REFERAT " FRAKTUR DAN DISLOKASI " PDF

Title REFERAT " FRAKTUR DAN DISLOKASI "
Author Koas Bedah Ps Rebo
Pages 64
File Size 1.1 MB
File Type PDF
Total Downloads 388
Total Views 447

Summary

REFERAT “FRAKTUR DAN DISLOKASI” Disusun Oleh : NISA UTAMI IKA PERMATASARI 1102012197 Pembimbing : dr. Ricky Hutapea, Sp. OT KEPANITERAAN KLINIK BEDAH PERIODE 16 OKTOBER – 17 DESEMBER 2017 FAKULTAS KEDOKTERAN YARSI – RSUD PASAR REBO JAKARTA DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ......................................


Description

REFERAT “FRAKTUR DAN DISLOKASI”

Disusun Oleh : NISA UTAMI IKA PERMATASARI 1102012197

Pembimbing : dr. Ricky Hutapea, Sp. OT

KEPANITERAAN KLINIK BEDAH PERIODE 16 OKTOBER – 17 DESEMBER 2017 FAKULTAS KEDOKTERAN YARSI – RSUD PASAR REBO JAKARTA

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .........................................................................................

i

DAFTAR ISI .....................................................................................................

ii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................

iii

BAB 1

PENDAHULUAN ........................................................................

1

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................

2

1.

ANATOMI TULANG .........................................................

2

2.

HISTOLOGI TULANG .......................................................

4

3.

FISIOLOGI TULANG ........................................................

7

4.

FRAKTUR ........................................................................... 20

5.

DISLOKASI ........................................................................ 40

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 61

ii

iii

BAB I PENDAHULUAN

Fraktur orthopedi merupakan masalah kesehatan akut sehari- hari yang sering kita jumpai. Terapi awal yang salah pada fraktur dapat meningkatkan morbiditas jangka panjang yang signifikan dan, berpotensi meningkatkan mortilitas.1 Menurut World Health Organization, kasus fraktur terjadi di dunia kurang lebih 13 juta orang pada tahun 2008, dengan angka prevalensi sebesar 2,7%. Sementara pada tahun 2009 terdapat kurang lebih 18 juta orang mengalami fraktur dengan angka prevalensi 4,2%. Tahun 2010 meningkat menjadi 21 juta orang dengan angkat prevalensi sebesar 3,5%. Terjadinya fraktur tersebut termasuk di dalamnya insiden kecelakaan, cedera olahraga, bencana kebakaran, bencana alam dan lain sebagainya. Fraktur adalah pecah atau rusaknya kontinuitas struktur dari tulang. Hal ini dapat saja hanya sekedar retak, remahan atau pecahan dari cortex; seringkali pecahnya komplit dan pecahan tulang tergusur. Fraktur dapat disebabkan karena adanya cedera, penekanan dan dapat juga terjadi secara patologis.2 Fraktur juga dapat terjadi dengan dislokasi. Dislokasi terjadi saat tulang tergelincir dari sendi, khasnya terjadi karena sendi mengalami penekanan tidak stabil tiba- tiba. Dislokasi berarti tulang tidak lagi berada di tempat yang semestinya, hal ini termasuk kegawatdaruratan yang jika tidak ditangani dapat menyebabkan kerusakan pada ligamen, nervus, dan pembuluh darah.3

1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. ANATOMI TULANG Tulang

diklasifikasikan

menurut

bentuknya: tulang panjang, tulang pipih, tulang pendek, atau ireguler. Struktur dari tulang panjang menjadi suatu acuan untuk menjelaskan stuktur tulang.4 Struktur

tulang

dilihat

secara

makroskopis, terdiri dari kortikal atau tulang kompakta dan tulang spongiosa (Spongy

