PPK PSIKIATRI PDF

Title PPK PSIKIATRI
Author Yudh Hartanto
Pages 63
File Size 465.4 KB
File Type PDF
Total Downloads 180
Total Views 938

Summary

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) PSIKIATRI RS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG NOMOR : 559.3/PER/RSISA/V/2019 1 DAFTAR ISI Halaman Judul .............................................................................................................. 1 Daftar Isi ...................................................


Description

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) PSIKIATRI RS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG NOMOR : 559.3/PER/RSISA/V/2019

1

DAFTAR ISI

Halaman Judul .............................................................................................................. 1 Daftar Isi ....................................................................................................................... 2 Penyusun ...................................................................................................................... 3 Peraturan Direktur Nomor : 559.3/PER/RSISA/V/2019 tentang Panduan Praktik Klinis (PPK) Psikiatri ......................................................................................... 5 Pendahuluan ................................................................................................................ 7 Panduan Praktik Klinik Delirium .................................................................................. 8 Panduan Praktik Klinik Demensia ................................................................................ 12 Panduan Praktik Klinik Gangguan Mental & perilaku Akibat Alkohol Zat Psikoaktif ... 16 Panduan Praktik Klinik Skizofrenia .............................................................................. 22 Panduan Praktik Klinik Afektif Bipolar ......................................................................... 27 Panduan Praktik Klinik Panik ....................................................................................... 33 Panduan Praktik Klinik Ansietas Menyeluruh .............................................................. 36 Panduan Praktik Klinik Gangguan Depresi Mental ...................................................... 39 Panduan Praktik Klinik Retardasi Mental .................................................................... 47 Panduan Praktik Klinik Somatoform ............................................................................ 53 Panduan Praktik Klinik Psikotik Akut ........................................................................... 59 Disclaimer ..................................................................................................................... 63 Penutup ........................................................................................................................ 64

2

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG NOMOR : 559.3/PER/RSISA/V/2019 tentang PANDUAN PRAKTIK KLINIS PSIKIATRI DI RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG bismillahirrahmanirrahim

DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG MENIMBANG

: a. bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Islam Sultan Agung perlu disusun Panduan Praktik Klinis bagi dokter di Rumah Sakit Islam Sultan Agung b. bahwa dalam Panduan Praktik Klinis bagi dokter di Rumah Sakit Islam Sultan Agung bertujuan untuk memberikan acuan bagi dokter dalam memberikan pelayanan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan sekaligus menurunkan angka rujukan c. bahwa buku panduan praktik klinis tersebut digunakan sebagai bahan acuan kegiatan pelayanan medis d. bahwa untuk kepentingan tersebut diatas perlu ditetapkan dalam surat keputusan

MENGINGAT

: 1.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit;

2.

Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2009 tentang

Praktik Kedokteran; 3.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2013 tentang Jabatan Fungsional Umum Di Lingkungan Kementerian Kesehatan;

4.

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 755 /Menkes/PER/IV/2011 tentang Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit;

5.

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1438/Menkes/Per/IX/2010

3

tentang Standar Pelayanan Kedokteran; 6.

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 129/Menker/SK II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit;

7.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1045/MENKES/PER/XI/2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan Departemen Kesehatan;

8.

Keputusan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

nomor

631/MENKES/SK/IV/2005 tentang pedoman peraturan internal staf medis (Medical Staff Bylaws) di Rumah Sakit; 9.

Keputusan Kepala Badan Penanaman Modal Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 445/01/BPMD/07/2014 tentang Perpanjangan Izin Operasional Rumah Sakit Islam Sultan Agung;

10. Fatwa Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia Nomor : 107/DSN-MUI/X/2016 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Berdasarkan Prinsip Syariah; 11. Surat Keputusan Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia Nomor :

008.55.09/DSN-MUI/VIII/2017

tentang

Penetapan

Layanan

dan

Manajemen Rumah Sakit Islam Sultan Agung telah memenuhi prinsip syariah; 12. Surat Keputusan Yayasan Badan Wakaf Sultan Agung Nomor : 12/SK/YBW-SA/II/2018 tentang Pengangkatan dr. H. Masyhudi AM, M.Kes sebagai Direktur Utama Rumah Sakit Islam Sultan Agung Masa Bakti 2018 – 2022. 13. Surat Keputusan Pengurus Yayasan Badan Wakaf Sultan Agung Nomor : 70/SK/YBW-SA/VI/2018 tentang Pengesahan Struktur Oragnisasi RSI Sultan Agung 14. Surat Keputusan Yayasan Badan Wakaf Sultan Agung Nomor : 12/SK/YBW-SA/II/2018 tentang Pengangkatan Direktur Utama RSI Sultan Agung Masa Bhakti 2018 – 2022; MEMUTUSKAN : MENETAPKAN

:

KESATU

: Mencabut dan menyatakan tidak berlaku lagi Surat Keputusan Nomor : 3426/ PER/RSI-SA/II/2017 tentang Panduan Praktik Klinis (PPK) Psikiatri Rumah Sakit Islam Sultan Agung.

