SEJARAH PERKEMBANGAN ARSITEKTUR KLASIK PDF

Title SEJARAH PERKEMBANGAN ARSITEKTUR KLASIK
Author Rezqi Aulia
Pages 61
File Size 1.2 MB
File Type PDF
Total Downloads 371
Total Views 994

Summary

Arsitektur Klasik 1 1 PROLOG Sejarah merupakan hal yang tak terpisahkan dari kehidupan. Ilmu sejarah merupakan media komunikasi dengan masa lalu, dimana kebudayaan mulai berkembang. Melalui proses pembelajaran sejarah, kehidupan dan budaya masa lampau dapat diketahui, baik proses maupun dampaknya. D...


Description

Arsitektur Klasik 1 PROLOG

Sejarah merupakan hal yang tak terpisahkan dari kehidupan. Ilmu sejarah merupakan media komunikasi dengan masa lalu, dimana kebudayaan mulai berkembang. Melalui proses pembelajaran sejarah, kehidupan dan budaya masa lampau dapat diketahui, baik proses maupun dampaknya. Didalam arsitektur, sejarah juga memegang peranan penting dalam menentukan bentukan atau langgam, disamping budaya masyarakatnya. Karena arsitektur adalah suatu hal yang berkembang dan kadangkala mengalami suatu siklus, maka sejarah arsitektur perlu dipelajari. Dalam hal ini, peradaban manusia yang tercatat dalam sejarah, terutama didaratan Eropa dan sekitarnya mengalami kemajuan luar biasa, dimana seni bangunan dan ilmu struktur berkembang secara menakjubkan. Seni bangunan ini kemudian disebut sebagai arsitektur klasik, karena prinsip-prinsip, konsep dan romantika bangunan pada jaman itu akan tetap abadi. Di dalam membahas arsitektur di masa era klasik, tentu tidak terlepas dan menjadi suatu keharusan untuk mempelajari pula kebudayaan dunia klasik tersebut pada masanya. Kebudayaan Yunani dan Romawi adalah dua kebudayaan klasik dunia yang amat menonjol dan menarik untuk di telusuri. Seberapa jauh pengaruh dari kebudayaan mereka tersebut mempengaruhi ciri dan ungkapannya dalam arsitektur mereka. maupun terhadap kebudayaan dan peradaban lain di dunia adalah inti dan maksud dari penelusuran ini. (Febrianita, dkk, 2014).

1

2 Arsitektur Klasik

2 ARSITEKTUR KLASIK

Arsitektur Klasik merupakan ungkapan dan gambaran perjalanan sejarah arsitektur di Eropa yang secara khusus menunjuk pada karya-karya arsitektur yang bernilai tinggi dan “first class”. Disebutkan demikian karena karya-karya ini memperlihatkan aturan atau pedoman yang ketat dan pertimbangan yang hati-hati sebagai landasan berpikir dalam menciptakan karya tersebut. (Maulana, 2013). Predikat kata “Klasik” diberikan pada suatu karya arsitektur yang secara inheren (terkandung dalam benda tersebut yang secara asosiatif seolah-olah selalu melekat dengannya) mengandung nilai-nilai keabadian disamping ketinggian mutu dan nilainya. Teori arsitektur Klasik dengan demikian merupakan suatu perwujudan karya arsitektur yang dilandasi dan dijiwai oleh gagasan dan idealisme Teori Vitruvius khususnya pada suatu kurun waktu sesudah Vitruvius sendiri meninggal dunia. Bangunan Parthenon di Athena dan Pantheon di Roma merupakan contoh yang sangat baik dariperwujudan teori arsitektur klasik yang dengan sikap kehati-hatian dan seksama mempertimbangkan prinsip-prinsip order, geometri dan ukuran-ukurannya, disertai dengan kehalusan seni “craftmanship”. Perlu diketahui bahwa bangunan ini mengalami masa pembangunan yang lama, dari saat awal konstruksi, revisi, perbaikan dan penyelesaian berkali-kali hingga sampai pada bentuk akhirnya bisa mencapai lebih dari 200 tahun. Tradisi berarsitektur yang diawali oleh Vitruvius ternyata berlanjut terus dalam jaman Arsitektur Klasik ini. Hal ini dapat kita jumpai dalam buku