and

Metabolisme ditandai Gambar 1. Bentuk Tulang

Trabecular dari

dengan

tulang

Bone). kompakta

rendahnya

laju

pergantian tulang dan tingginya Young’s modulus

(derajat kekakuan material padat). Hal ini berlaku sebaliknya untuk tulang spongiosa yang lebih elastis dan mempunyai laju pergantian sel yang tinggi untuk remodelling berdasakan tekanan yang melewati tulang. Struktur dari tulang kompakta terdiri dari kelompok osteon atau Haversian systems, yaitu osteon, kanal pembuluh darah dan lamelae interstisial. Sedangkan struktur dari tulang spongiosa menopang jaringan secara longgar sehingga meningkatkan porositas tulang dalam osteoporosis.5 Struktur tulang dari tulang panjang terdiri dari diafisis, atau batang dari tulang, umumnya terdiri dari tulang kompakta, namun mengandung tulang spongiosa juga. Ujung dari tulang panjang kebanyakan terdiri dari tulang spongiosa dengan lapisan luar tulang kompakta. Diantara sendi, ujung dari tulang panjang dilapisi oleh kartilago hyaline/ articular cartilago.4 Pada saat formasi dan pertumbuhan tulang, tulang terbentuk dari pusat osifikasi. Pusat osifikasi primer terletak di diafisis. Epifisis adalah bagian dari tulang panjang yang berkembang dari pusat osifikasi yang bukan di diafisis. Setiap tulang lengan bawah, lengan atas, paha, dan tungkai mempunyai satu atau lebih epifisis pada setiap ujung tulang. Setiap tulang dari tangan dan kaki 2

mempunyai satu epifisis, yang terletak pada proximal atau distal ujung dari tulang.4 Plate epifisis atau growth plate, memisahkan epifisis dari diafisis. Pemanjangan dari tulang panjang terjadi pada plate epifisis. Oleh karena itu, pemanjangan dari tulang lengan atas, lengan bawah, paha, dan tungkai terjadi pada kedua ujung diafisis, dimana pemanjangan dari tulang tangan dan kaki terjadi pada satu ujung diafisis. Saat tulang berhenti memanjang, plate epifisis terosifikasi dan dikenal dengan nama garis epifisis.4

Gambar 2. Struktur Tulang Panjang

Sebagai tambahan pada ruang kecil diantara tulang spongiosa dan tulang kompakta, diafisis dari tulang panjang dapat mempunyai ruang internal besar yang dikenal dengan nama kavitas medularis. Kavitas dari tulang 3

spongiosa dan kavitas medularis ini diisi oleh sumsum atau marrow. Red marrow adalah tempat formasi sel darah, dan yellow marrow, kebanyakan adalah jaringan adiposa. Pada fetus, ruangan di dalam tulang terisi oleh red marrow. Perubahan red marrow menjadi yellow marrow terjadi beberapa saat sebelum lahir dan berlanjut sampai masa dewasa.4 Periosteum adalah membran jaringan ikat yang melapisi bagian luar tulang. Lapisan luar fibrosa atau periosteum adalah jaringan ikat padat iregular yang mengandung pembuluh darah dan nervus. Tendon dan ligamen terhubung dengan tulang melalui ikatan jaringan ikatnya dengan periosteum. Beberapa serat kolagen dari tendon dan ligamen memasuki periosteum ke dalam bagian luar tulang, dikenal dengan nama perforating fibers, atau Sharpey fibers, dan mereka memperkuat ikatan tendon dan ligamen dengan tulang. Bagian dalam dari tulang atau endosteum adalah lapisan tunggal yang terdiri dari sel tulang, termasuk osteoblast, osteoclast, dan osteochondral progenitor cells.4 Tulang pipih terdiri dari interior framework dari tulang spongiosa yang dihimpit oleh dua lapisan tulang kompakta. Tulang pendek dan tulang ireguler mempunyai komposisi mirip dengan epifisis tulang panjang, yaitu permukaan tulang kompakta yang mengelilingi pusat tulang spongiosa dengan celah yang biasanya diisi sumsum. Tulang pendek dan tulang ireguler tidak memanjang karena tidak memiliki diafisis. Walaupun begitu, beberapa bagian dari tulang ini, seperti processus mempunyai plate pertumbuhan epifisis dan maka dari itu mempunyai sedikit epifisis. Beberapa tulang pipih dan ireguler dari tulang tengkorak mempunyai ruang yang terisi udara yang dikenal dengan nama sinus, yang dilapisi oleh membran mukosa.4

2. HISTOLOGI TULANG 2.1. Matrix Tulang Secara beratnya, matrix tulang yang matur berisi 35% material organik dan 65% material inorganik. Material organik umumnya terdiri dari kolagen dan proteoglycan. Material inorganik umumnya terdiri dari kristam kalsium fosfat yang dikenal dengan nama hydroxyapatite.4

