Rangkuman materi Pendidikan kewarganegaraan PDF

Title Rangkuman materi Pendidikan kewarganegaraan
Course Pendidikan Kewarganegaraan
Institution Universitas Sriwijaya
Pages 8
File Size 133.2 KB
File Type PDF
Total Downloads 185
Total Views 649

Summary

Download Rangkuman materi Pendidikan kewarganegaraan PDF


Description

1. Jelaskan secara komprehensif tentang : a. Pendidikan Pancasila dalam hubungannya dengan kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Setiap bangsa dan negara yang ingin berdiri kokoh dan kuat, dan tidak mudah goyah dalam persoalan hidup berbangsa dan bernegara yang rumit, hal tersebut menyebabkan pentingnya suatu dasar negara yang kokoh dan kuat pula. Tanpa itu suatu bangsa akan sangat rapuh. Dengan begitu, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara perlu adanya nilainilai Pancasila yang terkandung didalamnya karena nilai-nilai Pancasila merupakan suatu keniscayaan, agar Pancasila tetap selalu relevan dalam fungsinya memberikan pendoman bagi pengambilan kebijaksanaan dan pemecahan suatu masalah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Agar wargamasyarakat dan warganegara dapat menunjukkan dukungan dan kepatuhan serta tetap menjunjung tinggi terhadap nilainilai yang terkandung dalam Pancasila. Di zaman sekarang era yang berkembang adalah era globalisasi dimana batasan-batasan antar negara seakan memudar karena terjadinya berbagai perkembangan di segala aspek kehidupan, khususnya di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan terjadinya perkembangan di bidang iptek maka manusia dapat pergi dan berpindah ke berbagai negara dengan lebih mudah serta mendapatkan berbagai informasi yang ada di dunia. Oleh karena itu, di era globalisasi seperti sekarang ini bisa menjadi ancaman bagi eksistensi kepriadian bangsa, dan kini bangsa Indonesia berada pada pusaran arus globalisasi dunia. Maka, dalam pergaulan kehidupan berbangsa dan bernegara, bangsa Indonesia tidak bisa begitu saja mencontoh atau meniru yang dilakukan bangsa lain, tanpa menyesuaikan dengan pandangan hidup dan kebutuhan bangsa Indonesia. Pancasila sebagai dasar negara Indonesia haruslah menjadi sebuah acuan dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara. b. Pendidikan Pancasila dan urgensinya bagi mahasiswa atau generasi muda. Pendidikan Pancasila berkontribusi penting menunjang tujuan bernegara Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, Pendidikan nasional pada hakikatnya adalah PPKn untuk melahirkan warga negara Indonesia yang berkualitas baik dalam disiplin sosial dan nasional, dala, etos kerja, dalam produktivitas kerja, dalam kemampuan intelektual dan profesional, dalam tanggung jawab kemasyarakatan, kebangsaan, kemanusiaan serta dalam moral, karakter dan kepribadian (Soedijarto, 2008). Mahasiswa atau generasi muda dapat mempelajari nilai-nilai Pancasila dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari melalui pendidikan Pancasila. Pada zaman sekarang banyak organisasi radikal yang merekrut anggotanya dari generasi muda, oleh karena itu pendidikan Pancasila seharusnya mampu mencegah mahasiswa atau generasi muda mudah terbujuk oleh faham radikalisme. Mahasiswa atau generasi muda diharapkan mampu memahami Pancasila dan menerapkan prinsip-prinsip sila dalam kehidupan sehari-hari. Mereka harus memahami bahwa Pancasila adalah karya yang luar biasa bagi negara Indonesia, dan sesingkat ideologi-ideologi utama dunia. Bagi masyarakat Indonesia, hal tersebut merupakan suatu kebanggaan.Bangsa

