Peran Cahaya dalam Arsitektur PDF

Title Peran Cahaya dalam Arsitektur
Author Eric Willyanto
Pages 25
File Size 2.6 MB
File Type PDF
Total Downloads 303
Total Views 529

Summary

STUDI DASAR ARSITEKTUR III TUGAS 2 PERAN CAHAYA DALAM ARSITEKTUR Kelompok: Wilson – 315130063 Giovanni Rosaline – 315130079 Febriana Halim – 315130085 Eric Willyanto – 315130087 FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ARSITEKTUR UNIVERSITAS TARUMANAGARA JAKARTA 2014 PENDAHULUAN Pencahayaan merupakan salah satu fakt...


Description

STUDI DASAR ARSITEKTUR III TUGAS 2

PERAN CAHAYA DALAM ARSITEKTUR

Kelompok: Wilson – 315130063 Giovanni Rosaline – 315130079 Febriana Halim – 315130085 Eric Willyanto – 315130087

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ARSITEKTUR UNIVERSITAS TARUMANAGARA JAKARTA 2014

PENDAHULUAN

Pencahayaan merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan keadaan lingkungan yang aman dan nyaman dan berkaitan erat dengan produktivitas manusia. Pencahayaan yang baik memungkinkan orang dapat melihat objek-objek yang dikerjakannya secara jelas dan cepat. Pencahayaan dapat dibagi menjadi:

1. Pencahayaan Alami Pencahayaan alami adalah sumber pencahayaan yang berasal dari sinar matahari. Dengan menggunakan pencahayaan alami, kita dapat menghemat energi listrik juga dapat membunuh kuman. Untuk mendapatkan pencahayaan alami pada suatu ruang diperlukan jendela-jendela yang besar ataupun dinding kaca sekurang-kurangnya 1/6 daripada luas lantai.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan agar penggunaan sinar alami mendapat keuntungan, yaitu: -

Variasi intensitas cahaya matahari

-

Distribusi dari terangnya cahaya

-

Efek dari lokasi, pemantulan cahaya, jarak antar bangunan

-

Letak geografis dan kegunaan bangunan gedung

2. Pencahayaan Buatan Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber cahaya selain cahaya alami. Pencahayaan buatan sangat diperlukan apabila posisi ruangan sulit dicapai oleh pencahayaan alami atau saat pencahayaan alami tidak mencukupi.

Fungsi

pencahayaan

buatan

adalah

Menciptakan

lingkungan

yang

memungkinkan

penghuni

sebagai berikut: -

melihat

secara detail serta terlaksananya tugas serta kegiatan visual secara mudah dan tepat -

Memungkinkan penghuni berjalan dan bergerak secara mudah dan aman

-

Tidak menimbukan pertambahan suhu udara yang berlebihan pada tempat kerja

-

Memberikan pencahayaan dengan intensitas yang tetap menyebar secara merata, tidak berkedip, tidak menyilaukan, dan tidak menimbulkan bayang-bayang.

-

Meningkatkan lingkungan visual yang nyaman dan meningkatkan prestasi.

NATURAL LIGHT PENCAHAYAAN ALAMI

1. Studi-O Cahaya oleh Mamostudio Arsitek: Mamostudio Lokasi: Jakarta, Indonesia Tahun: 2007-2009 Luas bangunan: 600 m2 Fungsi: Rumah tinggal dan galeri.

Bangunan ini dibangun dengan merangkap dua fungsi, sebagai rumah tinggal dan sebagai galeri seni yang dibuka untuk publik. Klien adalah seorang fotografer dan kolektor seni, sehingga cahaya menjadi unsur yang penting bagi klien tersebut. Sang arsitek pun mempelajari bagaimana karakteristik dari cahaya matahari selama bertahuntahun dan berusaha menemukan sudut yang tepat tergantung dari waktunya. Ia melakukan studi tentang bagaimana cara cahaya menyinari suatu ruang dengan membuat modelnya. Hal ini pun terus ditelusuri sehingga tercipta bangunan dimana cahaya merupakan bagian penting dari desain rumah itu sendiri. Cahaya matahari yang bergerak semuanya tertangkap pada bangunan ini. Baik pagi, siang, ataupun sore, cahaya tetap berkontribusi terhadap desain bangunan, membuat bangunan ini menjadi semacam jam matahari.  Dinding bangunan yang terkena sinar matahari; masuk melalui celah-celah bukaan yang sudah disesuaikan berdasarkan dengan hasil studi, sehingga menciptakan berkas-berkas cahaya dengan bentuk yang unik.

