SISTEM EKSKRESI PDF

Title SISTEM EKSKRESI
Pages 22
File Size 267.9 KB
File Type PDF
Total Downloads 91
Total Views 250

Summary

EKSKRESI LAPORAN PRAKTIKUM disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Fisiologi Hewan Dosen pengampu: Dr. H. Saefudin, M. Si. Dra. Soesy Asiah Soesilawaty, M. Si. oleh: Kelas A/2015 Kelompok 2A Aulia Fuji Yanti (1501665) Husna Dita Rahmah (1505468) Naufal Ahmad Muzakki (1505601) Rosna Istar...


Description

EKSKRESI LAPORAN PRAKTIKUM disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Fisiologi Hewan Dosen pengampu: Dr. H. Saefudin, M. Si. Dra. Soesy Asiah Soesilawaty, M. Si.

oleh: Kelas A/2015 Kelompok 2A Aulia Fuji Yanti

(1501665)

Husna Dita Rahmah

(1505468)

Naufal Ahmad Muzakki

(1505601)

Rosna Istarie

(1401829)

Zakia Nurhasanah

(1505985)

PRODGRAM PENDIDIKAN BIOLOGI DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2017

A. Judul Ekskresi

B. Tujuan 1. Memeriksa ada tidaknya glukosa dalam urin; 2. Memeriksa ada tidaknya albumin dalam urin (Heller’s Nitric Acid Test); 3. Memeriksa ada tidaknya klorida dalam urin; 4. Mengenal bau ammonia dan hasil penguraian dalam urin; 5. Membuktikan adanya urea dalam urin

C. Waktu Pelaksanaan Hari/tanggal

: Selasa, 7 November 2017

Waktu

: 08.00- 11.30

Tempat

: Laboratorium Fisiologi FPMIPA UPI

D. Dasar Teori Sistem Ekskresi adalah sistem pengeluaran zat-zat sisa metabolisme yang tidak berguna bagi tubuh dari dalam tubuh, seperti: Menghembuskan gas CO2 ketika kita bernafas, berkeringat, buang air kecil (urin). Sistem ekskresi membantu memelihara homeostasis dengan tiga cara, yaitu melakukan osmoregulasi, mengeluarkan sisa metabolisme, dan mengatur konsentrasi sebagian besar penyusun cairan tubuh. Zat sisa metabolisme adalah hasil pembongkaran zat makanan yang bermolekul kompleks. Zat sisa ini sudah tidak berguna lagi bagi tubuh. Sisa metabolisme antara lain, CO2, H20, NHS, zat warna empedu, dan asam urat (Basoeki, 1988). Ekskresi merupakan proses pengeluaran zat sisa metabolisme tubuh, seperti CO2, H2O, NH3, zat warna empedu dan asam urat. Zat hasil metabolisme yang tidak diperlukan oleh tubuh akan dikeluarkan melalui alat ekskresi. Alat ekskresi yang dimiliki oleh mahluk hidup berbeda-beda, semakin tinggi tingkatan mahluk hidup, semakin kompleks alat ekskresinya. Beberapa istilah yang erat kaitannya dengan ekskresi: (Pratiwi, 2006)

1. Defekasi: yaitu proses pengeluaran sisa pencernaan makana yang disebut feses. Zat yang dikeluarkan belum pernah mengalami metabolisme di dalam jaringan.Zat yang dikeluarkan meliputi zat yang tidakl diserap usus sel epitel, usus yang rusak dan mikroba usus. 2. Ekskresi: yaitu pengeluaran zat sampah sisa metabolisme yang tidak berguna lagi bagi tubuh. 3. Sekresi: yaitu pengeluaran getah oleh kelenjar pencernaan ke dalam saluran pencernaan. Getah yang dikeluarkan masih berguna bagi tubuh dan umumnya mengandun genzim. 4. Eliminasi: yaitu proses pengeluaran zat dari rongga tubuh, baik dari rongga yang kecil (saluran air mata) maupun dari rongga yang besar (usus). Fungsi sistem ekskresi antara lain: 1. Membuang limbah yang tidak berguna dan beracun dari dalam tubuh 2. Mengatur konsentrasi dan volume cairan tubuh (osmoregulasi) 3. Mempertahankan temperatur tubuh dalam kisaran normal (termoregulasi) 4. Homeostasis

Ginjal

Gambar 1. Ginjal Manusia (Sumber: Campbell N A, 2008)

Alat pengeluaran (ekskresi) utama pada manusia adalah ginjal. Ginjal atau buah pinggang manusia berbentuk seperti kacang merah, berwarna keunguan, dan berjumlah dua buah. Bobot kedua ginjal orang dewasa antara 120-150 gram. Manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di belakang perut atau abdomen(Irianto, 2012). Di bagian atas (superior) ginjal terdapat kelenjar adrenal (juga disebut kelenjar suprarenal). Sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh tulang rusuk ke sebelas dan dua belas. Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak(lemak perirenal dan lemak pararenal) yang membantu meredam goncangan(Irianto, 2012). Pada bagian kulit ginjal (korteks) terdapat alat penyaring darah yang disebut nefron. Glomerolus berupa anyaman pembuluh kapiler darah, sedangkan simpai bowman berupa cawan berdinding tebal yang mengelilingi glomerolus. Saluran panjang yang berlengkung (tubulus) dikelilingi oleh pembuluh kalpiler darah. Tubulus yang letaknya dekat badan malpighi disebut tubulus proximal. