Rosdiana-sella-lp-dan-askep-hernia compress PDF

Title Rosdiana-sella-lp-dan-askep-hernia compress
Author nicu rsad
Course Anatomy
Institution Universitas YARSI
Pages 47
File Size 1.2 MB
File Type PDF
Total Downloads 745
Total Views 880

Summary

Download Rosdiana-sella-lp-dan-askep-hernia compress PDF


Description

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN HERNIA DI RUANG MELATI RST BHAKTI WIRATAMTAMA SEMARANG

Dosen Pembimbing Manajemen Keperawatan : Ns. Shindi Hapsari, M.Kes

Disusun Oleh : Rosdiana Sella Rizkyani 2008172

PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA SEMARANG 2021

KONSEP DASAR MEDIK A. DEFINISI Hernia adalah penonjolan sebuah organ, jaringan atau struktur melewati dinding rongga yang secara normal memang berisi bagian- bagian tersebut. Sumber lain mengatakan bahwa hernia merupakan sebuah tonjolan atau benjolan yang terjadi disalah satu bagian tubuh yang seharusnya tidak ada. Hernia merupakan

penonjolan

isi suatu

rongga

bagian

terlemah dari

bagian

muskuloaponeurotik dinding perut, hernia terdiri atas cincin,kantong dan isi hernia. Semua kasus hernia terjadi melalui celah lemah atau kelemahan yang potensial pada dinding abdomen karena peningkatan tekanan intraabdomen yang berulang atau berkelanjutan. Menurut kemenkes 2012, kasus hernia inguinalis dapat dijumpai pada segala usia serta lebih banyak terjadi pada laki-laki dibanding pada perempuan. Secara umum Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari bagian muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong dan isi hernia. Semua hernia terjadi melalui celah lemah atau kelemahan yang potensial pada dinding abdomen yang dicetuskan oleh peningkatan tekanan intraabdomen yang berulang atau berkelanjutan.

ETIOLOGI

PREDISPOSI

Usia

Cacat bawaan Proses vaginalis peritoneal tidak terobiliterasi

Kanalis inguinal terbuka

PRESIPITAS

Anak-anak

Cacat bawaan dan proses perkembangan yang lama (Prematur)

Lanjut usia

Melemahnya jaringan penyangga usus

Peritoneum tertarik ke daerah scrotum

Obesitas, Mengangkat beban berat

Riwayat pembedahan dinding abdomen

Dewasa

Kerja fisik berlangsung terus-menerus

Pe tekanan intraabdominal

Hernia inguinalis lateralis kongenital

Usus mudah masuk kedalam kanalis inguinalis

Penyakit penyerta (batuk kronik, konstipasi, bersin)

Tekanan internal lebih besar

Mengedan kuat Berlangsung lama

Mendorong jaringan lemak dan organ internal

Pe tekanan intra abdomen

Defek pada dinding abdomen

Mendorong isi rongga abdomen kebawah

Anulus internal terbuka/melebar Usus masuk kedalam kanalis inguinalis

HERNIA

Otot dinding abdomen tipis/mengalami kelemahan

Annulus fibrosus mudah pecah

Hernia Ireponiebel

Hernia Strangulate

Tidak bisa di Reposisi, nyeri, dan ada komplikasi

Pe isi abdomen (usus) memasuki kantong hernia

T&G: Adanya benjolan tetap dan yg dapat hilang & timbul , jika tidak ditangani dapat menyebabkan nyeri, mual & muntah Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan fisik 2. USG 3. CT-SCAN 4. MRI

Pe tekanan

Pelepasan mediator nyeri

Diterima di reseptor nyeri perifer

Kantong hernia menyempit

Edema

Usus terjepit

Iskemi jaringan

Peristaltic usus terganggu Regurgitasi usus

KOM: Nekrosis

KOM: Kembung, Mual & Muntah

Implus ke SSP

Penumpukan jaringan mati

Kurang terpapar informasi kesehatan

Dapat dimasukan kembali, tidak nyeri & tidak ada komplikasi

Penatalaksanaan: Reposisi

SLKI: Tingkat Pengetahuan SIKI : - Edukasi Kesehatan - Edukasi Prosedur Tindakan

KOM: Deman, Syok, Asidosis Metabolik

Sumbatan saluran pencernaan

Kerusakan jaringan

Diterima di otak

Perubahan status kesehatan

DEFISIT PENGETAHUAN b/d kurang informasi

Saluran limfe terbendung

Penekanan PD (suplai darah terbendung)