Arsitektur Klasik Ensiklopedi Romawi yang disusun oleh Marcus T. Varro, dimana Isodore dari Seville menguraikan dan mengembangkan teori Vitruvius dalam tiga unsur/elemen bangunan yaitu DISPOSITIO, CONSTRUCTIO dan VENUSTAS. Dispositio adalah kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan survei lapangan ataupun pekerjaan pada tapak yang ada, lantai dan pondasi. Venustas adalah berhubungan dengan elemen-elemen yang ditambahkan pada bangunan demi memenuhi hasrat akan rasa keindahan melalui seni ornamen ataupun dekorasi. Uraian seperti ini menunjukan sudah adanya pergeseran pandangan dari Teori Vitruvius. (Maulana, 2013). Lebih jauh Isodore menyatakan apa itu order sebagai berikut: “Kolom, dinamakan begitu karena tinggi dan bulat, menopang seluruh berat beban bangunan yang ada. Ratio atau Proporsi yang lama menyatakan bahwa lebarnya adalah sepertiga dari tingginya. Dikenal 4 jenis kolom yaitu : Doric, Ionic, Tuscan dan Corinthian, yang berbedabeda satu dengan yang lain dalam ketinggian dan diameternya. Jenis ke-5, dinamakan Attic yang berpenampang persegi-4 ataupun lebih besar dan dibuat dari bata-bata yang disusun”. (Isodore dalam Varro, 19xx). Pendapat Isodore ini merupakan sejumlah aturan dan norma bagi karya-karya arsitektur sesudahnya. Nilai-nilai arsitektur Klasik dapat juga kita temukan pada bangunanbangunan gereja yang sedang mengawali pertumbuhan dan perkembangan sebagai agama yang baru dan menyebar hampir keseluruh benua Eropa saat itu. Salah satu bangunan tersebut adalah Hagia Sophia yang digambarkan dalam suatu konteks urban saat itu sebagai berikut: “Demikianlah bangunan Gereja ini berusaha memberikan sajian bentuk yang menakjubkan… sebab

3

4 Arsitektur Klasik gedung ini menggapai keatas langit sampai awan dan begitu menonjol diantara bangunan-bangunan yang lain, dari atas gereja ini dapat melihat kebawah keseluruh pelosok kota Konstantinopel. Hagia Sophia adalah bentuk yang demikian menyatu dengan kota Konstantinopel, tetapi dilain pihak sedemikian bersinar dan indah, serta megah, khususnya dalam wawasan perspektivis Bird Eye View. Dan semuanya ini menjadi lengkap dan sempurna dengan dipergunakannya bangunan ini untuk kegiatan upacara keagamaan” (Isodore dalam Varro, 19xx). Teori arsitektur Klasik ini kemudian berlanjut hingga jaman Gothic. Kualitas ruang Arsitektur Klasik Gothic ini dinyatakan sebagai keindahan visual yang atmosferik, seperti diaphanitas (kesemrawangan), densitas (kepekatan), obscuritas (kegelapan) atau umbria (bayangan). Gambaran ruang Arsitektur Gothic ini juga dinyatakan sebagai konsep kecemerlangan atau kebeningan yang antara lain dapat dilihat pada bentuk-bentuk jendela khususnya bentuk jendela mawar stained-glass (rosetta) ataupun karya seni kaca timah lainnya. Hal inlah yang diapresiasikan sebagai prinsip transparancy dalam usaha mengerti dan menangkap “cahaya yang datang dari luar”. Di lain pihak ada karyakarya gereja Gothic yang meminimalisir banyaknya cahaya yang datang, atau bahkan ada semacam peningkatan sensasi persepsional sampai ke tingkat imaterial. Beberapa contoh bangunan arsitektur Gothic ini adalah Gereja Katedral Amiens, Katedral Rouen, Katedral St.Dennis Abby, Katedral Reims, Katedral Ulm dan lain-lain. Unsur atau bagian lain dalam kelompok arsitektur Klasik Barat yang tak kalah pentingnya adalah Arsitektur Byzantine, Arsitektur Baroque dan Rococo, serta Arsitektur Arabesque (dimunculkannya imbuhan kata Barat, karena dalam jaman yang sama di dunia Timur juga diketemukan karya-karya

