"DESKRIPSI TUMBUHAN SINGKONG" (Manihot utillissima PDF

Title "DESKRIPSI TUMBUHAN SINGKONG" (Manihot utillissima
Author Zulikah Kurniati
Pages 16
File Size 573.5 KB
File Type PDF
Total Downloads 81
Total Views 594

Summary

“DESKRIPSI TUMBUHAN SINGKONG” (Manihot utillissima) Tugas Mata Kuliah Anatomi Perkembangan Tumbuhan Dosen Pengampu : Tri Andri Setiawan, M.Pd Oleh Zulikah Kurniati NPM 1901081041 TADRIS PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI METRO 2019/2020 1 KETELA POHON/SING...


Description

“DESKRIPSI TUMBUHAN SINGKONG” (Manihot utillissima) Tugas Mata Kuliah Anatomi Perkembangan Tumbuhan Dosen Pengampu : Tri Andri Setiawan, M.Pd

Oleh Zulikah Kurniati NPM 1901081041 TADRIS PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI METRO 2019/2020

1

KETELA POHON/SINGKONG (Manihot utillissima)

Tumbuhan Singkong (Manihot utillissima) Tumbuhan singkong memiliki nama ilmiah yaitu Manihot utillissima merupakan salah satu tumbuhan yang dapat tumbuh di berbagai daerah. Tumbuhan singkong merupakan tumbuhan yang cocok untuk ditanam dalam lahan yang gembur, tumbuhan singkong juga mudah untuk dibudidayakan. Bahkan singkong banyak ditemui di pedesaan dengan kondisi lahan yang kritis, bagi tumbuhan lain tidak mungkin untuk dapat tumbuh dengan kondisi tanah seperti itu. Singkong atau Ketela pohon berasal dari benua Amerika, tepatnya dari Brasil. Penyebarannya hampir ke seluruh dunia, antara lain Afrika, Madagaskar, India, dan Tiongkok. Tanaman ini masuk ke Indonesia pada tahun 1852. Ketela pohon berkembang di negara- negara yang terkenal dengan wilayah pertaniannya. Kebanyakan tanaman singkong dapat dilakukan dengan cara generatif (biji) dan vegetatif (stek batang). Generatif (biji) biasanya dilakukan pada skala penelitian (pemulihan tanaman) untuk menghasilkan varietas baru, Tanaman ketela yang ditanam biasanya dari golongan ketela yang tidak beracun digunakan untuk mencukupi kebutuhan pangan, misalnya ketela pohon varietas pandesi, mentik urang, gatotkoco, mentega.1 Singkong lazimnya diperbanyak dengan stek batang. Para petani biasanya menanam tanaman singkong dari golongan singkong yang tidak beracun untuk mencukupi kebutuhan pangan. Sedangkan untuk keperluan industri atau bahan dasar untuk Rani Dwi Andrianti, ‘Tahap Perkembangan Umbi Ketela Pohon (Manihot Esculenta Crantz)’ (Jawa Timur, UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI, 2018), 3. 1

2

industri biasanya dipilih golongan umbi yang beracun. Karena golongan ini mempunyai kadar pati yang lebih tinggi dan umbinya lebih besar serta tahan terhadap kerusakan, misalnya perubahan warna. Kelebihan dari tanaman singkong pada pertanian kurang lebih adalah sebagai berikut : a) Dapat tumbuh di lahan kering dan kurang subur. b) Daya tahan terhadap penyakit relatif tinggi. c) Masa panen tidak diburu waktu sehingga bisa dijadikan lumbung hidup, yakni dibiarkan pada tempatnya untuk beberapa minggu. d) Daun dan umbinya dapat diolah menjadi aneka makanan. Adapun unsur gizi yang terdapat dalam tiap 100 g singkong segar dapat dilihat dalam Tabel berikut :

Tumbuhan singkong berdasarkan deskripsi varietas singkong, maka penggolongan jenisnya dapat dibedakan menjadi dua macam : a) Jenis singkong manis . Yaitu jenis singkong yang dapat dikonsumsi langsung. b) Jenis singkong pahit .Yaitu jenis singkong untuk diolah atau prossesing.

