu untuk berkuasa. Oleh karena itu, lama kelamaan murid-murid tarekat Safawiyah berubah menjadi

1 2

Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Amzah, 2010), hlm. 187. Ibid.

2

tentara yang teratur, fanatik dalam kepercayaan, dan menentang setiap orang bermazhab selain Syi’ah. Kecenderungan memasuki dunia politik itu dapat terwujud konkretnya pada masa kepemimpinan Juneid (1447-1460 M). Dinasti Safawi memperluas gerakannya dengan menambahkan kegiatan politik pada kegiatan keagamaan. Perluasan kegiatan ini menimbulkan konflik antara Juneid dengan penguasa Kara Koyunlu (domba hitam), salah satu suku bangsa Turki yang berkuasa di wilayah itu. Dalam konflik tersebut, Juneid kalah dan diasingkan ke suatu tempat. Di tempat baru ini ia mendapat perlindungan dari penguasa Diyar Bakr, AK-Koyunlu (domba putih), juga satu suku bangsa Turki. Ia tinggal di istana Uzun Hasan, yang ketika itu menguasai sebagian besar Persia. 3 Selama dalam pengasingan, Juneid tidak tinggal diam. Ia malah dapat menghimpun kekuatan untuk kemudian beraliansi secara politik dengan Uzun Hasan. Ia juga berhasil mempersunting salah seorang saudara perempuan Uzun Hasan. Pada tahun 1459 M, Juneid mencoba merebut Ardabil tetapi gagal. Pada tahun 1460 M, ia mencoba merebut Sircassia tetapi pasukan yang dipimpin dihadang oleh tentara Sirwan. Ia sendiri terbunuh dalam pertempuran tersebut. 4 Ketika itu anak Juneid, Haidar, masih kecil dan dalam asuhan Uzun Hasan. Karena itu, kepemimpinan gerakan Safawi baru bisa diserahkan kepadanya secara resmi pada tahun 1470 M. Hubungan Haidar dengan Uzun Hasan semakin erat setelah Haidar mengawini seorang putri Uzun Hasan. Dari perkawinan ini lahirlah Ismail yang kemudian hari menjadi pendiri Kerajaan Safawi di Persia. Kemenangan AK Koyunlu tahun 1476 M terhadap Kera Koyunlu, membuat gerakan militer Safawi yang dipimpin oleh Haidar dipandang sebagai rival politik oleh AK Koyunlu dalam meraih kekuasaan selanjutnya. Padahal, sebagaimana telah disebutkan, Safawi adalah sekutu AK Koyunlu. AK Koyunlu berusaha melenyapkan kekuatan militer dan kekuasaan Dinasti Safawi. Karena itu, ketika Safawi menyerang wilayah Sircassia dan pasukan Sirwan, AK Koyunlu mengirimkan bantuan militer kepada Sirwan, sehingga pasukan Haidar kalah dan Haidar sendiri terbunuh dalam peperangan itu.

3 4

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hlm. 139. Ibid, hlm. 139-140.

3

Ali, putra dan pengganti Haidar, didesak oleh bala tentara untuk menuntut balas atas kematian ayahnya, terutama terhadap AK Koyunlu. Tetapi Ya’kub pemimpin AK Koyunlu dapat menangkap dan memenjarakan Ali bersama saudaranya, Ibrahim dan Ismail, dan ibunya, di Fars selama empat setengah tahun (1489-1493). Mereka dibebaskan oleh Rustam, putra mahkota AK Koyunlu, dengan syarat mau membantunya memerangi saudara sepupunya. Setelah saudara sepupu Rustam dapat dikalahkan, Ali bersaudara kembali ke Ardabil. Akan tetapi, tidak lama kemudian Rustam berbalik memusuhi dan menyerang Ali bersaudara, dan Ali terbunuh dalam serangan ini (1494 M). Kepemimpinan gerakan Safawi selanjutnya berada ditangan Ismail, yang saat itu masih berusia tujuh tahun. Selama lima tahun Ismail bersama pasukannya bermarkas di Gilan, mempersiapkan kekuatan dan mengadakan hubungan dengan para pengikutnya di Azerbaijan, Syiria, dan Anaotalia. Pasukan yang dipersiakan tersebut dinamakan Qizilbash (baret merah).5 Di bawah kepemimpinan Ismail, pada tahun 1501 M, pasukan Qizilbash menyerang dan mengalahkan AK Koyunlu di Sharus, dekat Nakhchivan. Pasukan ini terus berusaha memasuki dan menaklukkan Tabriz, ibu kota AK Koyunlu dan berhasil merebut dan mendudukinya. Di kota ini Ismail memproklamirkan dirinya sebagai raja pertama Dinasti Safawi. Ismail inilah yang yang dipandang sebagai pendiri yang pertama dari Kerajaan Safawiyah. 6 B.