4

Kolagen mengisi 90% dari komponen organik, umumnya kolagen tipe I yang memberikan kekuatan tarikan. Proteoglycan terdiri dari komplex glycosaminoglycan dan protein, bertanggung jawab dalam memberikan kekuatan tekanan dan inhibisi mineralisasi. Matrix protein termasuk didalamnya protein non-kolagen yang berfungsi dalam mineralisasi dan formasi tulang. Terdapat 3 macam protein utama dalam matrix tulang, yaitu osteocalcin, osteonectin dan osteopontin.6 Osteocalcin merupakan komponen protein non-kolagen terbanyak, diproduksi oleh osteoblast matur dan berfungsi dalam mineralisasi dan formasi tulang, osteocalcin juga berperan langsung dalam regulasi densitas tulang melalui partisipasi nya dalam menarik sinyal osteoclast. Hal ini distimulasi oleh 1,25 dihydroxyvitamin D3 dan diinhibisi oleh PTH. Osteocalcin juga dapat menjadi marker dalam menilai pergantian tulang, dapat diukur dalam urin dan serum.6 Sedangkan osteonectin yang disekresi oleh trombosit dan osteoblast diyakini mempunyai fungsi dalam regulasi kalsium atau mengatur mineral dalam matrix. Osteopontin berfungsi sebagai cell-binding protein. Selain komponen- komponen diatas, matrix juga mengandung komponen organik seperti sitokin dan growth factor walaupun hanya sedikit, berperan dalam diferensiasi sel, aktifasi, pertumbuhan, dan pergantian.6 Komponen inorganik pada matrix termasuk Kalsium Hydroxyapatite yang memberikan kekuatan kompresi dan Osteokalsium fosfat.6 Kolagen dan mineral bertanggungjawab dalam karakteristik utama tulang. Jika semua mineral dihilangkan dari tulang panjang, kolagen menjadi bahan utama dan tulang pun menjadi terlalu flexibel. Sebaliknya, jika kolagen dihilangkan, mineral menjadi bahan utama dan tulang pun menjadi rapuh.4 2.2. Sel Tulang Sel tulang dikategorikan menjadi osteoblast, osteosit, dan osteoclast. Setiap sel mempunyai fungsi dan asal yang berbeda- beda. Osteoblast adalah sel pembentuk tulang, memiliki retikulum endoplasma yang luas dan ribosom yang banyak. Osteoblast berasal dari osteochondral progenitor cells, stem cells yang berada di lapisan dalam perikondrium dan dalam lapisan jaringan ikat yang menutupi tulang (periosteum dan endosteum), osteochondral progenitor cells dapat menjadi osteoblast maupun chondroblast.4 5

Osteoblast memproduksi kolagen dan proteoglikan yang dikemas menjadi vesikel oleh Golgi apparatus dan dilepaskan dari sel dengan eksositosis. Osteoblast juga melepaskan vesikel matrix, kantung terikat membran yang terbentuk saat membran plasma menguncup, atau terlempar keluar, dan menggentas. Vesikel matrix mengkonsentrasikan kalsium dan fosfat dan membentuk kristal seperti jarum bernama hydroxyapatite. Saat kristal ini dilepaskan dari vesikel matrix, mereka bertindak sebagai template, atau “benih”, yang menstimulasi formasi

template, atau “benih”, yang

menstimulasi formasi hydroxyapatite lebih lanjur dan mineralisasi dari matrix.4 Osifikasi, atau osteogenesis, adalah formasi tulang oleh osteoblast. Osifikasi terjadi dengan pertumbuhan aposisional pada permukaan tulang ataupun tulang rawan yang ada sebelumnya. Prosesus sel yang memanjang dari osteoblast menghubungkan prosesus sel osteoblast yang lain melalui gap junction. Matrix tulang yang diproduksi oleh osteoblast menutupi permukaan tulang sebelumnya dan mengelilingi badan sel dan processus dari osteoblast. Hasil akhirnya adalah lapisan baru dari tulang.4 Osteoblast yang sudah dikelilingi matrix tulang, disebut osteosit. Osteosit menjadi relatif tidak aktif, dibanding dengan kebanyakan osteoblast, namun masih mungkin untuk memproduksi komponen yang dibutuhkan untuk mempertahankan matrix tulang.4 Celah yang diisi oleh badan sel osteosit disebut lakuna, dan celah yang diisi oleh prosesus dari osteosit disebut kanalikuli. Dalam arti, sel dan prosesnya membentuk "cetakan" di mana matriks terbentuk. Tulang berbeda dari tulang rawan karena prosesus dari sel tulang bersentuhan satu sama lain melalui kanalikuli. Alih-alih menyebar melalui matriks mineral, nutrisi dan gas dapat melewati sejumlah kecil cairan yang mengelilingi sel-sel di kanalikuli dan lakuna atau berpindah dari satu sel ke sel melalui gap junction yang menghubungkan prosesus sel.4 Osteoclast adalah sel penghancur tulang yang melakukan, atau pemecahan, dari tulang yang melakukan mobilisasi krusial ion kalsium dan fosfat dalam berbagai proses metabolik. Sel ini besar dan berinti banyak, mereka berasal dari garis monosit/ makrofag red bone marrow. Prekursor ini