Hernia Reponiebel

KOM: Obstipasi

KONSTIPASI b/d pe↓ mitilitas traktus gastrointestinal SLKI: Fungsi Gastrointestinal SIKI : - Manajemen Eliminasi Fekal - Manajemen Konstipasi

Persepsi nyeri

NYERI AKUT b/d Agen Cedera Biologis

Respon inflamasi

Anoreksia

Fagositosis oleh sel darah putih

Intake menurun

Penatalaksanaan: PROSEDUR PEMBEDAHAN (Herniotomy, Hernioraphy, Hernioplasty)

BB drastic > 20% SLKI: Kontrol nyeri SIKI : - Pemberian analgesic - Manajemen nyeri

KOM: Abses

RESIKO INFEKSI Dengan factor resiko SLKI: Kontrol Resiko SIKI : Pencegahan Infeksi

Luka insisi

Ketakutan/susah untuk bergerak

Efek anastesi menghilang

GANGGUAN MOBILITAS FISIK b/d nyeri

Pelepasan mediator nyeri

SLKI : Mobilitas Fisik SIKI : - Dukungan Mobilisasi - Pengeturan posisi

Impuls ke SSP

DEFISIT NUTRISI b/d Ketidakmampuan Mencerna Makanan SLKI : Status nutrisi SIKI : Manajemen Mual

Kurang menjaga kebersihan luka Terkontaminasi bakteri Sistem kekebalan menurun Tidak mampu melawan infeksi

Diterima Otak Persepsi nyeri

NYERI AKUT b/d Agen Cedera Fisik SLKI : Tingkat nyeri SIKI : - Manajemen nyeri - Pemberian analgesic

RESIKO INFEKSI dengan factor resiko Efek Prosedur Invasif SLKI: Kontrol Risiko SIKI : - Perawatan luka Insisi - Pencegahan infeksi

Kurang terpapar informasi mengenai prosedur pembedahan

Tindakan infasif

Perdarahan Ancaman pada status terkini

T&G: Terus bertanya, Gelisah

Tidak terkontrol

Kehilangan cairan berlebih

T&G: Hipotensi, Takikardi ANSIETAS b/d Ancaman Terhadap Konsep Diri SLKI : Tingkat kecemasan SIKI : - Reduksi Ansietas - Persiapan Pembedahan

RESIKO SYOK dengan faktor resiko Kekurangan Volume Cairan SLKI: Tingkat Syok SIKI : - Manajemen pendarahan - Pemantauan Cairan

B. PENATALAKSANAAN 1. Konservatif Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian penyangga yaitu untuk mempertahankan isi hernia yang telah di reposisi (pengembalian kembali organ pada posisi normal). Reposisi ini tidak dilakukan pada hernia stranggulata, pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah direposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harus dipakai seumur hidup. Sebaiknya cara ini tidak dilanjutkan karena mempunyai komplikasi antara lain merusak kulit dan tonus otot dinding di didaerah yang tertekan sedangkan strangulasi tetap mengancam. 2. Operatif Tindakan operatif yaitu dengan jalan operasi. Cara yang paling efektif mengatasi hernia adalah pembadahan. Untuk mengembalikan lagi organ dan menutup lubang hernia agar tidak terjadi lagi. a.

Herniotomy Pada Herniotomy di lakukan pembedahan kantong hernia sampai lehernya, kantong di buka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlengketan kemudian direposisi. kantong hernia dijahit ikat setinggi mungkin lalu di potong. Menurut Oswari penatalaksanaan hermia yang terbaik adalah operasi dengan jalan menutup lubang hernianya.

b.

Herniorraphy

c.

Herniorraphy merupakan tindakan yang hampir serupa dengan Herniotomi namun akan dilakukan penjahitan pada area keluarnya hernia untuk memperkuat dinding perut.

d.

Hernioplasty

e.

Tindakan Hernioplasty dilakukan ketika lubang tempat keluarnya hernia cukup besar. Kemudian jaring sintetis (mesh) digunakan untuk menutup dan memperkuat lubang tersebut sehingga hernia tidak kambuh kembali.

f.

