POTRET PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA PDF

Title POTRET PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA
Author Siti Fauziah Sayyida Ulfa
Pages 7
File Size 106.4 KB
File Type PDF
Total Downloads 29
Total Views 139

Summary

POTRET PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA Achmad Sufyan & Siti Fauziah Sayyida Ulfa SMAN 1 PAMEKASAN & MA Al-Amien Putri I Pragaan ([email protected] & [email protected]) Abstrak : Pendidikan sangat menentukan kemajuan suatu Negara. Pendidikan adalah sarana untuk mencerdaskan k...


Description

POTRET PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA Achmad Sufyan & Siti Fauziah Sayyida Ulfa SMAN 1 PAMEKASAN & MA Al-Amien Putri I Pragaan ([email protected] & [email protected])

Abstrak : Pendidikan sangat menentukan kemajuan suatu Negara. Pendidikan adalah sarana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dalam imtaq maupun iptek. Sistem pendidikan di suatu Negara juga sangat menentukan produktifitas Sumber Daya Manusianya, yaitu Sumber Daya Manusia yang mampu bersaing dengan yang lain bidangnya. Selain pendidikan formal ataupun non formal, sumber daya manusia harus dibekali dengan pelatihan tentang wirausaha agar memiliki keahlian ataupun keterampilan. Dan keahlian dalam bidangnya akan bisa didapat oleh setiap orang dengan melalui pendidikan yang dilewati dengan kesungguhan yang tinggi. Selain pendidikan umum, tentunya pendidikan agama Islam juga tidak kalah perlunya. Pendidikan adalah ujung tombak kesuksesan sebuah Negara, termasuk Negara Indonesia. Dan Islam adalah agama rahmatan lil’alamin. Sebagai Negara nomer satu dengan penduduk mayoritas beragama Islam, tentunya menjadi tolak ukur bahwa Negara Indonesia termasuk Negara yang damai dalam penyebaran penddikan agama islamnya. Demikian juga dengan masyarakat Indonesia yang dengan mudah menerima pendidikan Islam, hal ini juga bisa dibuktikan dengan banyaknya penduduk Negara Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Tentunya selain itu semua, pasti ada faktor yang mempengaruhi adanya Pendidikan Islam di Indonesia. Misalnya seperti organisasi-organisasi yang banyak melakukan kegiatan kependidikan Islam. Yaitu AlJami’at Al-Khairiyah, Al-Islah Wal Irsyad, Persyerikatan Ulama, Muhammadiyah, dan Nahdlatul Ulama. Kelima organisasi tersebut adalah organisasi yang banyak melakukan aktivitas kependidikan Islam di Indonesia.