4

5

LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG NOMOR : 559.3/PER/RSISA/V/2019 TANGGAL : 15 Mei 2019 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan medis adalah pelayanan kesehatan perorangan; lingkup pelayanan adalah segala tindakan atau perilaku yang diberikan kepada pasien dalam upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Substansi pelayanan medis adalah pratik ilmu pengetahuan dan teknologi medis yang telah ditapis secara sosio – ekonomi –budaya yang mengacu pada aspek pemerataan, mutu dan efsiensi, sehingga dapat memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat akan pelayanan medis. Untuk menyelenggarakan pelayanan medis yang baik dalam arti efektif, efisien dan berkualitas serta merata dibutuhkan masukan berupa sumber daya manusia, fasilitas, prafasilitas, peralatan, dana sesuai dengan prosedur serta metode yang memadai Saat ini sektor kesehatan melengkapi peraturan perundang-undangannya dengan disahkannya Undang-undang No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran pada bulan Oktober 2004 yang diberlakukan mulai bulan Oktober 2005. Pengaturan praktik kedokteran bertujuan untuk memberikan perlindungan kepada pasien, mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan medis yang diberikan oleh dokter/dokter Psikiatri, serta memberikan kepastian hukum kepada masyarakat dan dokter/dokter Psikiatri Panduan praktik klinis (Clinical practice guidelines) merupakan panduan yang berupa rekomendasi untuk membantu dokter atau dokter Psikiatri dalam memberikan pelayanan kesehatan. Panduan ini berbasis bukti (berdasarkan penelitian saat ini) dan tidak menyediakan langkah-pendekatan untuk perawatan dan pengobatan, namun memberikan informasi tentang pelayanan yang paling efektif. Dokter atau dokter Psikiatri menggunakan panduan ini sesuai dengan pengalaman dan pengetahuan mereka untuk menentukan rencana pelayanan yang tepat kepada pasien B. Dasar Hukum 1. Undang – Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran pasal 44 ayat ( 1 ) , pasal 50 dan 51 2. Undang – undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan 3. Undang – undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit 4. Peraturan Menteri Kesehatan No 147 / MENKES/PER / 2010 tentang Perizinan RS 5. PERMENKES No 1438/MENKES/PER/IX/2010 tentang Standar Pelayanan Kedokteran C. Tujuan 1. Meningkatkan mutu pelayanan pada keadaan klinis dan lingkungan tertentu 2. Mengurangi jumlah intervensi yang tidak perlu atau berbahaya 3. Memberikan opsi pengobatan terbaik dengan keuntungan maksimal 4. Memberikan opsi pengobatan dengan risiko terkecil 5. Mamberikan tata laksana dengan biaya yang memadai

6

PANDUAN PRAKTIK KLINIK DELIRIUM I.

DEFINISI

Delirium adalah gangguan kognitif dan kesadaran dengan onset akut atau mendadak. Kata delirium berasal dari bahasa latin “de lira” yang berarti keluar dari jalurnya. Delirium merupakan suatu gangguan mental organik akut dengan gejala utama adanya gangguan kesadaran berupa kesadaran berkabut, yang disertai dengan gangguan atensi, orientasi, memori, persepsi, delusi, kegelisahan dan agitasi. II.

ANAMNESIS Anamnesis sulit dilakukan pada pasien delirium. Anamnesis dilakukan dengan keluarga atau orang lain yang mengetahui kondisi pasien. Pasien biasanya bingung, tidak bisa bercerita, dan tidak mengenali masalah yang terjadi. Anamnesis harus fokus pada riwayat psikiatri, penggunaan zat dan penyakit medis.

III.

PEMERIKSAAN STATUS MENTAL 1. Pemeriksaan status mental Pasien delirium didapatkan gangguan kesadaran dan perhatian 2. Gangguan kognitif secara umum : a. Distorsi persepsi berupa ilusi dan halusinasi seringkali visual b. Hendaya daya pikir dan pengertian abstrak terdapat inkoherensi yang ringan c. Hendaya daya ingat segera dan jangka pendek d. Disorientasi waktu pada kasus yang berat, terdapat juga disorientasi tempat dan orang 3. Gangguan psikomotor : a. Hipo atau hiper aktivitas b. Arus pembicaraan yang bertambah atau berkurang. 4. Gangguan siklus tidur bangun 5. Gangguan emosional :

Misalnya depresi anxietas atau takut, lekas marah, euforia, apatis, atau rasa kehilangan aksi IV.

