PTK DISCOVERY LEARNING PDF

Title PTK DISCOVERY LEARNING
Pages 77
File Size 4.8 MB
File Type PDF
Total Downloads 57
Total Views 246

Summary

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEBERANIAN BERPENDAPAT SISWA PADA MATA PELAJARAN TEMATIK KELAS 4 MI DARUL MUTTAQIN USWATUN CHASANAH, S.Pd.I MI DARUL MUTTAQIN DESA NGEPUNG KECAMATAN KEDAMEAN KABUPATEN GRESIK TAHUN 2019 i LEMBAR PENGES...


Description

Accelerat ing t he world's research.

PTK DISCOVERY LEARNING USWATUN CHASANAH Uswatun Chasanah

Cite this paper

Downloaded from Academia.edu 

Get the citation in MLA, APA, or Chicago styles

Related papers

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

EMA ARI PRAT IWI L3.3 B PENELIT IAN T INDAKAN KELAS Ema Ari

PROPOSAL PENELIT IAN T INDAKAN KELAS PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DENGAN MEDI… Ema Ari Konsep dasar dan pembelajaran.PDF Fuck You

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEBERANIAN BERPENDAPAT SISWA PADA MATA PELAJARAN TEMATIK KELAS 4 MI DARUL MUTTAQIN

USWATUN CHASANAH, S.Pd.I

MI DARUL MUTTAQIN DESA NGEPUNG KECAMATAN KEDAMEAN KABUPATEN GRESIK TAHUN 2019

i

LEMBAR PENGESAHAN PTK Penelitian Tindakan Kelas yang ditulis oleh : Nama

: Uswatun Chasanah, S.Pd.I

Nuptk

: 5554767668220003

Sekolah

: MI Darul Muttaqin

Judul

: Penerapan Model pembelajaran Discovery Learning Untuk Meningkatkan Keberanian Berpendapat Siswa Pada Mata Pelajaran Tematik Kelas 4 di MI Darul Muttaqin Ngepung.

Telah diperika dan dilakukan perbaikan sepenuhnya. PTK dengan judul ini sebagaimana diatas disusun untuk memperbaiki proses pembelajaran di MI Darul Muttaqin Ngepung.

Mengetahui, Kepala MI Darul Muttaqin

Penulis

SITI NURHAMIDAH I., S.Psi, S.Pd

USWATUN CHASANAH, S.Pd.I

ii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kami ucapkan kepada Allah SWT yamng telah melimpahkan rahmad dan petunjuknya, sehingga Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Penerapan model pembelajaran Discovery Learning untuk meningkatkan

Keberanian Berpendapat Siswa Kelas IV pada pelajaran Tematik Madrasah Ibtidaiyah Darul Muttaqin Ngepung” ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Rahmat ta’dzim dan salam keselamatan semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menuntun kita dari zaman kegeglapan menuju zaman yang penuh dengan petunjuk. Penelitian Tindakan Kelas ini disusun untuk memperbaiki proses pembelajaran di MI Darul Muttaqin Ngepung. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada yang terhormat: 1. Ibu Siti Nurhamidah Islamiyyah, S.Psi, S.Pd selaku kepala Madrasah MI Darul Muttaqin yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian. 2. Teman-teman kami di MI Darul Muttaqin yang telah membantu pelaksananaan penelitian, sehingga penelitian dapat berjalan dengan lancar 3. Murid-murid kami siswa kelas IV yang telah membantu kelancaran saat pengambilan data. 4. Serta semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan penulis selama ini. Kami menyadari adanya kekurangan dalam penulisan PTK ini, namun demikian harapan kami semoga PTK ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

iii

Gresik, 15 Oktober 2019

USWATUN CHASANAH, S.Pd.I

iv

DAFTAR ISI SAMPUL ………………………………………………………………………. i LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………………… ii KATA PENGANTAR ………………………………………………………… iii DAFTAR ISI …………………………………………………………………... v BAB I.