Arsitektur Klasik arsitektur sejenis, yang setingkat dan mengagumkan tetapi mengandung pemikiran dan nilai-nilai yang berbeda, seperti Candi Borobudur, Candi Prambanan, Candi Angkor). Ungkapan nilai-nilai aritektur yang disebutkan terakhir ini dinyatakan dan ditulis sebagai suatu teori arsitektur, seperti tertulis sebagai berikut: “Kita dapat menyatakan bahwa bangunan-bangunan ini sebagai obyek arsitektur adalah bersifat massivetertutup, karena terisolsikan dari ruang sekitarnya, bahwa secara eksterior orang-orang dapat berkeliling melihatnya. Dan karena itu, yang terpenting dan teristimewa dalam mewujudkan identitas bentuk adalah pengolahan tampak dan tampilannya, pengolahan sudut-sudutnya, pengolahan pertemuannya dengan tanah dan ketinggiannya yang menmbus langit. Demikian juga terlihat dengan jelas konsep-konsep Artikulasi dan Kontinuitas. Ada 4 jenis pengolahan sudut, yaitu artikulasi dengan elemen “relief” dengan sudut negative, dengan sudut yang tajam seperti garis, dan dengan sudut yang dilengkungkan, dimana semuanya ini dapat diketemukan secara konsisten pada bagian bawahnya maupun pada bagian atasnya/mahkotanya. Munculnya rasa tertarik dan kagum pada diri orang yang mengalaminya akan obyek arsitektur ini dan lingkungan sekitarnya, sedang bagi seorang arsitek akan menyadarkannya bagaimana pentingnya gaya-gaya gravitasi yang sedemikian besar dapat disalurkan ke tanah. Dan hal ini dilakukan agar dapat menaungi dan melingkupi orang-orang didalamnya dan tidak hanya itu saja, tetapi juga menimbulkan rasa kekaguman dan rasa keteguhan, bagaikan ditancapkan dari atas langit.” (Isodore dalam Varro,19xx).

5

6 Arsitektur Klasik 1.

Ciri-ciri Arsitektur Klasik Secara umum, ciri dari arsitektur klasik adalah sebagai berikut:  Memiliki banyak sekali ornamen atau hiasan hampir di setiap sudut bangunan.  Penggunaan kolom dan balok (entablature) sebagai elemen utama.  Biasanya berupa bangunan yang besar dan megah dengan waktu pengerjaan yang cukup lama dikarenakan sedikitnya jumlah pekerja.  Memanfaatkan efek distorsi mata untuk menciptakan kemegahan dan keindahan bangunan-bangunan utamanya.  Bahan utama menggunakan bahan yang langsung diambil dari alam.  Setiap bangunan pada arsitektur Yunani Kuno adalah bagian integral dari seluruh struktur keseluruhan, karenanya peninggalannya (walau tidak sempurna) dapat direkonstruksi menjadi suatu bangunan yang sebenarnya (Hemingway, 2003).

2.

Fungsi Arsitektur Klasik Arsitektur Klasik mengacu pada masa awal di mana aliran kajian sejarah dan budaya dimulai dari masa Yunani dan Romawi, yang kemudian membawa pengaruh ke zaman-zaman berikutnya. Dalam arsitektur klasik, karyanya terpusat pada karya seni pahat dalam bentuk kolosal, dengan fungsi sebagai visualisasi dari agama, kitab suci, dan kepercayaan lainnya, bahkan merupakan sarana ritual keagamaan. Namun, secara umum pada masa ini, fungsi, biaya, dan waktu pembangunan bukanlah faktor yang penting.

