Problematika Gender Dalam Dunia Pendidikan PDF

Title Problematika Gender Dalam Dunia Pendidikan
Author Nur Indah Ariyani
Pages 11
File Size 93.4 KB
File Type PDF
Total Downloads 105
Total Views 146

Summary

PROBLEMATIKA GENDER DALAM DUNIA PENDIDIKAN Oleh Nur Indah Ariyani Pascasarjana Sosiologi-Universitas Sebelas Maret-2013 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kasus atau permasalahan gender dalam dunia pendidikan, -katakanalah sekolah- masih menjadi topik yang hangat dalam setiap perbincangan. Kasus gender i...


Description

Accelerat ing t he world's research.

Problematika Gender Dalam Dunia Pendidikan Nur Indah Ariyani

Related papers

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

GENDER DAN PENDIDIKAN TANT I RIZKIAN

problem gender in educat ion roiz waelah PERSPEKT IF GENDER DALAM PEMBELAJARAN MAT EMAT IKA Zubaidah A A

PROBLEMATIKA GENDER DALAM DUNIA PENDIDIKAN Oleh Nur Indah Ariyani Pascasarjana Sosiologi-Universitas Sebelas Maret-2013

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kasus atau permasalahan gender dalam dunia pendidikan, -katakanalah sekolah- masih menjadi topik yang hangat dalam setiap perbincangan. Kasus gender ini belum ditemukan juga titik pastinya seperti apa menerapkan keadilan gender yang sesuai. Membicarakan gender tidak berarti membicarakan hal yang menyangkut perempuan saja. Gender dimaksudkan sebagai pembagian sifat, peran, kedudukan, dan tugas laki-laki dan perempuan yang ditetapkan oleh masyarakat berdasarkan norma, adat kebiasaan, dan kepercayaan masyarakat. Sebenarnya dalam permasalahan bias gender, tidak hanya pihak perempuan yang dirugikan, tetapi pihak laki-laki juga mengalami hal demikian. Diungkapkan oleh Sri Suciati (dalam Harian Suara Merdeka, 09 Agustus 2006) bahwa bias gender ini tidak hanya berlangsung dan disosialisasikan melalui proses dalam sistem pembelajaran di sekolah, tetapi juga melalui pendidikan dalam lingkungan keluarga. Bila diselami lebih dalam lagi, pendidikan di sekolah dengan komponen pembelajaran seperti media, metode, serta buku ajar yang menjadi pegangan para siswa ternyata sarat dengan bias gender. Dalam realitas sosial dalam masyarakat tertentu, terdapat adat kebiasaan masyarakat tersebut yang tidak mendukung atau bahkan melarang perempuan untuk mengikuti pendidikan formal. Bahkan ada nilai dan anggapan bahwa perempuan tidak perlu bersekolah atau mengejar impiannya, karena toh nantinya

Problematika Gender dalam Dunia Pendidikan

1

tugas perempuan hanya di bagian dapur (ruang domestik). Pandangan seperti inilah yang menjadikan perempuan menjadi terpuruk dan dianggap rendah kaum laki-laki, parahnya lagi perempuan merasa tidak percaya diri dengan keperempuannya (derajatnya). Sri Suciati (dalam Harian Suara Merdeka, 09 Agustus 2006) mengungkapkan contoh bias gender dalam sistem pendidikan formal misalnya, dalam buku ajar banyak ditemukan gambar maupun rumusan kalimat yang tidak mencerminkan kesetaraan gender. Gambar seorang pilot selalu laki-laki karena pekerjaan sebagai pilot memerlukan kecakapan dan kekuatan yang "hanya" dimiliki oleh laki-laki. Sementara gambar guru yang sedang mengajar di kelas selalu perempuan karena guru selalu diidentikkan dengan tugas mengasuh atau mendidik.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tentang keterkaitan gender dan pendidikan, maka rumusan masalah yang akan dibahas adalah: 1. Bagaimana pendidikan memandang gender? 2. Bagaimana problematika gender dalam pendidikan?

