Peran Arthropoda dan Biota Tanah Dalam Agroekosistem PDF

Title Peran Arthropoda dan Biota Tanah Dalam Agroekosistem
Author Aditya Fadlani
Pages 10
File Size 182.1 KB
File Type PDF
Total Downloads 728
Total Views 942

Summary

1 PERAN ARTHROPODA DAN BIOTA TANAH DALAM AGROEKOSISTEM Oleh : Aditya Fadlani Mahasiswa Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Jl. Veteran, Ketawanggede, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur 65145 Rumah Jl. Piranha IV Blok C No.01, Palangka Raya HP: 08125844...


Description

1

PERAN ARTHROPODA DAN BIOTA TANAH DALAM AGROEKOSISTEM

Oleh : Aditya Fadlani Mahasiswa Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Jl. Veteran, Ketawanggede, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur 65145 Rumah Jl. Piranha IV Blok C No.01, Palangka Raya HP: 081258440097, Email: [email protected]

Abstrak: Pada agroekosistem banyak dijumpai berbagai macam atau jenis arthropoda. Tidak semua arthropoda merugikan, ada yang menguntungkan bagi agroekosistem. Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) mengetahui peranan arthropoda dalam agroekosistem dan (2) peranan biota tanah dalam agroekosistem. Penelitian ini menggunakan metode observasi dan studi literatur. Hasil pengamatan arthopoda yang dilakukan di UB Forest dan Jatikerto yang berupa tanaman semusim diperoleh jumlah arthopoda UB Forest yang lebih banyak yaitu diperoleh 11 ordo arthopoda yaitu paling banyak ordo Coleoptera dan Tysanoptera masing-masing sebanyak 4 arthopoda, sedangkan paling sedikit yaitu ordo Mecoptera, Hymenoptera, dan Isoptera dimana masing-masing berjumlah satu. Berdasarkan data pengamatan yang dilakukan pada tanah UB Forest terdapat 1 jenis biota tanah yaitu Pupa Kumbang Badak (Oryctes rhinoceros) berjumlah 1 organisme sedangkan pada tanah Jatikerto terdapat 3 jenis biota tanah yaitu Semut (Formica) berjumlah 20 organisme, Cocopet (Forficula auricularia) berjumlah 1 organisme dan Ulat Gagak berjumlah 1 organisme. Kata Kunci: Agroekosistem, Arthropoda, Biota tanah

2

PENDAHULUAN Pada agroekosistem banyak dijumpai berbagai macam atau jenis arthropoda. Tidak semua arthropoda merugikan, adapun yang menguntungkan bagi agroekosistem. Menurut Leksono (2017), peran Arthropoda dalam agroekosistem dibagi menjadi empat, yaitu sebagai herbivora, dekomposer, musuh alami, dan pollinator. Peran arthropoda sebagai herbivora termasuk sangat penting karena dapat menjaga keseimbangan ekosistem, tetapi jika aktivitas makan dari arthropoda ini menurunkan nilai ekonomi dari produksi tanaman maka disebut hama. Peran arthropoda sebagai dekomposer adalah membantu proses dekomposisi dari tumbuhan dan hewan yang sudah mati menjadi unsur-unsur hara. Dekomposisi (penguraian) adalah proses perubahan bahan organik kompleks menjadi molekul yang lebih sederhana sehingga tumbuhan dapat menyerapnya. Peran arthropoda selanjutnya yaitu sebagai musuh alami. Musuh alami ini dibagi menjadi dua, yaitu predator dan parasitoid. Predator adalah arthropoda yang memangsa sebagian atau seluruh tubuh mangsanya secara langsung, sedangkan parasitoid adalah arthropoda yang memarasit atau menumpang hidup pada serangga lain sehingga menyebabkan kematian pada inang yang ditumpanginya. Kemudian peran arthropoda sebagai pollinator adalah membantu proses penyerbukan pada tumbuhan atau tanaman. Biota tanah memiliki peranan yang cukup penting dalam sistem agroekosistem hal ini berkaitan dengan peran biota tanah dalam sistem pengolahan tanah, pengadaan bahan organik dan unsur hara bagi tanaman budidaya maupun tumbuhan serta dalam pengolahan bahan organik. Sebagai contohnya biota tanah yang berperan dalam agroekosistem di antaranya ada siput, kaki seribu, cacing, semut, dan rayap yang memiliki peran sebagai perekayasa lingkungan karena peranannya dalam memodifikasi lingkungan agroekosistem agar tercipta habitat baru bagi biota lainnya. Seperti contohnya ada cacing yang berperan dalam pengelolaan tanah, dalam hal ini cacing dapat memperbaiki struktur tanah, melakukan pendistribusian bahan organik ke dalam lapisan tanah yang lebih dalam serta berperan dalam proses pencampuran bahan organik dengan tanah. Dengan adanya aktivitas yang dilakukan oleh cacing tersebut maka akan meningkatkan pengikatan air oleh pori tanah, memperbaiki agregasi tanah dan menambah adanya keanekaragaman biota di dalam tanah. Peranan biota tanah yang seperti di atas akan memperbaiki kualitas tanah dan juga meningkatkan produktivitas lahan pertanian dalam lingkungan agroekosistem. Selain itu peran biota tanah

