Persyaratan Perancangan Interior pada Museum PDF

Title Persyaratan Perancangan Interior pada Museum
Author Inggrid Noveria
Pages 41
File Size 1.5 MB
File Type PDF
Total Downloads 44
Total Views 279

Summary

h. Persyaratan Perancangan Interior pada Museum 1. Prinsip-prinsip Desain Modern Tata Pameran Museum Untuk mengadakan pameran di museum hendaknya kita bertolak dari tiga faktor yang penting. Pertama faktor koleksi, kedua faktor manusia sebagai pengunjung dan yang ketiga adalah faktor sarana pameran....


Description

h. Persyaratan Perancangan Interior pada Museum 1. Prinsip-prinsip Desain Modern Tata Pameran Museum Untuk mengadakan pameran di museum hendaknya kita bertolak dari tiga faktor yang penting. Pertama faktor koleksi, kedua faktor manusia sebagai pengunjung dan yang ketiga adalah faktor sarana pameran. Ketiga faktor ini kait berkait hubungannya dan tidak dapat dipisah-pisahkan. 

Faktor Koleksi: Koleksi yang dipamerkan, hendaknya dapat ditampilkan

secara utuh. Sehingga harus bisa terkesan nilai-nilai hakekatnya disamping harus tampak pula nilai lahiriah dan keindahan benda. Benda-benda koleksi yang akan dipamerkan harus diseleksi dahulu agar tidak terlalu banyak, hingga tidak menimbulkan kesan sangat padat/penuh, tetapi harus memberi kesempatan lebih luas dan jelas pada penglihatan pengunjung. Tata pameran yang sederhana justru dapat menaikkan nilai benda koleksi yang dipamerkan. Harus dihindari adanya unsur dekorasi ataupun unsur-unsur lain yang lebih dominan dari penampilan benda koleksi itu sendiri yang mungkin akan mengganggu konsentrasi pengunjung. Utamakanlah kehadiran benda-benda koleksi tersebut. Disamping faktor keindahan dan nilai benda ada suatu hal yang harus diperhatikan, dan hal ini biasanya kurang mendapat perhatian dari penyelenggara pameran, yaitu faktor perlindungan dan kebersihan benda koleksi. Koleksi harus dibersihkan dari kotoran, apabila rusak harus diperbaiki dahulu sebelum dipamerkan.



Faktor Pengunjung: Pameran yang disajikan harus dapat memuaskan dan

menyenangkan pengunjung. Susunannya harus dapat memberikan pengarahan serta tata ruangannya supaya juga memberikan kebebasan bergerak pengunjung dalam ruangan pameran itu. Karena itu dalam menyusun lemari-leari pajang(vitrine) maupun papan-papan panel, harus diatur sedemikian rupa sehingga pameran itu cukup luas dan pengunjung tidak merasa sempit. 

Faktor Sarana: Penggantian koleksi pameran secara teratur sangat penting

sebagai salah satu daya tarik pengunjung. Dalam hal ini perlu diciptakan sistem tata pameran yang memungkinkan mudahnya perubahan-perubahan koleksi tersebut. Tetapi apabila karena sesuatu hal sukar dilakukan, mungkin karena vitrine yang tersedia dipameran tetap sulit dirobah, maka untuk daya tarik pengunjung perlu lebih digiatkan pameran-pameran temporer. 2. Perencanaan dan Metode Pameran: Tema harus ditentukan lebih dahulu kemudian memilih bendabenda koleksi yang akan dipamerkan sesuai dengan tema yang dipilih dan membuat desain sarana (ruangan, vitrine, panel, dsb) disesuaikan dengan benda-benda yang akan dipamerkan dan ruang dimana pameran itu diletakkan. Disertai desainsirkulasi pengunjung dan tata letak benda termasuk tata warna dan pencahayaannya. Jenis bahan yang akan digunakan sudah harus direncanakan pula.

Ada tiga macam metode penyajian/pameran di museum. 