PEMERIKSAAN FISIK Pemeriksaan fisik dilakukan sesuai penyakit medis umum yang mendasarinya . pemeriksaan fisik termasuk pemeriksaan neurologis lengkap, Tanda vital, MMSE, pemeriksaan medikasi dan kadar obat,

V.

PEMERIKSAAN PENUNJANG Dilakukan sesuai penyakit medis umum yang ada, bisa dilakukan pemeriksaan berikut ini bila diperlukan : Skrining darah dan urin untuk alcohol, obat-obatan, dan logam berat, pemeriksaan fisiologis (Elektrolit/glukosa/Ca/Mg serum, tes fungsi hati dan ginjal, kimia serum, urinalisis, tes darah lengkap, TSH, skrinining HIV), pemeriksaan radiologi , elektrokardiogram, EEG, CT-SCAN, MRI kepala, SPECT, pungsi lumbal, tes neuropsikologis.

7

VI.

KRITERIA DIAGNOSIS Kriteria Diagnostik Delirium menurut PPDGJ III : F05 Delirium bukan akibat alkohol dan zat psikoaktif lainya 1. Gangguan kesadaran dan perhatian : a. Dari taraf kesadaran berkabut sampai dengan koma b. Menurunya kemampuan untuk mengarahkan, memusatkan, mempertahankan, dan mengalihkan perhatian. 2. Gangguan kognitif secara umum : a. Distorsi persepsi, ilusi, dan halusinasi seringkali visual b. Hendaya daya pikir dan pengertian abstrak, dengan atau tanpa waham yang bersifat sementara, tetapi sangat khas terdapat inkoherensi yang ringan c. Hendaya daya ingat segera dan jangka pendek, namun daya ingat jangka panjang relatif masih utuh. d. Disorientasi waktu, pada kasus yang berat, terdapat juga disorientasi tempat dan orang 3. Gangguan psikomotor : a. Hipo atau hiper aktivitas dan pengalihan aktivitas yang tidak terduga dari satu ke yang lain. b. Waktu bereaksi yang lebih panjang. c. Arus pembicaraan yang bertambah atau berkurang. d. Reaksi terperanjat meningkat. 4. Gangguan siklus tidur bangun : a. Insomnia atau, pada kasus yang berat, tidak dapat tidur sama sekali atau terbaliknya siklus tidur-bangun, mengantuk pada siang hari b. Gejala yang memburuk pada malam hari c. Mimpi yang mengganggu atau mimpi buruk, yang dapat berlanjut menjadi halusinasi setelah bangun tidur 5. Gangguan emosional :

Misalnya depresi anxietas atau takut, lekas marah, euforia, apatis, atau rasa kehilangan aksi

6. Onset biasanya cepat, perjalanan penyakitnya hilang timbul sepanjang hari, dan keadaan itu berlangsung kurang dari 6 bulan a. F05.0 Delirium, Tak Bertumpang tindih dengan Demensia

Delirium yang tidak bertumpang tindih dengan demensia yang sudah ada sebelumnya

b. F05.1 Delirium, Bertumpang tindih dengan Demensia

Kondisi yang memenuhi kriteria delirium diatas tetapi terjadi pada saat sudah ada demensia

c. F05.8 Delirium Lainnya d. F05.9 Delirium YTT VII.

DIAGNOSIS Diagnosis Multiaksial pada PPDGJ III : Axis 1 Memenuhi criteria diagnosis F05 Delirium

8

F05 Delirium bukan akibat alkohol dan zat psikoaktif lainya F05.0 Delirium, Tak Bertumpang tindih dengan Demensia F05.1 Delirium, Bertumpang tindih dengan Demensia F05.8 Delirium Lainnya F05.9 Delirium YTT Axis 2 Sesuai kasus pasien ada atau tidak Gangguan kepribadian Retadasi Mental Axis 3 Kondisi Medis Umum (sesuai yang di temukan) Axis 4 Masalah psikososial dan Lingkungan (sesuai yang di temukan) Axis 5 Penilaian Fungsi secara Global (sesuai yang di temukan) VIII.

IX.