3

Menurut Departemen perindustrian (1999), berdasarkan kadar HCN dalam umbi, ketela pohon dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu : a) Ketela Pohon Manis Ketela pohon manis banyak dikonsumsi secara langsung atau digunakan untuk jajanan tradisional, misalnya gethuk, sawut, utri (lemet), dan lain- lain. Rasa manis ketela pohon disebabkan oleh kandungan asam sianida yang sangat rendah, hanya sebesar 0,04% atau 40mg HCN/ kg ketela pohon. Jenis ketela pohon manis antara lain adalah Gading, Adira I, Mangi, Betawi, Mentega, Randu Ranting, dan Kaliki. b) Ketela Pohon Agak Beracun Jenis ketela pohon agak beracun memiliki kandungan HCN antara 0,05 - 0,08% atau 50 – 80 mg HCN / kg ketela pohon. c) Ketela Pohon Beracun Ketela pohon beracun, kandungan HCN antara 0,08 - 0,10% atau 80 – 100 mg HCN / kg ketela pohon. d) Ketela Pohon Sangat Beracun Ketela pohon termasuk kategori sangat beracun apabila mengandung HCN lebih dari 0,1 % atau 100 mg/kg ketela pohon. Jenis ketela pohon sangat beracun antara lain adalah Bogor, SPP, dan Adira II. Menurut Coursen (1973), kadar HCN dapat dikurangi / diperkecil (detoksifikasi sianida) dengan cara perendaman, ekstraksi pati dalam air, pencucian, perebusan, fermentasi, pemanasan, pengukusan, pengeringan dan penggorengan. Adapun klasifikasi tanaman singkong menurut Sukria dan Rantan (2009) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Devisi : Spermatophyta Sub devisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Euphorbiales Famili : Euphorbiaceae Genus : Manihot Spesies : Manihot utilisima Ubi kayu dijadikan sebagai bahan makanan pokok ketiga setelah padi dan jagung sehingga tanaman ubi kayu berkembang pesat di daerah tropis. Penyebarantanaman ubi kayu di Nusantara, terjadi pada sekitar tahun 1914–1918, yaitu saatterjadi kekurangan atau sulit pangan. Pada daerah

4

yang kekurangan pangantanaman ini merupakan makanan pengganti (subtitusi) serta dapat pula dijadikan sebagai sumber kabohidrat utama. Tanaman ubi kayu dapat tumbuh dengan baik pada daerah yang memiliki ketinggian sampai dengan 2.500 m dari permukaan laut. Morfologi Tumbuhan Singkong (Manihot utillissima) Struktur luar (morfologi) pada tumbuhan singkong. Adapun morfologi yang ada di dalam tanaman singkong ini, diantaranya;

Morfologi batang (Bar 30 cm) (A), daun muda (pucuk) (Bar 16 cm) (B), daun dewasa (daun ke-5) (Bar 30 cm) (C), umbi (Bar 50 cm) (D) dan irisan melintang (Bar 10 cm) (G), bunga jantan dan betina (Bar 4 cm) (E), buah dan irisan melintang (Bar 4 cm) (F). 1) Batang Singkong termasuk dalam famili Euphorbiaceae. Mempunyai batang yang lurus dengan tinggi sekitar 1,5 m sampai 4 m. Bentuk nyata dari pengertian batang dari singkong adalah bulat dengan diameter 2,5cm sampai 4 cm, dan berkayu serta bergabus. Batang pohon singkong memiliki warna coklat atau keunguan dan bisa bercabang ganda bahkan sampai tiga. Warna batang bervariasi, ketika masih muda umumnya berwarnahijau dan setelah tua menjadi keputih – putihan, kelabu, atau hijau kelabu. Batang berlubang, berisi empulur berwarna putih, lunak, dengan struktur seperti gabus. 2) Daun Daun pada tanaman singkong termasuk daun majemuk dengan anak daun yang berbentuk elips dengan ujungnya yang runcing. Daun singkong memiliki warna hijau muda, hijau kekuningan, bahkan sampai hijau keunguan. Mempunyai tangkai daun yang panjang dengan warna hijau, merah, kuning sampai bisa kombinasi dari ketiganya. Daun yang lengkap mempunyai bagian-bagian berikut : 1) Upih daun atau pelepah daun (Vagina)

5

2) Tangkai daun (petiolus) 3) Helaian daun (lamina).2 Daun umumnya berbentuk pipih melebar dan berwarna hijau, tetapi beberapa daun ada yang berbentuk jarum seperti pada pinus dan berbentuk jarum seperti pada pinus dan berbentuk sisik atau duri seperti pada kaktus.