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ......................................................................... 3 C. Pembatasan Masalah ..................................................................... 3 D. Tujuan Penelitian .......................................................................... 3 E. Manfaat Penelitian ......................................................................... 4

BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori …………………………………………………… 5 B. Penelitian yang Relevan …………………………………………… 25 C. Kerangka Berfikir …………………………………………………. 26 D. Hipotesis Tindakan …………………………………………………26 BAB III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ……………………………..………. 27 B. Subjek Penelitian ………………………………………………….. 27

v

C. Prosedur Penelitian…………………………………………….…… 27 1. Perencanaan 2. Pelaksanaan 3. Pengamatan 4. Refleksi D. Data dan Sumber Data …………………………………………… 30 E. Instrumen Pengumpulan Data ……………………………………. 30 F. Teknik Pengumpulan Data………………………………………… 31 G. Teknik Analisis Data …………………………………………….. 33 H. Indikator Keberhasilan Tindakan ………………………………… 34 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data …………………………………………………… 35 B. Analisis Data …………………………………………………….. 54 C. Pembahasan ……………………………………………………… 60 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ………………………………………………………… 64 B. Implikasi ……………………………………………………………. 64 C. Saran-saran …………………………………………………………. 65 DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….. 66

vi

LAMPIRAN ………………………………………………………………….... 67

vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran pada jenjang sekolah dasar di Indonesia menggunakan pembelajaran tematik. Dalam pembelajaran ini bukanlah guru yang berperan aktif dalam proses kegiatan belajar mengajar melainkan peserta didik yang berperan aktif didalamnya. Pembelajaran tematik ini cocok sekali diterapkan pada jenjang sekolah dasar karena memiliki karakteristik holistik yang dimana kegiatan belajarnya memadukan beberapa mata pelajaran dalam satu kali tatap muka serta memadukan pengalaman peserta didik dalam kehidupan sehari-hari sehingga memberikan pembelajaran yang bermakna. Pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu berawal dari tema yang telah dipilih atau dikembangkan oleh guru yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Jika dibandingkan dengan pembelajaran konvensional pembelajaran tematik ini tampak lebih menekankan pada tema sebagai pemersatu berbagai mata pelajaran yang lebih diutamakan pada makna belajar, dan keterkaitan berbagai konsep mata pelajaran. Keterlibatan peserta didik dalam belajar lebih diutamakan. Pembelajaran tematik yang bertujuan mengaktifkan peserta didik, memberikan pengalaman langsung serta tidak tampak adanya pemisah antar mata pelajaran satu dengan lainnya. Berdasarkan hal tersebut, strategi yang tepat untuk memahamkan anak tentang materi tematik adalah dengan saling mengungkapkan pendapat. Bahwa sebenarnya siswa sangat sulit mengungkapkan pendapatnya di dalam kelas. Ada banyak alasan dan faktor yang mempengaruhinya seperti takut salah dan tidak adanya ruang untuk berpendapat. Berbicara tentang keberanian berpendapat siswa, ternyata pada perkembangan anak memang harus diterapkan tentang keberanian berpendapat sebab hal itu akan berpengaruh sampai ia dewasa. Mulai dari sekarang, kita harus sungguh-sungguh memikirkan untuk membiasakan anak didik dan masyarakat pada umumnya

1

kepada perbedaan pendapat. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti terhadap guru di kelas 4 MI Darul Muttaqin, keberanian siswa dalam proses KBM masih sangat rendah. Masih banyak siswa yang tidak berkontribusi dalam proses Kegiatan Belajar Mengajar, terutama dalam menyampaikan pendapatnya. Guru dalam kegiatan pembelajaran masih menerapkan pendekatan teacher centered. Pembelajaran ini seringkali diterapkan oleh guru dengan alasan bahwa pembelajaran ini yang paling praktis dan tidak menyita waktu yang banyak yang mengakibatkan sedikitnya tuntutan aktifitas belajar siswa. Bahkan dalam mengajar, guru hanya meminta siswa untuk menggaris bawahi kata-kata yang penting, yang pada akhirnya semua materi yang dipelajari hanya dipenuhi oleh garis-garis yang tentunya membuat siswa malas dan bosan untuk membacanya. Siswa banyak yang memperhatikan guru namun ketika ditanya atau diminta untuk mengerjakan di depan kelas siswa hanya diam dan malu. Ketika melakukan diskusi, hanya beberapa anggota saja yang aktif dalam berdiskusi, bertanya, menjawab, menanggapi, dan memberikan pendapatnya. Berdasarkan akar masalah yang ditemukan, faktor utama yang harus segera dicarikan solusinya adalah bagaimana meningkatkan keberanian berpendapat siswa dalam kegiatan pembelajaran tematik sehingga siswa tidak hanya mendengar dan mencatat penjelasan guru, tetapi juga mampu menjawab dan mengajukan pertanyaan mengenai materi yang diajarkan. Salah satu solusi untuk meningkatkan keterampilan bertanya siswa adalah dengan model discovery. Model pembelajaran penemuan