Metode pendekatan estetis, yaitu cara penyajian benda-benda koleksi dengan mengutamakan segi keindahan dari benda-benda yang dipamerkan. Ini berlaku bagi benda-benda kebudayaan materia atau benda-benda kesenian.



Metode pendekatan romantika, yaitu cara penyajian benda-benda koleksi tersebut disusun sehingga dapat mengungkapkan suasana tertentu yang berhubungan dengan benda-benda yang dipamerkan.



Metode pendekatan intelektual, yaitu cara penyajian benda-benda koleksi tersebut disusun sehingga dapat mengungkapkan dan memberikan informasi ilmu pengetahuan yang bersangkutan dengan benda-benda yang dipamerkan.

3. Sistematis Pameran Terdapat beberapa sistem untuk menyajikan/menata koleksi dalam pameran yaitu menurut kronologis, fungsi, jenis, materi dan tempat asala. Berdasarkan fungsinya; yaitu koleksi yang dipamerkan, ditata berdasarkan kegunaan (fungsi) dari benda-benda koleksi itu. Berdasarkan jenis; dalam hal ini benda-benda koleksi yang dipamerkan disusun berdasarkan jenisnya. Berdasarkan materi; sistematis ini penyusunan benda koleksi yang dipamerkan berdasarkan materi obyeknya.

Dan yang terakhir ialah sistematis berdasarkan tempat asal atau geografis. Benda-benda koleksi disusun berdasarkan tempat asal benda itu. 4. Bentuk Pameran Bentuk pameran museum bentuknya dapat dibagi menjadi tiga. Yaitu pameran tetap, pameran temporer, dan pameran keliling Pameran tetap, ialah pameran yang felatif tidak akan diubah-ubah lagi terutama mengenai sistematis penggolongan benda-benda koleksinya. Tema pameran harus dapat menggambarkan kesatuan wilayah dalam bidang sejarah alam dan budaya. Pameran temporer, merupakan pameran yang tidak tetap. Sewaktu-waktu dapat diadakan dalam jangka waktu tertentu dan dalam variasi waktu yang singkat. Pameran keliling, merupakan sesuatu paket, yang dirancang dalam suatu program pameran keliling, lengkap mencakup keseluruhan sarana-sarana pamerannya, dibantu oleh koleksi museum koleksi daerah tempat tujuan, yang disusun berdasarkan suatu pokok khazanah budaya, yang barang-barangnya berasal dari seluruh atau dari hampir seluruh pelosok Tanah Air Indonesia. 5. Perencanaan Pameran (Ergonomi dan Studi Gerak) Kemampuan gerak anatomi manusia terbatas. Karena itu dalam menata koleksi harus pula memperhitungkannya. Jika menyusun objek-objek di luar batas pandangan ini akan mengakibatkan leher merasa pegal dan mata menjadi penat, akhirnya akan menjemukan

orang. Hendaknya disesuaikan dengan ukuran tubuh manusia pada umumnya. Ukuran tinggi rata-rata orang Indonesia. Tinggi rata-rata

: Pandangan mata

Pria

: 1.65 m

: ± 1.60 m

Wanita

: 1.55 m

: ± 1.50 m

Anak

: 1.15 m

: ± 1.00 m

Kalau memamerkan benda yang sangat besar atau tinggi, sebaiknya objek ditempatkan di tempat yang luas agar orang mudah melihatnya.

Dalam mempersiapkan penyelenggaraan pameran museum diperlukan sarana pendukung yang memadai dan menarik (Sunarso, 2000), antara lain :



Vitrine Vitrine adalah lemari pajang untuk menata benda-benda koleksi.