C. Tujuan Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari tulisan ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui bagaimana pendidikan memandang gender. 2. Mengetahui problematika gender dalam pendidikan.

Problematika Gender dalam Dunia Pendidikan

2

PEMBAHASAN A. Pengertian Gender Sejak lima belas tahun terakhir ini, kata gender telah ramai memasuki perbendaharaan kata dalam tiap diskusi ilmiah dan atau tulisan-tulisan dalam penelitian para akademisi. Dalam Narwoko (2004) gender merupakan perbedaan yang tampak pada laki-laki dan perempuan apabila dilihat dari nilai dan tingkah laku. Gender merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan perbedaan antara laki-laki dan perempuan secara sosial. Gender adalah kelompok atribut dan perilaku secara kultural yang ada pada laki-laki dan perempuan, Gender ini merupakan suatu konstruksi dari masyarakat yang secara sosial, sikap dan perilaku menganggap bahwa antara perempuan dan laki-laki itu berbeda. Gender merupakan konsep hubungan sosial yang membedakan fungsi dan peran antara perempuan dan lak-laki. Perbedaan fungsi dan peran ini tidak ditentukan karena perbedaan biologis atau kodrat antara laki-laki dan perempuan, melainkan dibedakan menurut kedudukan, fungsi dan peranan masing-masing dalam berbagai kehidupan dan pembangunan. Seperti yang telah dinyatakan oleh mansour Fakih (2007) konsep gender yang lain yakni suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural. Misalnya saja, perempuan dikenal lemah lembut, emosional, keibuan, sedangkan laki-laki dianggap kuat, irasional, jantan. Padahal sifat0sifat tersebut dapat dipertukarkan. Dengan demikian gender sebagai suatu konsep merupakan hasil pemikiran manusia atau rekayasa manusia, dibentuk oleh masyarakat sehingga bersifat dinamis dapat berbeda karena perbedaan adat istiadat, budaya, agama, sitem nilai Problematika Gender dalam Dunia Pendidikan

3

dari bangsa, masyarakat, dan suku bangsa tertentu. Selain itu gender dapat berubah karena perjalanan sejarah, perubahan politik, ekonomi, sosial dam budaya, atau karena kemajuan pembangunan. Dengan demikian gender tidak bersifat universal dan tidak berlaku secara umum, akan tetapi bersifat situasional masyarakatnya. (paksisgendut.files.wordpress.com/)

B. Pandangan Pendidikan Terhadap Gender Pendidikan tidak hanya dianggap dan dinyatakan sebagai unsur utama dalam upaya pencerdasan bangsa, melainkan juga sebagai produk atau konstruksi sosial, maka dengan demikian pendidikan juga memiliki andil bagi terbentuknya relasi gender di masyarakat. Pendidikan harus menyentuh kebutuhan juga harus relavan dengan tuntutan zaman. Perempuan dalam pendidikannya juga diarahkan agar mendapatkan kualifikasi tersebut sesuai dengan taraf kemampuan dan minatnya. Departemen Pendidikan Nasional berupaya menjawab isu tersebut melalui perubahan kurikulum dan rupanya telah terakomodasi dalam kurikulum 2004 tinggal bagaimana mengaplikasikannya dalam bahan ajar terutama isu gender meskipun pada kenyataannya masih membawa dampak bias gender dalam masyarakat yang berakibat pada kurang optimalnya sumber daya manusia yang optimal yang unggul disegala bidang tanpa memandang jenis kelamin. (paksisgendut.files.wordpress.com/) Dengan demikian, pendidikan seharusnya memberikan mata pelajaran yang sesuai dengan bakat minat setiap individu, khususnya adalah perempuan. Materi dalam kurikulum pendidikan tidak hanya diarahkan pada pendidikan agama dan ekonomi rumah tangga, melainkan juga masalah pertanian dan ketrampilan lain. Pendidikan dan bantuan terhadap perempuan dalam semua bidang akan menjadikan nilai besar dalam kehidupan. Hal demikian juga

Problematika Gender dalam Dunia Pendidikan

4

merupakan langkah awal untuk memperjuangkan persamaan atau kesetaraan gender yang sesungguhnya.

