PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JURU PEMANTAU ELPIJI SEBAGAI SALAH SATU SOLUSI ALTERNATIF UNTUK MENGURANGI RISIKO KEJADIAN MELEDAKNYA TABUNG GAS PDF

Title PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JURU PEMANTAU ELPIJI SEBAGAI SALAH SATU SOLUSI ALTERNATIF UNTUK MENGURANGI RISIKO KEJADIAN MELEDAKNYA TABUNG GAS
Author Parayi Ayik
Pages 21
File Size 192.2 KB
File Type PDF
Total Downloads 16
Total Views 49

Summary

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JURU PEMANTAU ELPIJI SEBAGAI SALAH SATU SOLUSI ALTERNATIF UNTUK MENGURANGI RISIKO KEJADIAN MELEDAKNYA TABUNG GAS BIDANG KEGIATAN: PKM – GT Diusulkan oleh: Ade Ciptapratama (0806457956)/2008 Arga Buntara (0806458031)/2008 Eka Desi Purwanti (0806458164)/2008 UNIVERSITAS I...


Description

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JURU PEMANTAU ELPIJI SEBAGAI SALAH SATU SOLUSI ALTERNATIF UNTUK MENGURANGI RISIKO KEJADIAN MELEDAKNYA TABUNG GAS

BIDANG KEGIATAN: PKM – GT

Diusulkan oleh: Ade Ciptapratama (0806457956)/2008 Arga Buntara (0806458031)/2008 Eka Desi Purwanti (0806458164)/2008

UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2010

 

HALAMAN PENGESAHAN USUL 1. Judul Kegiatan :

JURU PEMANTAU ELPIJI SEBAGAI SALAH SATU SOLUSI ALTERNATIF UNTUK MENGURANGI RISIKO KEJADIAN MELEDAKNYA TABUNG GAS

2. Bidang Kegiatan : PKM-GT 3. Ketua Pelaksana Kegiatan a. Nama Lengkap : Arga Buntara b. NPM : 0806458031 c. Jurusan : Kesehatan Masyarakat d. Universitas : Universitas Indonesia e. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Jalan Pancoran Barat VII No.5 RT 014/ RW 001, Pancoran, Jakarta Selatan f. Alamat email : [email protected] [email protected] 4. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis : dua orang 5. Dosen Pendamping a. Nama Lengkap dan Gelar b. NIP c. Alamat Rumah Barat d. No Tel./HP

: Hendra S.KM., MKKK : 197504112000031001 : Gd. C Kampus FKM UI Depok, Jawa : 081317256908

Menyetujui Manager Mahasiswa dan Alumni

KetuaPelaksana Kegiatan

(Nisfarwati Violini SKM, MKM) NIP 100013011

(Arga Buntara) NPM 0806458031

Dosen Pendamping

(Hendra S.KM, MKKK) NIP 197504112000031001

 

SURAT PERNYATAAN BUKAN PLAGIAT

Penulis yang bertandatangan dibawah ini:

1. Ade Ciptapratama (0806457956) 2. Arga Buntara (0806458031) 3. Eka Desi Purwanti (0806458164) Menyatakan bahwa karya tulis ilmiah yang penulis tulis dengan judul JURU PEMANTAU ELPIJI SEBAGAI SALAH SATU SOLUSI ALTERNATIF UNTUK MENGURANGI RISIKO KEJADIAN MELEDAKNYA TABUNG GAS tidak melakukan tindakan plagiarisme serta tetap memegang Etik Kejujuran Ilmiah . Penulis telah memahami etika akademik Universitas Indonesia dan pencegahan plagiarisme di lingkungan Universitas Indonesia.

