POTENSI RELATIF DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI REGIONAL PDF

Title POTENSI RELATIF DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI REGIONAL
Author F. gunawan Kelirey
Pages 31
File Size 258 KB
File Type PDF
Total Downloads 214
Total Views 404

Summary

MAKALAH EKONOMI REGIONAL POTENSI RELATIF DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI REGIONAL Disusun Oleh : Fajrin Gunawan Kelirey Npm: 02031511077 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE PERIODE 2017-2018 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tu...


Description

MAKALAH EKONOMI REGIONAL

POTENSI RELATIF DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI REGIONAL

Disusun Oleh :

Fajrin Gunawan Kelirey Npm: 02031511077

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE PERIODE 2017-2018

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karuniahnya makalah ini dapat kami selesaikan tepat pada waktunya. Adapun makalah ini kami susun, untuk dapat memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Regional. Makalah ini berjudul “Potensi Relatif dan Perubahan Struktur Ekonomi Regional”. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Ternate 3 Maret 2018

Fajrin Gunawan Kelirey

2

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL .......................................................................................... KATA PENGANTAR ........................................................................................ DAFTAR ISI ........................................................................................................ BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1.1 Latar Belakang ...........................................................................

i ii ii 1 1

1.2

Tujuan ....................................................................................... 1

1.3

Manfaat ...................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 2 2.1

Pengertian Teori Basis ............................................................... 2

2.2

Pengganda Basis ........................................................................ 5

2.3

Cara Memilih Kegiatan Basis Dengan Nonbasis ....................... 8 2.3.1

Metode Langsung ........................................................... 8

2.3.2

Metode Tidak Langsung ................................................. 9

2.3.3

Metode Campuran .......................................................... 10

2.3.4

Metode Lacation Quotient .............................................. 11

2.4

Evaluasi Atas Tingkat Kebasisan Suatu Produk ........................ 12

2.5

Perbedaan Basis Antara di Kota Dengan di Wilayah Belakangnya ..................................................................................................... 13

2.6

Keunggulan Komparatif ............................................................. 14 2.6.1 Faktor Penentu Wilayah Memiliki Keunggulan Komparatif ..................................................................... 17

2.7

Location Quotient ....................................................................... 18

2.8

Analisis Shift-Share ................................................................... 22 2.8.1

Konsep dan Definisi ....................................................... 23

BAB III PENUTUP ............................................................................................ 27 3.1

Kesimpulan ................................................................................ 27

3.2

Saran ........................................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 28

3

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Seorang perencana wilayah harus memiliki kemampuan untuk menganalisis

potensi ekonomi wilayahnya. Hal ini terkait dengan kewajibannya di satu sisi menentukan sektor-sektor rill yang perlu dikembangkan agar perekonomian daerah tumbuh cepat dan di sisi lain mampu mengidentifikasikan faktor-faktor yang membuat potensi sektor tertentu rendah dan menentukan apakan prioritas untuk menanggulangi kelemahan tersebut. Setelah otonomi daerah, masing-masing daerah sudah lebih bebas dalam menetapkan sektor/komoditi yang diprioritaskan pengembangannya. Kemampuan pemerintah daerah untuk melihat sektor yang memiliki keunggulan/kelemahan di wilayahnya menjadi semakin penting. Sektor yang memiliki keunggulan, memiliki prospek yang lebih baik untuk dikembangkan dan diharapkan dapat mendorong sektor-sektor lain untuk berkembang. Ada beberapa alat analisis yang dapat digunakan untuk menentukan potensi relatif perekonomian suatu wilayah. alat analisis itu antara lain keunggulan komparatif, location quotient, dan analisis Shift-share. 1.2 1.

Tujuan Mengetahui pengertian Teori Ekonomi Basis dan penerapannya dalam pembangunan ekonomi daerah.

2.

Mengetahui sumber-sumber pertumbuhan ekonomi suatu daerah

3.

Mampu menganalisa metode pengukuran sektor basis suatu daerah

1.3

Manfaat Agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana agar suatu daerah mampu

bersaing dengan daerah lain menggunakan keunggulan komparatif yang dimiliki daerah tersebut dan digunakan untuk prospek pembangunan yang berkelanjutan agar bisa memberikan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat yang ada di daerah itu.