Pendahuluan Sejarah telah mencatat bahwa agama islam disiarkan dan dikembangbiakkan oleh para pembawanya yang disebut utusan Tuhan dan oleh para pengikutnya. Mereka yakin bahwa kebenaran dari Tuhan itu harus disampaikan kepada umat manusia untuk menjadi pedoman hidup. Para penyebar agama banyak yang menempuh perjalanan jarak jauh dari tempat kelahirannya sendiri demi untuk menyampaikan ajarannya. Misalnya Nabi Ibrahim berhijrah dari Babylonia menuju Palestina Mesir dan Mekkah. Nabi Musa pulang balik dari Mesir dan Palestina, Nabi Isa hijrah dari Bait Lahm ke Yerusalem dan Nabi Muhammad hijrah dari Mekkah ke Madinah. Para pemeluk agama menyebarkannya lagi ke tempattempat yang lebih jauh secara langsung atau secara beranting (estafet), sehingga agamaagama sekarang telah tersebar ke seluruh pelosok dunia. Diantara agama-agama besar di dunia ini adalah Yahudi, Nasrani, Islam, Hindu dan Budha, tetapi yang paling luas dan paling banyak pengikutnya ialah Nasrani dan Islam. Hal tersebut tentu berhubungan dengan usaha penyiarannya oleh para pemeluknya. Usaha penyiaran agama pasti menghadapi rintangan, hambatan, gangguan bahkan ancaman yang berat. Itulah sebabnya maka kadang-kadang penyiaran suatu agama berjalan dengan lancar, kadang-kadang tersendat-sendat dan kadang-kadang mengalami kemacetan walaupun tidak total. Pengembangan dan penyiaran agama islam termasuk paling dinamis dan cepat dibandingkan dengan agama-agama lainnya. Hal tersebut diukur dengan kurun waktu yang sebanding dan dengan sikon alat komunikasi dan transportasi yang sepadan. Catatan sejarah telah membuktikan bahwa islam dalam waktu 23 tahun dari kelahirannya sudah menjadi tuan di negerinya sendiri yaitu Jazirah Arabia. Pada zaman Khalifah Umar bin Khattab, islam telah masuk sacara potensial di Syam Palestina, Mesir dan Iraq. Pada zaman Usman bin Affan, Islam telah masuk di negeri-negeri bagian timur sampai ke Tiongkok dibawa oleh para pedagang zaman dinasti Tang. Kesimpulannya ialah, bahwa dalam kurun waktu kurang dari satu abad dari kelahirannya, Islam telah tersebar jauh sampai ke Tiongkok, ke Afrika bagian utara, ke Asia kecil dank e Asia bagian utara (Lembah Sungai Everent dan Tigris). Sedangkan agama-agama lain