Depok, 20 Juli 2010

Yang menyatakan,

 

Dosen Pembimbing

Ketua Penulisan

(Hendra S.KM, MKKK) NIP 197504112000031001

(Arga Buntara) NPM 0806458031

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul JURU PEMANTAU ELPIJI SEBAGAI SALAH SATU SOLUSI ALTERNATIF UNTUK MENGURANGI RISIKO KEJADIAN MELEDAKNYA TABUNG GAS tepat pada waktunya. Karya tulis ini membahas tentang solusi alternatif untuk menyelesaikan masalah meledaknya tabung gas yang marak terjadi akhir-akhir ini. Meledaknya tabung gas yang dirasakan akhir-akhir ini merupakan suatu masalah yang sangat kompleks bagi bangsa Indonesia. Hal ini dikarenakan konversi minyak tanah ke gas membuat masyarakat, dikhususkan masyarakat menengah kebawah, menjadi terpaksa untuk memakai gas. Akibat dari dipaksakannya masyarakat memakai gas, maka masyarakat yang belum mempunyai pengetahuan yang cukup untuk memakai kompor dengan sumber energi gas. Dan akan menimbulkan suatu risiko terjadinya peledakan tabung gas yang di timbulkan oleh masyrakat sendiri. Terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Hendra sebagai Dosen Pembimbing penulis yang sudah memberikan ilmu dan tambahan ide-ide yang sangat bermanfaat bagi penulis. Penulis menyadari pembuatan karya tulis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga karya tulis ini dapat memberikan manfaat bagi Indonesia.

Depok, 20 Juli 2010

Penulis

 

DAFTAR ISI I. Bagian Awal a. Halaman Judul……………………….…………………………….i b. Lembar Pengesahan………………….……………………………ii c. Surat Pernyataaan Bukan Plagiat…………………………………iii d. KataPengantar………………………………………………… .. iv e. Daftar Isi…………………..……………………………………….v f. Daftar Tabel………………………………………………………vi g. Ringkasan………………….…………………………………… vii II. Bagian Inti a. Pendahuluan • Latar Belakang…………………………………………….1 • Tujuan Penulisan…………………………………………..3 • Manfaat Penulisan…………………………………………3 b. Gagasan • Isu Kekinian Gagasan……………………………………..3 • Gagasan yang pernah ditawarkan…………………………4 • Gagasan yang diajukan……………………………………6 • Kondisi yang diharapkan berubah………………………...7 • Pihak-pihak yang Dipertimbangkan Dapat Membantu Mengimplementasikan Gagasan…………………………..7 • Langkah strategis………………………………………….8 c. Penutup…………………….………………………………………9

                     

 

III. Bagian Akhir Daftar Pustaka………………………………………………………..11

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Tabel 2                    

 

Jumlah kasus ledakan tabung gas 2008-2010…………..…4 Solusi yang ditawarkan terkait permasalah yang ditimbulkan program konversi gas………………………………………………………5

Ringkasan Semakin maraknya kejadian ledakan tabung gas elpiji ukuran 3 kg yang menyebabkan jatuhnya puluhan korban. Pihak pemerintah telah mengambil solusi berupa penjualan aksesori tabung gas ber-SNI, penarikan tabung gas yang tidak layak pakai, dan penggantian tabung gas. Semua langkah itu ternyata belum cukup untuk menghentikan kejadian-kejadian ledakan ini. Bahkan, masyarakat pemakai tabung gas elpiji ukuran 3 kg sudah cenderung berpikir bahwa pemerintah sangat lamban dalam menagani kasus ini. Oleh karena itu, penulis menggagas sebuah solusi alternatif yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah ini. Solusi tersebut adalah dengan membentuk sistem pemberdayaan dan pemantauan yang dilakukan masyarakat sendiri melalui kelompok yang disebut Juru Pemantau Elpiji (Jumanji). Program ini memberikan solusi alternatif berkaitan dengan aksi nyata yang dapat dilakukan dengan segera untuk penanganan kasus ledakan tabung gas elpiji ukuran 3 kg ini. Karena masyarakat tidak membutuhkan janji-janji yang tidak direalisasikan untuk penanganan kasus yang marak terjadi ini akan tetapi aksi nyata agar masyarakat tidak lagi takut menggunakan tabung gas elpiji 3 kg. Solusi ini nantinya akan melibatkan beberapa pihak yang memang akan berperan banyak dalam solusi ini. Harus diakui program ini memiliki peluang dan tantangan yang sangat besar bagi mahasiswa, masyarakat, dan juga pemerintah. Peluang yang ditawarkan adalah program ini sesuai dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu sebagai pengabdi kepada masyarakat. Dalam pelaksanaan Jumanji dapat berpengaruh signifikan dalam menurunkan kasus ledakan tabung gas karena langsung melakukan inspeksi kerumah-rumah penduduk dan tempat-tempat penjualan tabung gas elpiji sehingga dapat langsung menangani tabung-tabung yang sudah tidak layak pakai. Selain itu, peluang yang ada dalam program ini ialah pembentukan kader dan pencerdasan yang dilakukan Satgas Teknis yang berkoordinasi dengan mahasiswa dapat mencegah ledakan-ledakan yang mungkin terjadi kembali. Sedangkan tantangan untuk merealisasikan gagasan ini ialah persoalan birokrasi yang mungkin akan sulit atau berbelit-belit. Jika melihat peluang dan tantangan yang ada di program ini, maka program Jumanji ini dapat diterpakan kepada masyarakat. Rekomendasi yang diajukan oleh penulis adalah pembentukan LSM sebagai wadah resmi program ini. LSM dipilih karena pembentukannya yang cenderung lebih mudah dan bersifat nonpartisan. Serta bersifat netral karena independensi yang ada pada LSM.