4

BAB II PEMBAHASAN

2.1

PENGERTIAN TEORI BASIS Teori basis ekonomi (economic base theory) mendasarkan pandangannya

bahwa laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh besarnya peningkatan ekspor dari wilayah tersebut. Kegiatan ekonomi dikelompokkan atas kegiatan basis dan kegiatan nonbasis. Hanya kegiatan basis yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah. untuk melihat dampak dampaknya terhadap seluruh perekonomian maka perlu dilakukan analisis makro-wilayah, yaitu melihat dampaknya terhadap seluruh perekonomian wilayah. secara makro, dalam kasus tersebut dibuat asumsi tersembunyi bahwa produksi suatu komoditi tersebut masih laku dijual di pasar dan itu tidak membuat harga pasar menjadi turun. Teori basis ekonomi ini dikemukakan oleh Richardson (1973) yang menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah (Arsyad, 1999). Pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumberdaya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor, akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja. Asumsi ini memberikan pengertian bahwa suatu daerah akan mempunyai sektor unggulan apabila daerah tersebut dapat memenangkan persaingan pada sektor yang sama dengan daerah lain sehingga dapat menghasilkan ekspor (Suyatno, 2000). Aktivitas basis memiliki peranan sebagai penggerak utama (primer mover) dalam pertumbuhan suatu wilayah. Semakin besar ekspor suatu wilayah ke wilayah lain akan semakin maju pertumbuhan wilayah tersebut, demikian sebaliknya. Setiap perubahan yang terjadi pada sektor basis akan menimbulkan efek ganda (multiplier effect) dalam perekonomian regional (Adisasmita, 2005).

5

Teori basis ekonomi berupaya untuk menemukan dan mengenali aktivitas basis dari suatu wilayah, kemudian meramalkan aktivitas itu dan menganalisis dampak tambahan dari aktivitas ekspor tersebut. Konsep kunci dari teori basis ekonomi adalah bahwa kegiatan ekspor merupakan mesin pertumbuhan. Tumbuh tidaknya suatu wilayah ditentukan oleh bagaimana kinerja wilayah itu terhadap permintaan akan barang dan jasa dari luar. Dalam kondisi pasar tertutup, bertambahnya produsen atau produksi yang tidak dibarengi dengan bertambahnya permintaan lokal dapat membuat harga jual menjadi turun. Apabila harga jual berubah turun, nilai tambah dari kegiatan itu akan turun karena laba investor (petani) berkurang. Namun kerugian bukan hanya diderita oleh petani itu sendiri karena petani lain yang sebelumnya telah aktif pada kegiatan tersebut juga menderita penurunan nilai tambah (laba masing-masing berkurang). Hal ini berarti nilai tambah total belum tentu meningkat bahkan bisa menurun apabila petani yang sudah menderita kerugian tetap meningkatkan produksinya. Pada akhirnya akan ada petani yang tidak lagi berproduksi dan menutup usahanya. Total produksi akan turun dan kembali kepada kondisi semula (sebetulnya investasi itu ada mendorong meningkatnya permintaan lokal tetapi tidak bersifat langgeng). Contoh di atas menunjukan bahwa tidak semua investasi dapat memacu pertumbuhan ekonomi wilayah (secara langgeng). Apabila kegiatan itu hanya untuk memenuhi kebutuhan lokal dan kebutuhan lokal tidak bertambah, munculnya seorang investor baru akan mengakibatkan kerugian pada investor yang sudah ada sebelumnya atau keuntungan rata-rata pengusaha menjadi menurun. Perlu dicata bahwa apabila rata-rata pengusaha tidak lagi mendapat untung yang wajar maka laju pertumbuhan ekonomi dapat terganggu. Modal untuk investasi seringkali berasal dari akumulasi keuntungan yang ditahan. Apabila pengusaha tidak memiliki akumulasi keuntungan yang memadai maka kemampuan berinvestasi menjadi menurun. Lagipula apabila sektor kegiatan itu diperkirakan tidak lagi memberi keuntungan yang memadai, investor akan kurang berminat menanamkan modalnya di sektor tersebut. Kurangnya investasi berakibat kurangnya tambahan lapangan