Laparoskopi

g.

Saat ini kebanyakan teknik laparoscopic herniorrhaphies dilakukan menggunakan salah satu pendekatan transabdominal pre-peritoneal (TAPP) atau total extraperitoneal (TEP). Pendekatan TAPP dilakukan dengan meletakkan trokar laparoscopic dalam cavum abdomen dan memperbaiki region inguinal dari dalam. Ini memungkinkan mesh diletakkan dan kemudian ditutupi dengan peritoneum.

Sedangkan

pendekatan

TAPP

adalah

prosedur

laparoskopic langsung yang mengharuskan masuk ke cavum peritoneal untuk diseksi. Konsekuensinya, usus atau pembuluh darah bisa cidera selama operasi (Sjamsuhidajat R, 2011). 3. Manajemen Keperawatan Pre-Operasi a.

Beri posisi semi-fowler (Hernia Diafragmatik), terlentang (Hernia Femoralis)

b.

Lakukan pengkajian nyeri, kecemasan, adanya tanda-tanda resiko infeksi

c.

Bila hernia turun/menonjol dimasukan kembali secaramanual, anjurkan menggu nakan sabuk hernia, beri analgesik sesuai instruksi dokter

d.

Hindari manuever yang bisa meningkatkan tekanan intra abdominal seperti batuk kronik, angkat berat, mengedan secara kuat dan anjurkan untuk kompres dingin pada daerah yang bengkak.

Post-Operasi a.

Lakukan perawatan dan observasi secara rutin

b.

Berikan tindakan kenyamanan

c.

Dukungan keluarga.

Penatalaksanaan setelah operasi diantaranya adalah hindari hal-hal yang memicu tekanan di rongga perut, tindakan operasi dan pemberian analgesik pada hernia yang menyebabkan nyeri, berikan obat sesuai resep dokter, hindari mengejan, mendorong atau mengangkat benda berat. Jaga balutan luka operasi tetap kering dan bersih, mengganti balutan seteril setiap hari pada hari ketiga setelah operasi kalau perlu. Hindari faktor pendukung seperti

konstipasi dengan mengkonsumsi diet tinggi serat dan masukan cairan yang adekuat (Amin & Kusuma, 2015 ). C. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Pemeriksaan fisik a.

Inspeksi 1) Hernia reponibel terdapat benjolan dilipat paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin atau mengedan dan menghilang setelah berbaring. 2) Hernia inguinal Lateralis : uncul benjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral ke medial, tonjolan berbentuk lonjong. Medialis : tonjolan biasanya terjadi bilateral, berbentuk bulat. 3) Hernia skrotalis : benjolan yang terlihat sampai skrotum yang merupakan tojolan lanjutan

dari hernia inguinalis lateralis.

4) Hernia femoralis : benjolan dibawah ligamentum inguinal. 5) Hernia epigastrika : benjolan dilinea alba. 6) Hernia umbilikal : benjolan diumbilikal. b. Palpasi 1) Titik tengah antar SIAS dengan tuberkulum pubicum (AIL) ditekan lalu pasien disuruh mengejan. Jika terjadi penonjolan di sebelah medial maka dapat diasumsikan bahwa itu hernia inguinalis medialis. 2) Titik yang terletak di sebelah lateral tuberkulum pubikum (AIM) ditekan lalu pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan di lateral titik yang kita tekan maka dapat diasumsikan sebagai nernia inguinalis lateralis. 3) Titik tengah antara kedua titik tersebut di atas (pertengahan canalis inguinalis) ditekan lalu pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan di lateralnya berarti hernia inguinalis lateralis jika di medialnya hernia inguinalis medialis. 4) Hernia inguinalis : kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dua permukaan

sutera, tanda ini disebut sarung tanda sarung tangan sutera. Kantong hernia yang berisi mungkin teraba usus, omentum (seperti karet), atau ovarium. Dalam hal hernia dapat direposisi pada waktu jari masih berada dalam annulus eksternus, pasien mulai mengedan kalau hernia menyentuh ujung jari berarti hernia inguinalis lateralis dan kalau samping jari yang menyentuh menandakan hernia inguinalis medialis. lipat paha dibawah ligamentum inguina dan lateral tuberkulum pubikum. 5) Hernia femoralis : benjolan lunak di benjolan dibawah ligamentum inguinal 6) Hernia inkarserata : nyeri tekan. Tiga teknik pemeriksaan sederhana yaitu finger test, Ziemen test dan Tumb test. Cara pemeriksaannya sebagai berikut:

1) Thumb test Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh mengejan Hernia 2. Bila keluar benjolan berarti Inguinalis medialis. tidak keluar benjolan 3. Bila berarti Hernia Inguinalis Lateralis. 1.