 Bukaan pada atap tidak hanya berupa kaca polos, namun juga diberi tambahan berupa pot-pot tanaman di atasnya, sehingga cahaya yang terbentuk dibawahnya menjadi memiliki motif tertentu. Peletakkan pot tanaman juga bertujuan agar sinar matahari yang masuk tidak terlalu kuat.

 Kedua gambar di atas adalah beberapa hasil studi bertahun-tahun yang dilakukan oleh sang arsitek. Sebuah studi yang mempelajari bagaimana gerakan cahaya berdasarkan pada tapak di mana bangunan itu akan berdiri, tentang bagaimana pantulan cahaya ketika jam 9 pagi, atau jam 12 siang, atau jam 5 sore. Atau bagaimana cahaya akan masuk di bulan Maret, atau bulan Agustus, dan seterusnya. Semuanya dipelajari dengan detail sehingga menghasilkan karya arsitektur yang baik pula.

2. Church of the Light oleh Tadao Ando Arsitek: Tadao Ando Lokasi: Osaka, Japan Tahun: 1989 Fungsi: Gereja Church of the Light adalah bangunan gereja yang didesain oleh Tadao Ando. Bangunan ini adalah salah satu yang paling terkenal dari desain bangunan karya Tadao Ando.

Hal yang menarik dari gereja ini adalah bukaan berupa salib besar yang terdapat pada fasad bangunan. Hal ini membuat cahaya matahari dari luar masuk ke dalam dengan membentuk sebuah salib besar pada interiornya.

Cahaya yang masuk melalui salib besar tersebut memiliki arti filosofis tersendiri. Fasad bangunan dengan salib tersebut menghadap ke arah timur. Hal ini dimaksudkan supaya cahaya matahari pagi dapat masuk ke dalam ruangan dengan maksimal jika dibandingkan pada waktu siang atau sore hari. Hal tersebut mengingat gereja sering dipakai pada pagi hari. Hal lain yang lebih filosofis yaitu karena lokasinya di Jepang, yang terkenal sebagai negara matahari terbit, menggambarkan matahari terbit sebagai munculnya kehidupan bagi mereka. Gereja ini didesain sangat minimalis. Hanya terbuat dari beton bertulang yang bahkan tidak dicat, hanya berbentuk balok berukuran 5.9 x 17.7 x 5.9 meter. Hal ini membuat interior bangunan terkesan kosong. Beberapa orang menganggap ini hal yang mengganggu. Namun, Tadao Ando memiliki arti lain dibalik kekosongan tersebut. Ia menganggap bahwa dengan adanya kekosongan itu, orang yang berada di dalam gereja itu bisa memfokuskan dirinya kepada salib besar di depannya sebagai satu-satunya hal yang menyinari kekosongan ruang sehi gga e jadi pe uh . Kekosongan juga dimaksudkan supaya orang yang berada di dala ya ikut erasa koso g sehi gga se a gat spiritual yang memang butuh dibangkitkan ditempat ibadah dapat memenuhi hati mereka.