6

kerja baru sehingga tidak mampu menyerap angkatan kerja baru yang terus bertambah. Keuntungan pengusaha yang makin mengecil juga berdampak terhadap penerimaan pemerintah dari sektor pajak karena penerimaan pajak menjadi sulit ditingkatkan. Apabila penerimaan pemerintah tidak meningkat maka kemampuan pemerintah untuk menciptakan lapangan kerja baru menjadi menurun. Hal ini berbeda misalnya apabila investor itu menghasilkan produk yang ditunjukan untuk ekspor. Kegiatan itu menciptakan nilai tambah, mendorong sektor lain untuk turut berkembang tetapi tidak ada investor lokal lain yang dirugikan. Dalam pengertian ekonomi regional, ekspor adalah suatu kegiatan yang menjual produk/jasa ke luar wilayah baik ke wilayah lain dalam negara itu maupun ke luar negeri. Tenaga kerja yang berdomisili di wilayah kita, tetapi bekerja dan memperoleh uang dari wilayah lain termasuk dalam pengertian ekspor. Pada dasarnya kegiatan ekspor adalah semua kegiatan baik penghasil produk maupun penyedia jasa yang mendatangkan uang dari wilayah disebut kegiatan basis. Lapangan kerja dan pendapatan di sektor basis adalah fungsi dari permintaan yang bersifat exogenous (tidak tergantung pada kekuatan intern/permintaan lokal). Semua kegiatan lain yang bukan kegiatan basis termasuk ke dalam kegiatan/sektor service atau pelayanan, tetapi untuk tidak menciptakan pengertian yang keliru tentang arti service disebut saja sektor nonbasis. Sektor nonbasis (service) adalah untuk memenuhi kebutuhan konsumsi lokal. Karena sifatnya yang memenuhi kebutuhan lokal, permintaan sektor ini sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan masyarakat setempat. Dengan demikian, sektor ini terikat terhadap kondisi ekonomi setempat dan tidak bisa berkembang melebihi pertumbuhan ekonomi wilayah. Atas dasar anggapan di atas, satu-satunya sektor yang bisa meningkatkan perekonomian wilayah melebihi pertumbuhan alamiah adalah sektor basis.

7

2.2

PENGGANDA BASIS Analisis basis dan nonbasis pada umumnya didasarkan atas nilai tambah

ataupun lapangan kerja. Misalnya, penggabungan lapangan kerja basis dan lapangan kerja nonbasis merupakan total lapangan kerja yang tersedia untuk wilayah tersebut. Demikian pula penjumlahan pendapatan sektor basis dan pendapatan sektor nonbasis merupakan total pendapatan wilayah tersebut. Di dalam suatu wilayah dapat dihitung berapa besarnya lapangan kerja basis dan lapangan kerja nonbasis, dan apabila kedua angka itu dibandingkan, dapat dihitung nilai rasio basis (base ratio) dan kemudian dapat dipakai untuk menghitung nilai pengganda basis (base multiplier). Rasio basis adalah perbandingan antara banyaknya lapangan kerja nonbasis yang tersedia untuk setiap satu lapangan kerja basis. Misalnya, dalam satu wilayah terdapat 3.000 lapangan kerja yang terdiri atas 1.000 lapangan kerja basis dan 2.000 lapangan kerja nonbasis. Dengan demikian, rasio basis (base ratio) adalah 1 : 2. Artinya, setiap satu lapangan kerja basis, tersedia dua lapangan kerja nonbasis. Apabila pada periode berikutnya ekspor bisa ditingkatkan dan menambah lapangan kerja basis, misalnya 100 unit maka diharapkan tercipta tambahan 200 lapangan kerja baru di sektor nonbasis. Dengan kata lain, peningkatan ekspor akhirnya menciptakan tambahan 300 lapangan kerja baru. Sebaliknya apabila produk pengusaha kita kalah bersaing di pasar global dan terpaksa mengurangi kegiatan termasuk jumlah karyawannya sebanyak 50 orang maka secar bertahap sektor nonbasis akan kehilangan lapanga kerja sebanyak 100 unit. Hal ini berarti pengurangan ekspor akhirnya menurunkan lapangan kerja yang tersedia sebanyak 150 unit. Perlu diingat bahwa akibat kenaikan atau penurunan ekspor, lapangan kerja yang langsung bertambah atau berkurang adalah di sektor basis, sedangkan kenaikan atau penurunan di sektor nonbasis akan menyusul secara bertahap sampai seluruhnya terjadi. Waktu yang diperlukan antara berubahnya lapangan pekerjaan di sektor basis dan perubahan di sektor nonbasis merupakan masa tenggang (time-lag). Masa tenggang dapat diperkirakan bila terdapat data time-series tentang jumlah lapangan kerja basis dan jumlah lapangan kerja nonbasis, serta perkembangan ekspor dalam beberapa tahun.