2) Finger test 1. Menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5. 2. Dimasukkan lewat skrortum melalui anulus eksternus ke kanal inguinal. 3. Penderita disuruh batuk: Bila impuls diujung jari berarti Hernia Inguinalis Lateralis.  Bila impuls disamping jari Hernia Inguinnalis Medialis. 

3) Zremant test 1. Posisi berbaring, masukkan dulu penderita).

bila ada benjolan (biasanya oleh

2. Hernia kanan diperiksa dengan tangan kanan. 3. Penderita disuruh batuk bila rangsangan pada:

c.

-

jari ke 2 : Hernia Inguinalis Lateralis.

-

jari ke 3 : hernia Ingunalis Medialis.

-

jari ke 4 : Hernia Femoralis.

Perkusi Bila didapatkan perkusi perut kembung maka harus dipikirkan kemungkinan hernia strangulata. Hipertimpani, terdengar pekak.

d. Auskultasi Hiperperistaltis didapatkan pada auskultasi abdomen pada hernia yang mengalami obstruksi usus (hernia inkarserata). 2. USG Untuk memperoleh gambaran bagian dalam organ perut dan panggul 3. CT-Scan Untuk memeriksa organ-organ bagian dalam perut 4. MRI Untuk mendeteksi adanya robekan pada otot perut,meskipun tidak terlihat tonjolan. D. KOMPLIKASI Komplikasi pada hernia yang tidak diperbaiki adalah: 1. Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan kantong hernia, sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali (hernia ireponibilis). Pada keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus. 2. Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus yang masuk. Cincin hernia menjadi relatif sempit dan dapat menimbulkan

gangguan penyaluran isi usus berakibat mual dan muntah. Jika hernia membesar mengakibatkan nyeri dan tegang. Hernia tidak dapat direposisi. Keadaan ini disebut hernia incarcerata. 3. Bila incarcerata dibiarkan, maka timbul edema sehingga terjadi penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Keadaan ini disebut hernia strangulata. 4. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah dan obstipasi. 5. Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki, 6. Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi. 7. Bila isi perut terjepit dapat terjadi: shock, demam, asidosis metabolik, abses. 8. Pendarahan yang berlebihan/infeksi luka bedah.

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN Pre-op 1. Nyeri Akut b/d Agen Cedera Biologis (D.0077) 2. Konstipasi b/d Penurunan Motilitas Gastrointestinal (D0049) 3. Defisit Nutrisi b/d Faktor Psikologis (mis, stress, keengganan untuk makan) (D.00019) 4. Defisit Pengetahan b/d Kurang Terpapar Informasi (D.0111) Post-op 1. Nyeri Akut b/d Agen Cedera Fisik (D.0077) 2. Resiko Infeksi Dengan Factor Resiko Efek Prosedur Invasif (D.0142) 3. Resiko Syok Dengan Faktor Resiko Kekurangan Volume Cairan (D.0039) 4. Gangguan Mobilitas Fisik b/d Nyeri (D.0054) 5. Ansietas b/d Ancaman Terhadap Konsep Diri (D.0080)

INTERVENSI KEPERAWATAN

Pre - Op NO 1.

2.