3. Jewish Museum, Berlin oleh Daniel Libeskind Arsitek: Daniel Libeskind Lokasi: Berlin, Germany Tahun: 1988-1999 Fungsi: Museum

Jewish Museum di Berlin merupakan museum yang didirikan untuk mengenang peristiwa Holocaust yang menimpa orang Yahudi di Eropa pada jaman ketika Nazi berkuasa. Museum ini awalnya didirikan pada tahun 1933. Pada tahun 1988 terdapat rencana untuk mengekspansi museum ini, lalu terpilihlah Daniel Libeskind sebagai arsitek yang bertanggung jawab untuk mengembangkan desain museum ini. Dalam desainnya, Libeskind menggunakan efek cahaya matahari yang dibuat masuk melalui bukaan yang sempit sehingga timbul kesan yang dramatis dan menjiwai tentang peristiwa yang saat itu terjadi. Cahaya memainkan peranan yang penting dalam membangun suasana yang terkesan mencekam dan takut mirip yang aslinya pernah terjadi.  Cahaya matahari yang menerangi area void pada museum. Cahaya masuk melalui atap bangunan, menerangi ruangan yang memiliki tinggi 20 m di bawahnya.

 Kondisi cahaya yang masuk dari atap, menerangi ruangan setinggi 24 m di bagian museum yang bernama Holocaust Tower. Dibuat hanya sedikit cahaya yang masuk. Hal ini dimaksudkan untuk menggambarkan kondisi yang senyata mungkin terjadi pada peristiwa Holocaust.

 Permainan bentuk jendela yang unik mempengaruhi pula terhadap bentuk cahaya yang masuk ke dalam interior ruangan, sekaligus menyesuaikan dengan desain eksterior bangunan museum.

4. Villa by the Lake oleh Alexander Diem

Arsitek: Alexander Diem Lokasi: Austria Tahun: 2014 Fungsi: Villa Arsitek membangun rumah ini dengan mengutamakan privasi. Maka ia membuat rumah ini dengan fasad berupa screen bermotif yang sedikit menghalangi pandangan dari luar ke dalam rumah, namun tetap dapat memasukkan cahaya dari luar ke dalam ruangan. Karena motif screen yang unik, maka otomatis cahaya yang terbentuk ke dalam rumah pun menjadi berbentuk sesuai dengan bentuk lubanglubang pada screen.  Berkas-berkas cahaya yang terbentuk di dinding dan lantai; masuk melalui screen kayu yang menjadi fasad bangunan.

 Cahaya turut berperan dalam penerangan di bagian interior. Masuk melalui skylight yang terdapat pada atap rumah.

5. Light Walls House oleh mA-style Architects Arsitek: mA-style Architects Lokasi: Toyokawa, Japan Tahun: 2013 Fungsi: Rumah tinggal Bangunan ini menggunakan unsur cahaya sebagai salah satu elemen pembentuk ruang yang menjadi desain rumah tersebut. Rumah ini tidak memiliki jendela sama sekali, hal ini sengaja dimaksudkan supaya cahaya hanya bersumber dari langit-langit rumah yang dibuat sedemikian rupa supaya cahaya dapat masuk dengan bentuk dan pola tertentu.

 Cahaya bersumber dari tepi langit-langit yang dibuat berlubang. Dengan adanya elemen kayu pada plafon, membuat cahaya yang terbentuk pada ruang di bawahnya menjadi bervariasi.

 Cahaya yang terbentuk pada dinding dapur, berupa repetisi garis-garis yang dihasilkan karena unsur kayu yang berritme pada plafon.

 Elemen pembentuk ruang pada bangunan Light Walls House. Terdiri dari atap yang di bagian pinggirpinggirnya diberi kaca tembus pandang sehingga cahaya dapat masuk ke dalam rumah meskipun tanpa jendela pada dinding bangunan. Lalu di bawahnya terdapat lapisan kayu bergaris yang membuat pola cahaya yang masuk menjadi bermacam-macam bentuknya.

6. Notre Dame du Haut oleh Le Corbusier Lokasi: Ronchamp, France Arsitek: Le Corbusier Tahun: 1955

Jendela-jendela pada Kapel Notre Dame du Haut ini memiliki konsep kaca yang pecah berkeping-keping. Kaca-kaca ini tidak langsung memasukan cahaya ke dalam ruang di dalamnya, akan tetapi terdapat seperti sekat tembok yang cukup dalam yang menjadi perantara masuknya cahaya. Sehingga cahaya ini memberikan kesan seperti cahaya yang datang dari kejauhan. Dan memberikan kesan yang berbeda dan menarik pada ruangan di dalamnya.