8

Dalam kasus perubahan lapangan kerja di atas, yang rasio basisnya 1 : 2 untuk setiap satu perubahan lapangan kerja di sektor basis akan menambah lapangan kerja total sebanyak 3 unit, yaitu satu di sektor basis dan dua di sektor nonbasis. Besarnya perubahan lapangan kerja total untuk setiap satu perubahan lapangan kerja di sektor basis disebut pengganda (base multiplier). Nilai pengganda basis lapangan kerja dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut. �engganda basis =

total lapangan kerja lapangan kerja basis

Dari contoh di atas, nilai pengganda basis adalah 3.000 : 1.000 = 3. Artinya, setiap pertambahan lapangan kerja basis sebanyak 1 unit, mengakibatkan pertambahan lapangan kerja total sebesar 3 unit, yaitu 1 unit di sektor basis dan 2 unit di sektor nonbasis. Dalam contoh di atas digunakan data lapangan kerja, sehingga rasio (angka banding) yang diperoleh disebut pengganda basis lapangan kerja (employment base multiplier). Hal yang sama dapat juga dilakukan dengan menggunakan ukuran lain, misalnya pendapatan. Dalam menggunakan ukuran pendapatan, nilai pengganda basis adalah besarnya kenaikan pendapatan seluruh masyarakat untuk setiap satu unit kenaikan pendapatan di sektor basis. Dalam hal pendapatan, nilai pengganda basis yang diperoleh dinamakan pengganda basis pendapatan (income base multiplier). Perlu dicatat bahwa dalam penggunaan variabel pendapatan, baik pembilang maupun penyebut harus menggunakan nilai dengan ukuran yang sama, misalnya sama-sama menggunakan nilai konstan atau sama-sama harga yang berlaku. Apabila menggunakan harga berlaku maka kedua nilai adalah untuk tahun yang sama. Sebetulnya menggunakan data pendapatan (nilai tambah) adalah lebih tepat dibanding dengan menggunakan data lapangan kerja. Hal ini tidak lain karena lapangan kerja memiliki bobot yang berbeda antara yang satu dengan lainnya. Misalnya, lapangan kerja untuk manajer tidak sama bobotnya dengan lapangan kerja untuk karyawan biasa, baik dari sudut upah yang diterima maupun kualifikasi SDM untuk dapat menduduki jabatan tersebut. Namun, data pendapatan sering tidak mudah diperoleh atau data yang diperoleh belum tentu benar. Oleh sebab itu, data lapangan kerja lebih sering dipakai apabila data

9

dikumpulkan lewat survei langsung ke unit usaha. Seandainya nilai pengganda basis sudah diketahui dari pengalaman terdahulu maka apabila pada suatu tahun tertentu diketahui besarnya perubahan lapangan kerja di sektor basis, bisa diramalkan jumlah lapangan kerja yang berubah untuk keseluruhan wilayah, yaitu dengan rumus: =