C. Problematika Gender dalam Pendidikan Dalam aspek-aspek kehidupan bermasyarakat, -seperti aspek pendidikan, kesehatan, ekonomi, politik, agama dan lainnya- dapat dilihat bagaimana ketimpangan gender antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan masih banyak dalam realita. Salah satu aspek yang menunjukkan adanya bias gender dalam pendidikan dapat dilihat pada perumusan kurikulum dan juga rendahnya kualitas pendidikan. Dalam UUD 1945 Pasal 31 Ayat 1 dinyatakan bahwa “Tiap-tiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran”. Walaupun pernyataan pasal tersebut mengandung arti bahwa baik laki-laki maupun perempuan mempunyai hak yang ama dalam mengecap pendidikan formal, namun dalam kenyatannya masih ada anggapan yang menghambat wanita untuk tidak ikutserta dalam pendidikan formal. Implementasi kurikulum pendidikan sendiri terdapat dalam buku ajar yang digunakan di sekolah-sekolah. Realitas yang ada, dalam kurikulum pendidikan (agama ataupun umum) masih terdapat banyak hal yang menonjolkan laki-laki berada pada sektor publik sementara perempuan berada pada sektor domestik. Dengan kata lain, kurikulum yang memuat bahan ajar bagi siswa belum bernuansa netral gender, baik dalam gambar ataupun ilustrasi kalimat yang dipakai dalam penjelasan materi. Dalam buku ajar, banyak ditemukan gambar maupun rumusan kalimat yang tidak mencerminkan kesetaraan gender. Misalnya gambar seorang pilot selalu laki-laki karena pekerjaan sebagai pilot memerlukan kecakapan dan kekuatan yang hanya dimiliki oleh laki-laki. Bias gender juga dapat dilihat dalam gambar guru yang sedang mengajar di kelas selalu perempuan karena guru selalu

Problematika Gender dalam Dunia Pendidikan

5

diidentikkan dengan tugas mengasuh atau mendidik. Ironisnya siswa pun melihat bahwa meski guru-gurunya lebih banyak berjenis kelamin perempuan, tetapi kepala sekolahnya umumnya laki-laki. Sedangkan dalam rumusan kalimat pun juga demikian. Kalimat seperti "Ayah membaca Koran di teras dan ibu memasak di dapur" dan bukan sebaliknya "Ayah memasak di dapur dan ibu membaca koran", masih sering ditemukan dalam banyak buku ajar atau bahkan contoh rumusan kalimat yang disampaikan guru di dalam kelas. Rumusan kalimat tersebut mencerminkan sifat feminim dan kerja domestik bagi perempuan serta sifat maskulin dan kerja publik bagi lakilaki. Beberapa alasan bahwa kualitas

pendidikan yang rendah

adalah

diakibatkan oleh adanya diskriminasi gender dalam dunia pendidikan. Ada tiga aspek permasalahan gender dalam pendidikan yaitu: 1. Akses Akses merupakan fasilitas pendidikan yang sulit dicapai. Banyak sekolah dasar di tiap-tiap kecamatan namun untuk jenjang pendidikan selanjutnya seperti SMP dan SMA tidak banyak. Tidak setiap wilayah memiliki sekolah tingkat SMP dan seterusnya, hingga banyak siswa yang harus menempuh perjalanan jauh untuk mencapainya. Di lingkungan masyarakat yang masih tradisional, umumnya orang tua segan mengirimkan anak perempuannya ke sekolah yang jauh karena mengkhawatirkan kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu banyak anak perempuan yang ‘terpaksa’ tinggal di rumah. Belum lagi beban tugas rumah tangga yang banyak dibebankan pada anak perempuan membuat mereka sulit meninggalkan rumah. Akumulasi dari faktor-faktor ini membuat anak perempuan banyak yang cepat meninggalkan bangku sekolah. 2. Partisipasi Aspek partisipasi di dalamnya mencangkup faktor bidang studi dan statistik pendidikan. Dalam masyarakat kita di Indonesia, dimana terdapat sejumlah