DIAGNOSIS BANDING Diagnosis banding pada Delirium menurut PPDGJ III antara lain : 1. F00-F03 Sindroma organik lainya, Demensia 2. F23 Gangguan psikotik akut dan sementara 3. F20 Skizofrenia dalam keadaan akut 4. F30-F39 Gangguan Afektif + confusional features 5. F1x.4 F1x.03 Delirium akibat Alkohol/Zat Psikoaktif Lain TERAPI Penatalaksanaan delirium sesuai penyakit yang mendasari dan sesuai sindroma atau tanda gejala klinis yang ditemukan, bisa diberikan pendekatan terapi sebagai berikut : 1. Terapi Psikososial 2. Farmakoterapi 1 Antipsikotika tipik: Haloperidol 0,25 - 0,5 atau 1 - 2 mg 2 Antipsikotika atipik: o Clozaril 1 x 12.5 - 25 mg o Risperidone 0,25 - 0,5 mg atau 0,75 - 1,75 o Olanzapine 2,5 - 5,0 mg atau 5 - 10 mg 3 Anxiolitika o Clobazam 1 x 10 mg o Lorazepam 0,5 - 1.0 mg atau 1,5 - 2 mg 4 Antidepresiva o Amitriptyline 25 - 50 mg o Asendin 1 x 25 - 3 x 100 mg (hati2, cukup keras) o SSRI spt Zoloft 1x 50 mg, Seroxat 1x20 mg, Luvox 1 x 50 -100 mg, Citalopram 1x 10 - 20 mg, Cipralex, Efexor-XR 1 x 75 mg, Cymbalta 1 x 60 mg. 5 Mood stabilizers o Carbamazepine 100 - 200 mg atau 400 - 600 mg o Divalproex 125 - 250 mg atau 500 - 750 mg

9

o Topamate 1 x 50 mg o Tnileptal 1 x 300 mg - 3 x mg Penting diberikan perawatan yang baik dan tenang secara umum diberikan cairan dan elektrolit yang cukup, desaign ruagan diberikan sedemikian rupa yang nyaman seperti tv, penerangan sedikit redup dll. X.

EDUKASI Edukasi diberikan pada pasien dan keluarganya mengenai pentingnya bantuan fisik, sensorik, dan lingkungan. Bantuan fisik sangat diperlukan sehingga pasien dilirium tidak masuk kedalam situasi dimana mereka mengkin mengalami kecelakaan dalam kehidupan sehari-hari. Pengobatan umum merupakan pengobatan suportif, bantuan emosional bagi pasien penting diberikan oleh keluarga (Kaplan, 2010).

XI.

PROGNOSIS Gejala delirium biasanya berlangsung selama faktor penyebab yang relevan ditemukan, biasanya berlangsung kurang dari satu minggu. Setalah identifikasi dan menghilangkan faktor penyebab, gejala delirium biasanya menghilang dalam periode tiga sampai tujuh hari. Beberapa gejala bisa berlangsung dalam waktu sampai 2 minggu. Prognosis delirium biasanya sesuai dan mengikuti penyakit penyebab yang mendasarinya.

XII.

KEPUSTAKAAN Maslim R, Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas PPDGJ III, Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya, Jakarta : 2001 Sadock, Kaplan, Sinopsis Psikiatri Jilid I, Binarupa aksara publisher, Tangerang:2010 Buku Ajar PSIKIATRI Edisi 2

10

PANDUAN PRAKTIK KLINIK “DEMENSIA” I.

DEFINISI

Demensia merupakan sindrom yang bersifat kronik-progresif ditandai oleh berbagai gangguan fungsi kognitif yang multiple seperti : daya ingat, daya pikir, orientasi, daya tangkap, berhitung, kemampuan belajar, berbahasa, dan daya nilai. ada kalanya diawali dengan kemerosotan dalam pengendalian emosi, perilaku sosial atau motivasi hidup. Umumnya tanpa gangguan kesadaran (Kaplan S,2010,Depkes RI 2003). II.

ANAMNESIS Anamnesis demensia biasanya ditemukan beberapa gangguan : gangguan daya ingat, gangguan daya nilai, gangguan daya pikir abstrak, gangguan fungsi luhur, kemampuan visuospatial, kesulitan dalam bekerja, cenderung gagal memecahkan masalah. Ketidakmampuan melakukan tugas tersebut akan semakin memburuk hingga ke tugas harian. (Kaplan, 2010)

III.

PEMERIKSAAN STATUS MENTAL Pemeriksaan status mental ditemukan gangguan daya ingat, gangguan daya nilai, gangguan daya pikir abstrak, gangguan fungsi luhur, kemampuan visuospatial., gangguan bicara, gangguan perilaku, gangguan mood/afek atau gangguan suasana perasaan (Kaplan, 2010).