×

Dalam menggunakan nilai pengganda basis sebagai alat peramalan, sering dipermasalahkan bahwa nilai pengganda basis yang dihitung adalah berdasarkan perbandingan lapangan kerja yang telah tersedia (kondisi saat ini). Hal ini mungkin berbeda dengan keadaan di masa yang akan datang (perubahan yang akan diramalkan). Oleh karena itu, disarankan untuk menggunakan angka perubahan rata-rata per tahun antara total lapangan kerja terhadap perubahan lapangan kerja di sektor basis. Apabila angka ini dihitung dalam bentuk tahunan, misalnya perubahan dari tahun sebelumnya terhadap tahun ini, akan diperoleh angka pengganda basis per tahun yang biasanya berbeda dari tahun ke tahun. Dalam hal ini bisa dipakai angka rata-rata beberapa tahun atau kalau terlihat ada kecenderungan, misalnya nilai pengganda basis cenderung naik atau cenderung turun maka dipakai angka proyeksi berdasarkan kecenderungan tersebut. Hal ini terutama lebih penting diperhatikan apabila nilai pengganda basis didasarkan atas perbandingan pendapatan dan bukan lapangan kerja. Analisis basis, menggunakan rumus yang sangat sederhana padahal analisis ini cukup ampuh untuk mengkaji dan memproyeksi pertumbuhan ekonomi wilayah. akan tetapi permasalahan yang berat dalam menggunakan analisis ini adalah ketepatan dalam pemilahan antara kegiatan basis dan nonbasis dan beberapa sebenarnya porsi masing-masing dalam perekonomian wilayah.

10

2.3

CARA MEMILIH KEGIATAN BASIS DENGAN NONBASIS Dalam menggunakan analisis basis ekonomi adalah memilih antara kegiatan

basis dan kegiatan nonbasis. Sebagaimana telah diuraikan bahwa analisis basis ekonomi dapat menggunakan variabel lapangan kerja, pendapatan, atau ukuran lain tetapi yang umum dipakai adalah lapangan kerja atau pendapatan. Secara logika penggunaan variabel pendapatan lebih mengena kepada sasaran. Peningkatan pendapatan di sektor nonbasis dalam bentuk korelasi yang lebih ketat dibanding dengan menggunakan variabel lapangan kerja. Beberapa metode untuk memilah antara kegiatan basis dan kegiatan nonbasis dikemukakan berikut ini. 2.3.1

Metode Langsung Metode langsung dapat dilakukan dengan survei langsung kepada pelaku

usaha ke mana mereka memasarkan barang yang diproduksi dan dari mana mereka membeli bahan-bahan kebutuhan untuk menghasilkan produk tersebut. Dari jawaban yang mereka berikan, dapat ditentukan berapa persen produk yang dijual ke luar wilayah dan berapa persen yang dipasarkan di dalam wilayah. hal yang sama juga dilakukan untuk bahan baku yang mereka gunakan. Untuk kepentingan analisis, perlu diketahui jumlah orang yang bekerja dan berapa nilai tambah yang diciptakan oleh kegiatan usaha tersebut. Akan tetapi, apabila kita melakukan survei langsung ke pelaku ekonomi, perusahaan atau perorangan yang melakukan kegiatan usaha, variabel yang lebih mudah diperoleh adalah lapangan kerja. Menggunakan variabel nilai tambah/pendapatan sangat sulit karena di dalamnya terdapat unsur laba pengusaha yang biasanya sensitif untuk ditanyakan dan ada kemungkinan jawaban yang diberikan bukan yang sebenarnya selain upah dan gaji. Dalam unsur nilai tambah terdapat unsur laba perusahaan yang sering kali tidak mudah diketahui terutama untuk perusahaan perorangan. Dengan demikian, cukup sulit mendapatkan data yang akurat dengan menggunakan variabel pendapatan dalam survei langsung.

11

Penggunaan variabel lapangan kerja juga memerlukan pemikiran dan kehati-hatian yang cukup tinggi. Dalam suatu kegiatan usaha sering kali tercampur kegiatan basis dan nonbasis. Misalnya pada pabrik sepatu, sebagian produknya diekspor/dijual ke...


Similar Free PDFs