atau

discovery menggunakan pendekatan induktif yang memungkinkan siswa untuk membangun atau mengkonstruksi pengetahuan. Tujuan dari penggunaan metode pembelajaran penemuan adalah untuk membuat siswa memiliki pemahaman yang mendalam melalui keterlibatan secara aktif dalam menempuh proses belajar. Oleh karena itu, peneliti mencoba membuat suatu penelitian tindakan kelas dengan judul “penerapan model pembelajaran discovery learning untuk meningkatkan keberanian berpendapat siswa pada mata pelajaran

2

tematik kelas 4 MI Darul Muttaqin“. Diharapkan model ini dapat meningkatkan keberanian berpendapat siswa. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana proses perencanaan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran

discovery

learning

untuk

meningkatkan

keberanian

berpendapat siswa pada mata pelajaran tematik kelas 4 MI Darul Muttaqin? 2. Bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran

discovery

learning

untuk

meningkatkan

keberanian

berpendapat siswa pada mata pelajaran tematik kelas 4 MI Darul Muttaqin? 3. Bagaimana proses penilaian pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran

discovery

learning

untuk

meningkatkan

keberanian

berpendapat siswa pada mata pelajaran tematik kelas 4 MI Darul Muttaqin? C. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah diperlukan agar penelitian lebih efektif, efisien, dan terarah. Adapun hal-hal yang membatasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penelitian ini difokuskan pada penelitian penerapan model pembelajaran discovery learning untuk meningkatkan keberanian berpendapat siswa pada mata pelajaran tematik. 2. Penelitian dilakukan terhadap siswa kelas 4 MI Darul Muttaqin Ngepung Kedamean Gresik pada mata pelajaran tematik. D. Tujuan Penelitian 1. Mendeskripsikan proses perencanaan penerapan model pembelajaran discovery learning untuk meningkatkan keberanian berpendapat siswa pada mata pelajaran tematik siswa kelas 4 MI Darul Muttaqin. 2. Mendeskripsikan proses pelaksanaan penerapan model pembelajaran discovery learning untuk meningkatkan keberanian berpendapat siswa pada mata pelajaran tematik siswa kelas 4 MI Darul Muttaqin. 3. Mendeskripsikan proses penilaian penerapan model pembelajaran discovery learning untuk meningkatkan keberanian berpendapat siswa pada mata pelajaran tematik siswa kelas 4 MI Darul Muttaqin.

3

E. Manfaat Penelitian 1. Bagi siswa Meningkatnya keberanian berpendapat siswa pada mata pelajaran tematik siswa kelas 4 di MI Darul Muttaqin. 2. Bagi guru Meningkatnya

kemampuan

guru

dalam

menggunakan

model

pembelajaran Discovery Learning untuk mengajarkan pelajaran tematik pada siswa kelas 4 di MI Darul Muttaqin. 3. Bagi sekolah a. Bertambahnya wawasan guru dalam menggunakan model pembelajaran Discovery Learning untuk mengajarkan pelajaran tematik pada siswa kelas 4 di MI Darul Muttaqin. b. Bertambahnya jumlah siswa dalam keberanian berpendapat meningkat dalam pelajaran tematik pada siswa kelas 4 di MI Darul Muttaqin.

4

BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Hakekat keberanian berpendapat a. Hakekat keberanian Menurut Gede Raka, dkk, keberanian (courage) merupakan kekuatan emosional yang mencakup kemauan yang kuat untuk mencapai suatu tujuan di tengah-tengah tantangan yang dihadapi, baik dari dalam maupun dariluar. Menurut Frederich Oeringer, “Tuhan memberikan kekuatan untuk menerima yang tidak bisa kita ubah. Keberanian untuk mengubah yang memungkinkan. Dan kebijaksanaan untuk memahami perbedaan keduanya. Keberanian merupakan salah satu dari ciri-ciri pendidikan karakter. Konsep pendidikan karakter telah diatur dalam UU. No 20 Tahun

2003

tentang

Sistem

Pendidikan

Nasional.