Perkembangan Kerajaan Safawi Ketika gerakan Safawiyah dipimpin oleh Ismail I, eksistensi gerakan ini

semakin kuat. Inilah kemudian ia memproklamirkan dirinya sebagai pendiri Kerajaan Safawiyah setelah Qizilbash sukses mengalahkan pasukan AK Koyunlu yang semula sebagai sekutunya, dan akhirnya menjadi rival politiknya, di Sharur dekat Nakhchivan pada tahun 1501 M dan menguasai Tabriz, pusat kekuasaan dinasti AK Koyunlu. 7 Pemerintahan Ismail I berlangsung selama 23 tahun yaitu sejak 15011524. Sepuluh tahun pertama, dikonsentrasikan untuk ekspansi keluar. Ismail I sukses menghancurkan sisa-sisa kekuatan AK Koyunlu di Hamdan (1503), 5

Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Amzah, 2010), hlm. 189. Ibid. 7 Imam Fu’adi, Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 224. 6

4

menduduki propinsi Kapsis di Nazandaran, Gurgan dan Yazd (1504), Diyar Bakr (1505-1507), Baghdad dan daerah barat daya Persia (1508), Sirwan (1509) dan Khurasan (1510). Karena itu, wilayah kekuasaan Ismail I meliputi seluruh Persia dan bagian timur Bulan Sabit Subur (Fertile Crescent), yaitu di Asia Tengah yang membentang mulai dari Laut Tengah melalui daerah antara Sungai Tigris dan Sungai Euphart, hingga ke Teluk Persia. Ini merupakan capaian yang cukup luas untuk sebuah penguasaan yang berlangsung selama sepuluh tahun. Sebenarnya, kekuatan besar yang menjadi pesaing Kerajaan Safawiyah saat itu adalah dua kekuatan penting yaitu Uzbeg di sebelah timur yang dikuasai oleh Khan Muhammad Syaibani dan Turki Usmani di barat yang dikuasai Sultan Salim. Ismail melakukan penyerangan terhadap kelompok pertama membawa kemenangan di pihak Ismail. Tetapi ketika pada peperangan dengan kelompok kedua, Turki Usmani yang dipimpin Sultan Salim dan kemenangan berada dipihak Sultan Salim. Pertempuran ini tidak hanya bermotif politis semata, tetapi juga bermotif agama. Salim benci terhadap orang-orang Syi’ah yang berada di wilayah kekuasaannya, sehingga ia mengadakan pengejaran terhadap orang-orang yang dipandangnya telah meninggalkan faham Sunninya. Angkatan perang Turki yang melangkah ke wilayah Azerbaijan dan Persia Barat akhirnya berhasil mengalahkan orang-orang Persia. Pada saat itu Turki Usmani memang dalam masa-masa yang kuat, dan capaian ekspansinya sangat luas, termasuk mileternya juga tangguh.8 Oleh karena itu, kemenangan Turki Usmani atas Persia ini bisa dibilang karena sejumlah faktor, diantaranya adalah karena memang jumlah pasukannya lebih besar dan dilengkapi dengan persenjataan yang cenderung lebih canggih. Kekalahan dipihak Safawiyah, tetapi tidak sampai menjatuhkan Kerajaan Safawiyah. Setelah pertempuran tersebut, Sultan Salim dan pasukannya kembali ke Turki dan dalam tubuh tentaranya terdapat konflik internal yang menimbulkan perpecahan. Tetapi kondisi demikian tidak bisa dimanfaatkan oleh Ismail karena kekalahan yang dideritanya dari pasukan tersebut. Kekalahan tersebut meruntuhkan kebanggaan dan kepercayaan diri Ismail. Akibatnya, kehidupan Ismail I berubah. Ia lebih senang menyendiri, menempuh 8

Ibid, hlm. 225.