Umumnya dipergunakan untuk tempat memamerkan benda-benda tiga dimensi, benda-benda yang tidak boleh disentuh, benda-benda karena kecil bentuknya atau karena tinggi nilainya. Bentuk Vitrine ada dua macam, yaitu Vitrine-tunggal dan Vitrineganda. Vitrine-tunggal adalah vitrine yang hanya berguna untuk memajang koleksi saja sedangkan vitrine ganda adalah vitrine yang mempunyai dua fungsi untuk pemajangan dan bagian bawah untuk menyimpan benda-benda koleksi yang tidak terpakai. Bentuk Vitrine harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut : a. Keamanan koleksi harus terjamin. Bentuk Vitrine selain harus indah juga harus kokoh dan kuat. Benda-benda yang tersimpan di dalam vitrine harus aman dari pencemaran dan pencurian. Selain itu, konstruksinya harus direncanakan agar sirkulasi udara dapat beredar dengan baik, sehingga udara di dalam vitrine dapat dikendalikan, tidak terlalu panas dan tidak terlalu lembab. Untuk Vitrine yang terdapat lampu di atasnya, harus diberi lubang agar panas lampu keluar sehingga tidak merusak koleksi di dalam vitrine.

Untuk vitrine pada pameran temporer sebaiknya kakinya diberi roda agar mudah memindah-mindahkanya.

Gambar 1 ( Vitrine Ganda dan Vitrine Tunggal)

b. Memberi kesempatan kepada pengunjung agar lebih leluasa dan mudah serta enak melihat koleksi yang ditata di dalamnya. Vitrine tidak boleh terlalu tinggiataupun terlalu rendah. Tinggi rendah sangat relatif. Sebagai patokan kita sesuaikan dengan tinggi rata-rata tubuh manusia Indonesia. Umpama tinggi ratarata orang Indonesia kira-kira antara 160cm sampai dengan 170 cm, dan kemampuan gerak anatomis leher manusia sekitar 300 (gerak ke atas, bawah dan samping) maka tinggi vitrine seluruhnya kira-kira 240 cm sudah memadai, alas terendah 6575 cm dan tebal vitrine minimal 60 cm.

Gambar 2 ( Patokan ukuran vitrine yang telah disesuaikan dengan tinggi tubuh orang Indonesia)

c. Pengaturan cahaya tidak boleh menggangu pengunjung dan tidak boleh merusak koleksi yang terdapat di dalamnya. Oleh karena itu untuk tidak menggangu pengunjung, lampu harus diletakkan di tempat yang terlindungi (tertutup) .Kemudian agar benda-benda koleksi yang terdapat di dalam museum tidak rusak maka intensitas cahaya harus diperhatikan. Untuk benda-benda organic seperti kayu, kulit, kain kertas dan barang-barang yang berwarna harus menggunakan cahaya 50 lux – 150 lux.

Gambar 3 (Cara meletakkan lampu di langit-langit vitrine agar jangan sampai menyilaukan pengunjung)

d. Bentuk Vitrine harus disesuaikan dengan ruangan yang akan ditempati oleh vitrine tersebut. Menurut bentuknya disesuaikan dengan penempatanya, ada bermacam-macam antara lain sebagai berikut : o Vitrine dinding. Vitrine yang diletakkan berhimpitan dengan dinding. Vitrine ini dapat dilihat bagian dalamnya hanya dari satu sisi samping, dan dari depan. Bagian yang terlihat diberi

kaca polos sedangkan yang berhimpitan ditutup dengan papan. o Vitrine tengah Vitrine ini diletakkan ditengah tidak melekat pada dinding, isinya harus dapat dilihat dari segala sisi. Keempat sisi terbuat dari kaca polos dan untuk menerangi vitrine digunakan lampu sorot yang diletakkan di atas plafon atau sudut ruangan. o Vitrine sudut Vitrine yang diletakkan di sudut ruangan. Vitrine ini hanya dilihat dari satu arah saja, ialah dari depan, dinding yang lain melekat pada dinding ruangan. Pemasangan lampulampu sama dengan vitrine dinding.