Keberanian

merupakan ciri-ciri pendidikan karakter yang erat kaitannya dengan sifat ketabahan danpenentuan. Dari teori-teori di atas, dapat disimpulkan bahwa keberanian adalah suatu usaha sadar terhadap keadaan emosional dan kemauan yang kuat untuk mencapai suatu tujuan, yaitu perubahan ke arah yang lebih positif. Dalam mencapai keberanian, seseorang dituntut untuk memiliki rasa percaya diri yang kuat dan meminimalisasi rasa ketakutan dalam dirinya. b. Hakekat berpendapat Banyak orang yang salah sangka terhadap argumentasi atau pendapat. Argumentasi sering dipahami sebagai pertengkaran antara dua belah pihak yang bertengkar. Argumentasi bersandar pada aktivitas manusia yang sangat khas, yaitu berpikir. Orang yang dikatakan berpikir apabila menggunakanakal sehatnya, bukan emosi.

5

Berpikir merupakan kapasitas berimprovisasi atau kemampuan merefleksi aneka fakta yang membangun satu atau beberapa gejala. Proses berpikir menurut John Dewey (1933) diawali dengan adanya rasa sulit, memberi definisi apa yang ia pikirkan, membangun reka pemecahan, mencari bukti dan menarik kesimpulan. Opini (opinion) memiliki makna yang sama dengan pendapat. Opini merupakan pernyataan sikap yang sangat spesifik atau sikap dalam artian yang lebih sempit. Opini terbentuk didasari oleh sikap yang sudah mapan akan tetapi opini lebih bersifat situasional dan temporer. Teori-teori di atas menunjukkan adanya hubungan pendapat dengan pikiran. Berpendapat, beropini, atau berargumentasi merupakan sikap yang dapat ditemui dalam aspek bahasa. Hal ini sejalan dengan konsep perkembangan kemampuan dan keterampilan berbahasa, khususnya dalam aspek berbicara. Kemampuan berbicara dapat selalu meningkat sejalan dengan bertambahnya usia manusia, sejak masa kanak-kanak hingga tumbuh menjadi manusia dewasa. Anak-anak biasa berbicara dengan mengeluarkan suara kepada diri sendiri tanpa ada niat untuk berkomunikasi, seperti menggumam atau yang biasa disebut dengan “crib talk”, bermain dengan suara dan kata-kata. Hal ini ditentukan oleh anak-anak sebagai cara untuk mengungkapkan fantasi dan emosi. Santrock (2007) menyatakan bahwa untuk mengeksplorasi proses berpikir dalam masa kanak-kanak, ada banyak sekali tipe berpikir, salah satunya adalah berpikir kritis. John Dewey (1993) dan Max Wertheimer (1945) berpendapat bahwa berpikir kritis melibatkan cara berpikir introspektif dan produktif, serta mengevaluasi kejadian. Tipe berpikir selanjutnya adalah berpikir kreatif. Komponen berpikir kreatif menurut Munandar, ditunjukkan oleh perilaku siswa seperti: mengajukan banyak pertanyaan, menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada pertanyaan, mempunyai banyak gagasan cara pemecahan suatu masalah, dan dapat dengan cepat melihat kesalahan atau kekurangan dari suatu objek atau

6

situasi. Antara berpikir kreatif, kemampuan berpikir kritis, dan kemampuan memecahkan masalah saling berhubungan satu sama lain. Dengan adanya kemampuan berpikir kreatif akan melahirkan ide-ide baru dalam menghadapi masalah. Adapun untuk menguji kebenaran diperlukan keterampilan berpikir kritis. Untuk merealisasikan hasil dari proses berpikir yang telah dilakukan siswa, dibutuhkan sebuah proses untuk menyatakan hasil pikiran atau pendapatnya, yaitu berkomunikasi. Dalam berkomunikasi terjadi pertukaran ide, pikiran, dan perasaan. Sebagian besar anak usia Sekolah Dasar merupakan anak-anak yang berada dalam masa peka atau masa-masa yang paling tepat dalam mengembangkan kemampuan berbahasa. Sementara itu, menurut Sis Henter berpendapat bahwa tiga fungsi bahasa, yaitu: 1. Bahasa sebagai alat pernyataan isi jiwa 2. Bahasa sebagai peresapan (mempengaruhi orang lain) 3. Bahasa sebagai alat untuk menyatakan pendapat Berdasar teori-teori di atas, dapat disimpulkan bahwa berpendapat merupakan buah pikiran, anggapan, gagasan tentang suatu kejadian atau permasalahan. Berpendapat juga merupakan fungsi dari bahasa seperti yang dikemukakan oleh para ahli. Berpendapat adalah hasil dari proses berpikir, baik berpikir kreatif maupun positif mengenai suatu kejadian faktual yang yang direalisasikan melalui proses komunikasi. c. Indikator Keberanian Berpendapat Seringkali orang tua selalu meremehkan pendapat anak-anak, bahkan sampai dewasapun tetap menganggap mereka sebagai anak-anak yang tidak perlu didengarkan pendapatnya. Jangan meremehkan pendapat anak-anak karena dapat membuat mereka tumbuh sebagai anak yang tidak percaya diri. Jika pendapatnya tidak atau kurang benar kita dapat mengoreksinya