SDKI

SLKI

Akut b/d Setelah dilakukan perawatan selama x Cedera 24 jam diharapkan Kontrol Nyeri Biologi (L.08063) 1. Kemampuan mengenali onset nyeri s (D.0077) dipertahankan pada skala 3 ditingkatkan pada skala 4 cukup menurun 2. Kemampuan mengenali penyebab nyeri dipertahankan pada skala 4 cukup meningkat ditingkatkan pada skala 5 meningkat. 3. Kemampuan menggunakan teknik non-farmakologis dipertahankan pada skala 3 sedang ditingkatkan pada skala 4 cukup meningkat 4. Keluhan nyeri dipertahankan pada skala 3 sedang ditingkatkan pada skala 4 cukup menurun Setelah dilakukan perawatan selama x Konstipasi b/ 24 jam diharapkan Eliminasi Fekal (L.04033) d Penurunan 1. Mengejan saat defekasi Motilitas dipertahankan pada skala 3 sedang Gastrointestinal ditingkatkan pada skala 5 menurun. (D0049) 2. Distensi abdomen dipertahankan pada skala 3 sedang ditingkatkan pada skala 4 cukup menurun. Nyeri Agen

SIKI Manajemen nyeri (I.08238) 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,

kualitas, intensitas nyeri 2. Identifikasi respon nyeri non verbal 3. Identifikasi faktor yang memperberat dan

memperingan nyeri 4. Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri

(mi. suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan) 5. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri. 6. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi

rasa nyeri 7. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

Manajemen Konstipasi (I.4155) 1. Periksa pergerakan usus, karakteristik feses (konsistensi, bentuk, volume, dan warna) 2. Periksa tanda dan gejala konstipasi 3. Anjurkan diet tinggi serat 4. Lakukan masase abdomen jika perlu 5. Anjurkan peningkatan asupan cairan, jika tidak ada kontraindikasi 6. Kolaborasi dengan tim medis tentang

3. Nyeri

3.

4.

dan kram abdomen dipertahankan pada skala 3 sedang ditingkatkan pada skala 5 menurun 4. Peristaltic usus dipertahankan pada skala 3 sedang ditingkatkan ke skala 5 membaik Defisit Nutrisi b/d Setelah dilakukan perawatan selama x Faktor Psikologis 24 jam diharapkan Status (mis, stress, Nutrisi (L.03030) 1. Porsi makanan yang dihabiskan keengganan untuk diper- tahankan pada skala 4 cukup makan) (D.00019) meningkat ditingkatkan pada skala 5 meningkat 2. Verbalisasi keinginan untuk meningkatkan nutrisi dipertahankan pada skala 3 cukup meningkat ditingkatkan pada skala 5 meningkat Defisit Pengetahan Setelah dilakukan perawatan selama x jam diharapkan Tingkat b/d Kurang 24 Terpapar Informasi Pengetahuan Membaik (L.01211) 1. Perilaku sesuai anjuran (D.0111) dipertahankan pada skala 4 cukup meningkat ditingkatkan pada skala 5 meningkat 2. Persepsi yang keliru terhadap masalah dipertahankan pada skala 4 cukup menurun ditingkatkan pada skala 5 menurun.

penurunan/peningkatan frekuensi suara usus 7.Kolaborasi penggunaan obat pencahar jika perlu

Manajemen Mual (I.03117) 1. Monitor mual 2. Identifikasi dampak mual terhadap kualitas hidup 3. Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup 4. Berikan makanan dalam jumlah kecil dan menarik 5. Anjurkan penggunaan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi mual (mis. Biofeedback, hypnosis, relaksasi, terapi music, akupresur) 6. Kolaborasi pemberian antiemetik, jika perlu

Edukasi Kesehatan (I.12383) 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan untuk menerima informasi 2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat 3. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat 4. Berikan kesempatan untuk bertanya 5. Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan 6. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat

Post - Op NO

SDKI

SLKI

1.

Nyeri Akut b/d Setelah dilakukan perawatan selama x Agen Cedera Fisik 24 jam diharapkan Kontrol Nyeri (L.08063) (D.0077) 1. Kemampuan mengenali onset nyeri dipertahankan pada skala 3 sedang ditingkatkan pada skala 4 cukup meningkat 2. Kemampuan mengenali penyebab nyeri dipertahankan pada skala 4 cukup meningkat ditingkatkan pada skala 5 meningkat. 3. Kemampuan menggunakan teknik non-farmakologis dipertahankan pada skala 3 sedang ditingkatkan pada skala 4 cukup meningkat 4. Keluhan nyeri dipertahankan pada skala 3 sedang ditingkatkan pada skala 4 cukup menurun

2.

Resiko Dengan Resiko Prosedur (D.0142)

SIKI

Manajemen nyeri (I.08238) 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri 2. Identifikasi respon nyeri non verbal 3. Identi...


Similar Free PDFs