Arsitektur Klasik Dalam prosesnya, bahan bangunan utama diambil langsung dari alam (atau melalui proses sederhana), dan dikerjakan hanya oleh sedikit pekerja. Arsitektur Yunani Kuno merupakan pondasi dari berbagai gaya berikutnya yang berkembang di berbagai belahan dunia dan juga menyumbangkan pemikiran yang paling pintar dan penampilan yang sempurna di dalam tradisi Eropa Barat. Arsitektur praYunani kuno sangat terkait dengan kondisi bangsa Yunani yang kaya dengan mitologi dan seni. Hal ini nampak dari fungsi dan bentuk bangunan utama sebagai bagian dari ritual pemujaan. Ideologi kebudayaan masyarakat pra-Yunani kuno tersebut menjadi dasar terbentuknya konsep nilai keestetikaan pada saat itu terfokus pada terciptanya bangunanbangunan megah dan besar sebagai upaya mendekatkan manusia terhadap mitos dewa-dewi alam semesta. (Maulana, 2013).

***

7

8 Arsitektur Klasik

3 SEJARAH PERKEMBANGAN ARSITEKTUR KLASIK

A. Yunani Arsitektur Yunani Kuno merupakan pondasi dari berbagai gaya berikutnya yang berkembang di berbagai belahan dunia dan juga menyumbangkan pemikiran yang paling pintar dan penampilan yang sempurna di dalam tradisi Eropa Barat. Oleh karena itu, monumen utamanya begitu penting sebagai bentuk pemahaman tentang Arsitektur Eropa itu sendiri. Yunani tidak menjadi suatu bangsa yang berdiri sendiri hingga era modern dimana pulau utama yang bergununggunung dan pulau-pulau lainnya yang terpencar berkembang menjadi city states yang merupakan kebiasaan yang terjadi dalam persaingan. Peradaban pertama sejarah Yunani Kuno bermula dari Crete (3000-1400 SM) dan berkembang hingga ke puncaknya yakni pada masa Istana Knossos. Kemudian digantikan dengan budaya Mycenae dan Tiryns pada daratan utama. Kemunduran terjadi pada 1100 SM dimana merupakan masa kegelapan dengan beberapa peninggalan yang masih bertahan. Masa keemasan terjadi pada periode Hellenic (800-323 SM) dimana memperlihatkan perkembangan dari kota besar sebagai pusat komunitas, penemuan kota yang baru dimana munculnya Athens sebagai kekuasaan tertinggi setelah penentuan kemenangan melawan Persia serta perkembangan dalam hal demokrasi. Zenith merupakan peraturan Pericles (444-429 SM) dengan fantasi bunga dalam filosofi, seni, literatur, ilmu, matematika dan drama. Budaya ini berkembang dan direfleksikan ke dalam prestasi-prestasi arsitektur termasuk di dalamnya Parthenon.

Arsitektur Klasik Pertumbuhan yang luar biasa pada bangunan sangat dipengaruhi oleh iklim dimana kecerahan serta sinar matahari yang begitu indah memperkuat bayangan dan membersihkan pandangan sehingga terciptanya suatu bentuk landscape yang begitu kuat. Batu gamping dan marmer lokal pun tak kalah memberikan nilai yang berkualitas. Pada periode Hellenistic (323-30 SM), diikuti dengan kematian Alexander Agung yang mempersatukan Yunani dan memperluas wilayah kekuasaan hingga ke Timur, bentukbentuk bangunan besar (great styles) tetap berlanjut walaupun dengan kekuatan yang lebih sedikit dan adanya pengalihan kekuasaan oleh Roma. Arsitektur menampilkan suatu perpaduan Orde yang meluas hingga ke Spanyol dengan penggunaan elemen-elemen tapak dan kubah. Bangunanbangunan kecil tetap terlihat elegan dengan hiasan yang begitu terperinci namun tidak kehilangan struktur monumentalnya yang merupakan superhuman scale. Arsitektur Yunani yang masih tetap ada pada dasarnya merupakan bangunan–bangunan publik terutama kuil dan teater. Namun, beberapa rumah biasa juga tetap bertahan. (Istiqomah, dkk, 2014). a.