IV. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik pada demensia biasanya tidak ditemukan kelainan. Bisa juga ditemukan adanya penyakit yang mendasarinya seperti penyakit vaskuler, infark, penyakit metabolic, HIV, Parkinson, Huntington, trauma kepala. V.

PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai kebutuhan bisa pemeriksaan rutin sampai pemeriksaan penunjang tertentu sesuai penyakit yang mendasarinya, seperti : EKG, EEG, tes neurologi, pungsi lumbal , CT-scan, MRI kepala, SPECT.

VI. KRITERIA DIAGNOSIS

Kriteria Diagnostik Demensia menurut PPDGJ III : 1. Adanya penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir, yang sampai mengganggu kegiatan harian seseorang seperti : mandi, berpakaian, makan, kebersihan diri, BAB dan BAK. 2. Tidak ada gangguan kesadaran 3. Gejala dan disabilitas sudah nyata untuk paling sedikit 6 bulan. F00 DEMENSIA PADA PENYAKIT ALZHEIMER

11

F00.0 Demensia pada penyakit alzheimer peyakit dini F00.1 Demensia pada penyakit alzheimer onset lambat F00.2 Demensia pada penyakit alzheimer, tipe tak khas atau tipe campuran F00.9 Demensia pada penyakit alzheimer YTT F01 DEMENSIA VASKULER F01.0 Demensia vaskuler onset akut F01.1 Demenia multiinfark F01.2 Demensia vakuler subkortikal F01.3 Demensia vakuler campuran kortikal dan subkortikal F01.8 Demensia vakuler lainnya F01.9 Demensia vakuler YTT F02 DEMENSIA PADA PENYAKIT LAIN YDK F02.0 Demensia pada penyakit Pick F02.1 Demensia pada penyakit Creutzfeldt-Jakob F02.2 Demensia pada penyakit Huntington F02.3 Demensia pada penyakit Parkinson F02.4 Demensia pada penyakit HIV F02.8 Demensia paa penyakit lain YDT YDK F03 DEMENSIA YTT VII. DIAGNOSIS Diagnosis Multiaksial pada PPDGJ III : Axis 1 F00 Demensia pada penyakit alzheimer F00.0 Demensia pada penyakit alzheimer peyakit dini F00.1 Demensia pada penyakit alzheimer onset lambat F00.2 Demensia pada penyakit alzheimer, tipe tak khas atau tipe campuran F00.9 Demensia pada penyakit alzheimer YTT Axis 2 Sesuai kasus pasien bila ditemukan: Gangguan kepribadian Retadasi Mental Axis 3 Sesuai Kondisi Medis yang ditemukan pada pasien Axis 4Sesuai masalah psikososial dan Lingkungan Axis 5Sesuai Fungsi Global pasien VIII. DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding Demensia adalah : TIA, Delirium, Depresi, Skizofrenia, Gangguan buatan (Factitious Disorders) dan penuaan normal

12

IX.

TERAPI Terapi Psikososial Farmakoterapi 1 Antipsikotika tipik: Haloperidol 0,25 - 0,5 atau 1 - 2 mg 2 Antipsikotika atipik: o Clozaril 1 x 12.5 - 25 mg o Risperidone 0,25 - 0,5 mg atau 0,75 - 1,75 o Olanzapine 2,5 - 5,0 mg atau 5 - 10 mg o Quetiapine 100 - 200 mg atau 400 - 600 mg o Abilify 1 x 10 - 15 mg 3 Anxiolitika o Clobazam 1 x 10 mg o Lorazepam 0,5 - 1.0 mg atau 1,5 - 2 mg o Bromazepam 1,5 mg - 6 mg o Buspirone HCI 10 - 30 mg o Trazodone 25 - 10 mg atau 50 - 100 mg o Rivotril 2 mg (1 x 0,5mg - 2mg) 4 Antidepresiva o Amitriptyline 25 - 50 mg o Tofranil 25 - 30 mg o Asendin 1 x 25 - 3 x 100 mg (hati2, cukup keras) o SSRI spt Zoloft 1x 50 mg, Seroxat 1x20 mg, Luvox 1 x 50 -100 mg, Citalopram 1x 10 20 mg, Cipralex, Efexor-XR 1 x 75 mg, Cymbalta 1 x 60 mg. o Mirtazapine (Remeron) 7,5 mg - 30 mg (hati2) 5 Mood stab...


Similar Free PDFs