6

menempel pada matrix tulang dimana kontak langsung dengan osteoblast dibutuhkan untuk dilakukannya maturasi menjadi osteoclast fungsional.4 Osteoclast matur membawa reabsorpsi tulang melalui beberapa proses. Pertama, osteoclast harus mengakses matrix tulang. Teori saat ini menerangkan bahwa lining osteoblast pada jaringan ikat di sekeliling tulang mengatur pergerakan osteoclast ke area remodelling. Saat osteoclast sudah menyentuh permukaan tulang, mereka membuat struktur ikatan melalui interaksi dengan cell-surface protein yang dinamakan integrin. Setelah itu, struktur

bernama

membentuk

podosome

kompartemen

berkembang tertutup

dan

dibawah

osteoclast. Membran sel dari osteoclast lalu Gambar 3. Struktur Osteoclast

berdiferensiasi menjadi bentuk yang sangat terlipat dinamakan ruffled border.4 Ruffled border

adalah area spesifik khusus

reabsorpsi dari membran. Vesikel asam menyatu dengan membran dari ruffled border, sementara pompa H+ yang ditenagai ATP, dan protein-digesting enzyme dimasukan ke dalam membran dari ruffled border. Sekresi dari H+ membuat lingkungan yang asam dalam kompartemen tertutup tersebut, yang menyebabkan dekalsifikasi dari matrix tulang. Proteindigesting enzyme disekresi ke dalam kompartemen tertutup tersebut dan mencerna protein organik dari matrix tulang. Setelah dihancurkannya matrix, degradasi produk dibuang dengan mekanisme trancytosis, dimana produk masuk ke dalam osteoclast dan berpindah ke sitoplasma di sisi lain. Disitu, degradasi produk disekresi ke ruang ekstraseluler, masuk ke dalam aliran darah, dan digunakan di tempat lain dalam tubuh.4

3. FISIOLOGI TULANG 3.1.Perkembangan Tulang Saat perkembangan janin, pembentukan tulang terjadi dengan 2 cara, yaitu osifikasi intramembranosa dan osifikasi endokondral. Osifikasi intramembranosa terjadi dalam membran jaringan ikat dan osifikasi endokondral terjadi dalam kartilago. Keduanya sama- sama mengawali pembentukan tulang dengan woven bone, yang lalu akan di remodelling. 7

Setelah remodelling, tulang yang terbentuk baik secara intramembranosa ataupun endokondral tidak akan bisa dibedakan.4 Osifikasi intramembranosa bermula pada minggu ke-8 perkembangan embrio dan selesai saat umur 2 tahun. Banyak tulang tengkorak, beberapa bagian mandibula, dan diafisis dari klavikula terbentuk dengan osifikasi intramembranosa.4 Lokasi pada membran tempat osifikasi dimulai disebut pusat osifikasi. Pusat osifikasi meluas untuk membentuk tulang dengan secara bertahap mengeraskan membran.4 Tahap- tahap osifikasi intramembranosa adalah sebagai berikut:4 1) Osifikasi intramembranosa bermula saat beberapa sel mesenkim pada membran menjadi sel osteokondral progenitor, yang akan menjadi osteoblast. Osteoblast memproduksi matrix tulang yang mengelilingi serat kolagen dari membran jaringan ikat, dan osteoblast menjadi ostecyte. Hasil dari proses ini, banyak trabekula kecil dari woven bone yang berkembang. 2) Tambahan osteoblast berkumpul pada permukaan trabekula dan membentuk lebih banyak tulang, sehingga menyebabkan trabekula menjadi lebih besar dan panjang. Tulang spongiosa membentuk seiring

trabekula

bergabung

bersama,

menghasilkan

jaringan

trabekula yang saling berhubungan, dipisahkan oleh celah. 3) Sel di dalam celah dari tulang spongiosa berguna untuk membentuk red bone marrow, dan sel yang mengelilingi tulang berkembang untuk membentuk periosteum. Osteoblast dari periosteum meletakkan matrix tulang untuk membentuk permukaan luar dari tulang kompakta. Demikian, hasil akhir dari formasi tulang intramembranosa adalah tulang dengan permukaan luar tulang kompakta dan tulang spongiosa di tengahnya. Remodelling merubah woven bone menjadi lamellar bone dan berkontribusi dalam pembentukan akhir dari tulang.4 Formasi dari kartilago dimulai kira- kira pada akhir minggu ke-4 dari perkembangan embrio. Osifikasi endokondral dari beberapa kartilago dimulai saat kurang lebih 8 minggu dari perkembangan embrio, namun proses ini tidak terjadi pada kartilago lain sampai akhir dari umur 18 8