memerlukan beberapa abad untuk dapat menyebar keluar negerinya dalam jarak yang jauh dan daerah yang luas atau untuk menjadi tuan di negerinya sendiri. Akselerasi dan dinamika penyebaran Islam tersebut disebabkan adanya factor-faktor khusus yang dimiliki oleh Islam pada periode permulaanya. Faktor-faktor positif yang pertama adalah factor ajaran Islam itu sendiri. Ajaran Islam baik bidang aqidah, syari’ah dan akhlaknya mudah dimengerti oleh semua lapisan masyarakat, dapat diamalkan secara luwes dan ringan, selalu memberikan jalan keluar dari kesulitan. Dan factor yang kedua adalah factor tempat kelahiran Islam yaitu Jazirah Arabia. Dimana Jazirah Arabia lokasinya sangat trategis yaitu ditengah persimpangan antara benua-benua Afrika, Eropah, Asia bagian utara dan Asia bagian timur, Arabia itu disebut Jazirah (pulau) karena hampir seluruh tanahnya dikelilingi oleh perairan secara langsung, Arabia terdiri dari daerah padang pasir dan gunung-gunung batu yang tandus, serta iklim Jazirah Arabia pada umumnya panas dan kering.(Zuhairini dkk, 1986: 125-127)

Pembahasan A. Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia Lahirnya agama Islam yang dibawa oleh Rasulullah saw, pada abad ke-7 M, menimbulkan suatu tenaga penggerak yang luar biasa, yang pernah dialami oleh umat manusia. Islam merupakan gerakan raksasa yang telah berjalan sepanjang zaman dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Masuk dan berkembangnya Islam ke Indonesia dipandang dari segi historis dan sosiologis sangat kompleks dan terdapat banyak masalah, terutama tentang sejarah perkembangan awal Islam. Ada perbedaan antara pendapat lama dan pendapat baru. Pendapat lama sepakat bahwa Islam masuk ke Indonesia abad ke-13 M dan pendapat baru menyatakan bahwa Islam masuk pertama kali ke Indonesia pada abad ke-7 M. Namun yang pasti, hampir semua ahli sejarah menyatakan bahwa daerah Indonesia yang mula-mula dimasuki Islam adalah daerah Aceh. Datangnya Islam ke Indonesia dilakukan secara damai, dapat dilihat melalui jalur perdagangan, ajaran tasawuf dan tarekat, serta jalur kesenian dan pendidikan, yang semuanya mendukung proses cepatnya Islam masuk dan berkembang di Indonesia.(Sofyan Rofi, 2018: 1-2) Ada dua faktor utama yang menyebabkan Indonesia mudah dikenal oleh bangsa-bangsa lain, khususnya oleh bangsa-bangsa di Timur Tengah dan Timur jauh sejak dahulu kala, yaitu: 1. Faktor letak grafisnya yang strategis. Indonesia berada di persimpangan jalan raya Internasional dari jurusan Timur Tengah menuju Tiongkok. Melalui lautan dan jalan menuju benua Amerika dan Australia. 2. Faktor kesuburan tanahnya yang menghasilkan bahan-bahan keperluan hidup yang dibutuhkan oleh bangsa-bangsa lain. Misalnya: rempah-rempah. Oleh karena itulah maka tidak mengherankan jika masuknya Islam di Indonesia ini terjadi tidak terlalu jauh dari zaman kelahirannya. Harus dibedakan antara datangnya orang Islam yang pertama di Indonesia dengan permulaan penyiaran Islam di Indonesia. Suatu contoh: Sudah berpuluh-puluh tahun yang lalu orang Yahudi yang menetap dan bergadang di kota-kota besar di Indonesia. Tetapi sampai sekarang tidak pernah ada gerakan penyiaran agama Yahudi belum masuk ke Indonesia. Jika agama Islam dalam arti para pedagang Islam telah masuk di Tiongkok pada zaman Khalifah Usman bin Affan, maka tidak mustahil ada pedagang Islam yang mampir atau menetap di Indonesia sekitar zaman itu, mengingat letak Indonesia dilalui oleh mereka yang akan pergi ke Tiongkok lewat lautan. Tetapi ilmu sejarah tidak cukup hanya berdasarkan perkiraan atau hipotesa belaka. Ilmu sejarah memerlukan bukti-bukti yang otentik tentang permulaan masuknya Islam di Indonesia, sehingga sampai sekarang masih mengalami kesulitan-kesulitan prinsip, antara lain: a. Buku-buku sejarah Indonesia banyak yang ditulis oleh orang-orang Belanda pada zaman pemerintah Belanda menjajah Indonesia. Ada dua macam keberatan terhadap buku-buku tersebut. Pertama, penulisnya adalah orang-orang yang tidak senang kepada Islam dan kepada bangsa Indonesia. Kedua, masa penyelidikannya sudah lama sehingga sudah ketinggalan waktu, yakni sudah ada