Indonesia akan menjadi bangsa yang besar jika mahasiswa atau generasi muda dapat menghayati serta mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Urgensi pendidikan Pancasila di perguruan tinggi, yaitu agar mahasiswa tidak tercerabut dari akar budayanya sendiri dan agar mahasiswa memiliki pedoman atau kaidah penuntun dalam berpikir dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari dengan berlandaskan nilai-nilai Pancasila. Selain itu, urgensi pendidikan Pancasila, yaitu dapat memperkokoh jiwa kebangsaan mahasiswa sehingga menjadi dorongan pokok (leitmotive) dan bintang penunjuk jalan (leitstar) (Abdulgani, 1979: 14). Urgensi pendidikan Pancasila bagi mahasiswa sebagai calon pemegang tongkat estafet kepemimpinan bangsa untuk berbagai bidang dan tingkatan, yaitu agar tidak terpengaruh oleh paham-paham asing yang negatif. Dengan demikian, urgensi pendidikan Pancasila di perguruan tinggi dengan meminjam istilah Branson (1998), yaitu sebagai pembentuk civic disposition yang dapat menjadi landasan untuk pengembangan civic knowledge dan civic skills mahasiswa. c. Alasan mendasar diperlukannya pendidikan Pancasila di perguruan tinggi. Pendidikan Pancasila merupakan salah satu mata pelajaran yang membantu manusia membangun karakternya. Pendidikan Pancasila ditingkat perguruan tinggi sangat penting karena merupakan proses pengembangan karakter mahasiswa yang canggih yang akan berlangsung sampai manusia menemui ajalnya. Pendidikan Pancasila berusaha untuk menanamkan rasa keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta sikap dan perilaku yang memungkinkan mahasiswa untuk bertindak secara bertanggung jawab sesuai dengan hati nurani mereka dan mengenali masalah serta solusi kesejahteraan untuk dapat mengevaluasi peristiwa sejarah dan nilai-nilai budaya bangsa dalam rangka memupuk persatuan Indonesia. Dan alasan perlunya pendidikan Pancasila adalah untuk menciptakan generasi yang cerdas dan berkarakter sesuai dengan cita-cita Pancasila, serta agar mahasiswa dapat berpartisipasi dalam upaya-upaya yang bijaksana dan damai untuk menghindari dan menghentikan berbagai upaya tindakan kekerasan. Berdasarkan SK Dirjen Dikti No. 38/DIKTI/Kep/2002, Pasal 3, Ayat (2) bahwa kompetensi yang harus dicapai mata kuliah pendidikan Pancasila yang merupakan bagian dari mata kuliah pengembangan kepribadian adalah menguasai kemampuan berpikir, bersikap rasional, dan dinamis, serta berpandangan luas sebagai manusia intelektual dengan cara mengantarkan mahasiswa : 1) Agar memiliki kemampuan untuk mengambil sikap bertanggung jawab sesuai hati nuraninya 2) Agar memiliki kemampuan untuk mengenali masalah hidup dan perkembangan serta cara-cara pemecahannya 3) Agar mampu mengenali perubahan-perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dan seni 4) Agar mampu memaknai peristiwa sejarah dan nilai-nilai budaya bangsa untuk menggalang persatuan Indonesia Dengan demikian, berdasarkan ketentuan dalam pasal 35 ayat (3) UndangUndang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012, ditegaskan bahwa penyelenggaraan penddikan Pancasila di perguruan tinggi itu wajib diselenggarakan dan sebaiknya diselenggarakan sebagai mata kuliah yang berdiri sendiri dan harus dimuat dalam kurikulum masing-masing perguruan tinggi. Dengan demikian,

keberadaan mata kuliah pendidikan Pancasila merupakan kehendak negara, bukan kehendak perseorangan atau golongan, demi terwujudnya tujuan negara. 2. Jelaskan pilar-pilar pembelajaran menurut UNESCO berikut : a. Learning to know Pilar pertama ini menyarankan agar siswa mencari dan memperoleh pengetahuan sebanyak mungkin melalui pengalaman. Hal ini akan bermuara pada pengembangan pola pikir kritis, serta peningkatan semangat peserta didik. Learning to know atau belajar untuk mengetahui selalu menekankan nilai pengetahuan, karena belajar untuk mengetahui juga termasuk learning how to learn, yang mengharuskan peserta didik untuk memahami apa yang terjadi di sekitar mereka sebagai bagian dari proses belajar. Belajar untuk mengetahui (Learning to know) adalah proses memperoleh, memperdalam, dan menerapkan pengetahuan. Membaca, mengakses internet, dan bertanya selama pembelajaran adalah cara untuk mendapatkan informasi. Pengetahuan digunakan untuk mencapai berbagai tujuan, termasuk memperluas wawasan seseorang, meningkatkan kemampuan, memecahkan kesulitan, dan belajar lebih banyak. Dalam hal pengetahuan, Jacques Delors (1996), sebagai ketua komisi penyusun Learning the Treasure Within, mengklasifikasikan dua macam kegunaan pengethuan. Pertama pengetahuan sebagai alat (mean), dalam hal ini pengetahuan digunakan untuk mencapai berbagai macam tujuan, seperti memahami lingkungan, hidup layak sesuai kebutuhan lingkungan, pengembangan keterampilan bekerja, berkomunikasi. Kedua pengetahuan sebagai hasil (end) dalam hal ini pengetahuan sebagai dasar bagi kepuasan memahami, mengetahui dan menemukan. Learning to know juga mengajarkan konsep tentang live long of education, kadang-kadang dikenal sebagai belajar sepanjang hayat. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan di sekolah merupakan kelanjutan dari apa yang terjadi dirumah. Sekolah adalah tempat belajar setelah keluarga, proses sosialisasi kedua berlangsung membentuk kepribadian dan perkembangan sosial seseorang. Anak-anak akan belajar disekolah apa yang akan mereka pelajari dalam hidup, dengan kata lain sekolah mencerminkan kehidupan di sekelilingnya. Guru melayani berbagai peran untuk memenuhi Learning to know termasuk sebagai fasilitator, yaitu sebagai mitra dalam dialog dan dskusi dengan siswa untuk memperoleh penguasaan informasi dan pengetahuan tertentu. Proses pendampingan diperlukan untuk memastikan bahwa siswa memiliki pemahaman yang menyeluruh tentang informasi yang relevan dengan prinsip-prinsip moral, etika dan agama dalam kehidupan sehari-hari. b. Learning to do Perlunya keterlibatan dan tindakan ditekankan dalam pilar kedua ini. Peserta didik didorong untuk mengambil bagian dalam kegiatan kehidupan nyata untuk memecahkan masalah yang mereka lihat disekitar mereka. Belajar menggunakan apa yang telah dipelajari dan bekerja sebagi tim untuk memecahkan tantangan dalam berbagai situasi dan lingkungan.