3

sebagai perekayasa lingkungan juga bertanggung jawab sumberdaya bagi organisme tanah yang lain (Widyati, 2013).

terhadap

METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 19 Oktober 2019 di Lahan Jatikerto, Kecamatan Kromengan, Malang, Jawa Timur dengan objek pengamatan tanaman semusim dan UB Forest yang berlokasi di Dusun Sumbersari, Desa Tawang Argo, Karangploso, Kabupaten Malang dengan objek pengamatan tanaman tahunan. Alat dan bahan yang digunakan meliputi sweepnet (alat berupa jaring untuk menangkap serangga yang terbang), light trap (dipasang satu hari sebelum pengamatan, saat pengamatan serangga dan air detergen yang berada di bawah lampu dimasukkan ke dalam plastik dan diberi label, yellowtrap (perangkap yang diletakkan di plot pengamatan dengan target serangga terbang), detergen, 1 buah botol air mineral ukuran 600 ml, 5 buah gelas bekas air mineral (untuk pitfall), plastik ukuran 1 kg, spidol permanen, kamera, alat tulis, dan papan dada. Bahan yang digunakan adalah kapas, form pengamatan, dan alkohol 70%. Pengamatan ini dilaksanakan di UB Forest dan Agrotechnopark lahan Jatikerto. UB Forest adalah hutan pendidikan seluas 554 hektare di kawasan lereng Gunung Arjuno, tepatnya di Dusun Sumbersari, Desa Tawang Argo, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang, Jawa Timur 65152. UB Forest diresmikan pada Senin, 19 September 2016 dengan visi menjadikan UB Forest sebagai laboratorium hidup di dalam pelayanan akademik penelitian, pendidikan dan pengabdian masyarakat. Lahan ini merupakan hasil kerjasama antara UB dengan dinas kehutanan sebagai salah satu program kerja menteri lingkungan hidup. Secara topografi UB Forest pada koordinat 7°53’35’’ Lintang Selatan dan 113°53’41’’ Bujur Timur, serta kelerengan 60% ke arah tenggara dengan suhu udara antara 30,5°C. UB Forest memiliki tekstur tanah yang mendominasi yaitu lempung berpasir, sedangkan struktur yang mendominasi gumpal membulat. UB Forest berada pada ketinggian 900-1500 meter di atas permukaan laut yang cocok untuk tanaman kopi arabika dan robusta. UB Forest juga dimanfaatkan sebagai hutan, hutan produksi, pemukiman, dan juga digunakan penelitian mahasiswa Universitas Brawijaya (Kusumawati dan Prayogo, 2019) Agrotechnopark lahan Jatikerto yang lebih dikenal sebagai Lahan Percobaan Jatikerto dikelola oleh Fakultas Pertanian dan Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Lahan Jatikerto bertempat di Cupak, Desa Jatikerto,

4

Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Lahan Jatikerto merupakan lahan dataran rendah seluas 18 hektare dengan ketinggian 400 meter di atas permukaan laut (Denok, 2018). Secara geografis lahan Jatikerto terletak pada posisi 7°21'-7°31' Lintang Selatan dan 110°10'-111°40' Bujur Timur dengan suhu rata-rata 25-30°C. Lahan Jatikerto digunakan untuk produksi buah-buahan seperti pepaya, jeruk, durian, rambutan serta sayursayuran seperti kacang panjang, terung, lombok, dan tomat. Sebagian besar lahan digunakan untuk kegiatan penelitian dosen dan mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (Agustina dan Waluyo, 2017) HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pengamatan sweepnet, yellowtrap, pitfall, dan lighttrap di UB Forest dan lahan Jatikerto, didapatkan hasil sebagai berikut : Tabel 1. Hasil Pengamatan sweepnet