 

PENDAHULUAN Latar Belakang Pada era globalisasi ini, kebutuhan energi di dalam negeri semakin meningkat. Namun, hal ini tidak diikuti dengan meningkatnya ketersediaan sumber energi utama Bahan Bakar Minyak (BBM) karena keterbatasan jumlah cadangannya. Menurut Pertamina, setiap tahunnya pemerintah menganggarkan dana + Rp 50 Trilyun untuk mensubsidi BBM yang terdiri atas minyak tanah, premium, dan solar. Dari ketiga jenis bahan bakar ini, minyak tanah adalah jenis bahan bakar yang mendapat subsidi terbesar, yaitu lebih dari 50% anggaran subsidi BBM digunakan untuk subsidi minyak tanah.1 Dari tahun ke tahun, anggaran ini semakin tinggi karena tren harga minyak dunia yang cenderung meningkat. Hal ini membuat pemerintah Indonesia harus menyusun strategi untuk menyelesaikan permasalahan ini. Dengan melihat potensi alam Indonesia yang kaya akan sumber energi gas, pemerintah membuat sebuah program konversi pengunaan minyak tanah ke Liquefied Petroleum Gas (LPG). Program ini bertujuan untuk mengurangi subsidi BBM dengan mengalihkan pemakaian minyak tanah ke LPG. Program ini diimplementasikan dengan membagikan paket yang terdiri dari tabung gas 3 kg, kompor gas, selang, dan regulator kepada rumah tangga dan usaha mikro pengguna minyak tanah secara gratis. Program ini ditugaskan kepada Pertamina dengan berkoordinasi dengan kementrian terkait dan direncanakan pelaksanaannya secara bertahap antara tahun 2007-2010. Penggunaan LPG sebagai sumber energi utama pengganti minyak tanah memang memiliki banyak keuntungan. Salah satu keuntungannya adalah pemerintah dapat menghemat 15-20 trilyun subsidi BBM per tahun (Pertamina). Dari segi keamanan, Pertamina menyatakan bahwa LPG aman digunakan karena tabung LPG telah memenuhi standar safety SNI 19-1452-2001. Meskipun telah dijamin keamanannya oleh Pertamina sebagai pihak yang bertanggung jawab atas pengadaan tabung gas 3 kg, kenyataan di lapangan menunjukkan banyak kasus ledakan tabung gas 3 kg yang terjadi. Bahkan dalam beberapa bulan terakhir, berita tersebut semakin sering terdengar seiring dengan semakin luasnya jangkauan peredarannya. Tentunya, ledakan gas tersebut menimbulkan kerugian yang besar mulai dari material hingga korban jiwa. Menanggapi hal ini, pemerintah melalui Menkokesra Agung Laksono menyatakan bahwa pemicu dari maraknya kasus ledakan gas LPG bukanlah karena tabung gas yang bermasalah. Hal ini karena tabung gas telah diseleksi sebelumnya Pernyataan Agung Laksono tersebut berbanding terbalik dengan kenyataan yang ditemukan di masyarakat. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan Pertamina, dapat diketahui bahwa 46% dari 300 ledakan dipicu oleh kerusakan tabung.2 1 

