Ritual Brobosan Masyarakat Jawa PDF

Title Ritual Brobosan Masyarakat Jawa
Author Adinda Tasya Namira
Pages 7
File Size 266.6 KB
File Type PDF
Total Downloads 17
Total Views 84

Summary

Jumat, 25 Oktober 2019 Ritual Kematian Brobosan Masyarakat Jawa Tengah dan Jawa Timur Oleh: Adinda Tasya Namira PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang terdiri dari berbagai macama suku bangsa yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Setiap daerah di Indonesia memiliki keanekaragaman kebudayaan...


Description

Accelerat ing t he world's research.

Ritual Brobosan Masyarakat Jawa Adinda Tasya Namira Adinda Tasya Namira

Cite this paper

Downloaded from Academia.edu 

Get the citation in MLA, APA, or Chicago styles

Related papers

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

ET NOGRAFI INDONESIA : SIMBOL SUKA DUKA MASYARAKAT ADAT PADA T RADISI KEMAT IAN … rasiq ahmadah

T UGAS ANT ROPOLOGI ADAT IST IADAT KOTA YOGYAKARTA Sayid Khari BAB 3 KONST RUKSI NEGARA KESULTANAN SERDANG Hist orian Hawa

Jumat, 25 Oktober 2019

Ritual Kematian Brobosan Masyarakat Jawa Tengah dan Jawa Timur Oleh: Adinda Tasya Namira

PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang terdiri dari berbagai macama suku bangsa yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Setiap daerah di Indonesia memiliki keanekaragaman kebudayaan yang berbeda-beda dan memiliki ciri khas masing-masing pada setiap daerah. Keanekaragaman kebudayaan tersebut terwujud dalam bentuk tingkah laku, bahasa, upacara, kesenian, dan adat istiadat. Di Pulau Jawa sendiri juga memiliki berbagai macam bentuk tradisi atau ritual. Pada umumnya tradisi atau ritual tersebut dilaksanakan untuk menghormati dan menjunjung tinggi nilai-nilai kebudayaan. Khusus mengenai ritual kematian, setiap budaya dan agama memberikan pandangan yang berbeda mengenai kematian tersebut. Kematian merupakan suatu hal yang sakral sehingga sangat dianjurkan bagi masyarakat Indonesia untuk menghormati orang yang telah meninggal dunia dan keluarga yang ditinggalkan. Oleh karena itu, ritual kematian merupakan suatu hal yang penting dilakukan oleh berbagai adat masyarakat di Indonesia. Hal tersebut menandakan penghormatan kepada anggota keluarga yang telah meninggal dunia dan mendoakan agar almarhum atau almarhumah diterima disisi Tuhan Yang Maha Kuasa. Menurut Subagya, kematian merupakan peristiwa yang sudah ditakdirkan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa dan kita sebagai manusia tidak dapat menghindari hal tersebut. Dalam hal ini, orang Jawa memandang kematian sebagai suatu yang misteri. Kematian bukan sematamata persoalan biologis tetapi lebih kepada persoalan budaya. Bagi orang Jawa, kematian bukan sebagai titik kebinasaan eksistensial tetapi sebagai proses transisi esensial. Kematian justru melahirkan status baru bagi orang yang meninggal, mereka diangkat lebih tinggi dibandingkan dengan orang-orang yang masih hidup. Makna kematian bagi orang Jawa mengacu kepada pengertian kembali ke asal mula keberadaan (sangkan paraning dumadi). Dalam rangkaian ritual upacara kematian adat Jawa khususnya Jawa Tengah dan Jawa Timur terdapat beberapa rangkaian yang dimulai dari proses perawtan jenazah, prosesi 1

sebelum pemberangkatan jenazah menuju pemakaman, prosesi pemakaman jenazah hingga posesi setelah pemakaman jenazah yang tidak boleh terlewatkan satu pun. Salah satu hal yang sanngat penting adalah ritual brobosan. Menurut keyakianan masyarakat Jawa, dengan diadakannya brobosan maka orang yang masih hidup akan mudah melupakan orang yang telah meninggal dunia tersebut. Brobosan juga merupakan salah satu simbol penghormatan dari sanak keluarga terhadap salah satu anggota keluarga yang telah meninggal dan sebagai salam perpisahan terakhir kepada jenazah sebelum dikuburkan.