Struktur Morfologi Daun 3) Bunga Bunga merupakan alat perkembangbiakan tumbuhan. Bunga merupakan alat perkembangbiakan pada tumbuhan Angiospermae.3 Ada tumbuhan yang berbunga sempurna dan ada yang berbunga tidak sempurna. Bunga sempurna memiliki benang sari sebagai alat kelamin betina. Bunga tidak sempurna ada yang memiliki benang sari, tetapi tidak memiliki putik disebut bunga jantan. Sementara, bunga yang tidak memiliki benang sari, tetapi tidak memiliki putik. Bunga yang demikian disebut bunga jantan. Sementara, bunga yang tidak memiliki benang sari, tetapi memiliki putik disebut bunga betina. Ada tumbuhan berbunga tunggal, yaitu jika pada setiap tangkai hanya terdapat satu bunga. Ada pula tumbuhan berbunga majemuk, yaitu jika pada satu tangkai terdapat banayak bunga membentuk rangkaian/ karangan.4 Bunga tanaman singkong muncul pada tiap ketiak cabang. Untuk bunga betina dapat berkembang lebih dulu dan matang pada saat tumbuhan berumur 3 sampai 4 minggu.Jika definisi bunga tidak dibuahi dalam jangka waktu 24 jam maka bunga akan layu serta gugur. Untuk bunga jantan tanaman ubi kayu akan matang dalam jangka waktu sebulan kemudian, sehingga penyerbukannya terjadi secara menyilang. Tanaman ubi kayu bunganya berumah satu dan proses penyerbukannya bersifat silang. Penyerbukan menghasilkan buah yang bentuknya agak bulat, di dalamnya berisi 3 butir biji. Pada dataran rendah tanaman ubi kayu jarang berbuah. Ubi yang terbentuk merupakan akar yang berubah bentuk dan fungsinya sebagai tempat penyimpanan 2

Gembong Tjitrosoepomo, Morfologi Tumbuhan (Yogyakarta: Gadjah Mada University, 2009), 7. Dewi Rosanti, Morfologi Tumbuhan (Jakarta: Erlangga, 2013), 27. 4 Sri Mulyani, Anatomi Tumbuhan (Yogyakarta: Kanasius, 2006), 17. 3

6

makanan cadangan. Bentuk ubi biasanya bulat memanjang,daging ubi mengandung zat pati, berwarna putih gelap atau kuning gelap. Proses pengisian pati di dalam ubi meliputi dua tahap penting yaitu, tahap inisiasi dan tahap pertumbuhan. 4) Akar Akar tumbuhan masuk dalam tanah dengan kedalaman 0,5 sampai 0,6 m. sebagian akar ubi kayu dimanfaatkan untuk menyimpan bahan makanan seperti karbohidrat. Maka dari itu buah singkong dapat disebut juga dengan umbi batang. Karena menjadi tempat untuk menyimpan cadangan makanan dalam ukuran yang cukup besar bahkan sampai mengalahkan ukuran akar lainnya. Akar umbi yang besar inilah yang dapat disebut juga dengan umbi singkong. Warna dari umbi singkong yaitu coklat atau kelabu. Kulit dalamnya memiliki warna kuning kemerahan agak putih dengan warna daging kuning serta putih. Morfologi struktur luar akar tersusun atas rambut akar, batang akar,ujung akar dan tudung akar. Berdasarkan asal usulnya, terdapat dua tipe akar, yaitu akar primer dan akar serabut (adventitious). Akar primer berkembang dari ujung embrio yang terbatas, sedangkan akar serabut berkembang dari jaringan akar dewasa atau dari bagian lain tubuh tumbuhan, seperti batang dan daun.5

Tumbuhan Singkong (Manihot utillissima)

5

Mulyani, 16.