Problematika Gender dalam Dunia Pendidikan

6

nilai budaya tradisional yang meletakkan tugas utama perempuan di arena domestik, seringkali anak perempuan agak terhambat untuk memperoleh kesempatan yang luas untuk menjalani pendidikan formal. Sudah sering dikeluhkan bahwa jika sumber-sumber pendanaan keluarga terbatas, maka yang harus didahulukan untuk sekolah adalah anak laki-laki. Hal ini umumnya dikaitkan dengan tugas pria kelak apabila sudah dewasa dan berumah-tangga, yaitu bahwa ia harus menjadi kepala rumah tangga dan pencari nafkah. 3. Manfaat dan penguasaan Kenyataan banyaknya angka buta huruf di Indonesia di dominasi oleh kaum perempuan. Pendidikan tidak hanya sekedar proses pembelajaran, tetapi merupakan salah satu ”nara sumber” bagi segala pengetahuan karenanya ia instrumen efektif transfer nilai termasuk nilai yang berkaitan dengan isu gender. Dengan demikian pendidikan juga sarana sosialisasi kebudayaan yang berlangsung secara formal termasuk di sekolah.

Perilaku yang tampak dalam kehidupan dalam kehidupan sekolah interaksi guru-guru, guru-murid, dan murid-murid, baik di dalam maupun luar kelas pada saat pelajaran berlangsung maupun saat istirahat akan menampakkan konstruksi gender yang terbangun selama ini. Selain itu penataan tempat duduk murid, penataan barisan, pelaksanaan upacara tidak terlepas dari hal tersebut. Siswa lakilaki selalu ditempatkan dalam posisi yang lebih menentukan, misalnya memimpin organisasi siswa, ketua kelas, diskusi kelompok, ataupun dalam penentuan kesempatan bertanya dan mengemukakan pendapat. Hal ini menunjukkan kesenjangan gender muncul dalam proses pembelajaran di sekolah.

Problematika Gender dalam Dunia Pendidikan

7

PENUTUP Kesimpulan Kesetaraan dan keadilan gender dalam pendidikan menjadi semakin mendesak. Perempuan dan laki-laki harus mendapatkan kesempatan yang sama dalam akses pendidikan. Semua orang, baik perempuan maupun laki-laki mempunyai hak atau kesempatan untuk sekolah lebih tinggi. Gender di era global berkaitan dengan kesadaran, tanggung jawab laki-laki, pemberdayaan perempuan, hak-hak perempuan termasuk hak dalam pendidikan. Tantangan yang dihadapi adalah bagaimana menghubungkan semua konsep gender untuk tujuan kesehatan dan kesejahteraan bersama. Kesetaraan gender dalam proses pembelajaran memerlukan keterlibatan Depdiknas sebagai pengambil kebijakan di bidang pendidikan, sekolah secara kelembagaan dan terutama guru. Dalam hal ini diperlukan standardisasi buku ajar yang salah satu kriterianya adalah berwawasan gender. Selain itu, guru akan menjadi agen perubahan yang sangat menentukan bagi terciptanya kesetaraan gender dalam pendidikan melalui proses pembelajaran yang peka gender.

Problematika Gender dalam Dunia Pendidikan

8

DAFTAR PUSTAKA Astuti, Tri Marhaeni Puji. 2007. Antropologi Gender. Modul Perkuliahan Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Semarang. Dwi Narwoko dan Bagong Yuryanto. 2004. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Fakih, Mansour. 2005. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ihromi, TO. 1995. Kajian Wanita Dalam Pembangunan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Sumber Internet http://www.duniaesai.com/index.php?option=com_content&view=article&id=166:ke setaraan-gender-dalam-pendidikan&catid=39:gender&Itemid=93 (Diakses 01 Juni 2013) http://www.suaramerdeka.com/harian/0408/09/opi04.htm (Diakses pada 01 Juni 2013)

Problematika Gender dalam Dunia Pendidikan

9

Problematika Gender dalam Dunia Pendidikan

10...


Similar Free PDFs