PEMBAHASAN 1.1 Pengertian Ritual brobosan merupakan salah satu rangkaian upacara adat kematian masyarakat Jawa yang dilakukan di halaman rumah orang yang telah meninggal sebelum jenazah tersebut diberangkatkan menuju pemakaman. Brobosan diambil dari kata mbrobos yang artinya berjalan dibawah keranda jenazah yang diangkat tingi. Ritual brobosan ini dilakukan berdasarkan pepatah mikul dhuwur mendem jero yang artinya menjunjung tinggi kehormatan para ahli waris terhadap almarhum ataupun almarhumah. Bagi masyarakat jawa, kematian merupakan pintu gerbang menuju alam yang lebih baik sehingga harus dilepas dengan cara yang baik. Oleh karena itu, dilakukanlah ritual brobosan dalam rangka memberikan penghormatan terakhir kepada orang yang telah meninggal dunia. 1.2 Tujuan Tujuan utama ritual brobosan ini adalah sebagai penghormatan terakhir dari sanak keluarga kepada orang tua atau leluhur yang telah meninggal. Biasanya, brobosan dipimpin oleh salah satu anggota keluarga yang paling tua. Apabila yang meninggal tersebut sudah berusia lanjut maka harapannya agar anak cucunya dapat mewarisi umur panjang si jenazah. Jika orang yang meninggal memiliki ilmu yang tinggi maka dipercaya juga akan diturunkan kepada orang yang melakukan ritual brobosan tersebut. Ritual brobosan hanya dilakukan bagi jenazah yang sudah menikah, sedangkan jika yang wafat belum menikah atau masih anak-anak maka ritual brobosan ini tidak dilakukan karena dipercaya bahwa orang yang melakuka brobosan akan tertular nasibnya dengan orang yang meninggal. Dan jika jenazah tersebut adalah perempuan maka yang akan berjalan di bawah kerandanya hanyalah orang terdekat dengannya.

2

1.3 Tata Cara Pelaksanaannya Pada pelaksanaannya, ritual brobosan dilakukan ketika jenazah tersebut sudah selesai dimandikan, dikafani, dan disalatkan. Bisanya, ritual brobosan ini dilakukan menjelang jenazah diberangkatkan menuju pemakaman. Sebelum dilakukan ritual brobosan, biasanya terdapat modin atau kayim yang mewakili pihak keluarga yang berduka untuk berpidato singkat isinya adalah permintaan dan permohonan maaf apabila almarhum atau almarhumah pernah membuat kesalahan baik yang disengaja maupun tidak disengaja kepada pihak keluarga, kerabat, maupun masyarakat untuk dimaafkan. Modin atau kayim juga menanyakan terkait hutang piutang milik almarhum atau almarhumah kepada seluruh orang yang ada disekitar dan menyatakan bahwa jenazah tidak akan dikuburkan sebelum masalah tersebut selesai. Nantinya, jenazah baru akan dikuburkan apabila sudah benar-benar tidak memiliki hutang dan telah dimaafkan semua kesalahannya semasa hidup. Hal ini dimaksudkan agar kelak sesuatu yang tampak sepele tersebut dapat menjadi siksa kubur yang pedih dan penuh derita bagi jenazah. Setelah sambutan dari modim selesai, pihak keluarga akan mulai melakukan ritual brobosan yang dimaksudkan agar pihak keluarga yang ditinggalkan tidak selalu ingat kepada almarhum atau almarhumah dan mengikhlaskan kepergian almarhum atau almarhumah untuk dimakamkan. Hal pertama yang dilakukan dalam ritual brobosan adalah keranda atau peti mati dibawa keluar menuju halaman rumah dan dijunjung tinggi oleh empat orang ke atas. Selanjutnya, para ahli waris yang ditinggalkan mulai anak laki-laki tertua, anak perempuan, cucu laki-laki, dan cucu perempuan berjalan melewati bawah keranda dengan cara merundukan kepala kemudian mbrobos sebanyak 3 atau 7 kali searah dengan jarum jam. Dimulai dari sebelah kanan jenazah, lalu berbelok ke kiri menuju kepala dan terakhir masuk lagi dari sebelah kanan jenazah. Proses tersebut dilakukan berulang hingga tiga atau tujuh kali. Setelah semua keluarga selesai melakukan brobosan, kemudia jenazah akan diberangkatkan menuju pemakaman. Sebelum pemberangkatan menuju makam, di baris paling depan terdapat perwakilan pihak keluarga yang berduka membawa sapu lidi dan lampu pelita yang dimaksudkan untuk menyapu halaman atau jalan sebayak 7 langkah dari awal tempat pemberangkatan jenazah. Hal tersebut dilakukan sebagai simbol harapan agar almarhum atau almarhumah mendapatkan jalan yang bersih dan terang atau jalan yang benar menuju alam akhirat.