Pertamina. 2010. Sekilas tentang Program Konversi Minyak Tanah ke LPG. http://www.pertamina.com [17 Juli 2010] 2   Silitonga,  Linda  T.  2010.  YLKI:  Tabung  Gas  3  Kg  Harus  Ditarik  Kembali.  http://web.bisnis.com/sektor‐riil/perdagangan/1id192266.html [10 Juli 2010] 

 

Hal tersebut diperkuat dengan investigasi yang dilakukan BPPT. Hasil investigasi BPPT menyebutkan bahwa ledakan yang terjadi dipicu oleh kualitas tabung gas dan peralatan pendukungnya yang tidak layak. Menurut hasil penelusuran BPPT, tabung gas 3 kg ternyata banyak yang tidak memenuhi syarat keselamatan. Salah satunya adalah ketebalan tabung. Fakta yang ditemukan di pasaran, ternyata banyak tabung gas yang ditemukan memiliki ketebalan kurang dari 250 mm sebagai standar yang ideal. Selain itu, berdasarkan hasil pengujian Badan Standardisasi Nasional (BSN), sebanyak 66% tabung gas yang diuji ternyata tidak layak pakai. Masalah tidak hanya ada pada tabung gas, tetapi juga pada accessories seperti kompor gas, selang, dan regulatornya. Hasil uji BSN menunjukkan sebanyak 50% kompor gas yang beredar di masyarakat tidak layak. Ada pun untuk regulator, ada 20% dari uji sampel yang dinyatakan tidak layak dan untuk selang dinyatakan 100% yang tidak layak.3 Beredarnya tabung gas yang tidak layak di masyarakat disinyalir bukan merupakan kesalahan Pertamina karena pada dasarnya Pertamina sebagai pihak yang bertanggung jawab atas pengadaan tabung gas telah memproduksi tabung gas yang layak pakai dan telah lulus sertifikasi SNI dalam jumlah yang ditentukan pemerintah. Maka maraknya tabung gas tak layak yang beredar di masyarakat disinyalir merupakan tabung gas palsu yang diproduksi oleh perusahaan tertentu tanpa pemberitahuan pihak yang terkait. Hal ini dibenarkan oleh kementrian BUMN karena Pertamina sebagai produsen gas tidak mungkin menambah jumlah tabung yang beredar sesuai ketentuan yang digariskan pemerintah. Melihat fakta yang terjadi di masyarakat, dapat dikatakan bahwa sistem manajemen pengelolaan tabung gas masih buruk. Hal ini bermuara pada rendahnya pengawasan yang dilakukan pemerintah terhadap persoalan konversi LPG ini sendiri. Rendahnya pengawasan mengakibatkan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab mengambil keuntungan darinya. Tidak dapat dipungkiri bahwa proyek pengadaan tabung gas ini ditaksir mencapai triliunan rupiah. Rendahnya pengawasan juga mengakibatkan pedoman teknis untuk LPG yang telah ditetapkan untuk keamanan dan keselamatan masih dilanggar atau tidak dipatuhi. Selain faktor pengawasan yang belum berjalan dengan baik, faktor lain yang ikut mempengaruhi maraknya ledakan tabung gas ini adalah faktor pengetahuan dan keterampilan masyarakat yang relatif masih rendah tentang bagaimana cara menggunakan tabung gas dan perlengkapannya secara aman dan benar. Pada awalnya muncul keraguan di masyarakat ketika pemerintah membuat program pemasyarakatan kompor gas seiring pengurangan penggunaan minyak tanah. Bahkan sebagian masyarakat menolak pengalihan minyak tanah ke elpiji. Di sebagian wilayah di Jonggol dan Cariuk, Kabupaten Bogor, masyarakat menjual kompor dan tabung gas yang mereka dapat dari pemerintah. Ada pula warga di Bekasi yang tidak mau menyalakan kompor gasnya dan menyimpannya. Namun konversi yang terus berjalan menempatkan masyarakat, mau tidak mau, harus menerima program konversi karena langkanya minyak tanah. Meskipun pemerintah telah melakukan sosialisasi terkait hal ini, tetapi hal  