Learning to do bertujuan untuk mengembangkan peserta didik agar mau dan mampu beradaptasi dengan situasi baru dan beradaptasi dalam masyarakat. Akibatnya, seorang individu harus belajar untuk bekerja, serta hubungan antara belajar untuk bekerja dan belajar untuk mengetahui, karena pengetahuan mendasari tindakan. Peserta didik diajarkan untuk melakukan hal-hal dalam kondisi tertentu, yang mencakup tidak hanya memperoleh keterampilan mekanik tetapi juga komunikasi, bekerjasama dengan orang lain, dan manajemen konflik. Sangat layak untuk melahirkan generasi muda yang cerdas dalam bekerja dan dapat berinovasi menggunakan pilar kedua ini. Learning to do merupakan konsekuensi dari learning to know. Learning to do bukan tentang mampu melakukan pekerjaan mekanik dan pertukangan tanpa berpikir, melainkan tentang mengambil tindakan sambil berpikir dan belajar sambil melakukan. Peserta didik akan terus belajar bagaimana meningkatkan dan mengembangkan pekerjaan mereka serta teori atau konsep intelektual mereka sebagai suatu hasil. Proses pembelajaran ini lebih menekankan pada peserta didik secara aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran dengan melakukan sesuatu yang bermakna. Peserta didik diberi kesempatan untuk belajar dan berlatih guna menguasai dan memiliki standar kompetensi dasar yang dituntut dari diri mereka. Pembelajaran yang dilakukan adalah menggali dan menemukan informasi (information searching and explore), mengolah dan mengambil keputusan (information processing and decision making skills), dan memecahkan masalah secara kreatif merupakan bagian dari proses pembelajaran (creative problem solving skills). Learning to do akan berhasil jika lembaga pendidikan membantu peserta didik mengaktualisasikan keterampilannya sehingga dapat mengembangkan dan mendukung prestasi peserta didik di kemudian hari, serta bakat dan minatnya, sehingga learning to do (belajar melakukan sesuatu) dapat terwujud. Meskipun faktor keturunan mempengaruhi bakat dan minat anak, namun lingkungan khususnya lingkungan sosial dan lingkungan non-sosial juga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan minat dan bakat anak. c. Learning to be Pilar ketiga menekankan pentingnya mendidik dan melatih peserta didik agar menjadi individu yang mandiri yang dapat mencapai tujuannya atau yang dicitacitakannya. Penguasaan pengetahuan dan keterampilan (soft skill dan hard skill) merupakan bagian dari proses menjadi diri sendiri (learning to be). Menjadi diri sendiri dapat didefinisikan sebagai proses mengenali dan memahami kebutuhan dan identitas diri sendiri. Belajar berperilaku sesuai dengan standar dan aturan masyarakat, serta belajar menjadi orang sukses adalah proses aktualisasi diri. Disamping itu, learning to be ini juga merupakan pelengkap dari learning to know dan learning to do. Robinson Crussoe berpendapat bahwa manusia itu hidup sendiri tanpa kerja sama atau saling tergantung dengan manusia lain. Manusia di era sekarang ini bisa hanyut ditelan masa jika tidak berpegang teguh pada jati dirinya. Learning to be akan menuntun peserta didik menjadi ilmuwan sehingga mampu menggali dan menentukan nilai kehidupannya sendiri dalam hidup bermasyarakat sebagai hasil belajarnya. Artinya, peserta didik dapat menikmati atau memiliki apresiasi terhadap nilai dan keindahan produk dan proses pendidikan, yang dibuktikan