Kuil-Kuil

Dewa-dewa dengan berbagai macam sifat dan aktivitas yang melekatnya menambah berbagai macam kebiasaan yang melekat dalam seluruh aspek kehidupan masyarakat Yunani. Suatu bentuk kepentingan dari ekspresi arsitektur dan bentukbentuk bangunan yang dominan pada masa Hellenic adalah kuil yang merupakan istana tempat tinggal para dewa.Hal ini tidak dimaksudkan sebagi tempat pemujaan namun secara tidak langsung altar yang terdapat pada bagian luar bangunan menjadi ruang ritual bagi masyarakat dimana bentuk didapatkan dari pengalaman yang datang dari luar.

9

10 A r s i t e k t u r K l a s i k Dari Mycenaem megaron (dinding utama dengan serambi) mengembangkan bentuk kuil menjadi persegi panjang yang dikelilingi kolom-kolom untuk memberikan kesan yang mendalam. Konsep yang simpel ini kemudian diperinci dengan suatu pendalaman pemikiran baik yang datangnya dari luar maupun dalam sehingga membentuk suatu desain. Inti dari kuil adalah naos, suatu ruang tempat meletakkan patung dewa dengan pintu utamanya menghadap Timur. Patung itu diletakkan di sebuah podium/panggung yang rendah (crepidoma) sekitar tiga anak tangga. Bagian depan naos adalah portico atau pronaos (serambi yang bertiang-tiang). Hal ini merupakan bentuk prostyle dengan kolom-kolom yang berjajar terbuka di depan pintu masuk-keluar ataupun bisa juga merupakan antis dengan kolom-kolom (biasanya dua) antara antae (pilaster-pilaster yang mengakhiri perluasan bagian dinding naos) sehingga portico agak mundur ke dalam bangunan sebagai pengganti rancangannya. Di belakang naos kadang-kadang terdapat rear sanctuary (adyton). Keinginan akan simetri sering ditemukan pada bagian opisthodomus yang merupakan bagian belakang portico yang biasanya dibuat tanpa akses langsung dengan kuil utama. Atap kadang-kadang didukung oleh kolom-kolom yang ada di dalamnya. Kuil-kuil pada masa awal dibangun dengan menggunakan kayu dan batu merah dengan dasar dinding batu. Kolom-kolom dan dinding-dinding utama pada awalnya dibangun dengan batu gamping (diselesaikan dengan plesteran marmer) pada abad ke-6 SM. Marmer pertama kali muncul pada bangunan di Asia Minor. Material atap utama menggunakan atap terakota. (Istiqomah, dkk, 2014). b.

Orde Klasik

Sebagian besar arsitektur Yunani dibuat dari susunan kolom dan balok. Kolom adalah sebuah modul untuk

Arsitektur Klasik keseluruhan bangunan dimana bagian capital dan basenya dapat diklasifikasikan pada salah satu dari tiga bentuk yang mendasar yang dikenal sebagai orde klasik. Orde yang paling awal adalah Doric, dikarakteristikan sebagai kolom-kolom yang terlihat kuat (powerful-looking), biasanya dengan 20 pinggiran galur yang tajam tanpa base. Tinggi kolom (termasuk capital) adalah 4-6 x diameter yang mengalami peningkatan hingga 71 kali pada masa Hellenic. Triglyph dan metope pada frieze (hiasan melintang pada dinding) berkembang dari kayu. Orde Ionic merupakan orde yang scroll capitalnya berasal dari Asia Minor pada abad ke-6 SM. Kolom-kolom yang telah mature memiliki 24 galur yang dipisahkan menjadi lembaran-lembaran kecil. Galur persegi yang dibuat dari tanah liat (plinth) muncul pada akhir masa Hellenic. Tinggi kolom (termasuk capital dan base) adalah sekitar 9 x diameter terendah. Peninggalan achantus pada capital Corinthian hampir tidak dapat dibedakan entablature-nya dengan Ionic dimana hampir selalu dapat dibedakan hanya dari frieze-nya yang populer pada masa Hellenistic. Tinggi kolom biasanya sekitar 10 x diameter base. (Istiqomah, dkk, 2014).