bukti-bukti lain yang dikemukakan oleh penulis Belanda. Namun demikian kita tidak boleh apriori menolak pendapat dari mereka. b. Buku-buku sejarah yang ada sering mengemukakan bukti berupa cerita rakyat yang hidup dan dipercayai oleh orang banyak sejak dahulu sampai sekarang. Ibarat Hadits Nabi Muhammad SAW. Yang nilainya masyhur atau mutawatir dapat dijadikan dalil atau bukti. Padahal di antara cerita rakyat yang sudah masyhur itu kadang-kadang tidak dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Beberapa pendapat tentang permulaan Islam di Indonesia antara lain sebagai berikut: Bahwa kedatangan Islam pertama di Indonesia tidak identik dengan berdirinya kerajaan Islam pertama di Indonesia. Mengingat bahwa pembawa Islam ke Indonesia adalah para pedagang, bukan missi tentara dan bukan pelarian politik. Mereka tidak ambisi langsung mendirikan kerajaan Islam. Lagi pula di Indonesia pada zaman itu sudah ada kerajaan-kerajaan Hindu-Budha yang banyak jumlahnya dan berkekuatan besar. Jadi masa tenggang antara kedatangan orang Islam pertama di Indonesia dengan berdirinya kerajaan Islam pertama adalah sangat lama.(Zuhairini dkk, 1986: 129-131) Melihat kepada kegiatan pendidikan Islam di Indonesia, maka dapat dilihat bahwa pendidikan Islam tersebut telah banyak memainkan peranannya dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, selain dari itu telah terjadi pula dinamika perkembangan pendidikan Islam di Indonesia. Salah satu yang sangat strategis dalam dinamika itu adalah masuknya pendidikan Islam dalam sistem pendidikan nasional. Makna yang terkandung di dalamnya bahwa pendidikan Islam diakui keberadaannya dalam sistem pendidikan nasional, yang dibagi kepada tiga hal. Pertama, pendidikan Islam sebagai lembaga. Kedua, pendidikan Islam sebagai mata pelajaran. Dan ketiga, pendidikan Islam sebagai nilai (value). Pendidikan Islam sebagai lembaga diakuinya keberadaan lembaga pendidikan Islam secara eksplisit. Pendidikan Islam sebagai mata pelajaran diakuinya keberadaan pendidikan agama sebagai salah satu mata pelajaran yang wajib diberikan pada tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Berikutnya pendidikan Islam sebagai nilai, yakni ditemukannya nilainilai Islam dalam sistem pendidikan nasional.(Haidar Putra Daulay, 2012: 2-3) B. Pendidikan dalam Perspektif Paradigma Islam Studi tentang pendidikan Islam di Indonesia dan dunia Islam pada umumnya dapat dikategorikan dalam empat aliran model berpikir. Pertama, mereka yang terjebak dalam paradigma ilmu-ilmu sekuler. Kedua, mereka yang terjebak dalam model paradigma berpikir ulama-ulama fiqh masa Islam klasik. Ketiga, mereka yang mencoba mengawinkan antara model berpikir sekuler dengan model berpikir ulama klasik. Keempat, mereka yang mencoba keluar dari ketiga jenis model paradigma itu dan mencoba membangun paradigma baru yang disebut dengan “Paradigma Islam”. Ilmu pendidikan Islam yang dikembangkan dengan model paradigma pertama memandang ilmu sebagai sesuatu yang bebas nilai, sehingga tidak perlu diislamkan, atau dengan kata lain tidak perlu diberi label Islam. Menurut aliran ini, label Islam dibutuhkan untuk personalnya, bukan pengetahuannya, sehingga kalau ada islamisasi maka islamisasi itu terletak pada moralitas pribadi yang mencerminkan internalisasi nilainilai Islam. Ilmu pendidikan Islam yang dikembangkan dengan model paradigma kedua memandang bahwa ilmu pendidikan Islam sesungguhnya telah disebutkan di dalam AlQur’an dan Hadits, oleh karenanya fenomena pendidikan Islam harus dilihat dari kacamata Al-Qur’an dan Hadits yang biasanya menggunakan metode deduktif analogis sebagai model berpikir yang bertumpu pada logika Stoia. Ilmu pendidikan Islam yang dikembangkan dengan model berpikir yang ketiga memandang bahwa Islam melalui AlQur’an dan Hadits telah memuat konsep tentang pendidikan, namun pada waktu yang sama ada paham atau filsafat bangsa lain yang berhasil mengembangkan pendidikan dengan lebih baik dari pendidikan Islam yang ada sekarang, sehingga perlu ada usaha adopsi atau adaptasi ilmu pendidikan non-Islam tadi ke dalam sistem ilmu pendidikan Islam, tentu dengan modifikasi-modifikasi di sana sini. Lebih jauh, Al-Jabiri memetakan pemikiran Islam Arab ke dalam tiga kategori, yaitu model berpikir bayani, burhani dan irfani. Epistemologi bayani adalah epistemologi yang dibangun dari sumber teks Al-