Spesies yang didapatkan dalam sweepnet pada UB Forest terbanyak ditemukan kumbang spot M sebagai musuh alami berjumlah 3 ekor dan yang paling sedikit lalat kalajengking sebagai musuh alami sebanyak 1 ekor. Pada lahan Jatikerto yaitu capung sebagai musuh alami sebanyak 1 ekor.

Tabel 2. Hasil Pengamatan yellowtrap

5

Spesies yang didapatkan di UB Forest melalui perangkap yellowtrap diantaranya ada lalat buah berperan netral, anggang-anggang sebagai musuh alami, dan ngengat hantu seagai hama yang masing-masing berjumlah 1 ekor. Sedangkan di lahan Jatikerto paling banyak ditemukan lalat buah yang berperan sebagai hama sebanyak 34 ekor dan paling sedikit yaitu semut yang berperan netral sebanyak 20 ekor. Tabel 3. Hasil Pengamatan pitfall

6

Spesies yang didapatkan di UB Forest melalui perangkap pitfall yang paling banyak kutu daun yang berperan sebagai hama sebanyak 4 ekor dan paling sedikit yaitu laba-laba sebagai musuh alami, harlequin cabbage bug berperan sebagai hama, dan semut carpenter hitam yang berperan netral masing masing berjumlah 1 ekor. Sedangkan di lahan Jatikerto hanya ditemukan 1 ekor kumbang tanah yang berperan sebagai musuh alami. Tabel 4. Hasil Pengamatan lighttrap

7

Spesies yang didapatkan di UB Forest paling banyak yaitu nyamuk yang berperan netral sebanyak 2 ekor dan paling sedikit kumbang yang berperan sebagai musuh alami dan laron yang berperan netral masing-masing 1 ekor. Sedangkan pada lahan Jatikerto hanya ditemukan kumbang klik dan kumbang bunga sayap lunak yang berperan sebagai musuh alami masing-masing berjumlah 1 ekor. Tabel 5. Identifikasi biota tanah

Biota tanah merupakan organisme yang berada di dalam tanah. Pengamatan biota tanah dilakukan dengan menggali tanah disekitaran frame, dengan mengikuti bentuk frame 50 cm x 50 cm. Berdasarkan data pengamatan

8

yang dilakukan pada tanah UB Forest terdapat 1 jenis biota tanah yaitu Pupa Kumbang Badak (Oryctes rhinoceros) berjumlah 1 organisme sedangkan pada tanah Jatikerto terdapat 3 jenis biota tanah yaitu Semut (Formica) berjumlah 20 organisme, Cocopet (Forficula auricularia) berjumlah 1 organisme dan Ulat Gagak berjumlah 1 organisme. Ekosistem membutuhkan keseimbangan antar organisme yang hidup di tempat tersebut. Jika tidak terjadi keseimbangan maka akan muncul berbagai permasalahan munculnya serangan hama dan penyakit. Ekosistem pertanian di Indonesia yang beriklim tropis sebenarnya memiliki beberapa jenis arthopoda yang bermanfaat sebagai pengendali hayati (predator dan parasitoid) yang secara efektif dapat menekan populasi hama (Widaningsih, 2014). Arthropoda pada umumnya memiliki peran penting bagi ekosistem. Tanpa adanya suatu arthopoda, maka kehidupan suatu ekosistem akan terganggu dan tidak akan mencapai suatu keseimbangan. Peranan serangga dalam ekosistem diantaranya adalah sebagai polinator, dekomposer, predator (pengendali hayati), parasitoid (pengendali hayati), hingga sebagai indikator biologi bagi suatu ekosistem (Leksono dan Hakim, 2014). Hasil pengamatan arthopoda yang dilakukan di UB Forest dan Jatikerto yang berupa tanaman semusim diperoleh jumlah arthopoda UB Forest yang lebih banyak yaitu diperoleh 11 ordo arthopoda yaitu paling banyak ordo Coleoptera dan Tysanoptera masing-masing sebanyak 4 arthopoda, sedangkan paling sedikit yaitu ordo Mecoptera, Hymenoptera, dan Isoptera dimana masing-masing berjumlah 1. Pengamatan UB Forest ditemukan sebanyak 24 arthopoda. Hal ini berbeda dengan hasil arthopoda yang diperoleh di Jatikerto yaitu diperoleh sebanyak 4 ordo yaitu paling banyak ordo Diptera ditemukan 34 arthopoda dan paling sedikit ordo Odonata sebanyak 1 ordo. Pengamatan di Jatikerto ditemukan sebanyak 58 arthopoda. Pengamatan keragaman arthopoda di UB Forest ditemukan arthopoda yang berperan sebagai pengendali hayati sebanyak 7 arthopoda, hama sebanyak 12 arthopoda, dan netral sebanyak 5 arthopoda, Sedangkan pada Jatikero ditemukan arthopoda yang berperan sebagai pengendali hayati sebanyak 4 arthopoda, hama sebanyak 34 arthopoda, dan yang berperan sebagai netral sebanyak 20 arthopoda. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui UB Forest memiliki keragaman arthopoda lebih banyak daripada di lahan Jatikerto. Hal ini disebabkan karena posisi lahan pengamatan yang berada di UB Forest berada di sekitar hutan, sehingga dapat mempengaruhi keberagaman arthopoda. Hal ini sesuai pernyataan Rizali et al., (2002) yang menyatakan bahwa selain faktor usia tanaman, lokasi lahan yang berdekatan dengan hutan akan