5

kehidupan hura-hura dan berburu. Keadaan ini menimbulkan dampak negatif bagi Kerajaan Safawi, yaitu terjadinya persaingan segitiga antara pimpinan suku-suku Turki, pejabat-pejabat keturunan Persia, dan Qizilbash dalam merebut pengaruh untuk memimpin Kerajaan Safawi. 9 Ismail meninggal dunia pada tahun 1524 M. Kendali pemerintahan kemudian dipegang oleh putranya, Tahmasp I yang berkuasa pada tahun 15241576 M. Meskipun dia seorang pertapa, namun ia juga dikenal sebagai seorang ahli strategi militer. Hal itu dibuktikan dengan kemampuan Tahmasp I mematahkan lima serangan orang Uzbeg Khurasan dan empat serangan pasukan Turki Usmani Azerbaijan. Setelah Tahmasp I wafat, kepemimpinan dipindahkan kepada Syah Ismail II (1576-1577) dan kemudian dipegang oleh Syah Muhammad Khudabanda (1577-1587). Tetapi kedua raja ini tidak mampu mengembalikan kondisi pemerintahan yang begitu memprihatinkan, yang disebabkan oleh karena sering terjadinya konflik politik dengan Turki Usmani disamping diperburuk dengan adanya pertentangan internal lingkungan wilayah Kerajaan Safawi sediri, yang justru merugikan Safawiyah secara politis. Situasi seperti ini kemudian berakhir ketika Syah Abbas naik menjadi pimpinan Safawiyah. Ia memerintah dari tahun 1558 sampai dengan 1628 M. Pada masa inilah Kerajaan Safawi mengalami masa keemasannya, ada kemajuankemajuan pada masa Abbas I, yaitu: 10 1.

Bidang Politik Pada saat Abbas I memulai memegang kepemimpinan, sebenarnya kondisi

Safawiyah berada pada situasi yang memprihatinkan. Abbas I kemudian mengambil sejumlah langkah penting diantaranya: a.

Abbas I membentuk pasukan baru yang direkrut dari para budak dan tawanan perang yang berkebangsaan Georgia, Armenia dan Sircassia, untuk menghilangkan dominasi pasukan Qizilbash. Dalam kenyataannya, ternyata langkah ini cukup strategis bagi tegaknya kekuasaan Abbas I. Langkah ini dilakukan karena pasukan Qizilbash merasa telah banyak berjasa sebelumnya, sekaligus sebagai penguasa pemerintahan. Oleh karena itu rekrutmen

9

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hlm. 142. Fu’adi, Sejarah Peradaban, hlm. 227.

10

6

kelompok budak dan tawanan perang ini dimaksudkan untuk menciptakan pasukan yang memilki posisi fungsional dan strategis sebagai pasukan inti dan penjaga garda terdepan dalam pemerintahannya. Pasukan inilah yang nantinya disebut Ghulam. b.

Jalin hubungan dengan Turki Usmani. Dalam usaha untuk membangun stabilitas politik negerinya, Abbas I menempuh langkah diplomatik dengan Kerajaan Turki Usmani. Langkah ini dimaksudkan sebagai upaya untuk mengurangi permusuhan dengan pihak lawan. Namun demikian, untuk kepentingan ini Abbas I harus menyerahkan sebagian kekuasaannya yaitu Azerbaijan, Georgia dan Luristan kedalam cakupan wilayah Turki Usmani. Bahkan lebih juh dari itu, sebagai jaminannya Abbas mengirimkan saudaranya Haidar Mirza sebagai sandera di Istambul. Satu hal yang agaknya tidak bisa dilupakan adalah pengorbanan faham Syi’ah yang selama ini salah satu ajarannya adalah memaki-maki khalifah Abu Bakar, Umar dan Usman dalam setiap khutbah, maka dihapuskanlah caci makian tersebut. Sehingga tidak ada lagi caci makian kepada para sahabat Rasul tersebut kala itu.

c.