(Cara pemasangan kabel pada vitrine ) (1. Sakelar untuk menyalakan dan memadamkan lampu dalam vitrine) (2. Sikring Pengaman)

Gambar 5 (Vitrine Sudut)

o Vitrine lantai Vitrine yang letaknya agak mendatar di bawah pandangan mata kita. Biasanya untuk menata benda-benda kecil ) yang harus dilihat dari dekat), seperti perhiasan, mata uang, permata,dll. Menempatkanya dapat digantungkan ke dinding, berdiri sendiri atau bergabung dengan vitrine lain.

Vitrine lantai ( Vitrine duduk) ukuranya jangan terlalu rendah, karena akan menyulitkan orang meilhat koleksi di dalamnya. Untuk pengujung anak-anak dapat pula diletakkan tangga di seputarnya.

Gambar 6 (Kombinasi antara Vitrine duduk dan Vitrine dinding dan dibawahnya apabila masih diperlukan bisa dijadikan tempat penyimpanan)

o Vitrine-tiang. Museum yang menggunakan bangunan-bangunan lama ataupun museum baru yang meniru gaya bangunan tradisional, biasanya bangunan tersebut banyak terdapat tiang-tiang di dalamnya. Untuk menghemat tempat dan

menserasikan ruangan kita bisa membuat vitrine khusus yang ditempatkan di seputar tiang tersebut.

Gambar 7 (Vitrine Tiang )



Panel Kegunaan panel bermacam-macam, sebagai sekat pemisah ruangan, sarana penerangan, dan sarana pameran. Bentuknya tidak selalu harus merupakan bidang datar yang tergak berdiri sendiri seperti papan tulis tetapi dapat pula terdiri dari beberapa bidang, dapat melengkung ataupun cembung, miring dan lain sebagainya. Bentuknya disesuaikan dengan komposisi ruangan dan selera perencana.

Gambar 8 (Contoh-contoh panel)

Sebagai sarana pameran, panel berfungsi sebagai tempat meletakkan benda-benda dua dimensi, misalnya foto, gambar, lukisan, peta,dan sebagainya. Selain daripada itu juga dapat digunakan untuk bendabenda yang berbentuk pipih seperti topeng, buku ,kain,dsb.

Jika sekiranya panel itu akan dipakai untuk benda-benda berharga,maka panel tersebut harus dibuat tutup kaca agar bendabenda yang ada di dalamnya akan terlindungi.Bentuk panel dapat dibagi dua, yaitu panel tunggal dan panel ganda dengan vitring.

Gambar 9 (Panel juga dapat dijadikan sarana penerangan, penunjuk, dan tempat pemberitahuan)

Merencanakan panel harus memperhatikan : 1. Bahwa panel harus mudah dilihat dan bagus dipandang. Mudah dilihat dalam pengertian, bahwa barang atau sesuatu yang ditata pada panel tersebut harus dengan jelas dan menyenangkan bagi orang yang melihat. Jadi posisinya dan juga komposisinya harus bagus. 2. Mudah dipindah-pindahkan sesuai dengan fungsinya, maka panel harus mudah dipindah-pindahkan. Harus bisa dibongkar dan mudah dirakit kembali. Kalau panel itu dibuat semi permanen, kaki-kakinya diberi roda agar mudah

mendorongnya

apabila

sewaktu-waktu

perlu

dipindahkan

peletakanya.

Gambar 10 (Bentuk panel yang dapat dirakit. Panel ini ditempatkan di tengah ruangan. Bilah panel yang tidak menutupi seharusnya sangat cocok untuk ruangan pameran yang tidak begitu luas)

3. Kokoh Konstruksinya Karena panel harus mudah dirakit dan mudah dipindahpindahkan, maka harus kokoh konstruksinya. Bentuk yang pipih itu jangan sampai mudah terbalik.Apabila panel itu akan dipasang lampu-lampu pada bagian atasnya, maka cara pemasanganya sama dengan lampu dalam vitrine yaitu sinarnya tidak boleh menyilaukan pengunjung.