7

Anatomi Tumbuhan Singkong (Manihot utillissima) Struktur dalam (anatomi) pada tumbuhan singkong. Anatomi tumbuhan singkong terdiri dari bagian berikut : 1) Batang Struktur Anatomi Batang

Secara anatomi, batang memiliki susunan jaringan sebagai berikut : a) Epidermis : Jaringan terluar dari batang. b) Korteks : terdiri dari dua bagian yaitu : 1) Bagian kolenkhim yang berbatasan dengan epidermis 2) Bagian parenkim yang terletak lebih ke dalam c) Jaringan pembuluh angkut: terdiri dari : 1) Xylem (pembuluh kayu) : berfungsi untuk mengangkut air dan mineral dari dalam tanah lalu diserap oleh akar kemudian menuju ke bagian tumbuhan di atas permukaan tanah. 2) Floem (pembuluh tapis) : berfungsi untuk mengangkut hasil proses fotosintesis dari daun ke seluruh bagian tubuh tanaman. Tanaman singkong merupakan jenis tumbuhan yang termasuk pada kategori dikotil. Sehingga batang tumbuhan singkong tentu memiliki ciri yang menunjukkan bahwa tumbuhan tersebut merupakan kategori tumbuhan dikotil.

8

2) Daun Struktur Anatomi Daun

Bentuk Daun Tumbuhan Singkong (Manihot utillissima)

9

3) Akar Struktur Anatomi Akar Dikotil

Akar atau Umbi Tumbuhan Singkong

10

Perkembangan Tumbuhan Singkong (Manihot utillissima)

Gambar Kalus pada batang ketela pohon. e= empulur, n= nodus dan k= kalus Hal ini dapat terjadi karena diujung jaringan transportasi dalam batang yang mengalami pelukaan akan terjadi penyumbatan, disebabkan sel-sel di areal tersebut mati. Hormon-hormon terlarut yang berguna bagi pertumbuhan akar seperti auksin dan sitokinin juga akan terakumulasi disekitar areal pelukaan. Setelah terbentuk kalus, tahap selanjutnya yakni tahap pembentukan akar. Akar muncul dari kalus dimana kalus tumbuh pada sel parenkim pada jaringan korteks. Selsel parenkim ini dapat menjadi sel meristem, yaitu sel yang aktif membelah diri (Shofiana et al., 2013). Akar mulai tumbuh pada umur 8-10 hari setelah tanam (hst). Akar berwarna putih tulang dengan jumlah ratarata 34,16 per stek. Struktur morfologi akar ketela pohon sama seperti akar pada umumnya. Pada akar ini juga terdapat rambut akar. Rambut akar muncul pada umur 10 hst. Pada umur 15-30 hst rambut akar mulai memanjang. Dengan adanya rambut akar ini bidang pernyerapan akar menjadi amat diperluas sehingga lebih banyak air dan zatzat makanan yang dihisap (Tjitrosoepomo, 2007)

Calon umbi dan akar. CU = umbi ketela pohon, AA = akar adventif, S = serabut akar pada umbi ketela pohon. Struktur anatomi penampang melintang umbi ketela pohon menunjukkan adanya bagianbagian jaringan epidermis, korteks, endodermis, xylem dan floem. Tempat utama amilum disimpan adalah jaringan parenkim, yaitu jaringan metabolism yang penting bagi tanaman (Sari et al., 2017). Amilum yang ditemukan pada umbi paling banyak terdistribusi pada korteks dan jaringan berkas 11

pengangkut. Rendemen umbi ketela pohon dapat dihitung pada usia 60 hst, sebab pada umur sebelum 60 hst belum ditemukan rendemen amilum umbi yang dihasilkan karena umbi masih terlalu kecil. Terjadi peningkatan jumlah rendemen yang dihasilkan oleh setiap umbi dari kurun waktu tertentu.

Anatomi irisan melintang umbi ketela pohon. Perbesaran 100x. ep= epidermis, ko= korteks, en= endodermis, xi= xilem dan fl= floem.