7. Mecenat Art Museum oleh Naf Architect and Design Lokasi: Hiroshima. Japan Arsitek: Naf Architect and Design Tahun: 2010

Museu i i dira a g de ga ko sep fokus pada pe ahayaa ala i . Cahaya e ye ar lembut dari bagian atas, cahaya langsung mengalir dari atas dan masuk melalui silinder putih sehingga menciptakan kondensasi cahaya menyebar di lantai, cahaya lembut dari celah di dinding merefleksikan hijau eksterior. Sebagai ruang pameran, tidak perlu adanya struktur seperti kolom dan balok tapi dinding seluas mungkin. Faktor penting dari museum ini adalah untuk memasukkan cahaya alami dan angin.

Ini merupakan celah-celah yang berada di dinding yang berfungsi untuk memasukkan cahaya alami dan angin ke dalam ruang. Bentuk-bentuk ini akan menghasilkan pantulan cahaya dengan bentuk yang berbeda dan unik dan juga tidak akan menambah silau ke dalam ruang karena sudah terdapat perantara masuk utama cahaya yang berada di bagian atas.

8. Catherdral of Christ the Light oleh Skidmore, Owings, & Merrill. Lokasi: Oakland, California, USA. Arsitek: Craig W. Hartman Skidmore, Owings & Merrill Tahun: 2008 Fungsi: Gereja Ruang ibadah dalam gereja ini berbentuk vesica piscis yang berarti kandung kemih ikan. Bentuk bangunan ini dibentuk oleh persimpangan dua lingkaran. Dinding terdiri dari tumpang tindih panel kayu dan kaca yang naik ke langit-langit untuk membentuk kubah, sehingga berbentuk seperti sisik ikan. Desain ini terinspirasi oleh keajaiban roti dan ikan dalam tradisi Kristen. Dinding-dinding tumpang tindih panel tersebut merupakan perantara masuknya cahaya. Sehingga cahaya yang masuk ke dalam ruang berbentuk

mengikuti bentuk lubang dari panel kayu tersebut. Bentuk cahaya yang masuk ke dalam ruangan yang mengikuti lubang panel tersebut sangat unik dan memberikan kesan yang berbeda terhadap ruangan ibadah ini. Pada bagian atas juga terdapat skylight yang menyebabkan pada bagian tengah ruang menjadi sangat terang dan terpusat, sehingga menjadi fokus pada ruang ibadah tersebut.

9. Koshino House oleh Tadao Ando Arsitek : Tadao Ando Lokasi : Ashiya, Kobe, Jepang Tahun Dibangun : 1980-1984 Luas Area : 242 m2 Rumah ini terdiri dari dua bagunan yang terpisah, kemudian tergabung dengan lorong bawah tanah yang menciptakan sebuah halaman tengah. Pada bangunanbangunan ini terdapat lobang-lobang bukaan yang akan memasukan cahaya ke dalam ruang. Bukaan-bukaan ini berbentuk vertikal sehingga menghasilkan pantulan cahaya yang unik dan bagus pada ruang-ruang yang berada di sebelahnya. Sehingga cahaya yang masuk mengikuti bentuk dari bukaan-bukaan yang berbentuk vertikal tersebut.

10. Kaap Skil, Maritime and Beachcombers Museum Arsitek : Mecanoo Architecten Lokasi : Oudeschild, Texel, Netherlands Tahun Dibangun : 2012 Luas Area : 1.200 m2 Kontraktor : Bouwcombinatie De Geus & Duin Bouwbedrijf Bagian atap dan fasad bangunan museum ini terbuat dari kayu daur ulang. Papan kayu dari fasad memberikan fungsi ganda yaitu memberikan keteduhan dan menciptakan irama linear yang dapat memasukkan cahaya dan bayangan, sementara secara bersamaan memberikan pandangan yang menyenangkan dan menyegarkan mata.