Gambar 11 (Bentuk panel dengan vitrine duduk)

Gambar 12 (Cara pemasangan lampu pada panel)



Box Standard ( Alas berbentuk kotak) Gunanya untuk memamerkan benda-benda yang berbentuk tiga dimensi. Ada dua macam “box standard” yang berukuran kecil ialah untuk alas benda-benda kecil yang diletakkan di dalam vitrine sebagai alat bantu agar benda-benda di dalam lemari itu dapat ditata dengan komposisi yang baik, sesuai dengan yang kita inginkan untuk menampilkan koleksi yang akan kita tonjolkan.

Bentuk box standard itu harus disesuaikan dengan koleksinya, dan harus dipertimbangkan komposisinya agar tidak menjemukan orang yang melihatnya. Kalau kotak-kotak itu akan dicat berwarna, maka warna-warna itu harus diseusaikan dengan warna benda dan warna dasar vitrine tersebut. Jangan sampai terlalu kontras, sehingga akan lebih menonjol.

Apabila benda-benda koleksi yang dipamerkan itu besar dan berat, seperti perunggu, patu batu,dsb, maka penempatanya harus

tersendiri dan dibuat kuat. Kalau tempatnya tetap maka patung batu bisa diletakkan di atas semen (tembok).

Gambar 13 (Alas patung-patung batu yang terdapat di Museum Nasional)

Gambar 14 (Kotak alas kecil untuk benda-benda koleksi yang diletakaan di dalam vitrine)

Ukuran tinggi rendah box harus disesuaikan dengan besar dan kecilnya benda koleksi yang berada di atasnya. Bagi bendabenda yang dikawatirkan akan dicuri sebaiknya ditutup dengan kaca. Pencahayaan untuk koleksi yang berada di atas box biasa dipancarkan dari arah luar.

Gambar 15 (Box standart yang bertutup kaca sebagai pengaman)

Gambar 16 (Tutup box standart dari kaca tidak mungkin dipasang lampu penyinarannya di dalam, harus dari luar dengan cahaya alam ataupun cahaya lampu sorot)

6. Penataan Pameran Menurut (Dean, 1996) ada tiga alternatif pendekatan dalam mengatur sirkulasi alur pengunjung dalam penataan ruang pamer sebuah museum : a. Alur yang disarankan (suggested) Keberhasilan pendekatan ini bergantung pada kemampuan elemen ruang dalam mengarahkan pengunjung untuk melalui jalur yang sudah disiapkan karena pengunjung masih diberi kesempatan untuk memilih jalur sesuai keinginannya.

Gambar 17 Denah pendekatan alur pengunjung dalam pameran (alur yang disarankan)

b. Alur yang tidak berstruktur (unstructured) Dalam pendekatan ini, pengunjung tidak diberikan batasan gerak dalam ruang, mereka bebas bergerak tanpa adanya alur yang harus diikuti. Biasanya pendekatan ini digunakan dalam sebuah galeri seni.

Gambar 18 Denah pendekatan alur pengunjung dalam pameran (alur yang tidak berstruktur)

c. Alur yang diarahkan (directed) Pendekatan seperti ini bersifat kaku karena mengarahkan pengunjung untuk bergerak dalam satu arah sesuai alur yang sudah direncanakan.

Gambar 19 Denah pendekatan alur pengunjung dalam pameran (alur yang tidak berstruktur)

Menurut Ernest dan Peter (2012), faktor yang mempengaruhi keputusan tata letak ruang display di museum berhubungan dengan koleksi yang ingin ditampilkan dengan cara menampilkan koleksi tersebut. Berikut beberapa tipe dasar tata letak ruang : 1. Open Plan (Tata letak terbuka) Terlihat besar dan luas, sirkulasi pengunjung bebas, function room di letakkan di basement.