9

mempengaruhi keanekaragaman arthopoda, seperti yang diketahui bahwa daerah pengamatan tanaman semusim di lahan UB Forest adalah lahan yang terletak di dekat hutan. Beberapa arthopoda selain di permukaan tanah juga memiliki peran penting di dalam tanah. Arthopoda yang memiliki peran penting di dalam tanah sering disebut biota tanah. Biota tanah merupakan salah satu indikator biologi tanah yang sehat, karena berperan dalam proses dekomposisi bahan organik menjadi unsur hara (Kusumawati et al. 2019). Aktivitas mikroba tanah didukung oleh beberapa faktor diantaranya ketersediaan sumber makanan, kesesuaian habitat, dan interaksi dengan organisme lain. Terdapat interaksi yang erat antara keragaman tanaman dengan keragaman biota tanah, tanaman menjadi media perubahan komunitas biota tanah yang berdampak terhadap fungsi ekosistem. KESIMPULAN Biodiversitas tanah di penggunaan lahan yang berbeda mempengaruhi kandungan bahan organik melalui kegiatan organisme di dalam tanah. Faktor biotik tanah adalah komponen lingkungan yang terdiri atas makhluk hidup yang mempengaruhi biota tanah, dimana biota tanah merupakan faktor penting dalam penentuan banyak sedikitnya unsur hara di dalam tanah dan keberadaan biota tanah juga ditentukan oleh keberadaan gulma. Peran arthropoda terhadap ekosistem sangat penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem, peran arthopoda ada yang merugikan seperti halnya hama tetapi juga terdapat yang menguntungkan yaitu musuh alami.

10

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, N. I., dan Waluyo, B. 2017. Keragaman karakter morfo-agronomi dan keanekaragaman galur-galur cabai besar (Capsicum annuum L.). Jurnal Agro, 4(2), 120-130. Kusumawati, I. A., dan Prayogo, C. 2019. Dampak Perubahan Penggunaan Lahan di UB Forest terhadap Karbon Biomassa Mikroba dan Total Populasi Bakteri. Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan 6(1), 1165-1173. Leksono, A. 2017. Ekologi Arthropoda. Malang: UB Press. Leksono, A. S., dan Hakim, L. 2014. Diversitas Arthropoda Tanah Di Area Restorasi Ranu Pani Kabupaten Lumajang. Biotropika : Journal of Tropical Biology, 2(4), 208-213. Rizali A, Buchori D, Triwododo H. 2002. Keanekaragaman serangga pada lahan persawahan-tepian hutan: indikator untuk kesehatan lingkungan. Hayati J Biosci, 9(2), 41-48. Widyati, E. 2013. Pentingnya Kerangam Fungsional Organisme Tanah terhadap Produktivitas Lahan. Tekno Hutan Tanaman 6(1), 29-37....


Similar Free PDFs