dengan

mengajukan

pertanyaan-pertanyaan

yang

mempertajam pendapatnya sehingga mereka tumbuh menjadi anak yang berani dan terasah kemampuannya.

7

Dalam

diskusi

kelompok

terdapat

penilaian

kemampuan

berinteraksi siswa yang disarikan oleh Winarno (2014), yakni (1) sikap dalam menerima pendapat, (2) sikap dalam menerima kritikan, (3) kesopanan dalam memberikan pendapat kepada siswa lain, (4) kemauan untuk membantu teman yang lain yang mengalami kesulitan dalam mengemukakan pendapat, dan (5) kesabaran untuk mendengarkan usul teman. Jenis apapun diskusi yang digunakan menurut bridges (1979), dalam proses pelaksanaannya, guru harus mengatur kondisi agar: (1) setiap siswa dapat bicara mengeluarkan gagasan dan pendapatnya, (2) setiap siswa harus saling mendengar pendapat orang lain, (3) setiap siswa harus saling memberikan respons, (4) setiap siswa harus dapat mengumpulkan ide-ide yang dianggap penting, dan (5) mengembangkan pengetahuannya serta memahami isu-isu yang dibicarakan dalam diskusi. Indikator

kemerdekaan

mengemukakan

pendapat

menurut

Pramuduaningrum, dalam karya ilmiahnya antara lain, memberikan pendapat tentang suatu masalah, memberikan tanggapan atas pendapat teman lain, memberikan pertanyaan atau pernyataan terhadap teman lain, dan memberikan penjelasan atas pertanyaan atau tanggapan teman lain. Berdasarkan karakteristik yang telah diungkapkan serta indikator berpikir kreatif dan kritis, keberanian berpendapat siswa dalam pembelajaran tematik di kelas dapat diukur antara lain melalui karakteristik keberanian berpendapat yang dapat disederhanakan menjadi tiga indikator, yakni: 1. Mampu mengemukakan pendapat. 2. Mampu menyampaikan pertanyaan. 3. Mampu menjawab pertanyaan. Dari indikator keberanian berpendapat di atas, tujuan yang diharapkanadalah siswa dapat: a) Mengutarakan pendapatnya secara spontan b) Mengutarakan pendapatnya dengan logis

8

c) Mengutarakan pendapatnya dengan baik dan percaya diri d) Menyampaikan pertanyaan dengan spontan e) Menyampaikan pertanyaan dengan logis f) Menyampaikan pertanyaan dengan baik dan percaya diri g) Menjawab pertanyaan secara spontan h) Menjawab pertanyaan dengan jawaban logis i) Menjawab pertanyaan dengan baik dan percaya diri d. Faktor-faktor yang Mengembangkan Keberanian Berpendapat Siswa Menururt Raka, dkk (2011), terdapat 4 faktor yang dapat mengembangkan keberanian, yaitu: 1) Keberanian Keberanian mempunyai arti tidak takut menghadapi ancaman, tantangan, kesulitan atau kesakitan, berbicara secara terbuka untuk membela yang benar walaupun ada yang menentangnya, berani bertindak untuk hal-hal yang diyakininya benar walaupun tak populer. 2) Kegigihan Menyelesaikan hal-hal yang sudah dimulai, pantang menyerah dalam melakukan sesuatu walaupun banyak rintangan. 3) Integritas (ketulusan, kejujuran) Berbicara dan bertindak jujur, tidak berpura-pura, tulus dan bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri. 4) Vitalistas Menjalani kehidupan dengan kegembiraan dan penuh semangat, tidak bekerja setengah hati, melibatkan kehidupannya sebagai petualangan. Keempat

faktor


Similar Free PDFs