dengan keinginan belajar, kemauan untuk bekerja keras, keuletan, kesabaran, disiplin, kejujuran, dan rasa berprestasi yang tinggi serta percaya tinggi. Pilar ketiga yang dicanangkan UNESCO ini, yaitu pengembangan diri secara maksimal (learning to be) erat hubungannya dengan bakat dan minat, perkembangan fisik dan kejwaan, tipologi pribadi anak serta kondisi lingkungannnya. Kemampuan diri yang terbentuk di sekolah secara maksimal memungkinkan anak untuk mengembangkan diri pada tingkat yang lebih tinggi. Misal, bagi siswa yang agresif, proses pengembangan diri akan berjalan bila diberi kesempatan cukup luas untuk berkreasi. Sebaliknya, bagi anak yang pasif peran guru sebagai pengarah dan fasilitator sangat dibutuhkan untuk menumbuhkan kepercayaan dirinya dalam kegiatan belajar dan pengembangan diri. Pada learning to do ini ditekankan pada pengembangan potensi insani secara maksimal. Setiap individu didorong untuk berkembang dan mengaktualisasikan diri. Dengan learning to do seseorang akan mengenal jati diri, memahami kemampuan dan kelemahannya dengan kompetensi-kompetensinya akan membangun pribadi yang utuh. d. Learning to live together Pilar terakhir ini memerlukan pembinaan pada peserta didik rasa memiliki kelompok komunal. Dengan keberagaman etnis yang berkembang di Indonesia, kita perlu menanamkan pola pikir yang memungkinkan kita untuk hidup bersama. Pada pilar keempat ini, peserta didik perlu membangun kebiasaan hidup bersama, saling mengormati, memberi dan menerima yang perlu dikembangkan di sekolah. Inilah bentuk terakhir dari pilar pendidikan yang direkomendasikan UNESCO, yaitu mendidik dan mengarahkan peserta didik agar dapat hidup berdampingan di dunia yang plural. Ditengah arus globalisasi dimana sifat ego seperti hal yang lumrah, individualisme akan muncul dan ini tidak akan sehat apabila terus berkembang. Akibatnya, bentuk pembelajaran ini sangat penting agar anak tumbuh menjadi individu sosial yang tidak hanya memahami manfaat karakter tetapi juga bersosialisasi. Learning to live together merupakan kelanjutan yang tidak dapat dihindari dari learning to know, learning to do, dan learning to be. Learning to live together ini menuntun seseorang untuk hidup bermasyarakat dan menjadi educated person yang bermanfaat baik bagi diri sendiri dan masyarakatnya, maupun bagi seluruh umat manusia sebagai amalan agamanya. Untuk mewujudkan makna pendidikan dan pondasi pembelajaran pada pilar ini diperlukan proses pembelajaran yang efektif. Kefektifan proses pembelajaran merupakan pencerminan dalam mencapai tujuan pembelajarn tepat yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Kefektifan proses pembelajaran berkenan dengan jalan, upaya, teknik dan strategi yang digunakan dalam meencapai tujuan pembelajaran secara optimal, tepat dan cepat. Sekolah tidak hanya berkewajiban untuk memelihara nilai-nilai masyarakat, namun juga harus memberikan keaktifan kepada peserta didik dan secara kritis dalam menghadapi masalah-masalah sosial, dan harus mengadakan usaha pemecahan masalah.