Bagian dalam bangunan mendapatkan pantulan cahaya dari kayu-kayu dari bagian fasad bangunan. Pantulan tersebut berbentuk garis-garis vertikal dari susunan linear berirama kayukayu sehingga membentuk cahaya unik dan khas. Cahaya-cahaya itu memberikan kesan yang berbeda pada ruang-ruang yang terkena sinar tersebut. Selain itu terdapat jendela berbentuk horisontal pada bagian atas yang memasukkan cahaya dari luar dan menerangi ruang secara keseluruhan dan merata.

ARTIFICIAL LIGHT PENCAHAYAAN BUATAN

1. London Eye Lokasi : London, Inggris Arsitek : Frank Anatole, Nic Bailey, Steve Chilton, Malcolm Cook, Mark Sparrowhawk, Julia Barfield dan David Marks. Tahun : 1999 – 2000 Tinggi : 135 meter Diameter : 120 meter London Eye merupakan salah satu dari tempat wisata terpopuler di Inggris. London Eye memiliki 32 kapsul penumpang yang masing – masing kapsul dapat menampung 25 orang. Dalam kapsul tersebut para penumpang dapat melihat pemandangan kota London dari atas.

Setiap malam, London Eye akan selalu menyala. Pencahayaan buatan ini dulunya dibuat dari lampu neon, namun penggunaan lampu neon tersebut mahal dan susah untuk dirawat. Dalam pemasangannya, diperlukan gel agar dapat menghasilkan cahaya berwarna untuk acara khusus. Pada akhirnya digunakan alternatif lain berupa LED dimana dengan mudah dapat menampilkan warna ataupun hanya cahaya putih. Terdapat sekitar 14 unit yang di instalasikan oleh Architainment Lighting Ltd. dan Lighting Technology Projects. Tiap unit dapat dengan mudah di program untuk mengubah warnanya. Dengan ini, London Eye dapat menghemat biaya dan dapat diubah warnanya sesuai dengan acara yang sedang berlangsung. Tujuan digunakan LED pada London Eye ini untuk menonjolkan bentuk struktur dengan permainan visual warna dan juga untuk menarik para pengunjung. Selain itu dapat menghilangkan biaya pemeliharaan pada sistem neon sebelumnya. Dengan adanya permainan cahaya buatan ini , London Eye dapat dilihat dari kejauhan. Selain itu terkadang digunakan untuk menandakan adanya peristiwa atau acara tertentu seperti halnya ketika lahirnya pangeran Inggris, atau ketika Olympic di London.

 Display : Pertunjukan cahaya selama 24 menit yang menggambarkan apa yang terjadi pada Olimpiade pada hari itu.

2. Beijing National Aquatics Center

Lokasi : Beijing, China Arsitek : PTW Architects, CSCEC (China State Construction Engineering Corporation), dan CCDI (China Construction Design International) Tahun : 2004 – 2007 Beijing National Aquatics Center atau yang dikenal dengan Water Cube (Kubus Air) merupakan pusat akuatik yang dibangun di samping Stadium Nasional Beijing. Dibangun untuk Olimpiade Beijing 2008 dengan kapasitas sebesar 17.000 orang. Fasad bangunan diterangi dengan pencahyaan yang terbuat dari LED. Jennifer Wen Ma dan Zheng Jianwei menata ulang eksterior bangunan dan membuat bangunan menjadi lebih ikonik melalu LED tersebut. Mereka memadukan teknologi kontemporer dengan ajaran Cina kuno, I Ching. Menggunakan cahaya untuk mengungkapkan sebuah filosofi abstrak merupakan tantangan yang menarik bagi mereka. Mereka memfokuskan kepada kreativitas dan inovasi bedasarkan kelembutan cahaya. Dalam perencanaan pembangunan pusat akuatik ini, konsep yang diambil yaitu ingin memvisualisasikan aliran energi masyarakat Cina. Digunakan instalasi pencahayaan dan permainan warna pada fasad bangunan. Pencahayaan ini di program dengan menyesuaikan warna yang akan ditampilkan berasal dari emoticon yang digunakan setiap harinya oleh jutaan pengguna di Cina pada situs Weibo yang kemudia ditafsirkan sebagai gambaran suasana hati

masyarakat Cina. Pada malam hari, pengunjung dapat merasakan aura yang dapat membangkitkan mereka secara emosional.  Sistem pemasangan lampu LED pada fasad bangunan yang berupa membran.