Faktor-faktor yang berhubungan dengan proses pembentukan dan pertumbuhan ubi antara lain: a) cahaya berhubungan dengan proses fotosintesis pada tanaman; b)

aerasi tanah yang mendukung respirasi akar; (c) ketersediaan unsur hara;

c) aktivitas hormon IAA oksidase di dalam akar; (e) kandungan air tanah; d) kepadatan tanah yang berhubungan dengan struktur tanah bagi pertumbuhan dan perkembangan akar Untuk dapat berproduksi optimal, ubi kayu memerlukan curah hujan 150—200mm/tahun pada umur 1—3 bulan, 250—300 mm/tahun pada umur 4—7 bulan,dan 100—150 mm/tahun pada fase menjelang dan saat panen. Berdasarkan karakteristik iklim di Indonesia dan kebutuhan air tersebut, ubi kayu dapat dikembangkan di hampir semua kawasan, baik di daerah beriklim basah maupun beriklim kering sepanjang air tersedia sesuai dengan kebutuhan tanaman tiap fase pertumbuhan. Pada umumnya daerah sentra produksi ubikayu memiliki tipe iklim C, D, dan E serta jenis lahan yang didominasi oleh tanah masam, kurang subur,dan peka terhadap erosi. Tanah yang paling sesuai untuk ubi kayu adalah tanah yang berstruktur remah,gembur, tidak terlalu liat, dan tidak terlalu poros, serta kaya bahan organik.Tanah dengan struktur remah mempunyai tata udara yang baik, unsur hara lebih mudah tersedia, dan mudah diolah. Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman ubi kayu adalah jenis tanah aluvial, latosol, podsolik merah kuning, mediteran, grumosol, dan andosol.

Di Indonesia ubi kayu tumbuh di dataran rendah

sampai dataran tinggi. Daerah yang paling baik untuk mendapatkan produksi yang optimal adalah daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 10—700 m dpl (Rukmana, 2000).

12

Kebanyakan tanaman singkong dapat dilakukan dengan cara generatif (biji) dan vegetatif (stek batang). Generatif (biji) biasanya dilakukan pada skala penelitian (pemulihan tanaman) untuk menghasilkan varietas baru, singkong lazimnya diperbanyak dengan stek batang. Para petani biasanya menanam tanaman singkong dari golongan singkong yang tidak beracun untuk mencukupi kebutuhan pangan. Sedangkan untuk keperluan industri atau bahan dasar untuk industri biasanya dipilih golongan umbi yang beracun. Karena golongan ini mempunyai kadar pati yang lebih tinggi dan umbinya lebih besar serta tahan terhadap kerusakan, misalnya perubahan warna. Cara Penanaman Singkong Singkong dapat ditanam sebagai tanaman tunggal (monokultur), sebagai tanaman pagar, maupun bersama dengan tanaman lain (tumpangsari). Untuk petani yang mengutamakan hasil singkong, namun ingin mendapatkan tambahan penghasilan dari kacang-kacangan, padi gogo, atau jagung, maka dapat menggunakan teknik budidaya secara baris ganda (double row). Dengan pengaturan tanam double-row dimungkinkan untuk menanam dua kali tanaman kacang-kacangan, tanpa mengurangi hasil panenan ubi kayu. Dalam teknik budidaya singkong yang perlu diperhatikan adalah bahan tanam. Singkong sebagian besar dikembangkan secara vegetatif yakni dengan stek. Berikut merupakan budidaya singkong : 1) Penyiapan bibit dan varietas Bibit berupa stek diambil dari tanaman yang sehat dan berumur lebih dari 7 bulan namun kurang dari 14 bulan. Yang digunakan untuk stek adalah bagian tengah batang yang bagus. Bagian pucuk yang masih terlalu muda (sekitar 50cm) dan bagian pangkal yang terlalu tua (sekitar 20 cm) sebaiknya tidak digunakan untuk stek. Batang kemudian dipotong-potong dengan gergaji. Untuk stek normal panjang stek sekitar 15 – 25 cm. Apabila terpaksa menggunakan batang yang terserang hama/penyakit, maka stek perlu disemprot atau direndam dalam pestisida sebelum ditanam. Sedangkan Pemilihan varietas disesuaikan dengan keperluan. Saat ini banyak tersedia pilihan varietas unggul singkong. Untuk konsumsi langsung, pilih yang kualitas rebusnya baik dan rasanya enak (tidak pahit), seperti Malang-1 atau Adira-1. Jika untuk tepung tapioka atau mocaf, pilih varietas unggul yang kadar patinya tinggi, walaupun rasanya biasanya pahit (langu). 2) Pengolahan lahan Tanah diolah sedalam 25 cm dapat dilakukan dengan mencangkul, membajak dengan ternak dan traktor. Dibuat guludan atau bedengan dengan jarak ganda (double row) yaitu 80 cm dan 160 cm