3. Jelaskan urgensi pendidikan Pancasila dilaksanakan disetiap jenjang pendidikan di Indonesia, dan hal-hal apa saja yang diharapkan dapat dicapai melalui pendidikan Pancasila tersebut! Pembelajaran pendidikan Pancasila diberikan karena adanya kebutuhan untuk melanjutkan pendidikan dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Diyakini bahwa dengan memahami nilai-nilai yang terkandung didalam Pancasila dengan baik, generasi muda berikutnya akan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan Pancasila juga diberikan sebagai akibat merosotnya penghayatan nilai-nilai dalam kehidupan sehari-hari, baik secara individu maupun kolektif sebagai suatu bangsa. Dengan kata lain, kesenjangan antara kata-kata / pengetahuan dan tindakan / perilaku digunakan untuk menghidupkan mata kuliah ini. Pendidikan Pancasila dikatakan berhasil apabila peserta didik dapat bertindak secara bertanggungjawab dengan perilaku yang selalu bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, selalu merasa memiliki kemanusiaan yang adil dan beradab, selalu mendukung persatuan masyarakat dan bangsa, selalu mendukung demokrasi dan mengutamakan kepentingan orang banyak diatas kepentingan perorangan atau golongan, dan selalu mendukung upaya mewujudkan rasa keadilan sosial bagi seluruh rakyat Inodnesia. Adapun hal-hal yang diharapkan dapat tercapainya melalui pendidikan Pancasila adalah : a. Sebagai warga negara Indonesia, mampu memahami dan menerapkan Pancasila dan UUD 1945 dalam kehidupan sehari-hari b. Menguasai pengetahuan tentang berbagai masalah dasar sosial, kebangsaan, dan kenegaraan yang dapat diselesaikan melalui penggunaan Pancasila dan UUD 1945 c. Menumbuhkan sikap dan perilaku yang selaras dengan prinsip dan norma Pancasila, sehingga dapat bereaksi terhadap perubahan yang terjadi seiring dengan semakin terintegrasinya ilmu pengetahuan, teknologi dan pembangunan d. Pancasila menerapkan teknik heuristik untuk membantu peserta didik dalam dalam proses belajar, berpikir, pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan 4. Jelaskan secara komprehensif tentang : a. Apakah yang dapat Anda pahami tentang pentingnya pendidikan Pancasila sesuai dengan jurusan/program studi yang sedang ditempuh? Pancasila sebagai landasan nilai pengembangan lmu pengetahuan, artinya sila Pancasila menjadi pegangan dan pedoman dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Persatuan dan keutuhan bangsa Indonesia dapat kita jaga dengan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, sebagaimana tertuang dalam sila ketiga “Persatuan Indonesia”. Pentingnya pendidikan Pancasila sesuai dengan jurusan atau program studi adalah cara untuk memperkuat nilai-nilai dasar yang telah ditanamkan pada setiap individu sejak kecil, dan diterapkan di semua program studi sesuai denga koridor serta definisi lima sila Pancasila.

b. Bagaimana relasi antara pendidikan Pancasila dan program studi Anda?

Dengan adanya pendidikan Pancasila maka para mahasiswa akan memiliki moral dan etika yang baik, mampu bermusyawarah, menerima pendapat orang lain, serta dapat bekerja sama dan berkomunikasi satu sama lain. Sebagai mahasiswa dengan program studi peternakan haruslah mampu memberikan inovasi-inovasi yang baru baik dari segi pemikiran maupun penerapan bidang keilmuan dalam kehidupan masyarakat demi terciptanya kesejahteraan sesuai dari tujuan Pancasila itu sendiri. Mahasiswa program studi Peternakan juga dapat mengimplementasikan nilai yang terkandung dalam Pancasila dalam bidang Peternakan. Contoh implementasi nilai Pancasila dalam bidang peternakan yaitu, pemerataan ekonomi dengan menjalankan pemberdayaan masyarakat daerah bidang peternakan dengan cara meningkatkan nilai tambah produksi ternak. Kebijakan ekonomi disuatu negara harus mampu mengimplementasikan nilai-nilai lokal, yang dalam hal negara Indonesia adalah Pancasila. c. Bagaimana relasi antara tujuan negara mencerdaskan kehidupan bangsa dan tujuan pendidikan Pancasila dan tujuan program studi Anda? Pemerintah Indonesia ingin menciptakan generasi yang lebih unggul dari generasi sebelumnya, untuk itu pemerintah menerapkan pendidikan yang lebih bermutu contohnya mengadakan program Kip-Kuliah agar mereka yang kurang mampu juga dapat merasakan pendidikan yang berkualitas. Pancasila tentunya dibuthkan agar generasi yang terbentuk nantinya dapat menerapkan nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari sehingga tidak jatuh pada pandangan-pandangan lainnya. Dan ini tentunya menjadi perinsip dasar yang digunakan program studi peternakan agar sistem belajar yang diterapkan bertujuan untuk mensejahterakan kehidupan masyarakat tanpa menjatuhkan pihak lainnya. Tentunya ini akan mengurangi kesenjangan sosial yang terjadi di Indonesia, karena dnegan diterapkannya nilai-nilai pancasila dalam menciptakan sebuah inovasi, a...


Similar Free PDFs