3. Banpo Bridge

Lokasi: Seoul, Korea Selatan Arsitek: Dae Han Consultants Company Tahun: 1980-1982 Panjang jembatan: 1,495 meter Banpo Bridge merupakan jembatan terpanjang yang dihiasi dengan pemandangan air terjun buatan. Air terjun ini dihiasi dengan ribuan lampu yang berwarna-warni hingga tampak indah seperti pelangi. Oleh karena itu jembatan ini lebih dikenal dengan sebutan air terjun pelangi. Air terjun pelangi ini bersumber dari air sungai Han yang diserap dan didaur ulang sistem jembatan. Jembatan ini menembakkan 190 ton air sejauh 43 meter setiap menitnya. Dalam pembahasan analisis mengenai pencahayaan tentu saja jembatan ini menggunakan pencahayaan buatan. Pencahayaan buatan ini terlihat dari ribuan lampu LED yang berderet hingga ribuan meter. Pencahayaan buatan ini memang sengaja dibuat di jembatan ini dengan tujuan untuk menampilkan atraksi air mancur yang berbeda selama siang dan malam.

Untuk siang hari jembatan ini akan menampilkan air mancur yang menunjukkan seratus konfigurasi yang berbeda selayaknya lambaian ranting dan daun willow. Pada malam harinya jembatan ini akan menunjukkan atraksi kemegahan. Pada malam hari jembatan akan menunjukkan atraksi kemegahan air terjun pelangi yang berasal dari sinar deretan lampu. Keindahan jembatan ini ditambah dengan alunan musik sebagai latar belakang atraksinya hingga mendukung suasana romantic daerah sekitar jembatan.

4. Guangzhou Opera House oleh Zaha Hadid

Lokasi : Guangzhou, China Arsitek : Zaha Hadid Tahun : 2005 – 2010 Opera House oleh Zaha Hadid ini terletak di samping Sungai Pearl dan dikelilingi oleh pusat pengembangan budaya yang berada di Guangzhou. Struktur bangunan tersebut tidak beraturan memperlihatkan rangka yang digunakkan, baja dan kaca. Auditoium tersebut kurang lebih terdapat 1.800 kursi dengan balkon yang terbuat dari kaca dan gypsum. Dan Auditorium yang kecil terdapat sekitar 400 kursi. Pada Aula Utama atau Auditorium ini terdapat konsep mendalam mengenai pencahyaannya. Dalam panel aklirik yang berwarna emas ini terdapat ribuan lampu sorot, lampu sorot tersebut memiliki kesan cahaya yang lebih redup sehingga terlihat seperti konstelasi logam atau terlihat seperti luar angkasa. Efek pencahayaan ini mengagumkan dan memberikan kesan seperti memang opera tersebut diperuntukkan ditampilkan dalam opera tersebut.

Pada Aula Utama Guangzhou Opera House, sistem pencahayaannya terdiri dari konsol cahaya, jaringan transmisi, dan beberapa perlengkapan pencahayaan.  Pencahayaan pada Auditorium

5. Rainbow Tower oleh Mark Hemel dan Barbara Kuit Arsitek: Mark Hemel dan Barbara Kuit Lokasi: Guangzhou, China Tahun: 2005-2010 Tinggi bangunan: 610 meter Guangzhou Tv Tower (Canton Tower) atau yang sering disebut rainbow tower merupakan menara tertinggi didunia. Dibangun pada tahun 2005 -2010 oleh arup untuk Asian games pada tahun 2010. Tinggi menara ini 610 meter dan untuk ketinggian 450 meter dari menara ini dibangun kombinasi dari retina yang bercahaya membaya hyperboloid dengan inti pusat. Menara ini di desain oleh arsitek Belanda Mark Hemel dan Barb...


Similar Free PDFs