3

Anonim. 2010. Perketat Pengawasan Komponen Kompor Gas. http://www.bsn.go.id/news_detail.php?news_id=1940 [17 Juli 2010]

 

ini belum rata menyeluruh menyentuh seluruh lapisan masyarakat. Oleh karena itu, dibutuhkan solusi untuk menyikapi beberapa permasalahan yang terjadi akibat adanya konversi minyak tanah ke LPG seperti rendahnya pengawasan, beredarnya tabung gas beserta perlengkapannya yang tidak layak dan rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai prosedur penggunaan tabung gas secara aman. Hal ini demi menjamin keselamatan dan keamanan masyarakat terhadap pengunaan LPG tersebut sebagai sumber energi utama pengganti minyak tanah. Tujuan Penulisan Karya tulis ini bertujuan untuk memberikan gambaran secara aktual mengenai kondisi yang terjadi di masyarakat akibat adanya program konversi minyak tanah ke LPG dengan menyajikan beberapa fakta atau informasi terkait secara statistik. Hal ini dapat dijadikan sebagai bentuk evaluasi atas berjalannya program konversi minyak tanah ke LPG selama kurang lebih 3 tahun. Selain itu, tulisan ini juga bertujuan untuk memberikan gagasan yang dapat dijadikan solusi untuk perbaikan dan penyelesaian masalah yang ada. Manfaat Penulisan Karya tulis ini menjadi penting mengingat sumber energi LPG merupakan kebutuhan yang penting bagi masyarakat saat ini mengingat subsidi terhadap BBM khususnya minyak tanah tidak mungkin dilakukan karena jumlahnya yang semakin sedikit dan biayanya yang cenderung naik meskipun pada prakteknya di lapangan, masih terdapat beberapa masalah keselamatan penggunaannya. Kedua hal tersebut menjadi hal yang dilematis baik untuk pemerintah maupun masyarakat. Dengan adanya tulisan ini diharapkan program konversi minyak tanah ke LPG ini dapat tetap berjalan sehingga pemerintah dapat melakukan penghematan biaya. Selain itu, diharapkan juga masyarakat tidak resah dalam menggunakan tabung gas beserta perlengkapannya dan kejadian ledakan gas dapat dihindari atau paling tidak diminimalkan.

GAGASAN Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan Program Konversi Minyak Tanah ke LPG merupakan program pemerintah yang bertujuan untuk mengurangi subsidi BBM, dengan mengalihkan pemakaian minyak tanah ke LPG. Akibat program ini, masyarakat yang biasanya menggunakan kompor minyak seolah dipaksa untuk menggantinya dengan kompor gas. Program ini sendiri sudah berjalan ± 3 tahun yaitu antara tahun 20072010.

 

Seiring dengan berjalannya program ini, sering terdengar berita kebakaran yang disebabkan oleh tabung gas dan atau beserta accessories pendukungnya. Berikut adalah data statistik mengenai jumlah ledakan tabung gas : Tabel 1 Jumlah kasus ledakan tabung gas 2008-2010 Kasus 2008 2009 Jumlah Kasus 14 7 Tewas 2 12 Luka-luka 27 21 Rumah terbakar 5 231 Rumah rusak 14 21 Kendaraan rusak 0 15 Sumber : Litbang Kompas 2010