Qur’an dengan metode qiyas, dengan pendekatan bahasa dan pola pikir yang dipakai adalah al-ashl al-far dan al-lafadz al-ma’na. sementara itu, epistemologi burhani dibangun berangkat dari realitas alam, sosial dan humanities, dengan metode abstraksi dan pendekatan filosofis-saintifik dengan kerangka berpikir silogisme dengan menekankan pada aspek koherensi, korespondensi dan pragmatic. Selanjutnya, epistemologi irfani dibangun dari pengalaman dengan pendekatan psiko-gnosis, dan menggunakan kerangka berpikir fenomenologi yang cenderung pada aspek intersubjektif dalam memahami kebenaran. Aliran yang keempat adalah aliran yang merasa tidak puas dengan modelmodel berpikir yang dikembangkan di atas. Aliran ini mencoba mengembangkan, bahkan melompat, dari kungkungan berbagai model epistemologi tadi. Amin Abdullah misalnya, menawarkan model berpikir yang dipetakan oleh AlJabiri dengan modifikasi khusus. Ia menyarankan tiga model epistemologi bayani, burhani, dan irfani tadi dengan model hubungan sirkuler yang ia sebut dengan ”gerak lingkar hermeneutis nalar epistemologi” sebagai model ta’wil al-ilmi untuk tafsir AlQur’an yang bercorak humanistic-transformatif-emansipatoris.(Sirozi dkk, 2008: 111-113) C. Organisasi Islam dan Pendidikan Islam di Indonesia Lahirnya beberapa organisasi Islam di Indonesia lebih banyak karena didorong oleh mulai tumbuhnya sikap patriotisme dan rasa nasionalisme serta sebagai respons terhadap kepincangan-kepincangan yang ada di kalangan masyarakat Indonesia pada akhir abad ke 19 yang mengalami kemunduran total sebagai akibat eksploitasi politik pemerintah colonial Belanda. Langkah pertama diwujudkan dalam bentuk kesadaran berorganisasi. Walaupun banyak cara yang ditempuh oleh pemerintah colonial waktu itu untuk membendung pergolakan rakyat Indonesia melalui media pendidikan namun tidak banyak membawa hasil, malahan berakibat sebaliknya makin menumbuhkan kesadaran tokoh-tokoh organisasi Islam untuk melawan penjajah Belanda, dengan cara menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan rasa nesionalisme di kalangan rakyat dengan melalui pendidikan. Dengan sendirinya kesadaran berorganisasi yang dijiwai oleh perasaan nasionalisme yang tinggi, menimbulkan perkembangan dan era baru di lapangan pendidikan dan pengajaran. Dan dengan demikian lahirlah perguruan-perguruan Nasional, yang ditopang oleh usaha-usaha swasta yang berkembang pesat sejak awal tahun 1900 an.(Zuhairini dkk, 1986: 158-159) Berikut adalah organisasi-organisasi yang berdasarkan social keagamaan yang banyak melakukan aktivitas kependidikan Islam. 1. Al-Jami’at Al-Khairiyah Organisasi yang lebih dikenal dengan nama Jam’iat Khair ini didirikan di Jakarta pada tanggal 17 Juli 1905. Anggota organisasi ini mayoritas orang-orang Arab, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk setiap muslim menjadi anggota dan pempinannya terdiri dari orang-orang yang berada, yang memungkinkan penggunaan waktu mereka untuk perkembangan organisasi tanpa mengorbankan usaha pencaharian nafka. Dua bidang kegiatan yang sangat diperhatikan oleh organisasi ini ialah: pertama, pendirian dan pembinaan satu sekolah pada tingkat dasar. Dan yang kedua, pengiriman anak-anak muda ke Turki untuk melanjutkan studi. Bidang yang kedua ini sering terhambat karena kekurangan biaya dan juga karena kemunduran khilafat, dengan pengertian tidak seorangpun dari mereka yang dikirim ke Timur Tengah memainkan peranan yang penting setelah mereka kembali ke Indonesia.6 Organisasi ini merupakan organisasi modern pertama di kalangan masyarakat Islam, yang memiliki AD/AART. Daftar anggota yang tercatat rapat-rapat secara berskala dan yang mendirikan suatu lembaga pendidikan yang boleh dikatakan cukup modern (kurikulum, kelas-kelas, pemakaian bangku-bangku, papan tulis dan buku). Dengan demikian organisasi ini bisa dikatakan sebagai pelopor pendidikan Islam modern di Indonesia.(Noor Amirudin, 2018: 217)