2. Core and Satellite Rooms (Kamar inti dan satelit) Ruang utama untuk orientasi di museum atau pameran , sisi ruangan untuk display ( tema / koleksi ) 3. Linear Chaining (Urutan Linear) Urutan linear dari ruangan , sirkulasi terkontrol , orientasi yang jelas , pintu masuk dan keluar yang terpisah

4. Labyrinth (Labirin) Sirkulasi bebas , dipandu oleh rute dan arah yang bervariasi , pintu masuk dan keluar dapat terpisah

5. Complex (Kompleks) kelompok gabungan ruangan dari tata letak 1- 4, pengorganisasian koleksi museum yang kompleks dan konsep display

6. Round tour (Loop) atau Tur putaran Mirip dengan urutan linear (nomor 3), tetapi sirkulasi dikontrol mengarah kembali ke pintu masuk

Konsep Tampilan

Pengaturan Spasial

Berorientasi pada display item

Open Plan (1)

Orientasi sistematis

Core and Satellites (2)

Orientasi sesuai tema

Linear Chaining (3), Round tour (6)

Orientasi kompleks

Labyrinth (4), Complex (5)

7. Persyaratan Ruang Pamer Menurut (Pickard, 2002), sebuah pameran museum atau gallery terdiri dari ruang pamer permanen dan ruang pamer temporer dalam bentuk dan ukuran yang berbeda. Ruang pamer temporer dapat memperkuat dan memperluas ruang pamer permanen dan memberikan kesempatan benda pamer yang biasanya tersimpan di dalam ruang penyimpanan. Pedoman dasar merancang ruang pamer : o Dinding : permukaan dinding harus padat dan dilindungin oleh bahan yang mudah untuk diperbaiki secara langsung. Material harus

berpori

sehingga

dapat

membantu

mengontrol

kelembaban ruang pamer dengan menyerap dan melepaskan kelembaban. o Lantai : tenang, nyaman, menarik, awet, dapat merefleksi cahaya, dan mampu menahan beban berat. Biasanya kayu,

batu, dan karpet merupakan material yang cocok untuk lantai pada ruang pamer. o

Objek pamer : yang terpenting, setiap benda harus ditempatkan di tempat yang memiliki sudut pandang yang tepat dengan pencahayaan yang cukup. Setiap objek harus diberikan konteks visual. Penyajian informasi tentang masingmasing objek harus di buat dalam konteks strategi informasi keseluruhan seperti surat, penjelasan, nama, dll

o Bentuk media pamer : tampilan media pamer dapat menjadi sangat penting dalam bagian hiasan museum. Masalah bentuk dan tampilan harus di pertimbangkan seperti, latar belakang, yang sangat penting bagi media pamer dan ruang pamer serta objek lain disekitarnya. Media pamer juga harus di desain

untuk

berbagai

macam

aspek

akses

pemeliharaan termasuk objek lain didalamnya seperti pencahayaan, perlengkapan kelembabab, serta media pamer itu sendiri.

 Penghawaan : tidak ada acuan yang mutlak tentang kontrol pemanasan dan kelembaban. Pengontrolan koleksi tertentu tergantung pada keadaan museum dan kondisi sebelum objek-objek tersebut disimpan. i.

Suhu,

adalah

faktor

paling

sedikit

penyebab

kerusakan lingkungan tapi penting dalam mengontrol tingkat kelembaban. Suhu rendah dapat menolong dalam mengurangi pembusukan secara kimiawi dan

biologis, tapi suhu yang di inginkan sering di atur oleh permintaan kenyamanan manusia yang harusnya tidak boleh lebih dari 19oC. ii.

Tingkat kelembaban, adalah faktor yang lebih penting dari suhu didalam suatu konservasi, semakin tinggi kelembaban, maka semakin besar resikonya. Kondisi kering dapat menghambat terjadinya korosi, namun bahan organik seperti kayu dan tekstil dapat menyusut dan mungkin menjadi rapuh. Dalam kond...


Similar Free PDFs