2010 15 13 49 3 49 4

Berdasarkan Litbang Kompas, 86,1% ledakan terjadi di kawasan rumah penduduk. Jika dilihat dari wilayahnya, jumlah ledakan di wilayah jabodetabek lebih banyak daripada di luar jabodetabek. Ledakan tabung gas yang terjadi disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah kebocoran gas pada tabung, selang dan regulator; beredarnya tabung gas, selang, dan regulator yang tidak layak pakai; kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai penggunaan tabung dan accessories-nya secara aman dan benar. Berdasarkan investigasi yang dilakukan BSN, dapat diketahui bahwa ada sebanyak 66% tabung gas dan 50% kompor gas yang tidak layak dipakai beredar di pasaran. Ada pun untuk regulator ada 20% dan selang 100% yang tidak memenuhi standar yang ditentukan. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, program konversi LPG ini ditanggungjawabkan kepada Pertamina dan kementrian terkait. Dalam tataran pelaksanaan, pemerintah termasuk Pertamina perlu meningkatkan sosialisasi terutama cara penggunaan gas yang aman hingga mengawasi distribusi gas dan tabung dan kelengkapannya, sejak dari produsen hingga konsumen. Akan tetapi, melihat fakta yang ada dapat disimpulkan bahwa proses pengawasan dan sosialisasi belum terealisasi dengan baik. Solusi yang ditawarkan sebelumnya Ada berbagai alternatif solusi yang dibuat untuk menyelesaikan masalah ini yang pada dasarnya merupakan masalah yang kompleks dan lintas sektor. Gagasan solusi diberikan oleh beberapa pihak terkait mulai dari Pertamina, kementrian terkait seperti Menkokesra, YLKI, BBPT, hingga anggota DPR. Akan tetapi, masing-masing solusi yang ditawarkan tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Oleh karena itu, diperlukan pertimbangan yang matang untuk memutuskan solusi terbaik bagi masyarakat dan tidak menguntungkan pihak atau pemangku kepentingan tertentu. Solusi yang dihasilkan idealnya tidak menimbulkan permasalahan yang baru. Berikut merupakan gagasan atau solusi yang pernah ditawarkan:

 

Tabel 2 Solusi yang ditawarkan terkait permasalah yang ditimbukan program konversi gas No Pengusul gagasan 1 YLKI 2

BPPT

3

Pemerintah (Pertamina) Pertamina

4 5

6

Gagasan Solusi Penarikan kembali semua tabung gas dari masyarakat. Mengganti tabung gas yang sudah beredar di masyarakat dengan tabung gas yang telah didesign oleh BPPT. Menyediakan selang dan tabung ber-SNI untuk masyarakat di agen-agen resmi. Membentuk Satgas teknis Elpiji

Keterangan Tidak/belum terealisasi Tidak/belum terealisasi Sedang terealisasi

Sedang terealisasi sejak 7 Juli 2010 Kemenkokesra Membentuk tim penanggulangan ledakan Belum terealisasi tabung gas yang beranggotakan pemangku kepentingan dengan Menkokesra sebagai koordinator. Asosiasi Industri Membentuk badan pengawas pelaksanaan Tidak/belum terealisasi Tabung Baja konversi minyak tanah ke LPG (Asitab)

Sumber: Berbagai sumber

Seperti yang telah disebutkan di atas, gagasan solusi yang telah ditawarkan memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Gagasa untuk menarik kembali semua tabung gas yang telah beredar dirasa tidak efektif karena selain sulit dilakukan, tetapi juga membutuhkan biaya yang sangat besar mencapai ± 4,4 triliun. Solusi yang ditawarkan BPPT untuk mengganti design tabung yang telah ada sebelumnya dengan design dari BPPT meskipun di nilai bagus karena dijamin lebih aman, tetapi juga membutuhkan biaya yang banyak melebihi biaya penarikan kembali semua tabung yang beredar. Dari beberapa usulan yang tertera di tabel, kebanyakan ialah membentuk sebuah tim atau badan yang berfungsi mengawasi pelaksanaan program konversi ini dan beranggotakan pihak-pihak yang terkait. Gagasan ini dirasa cukup baik mengingat pengawasan terhadap pelaksanaan program konversi yang masih rendah. Namun perlu diketahui bahwa sejak awal program konversi minyak tanah ke ...


Similar Free PDFs