3

Selain itu, pihak keluarga juga membuat sawur yang berisi bunga tujuh rupa, beras putih dan beras kuning, serta uang. Sawur ini ditaburkan ke atas keranda hingga meninggalkan jejak harum menuju pemakaman. Sawur yang berisi bunga tujuh rupa dimaksudkan agar para malaikat turut mengiringi kepergian almarhum atau almarhumah. Sementara itu, uang dan beras dimaksudkan sebagai bekal dalam perjalanannya yang masih sangat panjang. Sawur terus dilakukan hingga sampai di pemakaman. Sawur yang tersisa akan ditaburkan ke atas kuburan setelah jenazah tersebut dimakamkan. Selain itu, taburan dari bunga-bunga membentuk keharuman dan taburan uang menjadi wujud bahwa terdapat begitu banyak kemurahan yang menyertai setiap jengkal perjalanan. Dalam masyarakat adat Jawa Tengah dan Jawa Timur, terdapat susunan orang yang mengiringi jenazah menuju pemakaman. Terdiri dari baris paling depan adalah penabur sawur (terdiri dari bunga tujuh rupa, uang, serta beras putih dan beras kuning); kemudian penabur bunga dan pembawa bunga; pembawa maejan atau nisan; pembawa kendi; pembawa foto jenazah; pembawa keranda jenazah; dan dibagian paling belakang barulah pihak keluarga maupun kerabat yang turut menghantarkan jenazah hingga ke pemakaman. 1.4 Peralatan yang digunakan dalam ritual Brobosan 1. Keranda atau peti mati untuk menggotong jenazah, 2. Bunga dan rangkaian bunga yang umumnya terdiri dari lima jenis bunga atau seadanya. Bunga tersebut dirangkai dengan panjang 1,5 m dan diletakkan di atas keranda atau peti mati secara berurutan mulai dari yang pertama kali selesai dirangkai diletakkan pada bagian kepala dan seterusnya. Rangkaian bunga yang sama juga nantinya akan diletakkan di atas makam setelah upacara penguburan selesai, 3. Sapu lidi yang digunakan untuk menyapu jalan di depan keranda atau peti mati yang telah diangkat dan siap di bawa untuk dimakamkan, 4. Sawur yang berisi campuran beras kuning dan beras putih, bunga, serta uang. Bisanya, sawur diletakkan di dalam sebuah wadah, 5. Lampu pelita sebagai simbol cahaya penerang bagi jenazah menuju alam akhirat. 6. Payung yang digunakan untuk menaungi bagian keranda dimana bagian kepala jenazah berada.

4

KESIMPULAN Jadi, di dalam ritual brobosan terdapat 2 makna, yaitu makna Eksplisit (tersurat) dan makna Implisit (tersirat). Makna eksplisit dalam ritual brobosan adalah sebagai bentuk perpisahan dan penghormatan terakhir dari sanak keluarga yang masih hidup kepada jenazah. Sedangkan makna implisit ritual brobosan adalah bahwa semua kebaikan yang ada di dalam diri jenazah semasa hidup akan menurun kepada anak cucunya kelak dan sebagai bentuk kasih sayang dari pihak keluarga kepada jenazah yang dilakukan sebelum jenazah dikuburkan. Selain itu, brobosan juga dipercaya sebagai alat doa agar jenazah dapat dilancarkan dan dilapangkan jalannya menuju alam kubur tanpa ada halangan satu pun.

5

DAFTAR PUSTAKA Damayanti, Tia, Henry Susanto, Yustina Sri Ekwandari. 2019. Tradisi Brobosan dalam upacara kematian Masyarakat Jawa di Kelurahan Rajabasa Raya. Bandar Lampung: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unila. Nasution, Fitri Haryani. 2019. 70 Tradisi Unik Suku Bangsa di Indonesia. Jakarta: BIP Kelompok Gramedia. Rudianto, Bambang Widiyahseno, Sri Susanti. 2016. Model upacara ritual selametan masyarakat perkampungan berbasis masjid. Ponorogo: Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Subagya, Y. Tri. 2004. Menemui Ajal: Etnografi Jawa tentang kematian. Yogyakarta: Kepel Perss. Suwito, Agus Sriyanto, Arif Hidayat. 2015. Tradisi dan Ritual Kematian Wong Islam Jawa. Jurnal Kebudayaan Islam. Vol. 13, No. 2.

6...


Similar Free PDFs