Gambar 1.1: Orde Doric, Ionic, Chorintian Sumber: en.wikipedia.com

11

12 A r s i t e k t u r K l a s i k c.

Evolusi Temple Plan

Dengan mengeksperimentasikan pada proporsi, pembangunan kuil mendapatkan bentuk yang ideal dimana sebagian besar rencana pembangunan kuil Doric yang mengalami perpanjangan/penguluran secara berangsur-angsur berkembang pada rencana kolom klasik yakni 6 x 13 pada outer colonnade (pteron). Hal ini menjadi populer pada abad ke-5 SM. Kuil-kuil di Asia Minor, Itali, dan Sicily mengikuti bentuk yang tidak beraturan dalam artian tidak memiliki suatu aturan yang pasti.(Istiqomah, dkk, 2014). d.

Dekorasi Kuil

Pediment Doric sering menggambarkan pemandangan mitologi pada relief. Genteng atap pada bagian pinggirnya diakhiri dengan hiasan yang dikenal sebagai antefixae, dimana hal ini meyebabkan bagian joint tidak kelihatan. Semua orde menggunakan moulding (papan hias tembok) dengan berbagai macam tipe profil termasuk hawksbeak (tipe Doric) dan eggand-dart (Ionic). Dekorasi Doric seringkali dicat sedangkan Ionic dan Corinthian menggunakan permainan ritme pada motif tumbuh-tumbuhan. (Istiqomah, dkk, 2014). 1. Kuil Parthenon (447-432 SM ) Kuil Parthenon merupakan permata Acropolis yang dibangun dengan marmer pentelic. Parthenon merupakan bangunan yang sangat menonjol dan merupakan pusat dari Acropolis. Parthenon dibangun antara

Gambar 1.2: Kuil Parthenon Sumber: en.wikipedia.com

Arsitektur Klasik 447-432 SM sebagai karya dari arsitek Ictimus (Iktinos) dan Callicrates (Kallikrates) dan ahli pematung Phidias (Pheidias). Bangunan Parthenon dikatakan sebagai 'kesempurnaan terbesar dari karya kuil Doric yang pernah di bangun‟, sebuah penampilan dengan proporsi sempurna yang dihasilkan oleh ahli maya-loka Athena. Parthenon menjadi contoh bangunan tertinggi. Desain dasar dapat terlihat pada bangunan itu sendiri yakni kuil Doric dengan deretan kolom-kolom penunjang atap (pteron) 8 x 17 kolom dengan tinggi 10,4 m serta terdapat serambi prostyle yang diduplikasikan dari Ophistodomos. Di dalam naos terdapat monument emas Phidias yakni patung Athena serta memiliki kolomkolom internal pada tiga sisi. Di belakangnya, namun masih dapat diakses hingga Gambar 1.3: Denah Parthenon Sumber: en.wikipedia.com

opisthodomus, merupakan tempat suci yakni sebuah Hall of the Virgins yang

dianggap sebagai tempat sakral. Entablature-nya terdapat pada ketinggian 3,4 m. Pediment dan metope merupakan hiasan yang diukir. Ionic menginspirasikan frieze pada sekeliling dinding luar naos, serambi dan Gambar 1.4: Denah Acropolis opisthodomos yang Sumber: en.wikipedia.com menggambarkan prosesi Panathenaic.

13

14 A r s i t e k t u r K l a s i k 2. Propylaea ( 437-432 SM ) Propylaea adalah bangunan berbentuk pintu gerbang karya arsitek mnesicless, tapi pembangunannya tak sempat diselesaikan karena terjadi peperangan dengan bangsa Peloponnesia. Puing-puing dari bangunan tersebut masih bisa dilihat sampai sekarang, tetapi ada beberapa bangunan yang benar-benar sudah hilang antara lain; Pinacotheca (sebuah galeri seni), Theater Dionysus, Odeon (sebuah ruang musik dari Herodes Atticus) dan Stoa (sebuah tempat berteduh dan tempat berpameran dengan colonnade dari Eumenes). Patung Promachos karya Pheidias yang sangat besar dan terbuat dari perunggu dan mendominasi wajah kota. Kehalusan dari denah Acropolis terlukis melalui tangga-tangga lapangan yang melandai dan ruang kolom dari propylae (437-432 SM) dengan istana depan dari gedung-gedung yang ada disampingnya. Arsitek Minesicles menciptakan perpaduan yang unik antara keagungan dan k...


Similar Free PDFs