2. Al-Islah Wal Irsyad Syeikh Ahmad Surkati yang sampai di Jakarta dalam bulan Februaru 1912, seorang alim yang terkenal dalam agama Islam, beberapa lama kemudian meninggalkan Jm’iat Khair dan mendirikan gerakan Agama sendiri bernama AlIslah Wal Irsyad, dengan haluan mengadakan pembaharuan dalam Islam (reformisme). Pda tahun 1914 berdirilah perkumpulan Al-Islah Wal Irsyad, kemudian terkenal dengan sebutan Al-Irsyad, yang terdiri dari golongangolongan Arab bukan golongan Alawi, tahun 1915 berdirilah sekolah Al-Irsyad yang pertama di Jakarta, yang kemudian disusul oleh beberapa sekolah dan pengajian lain yang sehaluan dengan itu. Al-Irsyad sendiri menjuruskan perhatian pada bidang pendidikan, terutama pada masyarakat Arab, ataupun pada permasalahan yang timbul di kalangan masyarakat Arab, walaupun orang-orang Indonesia Islam bukan Arab, ada yang menjadi anggotanya. Lambat laun dengan bekerjasama dengan organisasi Islam lainnya, seperti Muhammadiyah dan Persatuan Islam, organisasi Al-Irsyad meluaskan pusat perhatian mereka kepada persoalanpersoalan yang lebih luas, yang mencakup persoalan Islam umumnya di Indonesia. Ia juga turut serta dalam berbagai kongres Al Islam pada tahun 1920 an dab bergabung pada Majelis Islam A’la Indonesia ketika federasi ini didirikan pada tahun 1937. Pemuda-pemuda asli Indonesia asli juga mempergunakan fasilitas Al-Irsyad dalam bidang pendidikan. (Zuhairini, 1986: 161-163) 3. Persyerikatan Ulam Persyerikatan Ulama merupakan perwujudan dari gerakan pembaharuan di daerah Majalengka, Jawa Barat, yang dimulai pada tahun 1911 atas inisiatif Kya Haji Abdul Halim, lahir pada tahun 1887 di Ciberelang Majalengka. Kedua orang tuanya berasal dari keluarga yang taat beragama, sedangkan saudarasaudaranya mempunyai hubungan yang erat secara kekeluargaan dengan orang-orang dari kalangan pemerintah. Pada tahun 1924, Persyerikatan Ulama secara resmi meluaskan daerah operasinya ke seluruh Jawa dan Madura, dan pada tahun 1937 ke seluruh Indonesia. Dalam kenyataannya Persyerikatan Ulama tetap merupakan sebuah organisasi dari Majalengka. Ia tidak semata-mata membatasi diri pada bidang pendidikan. Ia juga memebuka sebuah rumah anak yatim yang diselenggarakan oleh Fathimiyah, bagian wanita dari organisasi tersebut yang didirikan pada tahun 1930.(Zuhairini dkk, 1986: 167) 4. Muhammadiyah Salah satu organisasi social Islam yang terpenting di Indonesia sebelum Perang Dunia II dan mungkin juga sampai saat sekarang ini adalah Muhammadiyah. Organisasi ini didirikan di Yogyakarta pada tanggal 18 November 1912 berterpatan dengan tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H, oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan atas saran yang diajukan oleh murid-muridnya dan beberapa orang anggota Budi Utomo untuk mendirikan suatu lembaga pendidikan yang bersifat permanen. Organisasi ini mempunyai maksud “menyebarkan pengajaran Kanjeng Nabi Muhammad SAW kepada penduduk bumi putera” dan memajukan hal agama Islam kepada anggota-anggotanya. Untuk mencapai ini organisasi itu bermaksud mendirikan lembaga-lembaga pendidikan, mengadakan rapat –rapat dan tabligh dimana dibicarakan masalah-masalah Islam, menerbitkan wakaf dan mendirikan masjid-masjid serta menerbitkan buku-buku, brosur-brosur kabar dan majalah-majalah.(Zuhairini dkk, 1986: 171) Jumlah tempat untuk melakukan kegiatan tabligh dan dakwah tersebut pada tahun 1932 mencapai 117 buah, mencakup tempat-tempat yang dilaksanakan untuk kegiatan-kegiatan harian (3 tempat). Selain itu, Muhammadiyah juga bergerak melalui bidang pengajaran. (Abdul Munir, 2010: 85)

5. Nahdlatul Ulama Organisasi ini didirikan di Surabaya pada bulan Januari 1926 M bertepatan pada tanggal 16 Rajab 1344 H oleh kalangan mazdhab yang sering menyebut dirinya sebagai golongan Ahlussunah Wal Jama’ah yang dipelopori oleh K.H.Hasyim Asy’ari dan K.H.Wahab Chasbullah dari Jombang. Motivasi utama berdirinya NU adalah mengorganisasikan potensi dan peranan ulama pesantren yang sudah ada, untuk ditingkatkan dan dikembangkan secara luas untuk digunakan sebagai wadah untuk mempersatukan dan mempersatukan dan menyatukan langkah para ulama pesantr...


Similar Free PDFs