Aliansi dengan Inggris. Sebagai sebuah pemerintahan besar kala itu, Turki Usmani memilki sejumlah musuh, diantaranya adalah Inggris yang sulit dikalahkan. Inggris membuat strategi untuk menghancurkan musuhnya, yaitu dengan jalan menyulut peperangan antara Safawiyah dan Turki Usmani. Untuk mewujudkan upayanya, Inggris mengirimkan dua orang utusannya, yaitu Sir Anthony Shearly dan Sir Robert Shearly untuk memperkenalkan strategi perang dan pembuatan senjata canggih untuk menghancurkan lawannya. Ketika terjadi peperangan antara Turki dengan Austria, moment tersebut dimanfaatkan Abbas untuk mengalahkan Turki Usmani dan berhasil merebut wilayah Tibbiz, Syirwan, Kaukasus, Balkh, Marw dan Baghdad pada tahun 1602 M. Sedangkan kota Nachivant, Erivan, Ganja dan Tiflis dikuasai pada tahun 1605-1606 M. Pada tahun 1622 M, pasukan Abbas I berhasil merebut kepulauan Hurmuz, basis kekuatan Portugis dan menjadikan pelabuhan Gumrun menjadi pelabuhan Bandar Abbas, yang merupakan pelabuhan penting Kerajaan safawi.

2.

Bidang Ekonomi

7

Sejak dikuasainya kepulauan Hurmuz dan dibukanya Bandar Abbas, maka Safawiyah akhirnya menjadi pemegang kunci perdagangan Internasional lewat jalur laut saat itu. Ternyata Bandar Abbas merupakan jalur dagang laut potensial dan strategi yang posisinya mempertemukan antara timur dan barat yang telah diperebutkan oleh Belanda, Inggris, dan Prancis. Demikian juga jalur daratnya, arus perdagangannya tetap melewati kota-kota penting yang dikuasai Safawiyah, seperti Marw dan Baghdad. Barang-barang yang diperdagangkan waktu itu antara laina adalah rempahrempah dan hasil industri Persia yang berupa logam, sutera, permadani dan keramik. Selain itu, kemajuan juga terjadi di sektor pertanian yang sering disebut daerah Bulan Sabit Subur (Fertile Crescent). 3.

Bidang Fisik dan Seni Pada masa Abbas I menjadi penguasa, ia memindahkan kekuasaannya dari

Qazwin ke Isfahan. Kebujaksanaan dilakukan untuk memudahkan pengontrolan terhadap seluruh daerah kekuasannya serta untuk memperlancar hubungan dengan pintu perdagangan di Teluk Persia. Sebagai pusat kota Kerajaaan Safawi sekaligus sebagai lambang kejayaan dan kewibawannya, maka Syah Abbas I melengkapi dan mempercantik kota Isfahan. Isfahan sebagai ibu kota Kerajaan Safawi yang indah sesungguhnya juga didukung keindahan bangunan-bangunan lain seperti masjid, rumah sakit, sekolah, jembatan raksasa diatas Zende Rud dan istana Chihil Sutun. Kota Isfahan juga dipercantik dengan taman-taman wisata yang ditata dengan indah. Jumlah bangunan yang didirikan di Isfahan itu mencapai 162 masjid, 48 akademi, 1802 penginapan, 2073 pemandian umum. Adapun diantara karya seni dengan arsitektur megah yang monumental adalah masjid Shakh Luthf Allah yang dibangun pada tahun 1603 M, dan masjid Shah yang didirikan pada tahun 1611 M. Disamping itu, dipugar pula makam Ali al-Ridha di Mashhad. Dengan demikian Isfahan betul-betul tertopang oleh bangunan-bangunan lain yang indah yang turut menghiasi keindahan kota ini. 4.

Bidang Ilmu Pengetahuan dan Agama Dalam sejarah Islam, bangsa Persia dikenal sebagai bangsa yang

berperadaban tinggi dan berjasa dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Oleh

8

karena itu, tidaklah mengherankan apabila pada masa Kerajaan Safawi, khususnya ketika Abbas I berkuasa, tradisi keilmuwan terus berke...


Similar Free PDFs