sampai 20 tahun. Tulang dari dasar tengkorak, bagian dari mandibula, epifisis dari klavikula, dan sistem skeletal yang lain berkembang melalui osifikasi endokondral.4 Tahap- tahap dalam osifikasi endokondral adalah sebagai berikut:4 1) Osifikasi endokondral dimulai saat sel mesenkim agregasi di daerah yang akan terjadi formasi tulang. Sel mesenkim menjadi sel ostekondral progenitor yang nantinya akan menjadi kondroblast. Kondroblast memproduksi model kartilago hyalin. Jika kondroblast sudah dikelilingi matrix kartilago, mereka menjadi kondrosit. Model kartilago dikelilingi perikondrium, kecuali di tempat dimana sendi akan terbentuk dan menghubungkan tulang dengan tulang yang lain. Perikondirum adalah jaringan kontinu yang akan menjadi kapsul sendi. 2) Saat pembuluh darah menginvasi perikondrium yang mengelilingi model kartilago, sel osteokondral progenitor di dalam perikondrium menjadi osteoblast. Perikondrium menjadi periosteum saat osteoblast mulai

memproduksi

tulang.

Osteoblast

memproduksi

tulang

kompakta pada permukaan dari model kartilago, membentuk bone collar. Model kartilago membesar dari hasil pertumbuhan interstisial dan apositional dari kartilago. Kondrosit di tengah model kartilago mengabsorpsi matrix kartilago dan hipertofi, atau membesar. Kondrosit juga melepaskan vesikel matrix, yang akan mengawali pembentukan dari kristal hydroxyapatite dalam matrix kartilago. Pada saat ini, kartilago disebut dengan calcified cartilage. Kondrosit pada area yang mengeras ini pada akhirnya akan mati, menghasilkan lakuna yang besar dalam dinding tipis dari matrix yang sudah mengeras. 3) Pembuluh darah tumbuh ke dalam lakuna yang membesar dari kartilago yang mengeras. Osteoblast dan osteoclast migrasi ke dalam area kartilago yang mengeras dari periosteum dengan cara seperti jaringan ikat mengelilingi bagian luar dari pembuluh darah. Osteoblast memproduksi tulang pada permukaan kartilago yang mengeras, membentuk trabekula tulang, yang merubah calcified

9

cartilage dari diafisis menjadi tulang spongiosa. Area dari pembentukan tulang ini dinamakan pusat osifikasi primer. 4) Pada proses perkembangan tulang, model kartilago terus tumbuh, lebih banyak lagi perikondrium yang menjadi periosteum, dan bone collar menebal dan meluas sepanjang diafisis. Kartilago tambahan dalam diafisis dan epifisis mengeras. Remodelling merubah woven bone menjadi lamellar bone dan mengkontribusi pada bentuk hasil akhir dari tulang. Osteoclast menghancurkan tulang dari pusat diafisis untuk membentuk kavitas medula, dan sel di dalam kavitas medula akan membentuk red bone marrow. 5) Pada tulang panjang, diafisis dari pusat osifikasi primer, dan tempat osifikasi lain, yang disebut pusat osifikasi sekunder, muncul di epifisis. Hal yang terjadi di pusat osifikasi sekunder sama dengan pusat osifikasi primer, kecuali celah di epifisis nya tidak membesar untuk membentuk kavitas medula seperti di diafisis. Pusat osifikasi primer muncul saat awal perkembangan janin, dimana pusat osifikasi sekunder muncul di proximal epifisis femur, humerus, dan tibia sekitar 1 bulan sebelum bayi lahir. 6) Penggantian kartilago oleh tulang berlanjut pada model kartilago sampai semua sudah terganti oleh tulang kecuali di plate epifisis dan permukaan kartilago. Saat semua tulang sudah berhenti tumbuh, plat epifisis menjadi “luka” yang disebut garis epifisis. 7) Pada tulang yang matur, spongy dan tulang kompakta telah berkembang sepenuhnya, dan plate epifisis telah menjadi garis epifisis. Satu- satunya kartilago yang ada adalah kartilago artikular pada ujung tulang. Sem...


Similar Free PDFs