13

3) Cara tanam Cara tanam yang banyak digunakan petani adalah sistem tanam rapat dengan jarak tanam 70 x 80 cm. Cara tanam ini memiliki banyak kelemahan antara lain penggunaan bahan tanaman dalam jumlah besar (18.000 tanaman/ha) dan produktivitas rendah (18-22 ton/ha). Hasil kajian BPTP Lampung menunjukkan bahwa penggunaan sistem tanam double row dengan variates UJ-5 mampu menghasilkan singkong 50-60 ton/ha. Sistem atau cara tanam double row adalah membuat baris ganda (double row) yakni jarak antar barisan 160 cm dan 80 cm, sedangkan jarak di dalam barisan sama yakni 80 cm. Sehingga jarak tanam singkong baris pertama (160 cm x 80cm) dan baris kedua (80 cm x 80 cm). Penjarangan barisan ini ditujukan agar tanaman lebih banyak mendapatkan sinar matahari untuk proses fotosintesa, sehingga pembentukan zat pati ubikayu di umbi lebih banyak dan ukuran umbi besar-besar. Selain itu, diantara barisan berukuran 160 cm dapat ditanami jagung dan kacang-kacangan untuk meningkatkan pendapatan petani.

Tata letak penanaman singkong dengan sistem double row 4) Pemupukan Dosis pemupukan an-organik per ha yang dianjurkan adalah : 200 kg Urea + 150 kg SP36 + 100 kg KCl dan 5 ton pupuk kandang. Pada musim tanam berikutnya dosis pupuk kandang dikurangi menjadi 3 ton/ha. Pemupukan Urea dilakukan 2 kali yakni pada umur 1 bulan dan 3 bulan, sedangkan SP36 dan KCl diberikan 1 kali pada umur 1 bulan setelah tanam. Pemberian pupuk kandang dilakukan pada sekitar perakaran pada umur 2 minggu setelah tanam. 5) Pewiwilan Pada umur 1 bulan tunas-tunas yang berlebih dibuang/dirempes, menyisakan 2 tunas yang paling baik. 6) Penyiangan dan pembumbunan Penyiangan pertama dilakukan pada umur 3 minggu sampai 1 bulan setelah tanam. Penyiangan ini dilakukan secara mekanis dengan menggunakan koret atau dengan 14

menggunakan herbisida. Sedangkan penyiangan kedua dilakukan pada umur 3 bulan setelah tanam. Pembumbunan dilakukan pada umur 2 – 3 bulan setelah tanam. Cara pembubunan dilakukan dengan menggemburkan tanah di sekitar tanaman dan setelah itu dibuat seperti guludan. Apabila tanah sekitar tanaman singkong terkikis karena hujan atau terkena air siraman sehingga perlu dilakukan pembubunan/di tutup dengan tanah agar akar tidak kelihatan. 7) Pengendalian OPT (organisme pengganggu tanaman) Hama dan penyakit yang menyerang singkong adalah hama Uret (Xylenthropus) dan Tungau merah (Tetranychus bimaculatus). 8) Panen dan pasca panen Umur panen singkong bervariasi menurut varietasnya. Varietas unggul umumnya dapat dipanen pada umur 8–11 bulan. Panen dilakukan dengan mencabut ubi kayu dan memisahkan umbi dari batang. Rata-rata produktivitas singkong yang ditanam dengan sistem double row adalah 45-55 ton/ha.

15

DAFTAR PUSTAKA DAN REFERENSI BACAAN Andrianti, Rani Dwi. ‘Tahap Perkembangan Umbi Ketela Pohon (Manihot Esculenta Crantz)’. UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI, 2018. Mulyani, Sri. Anatomi Tumbuhan. Yog...


Similar Free PDFs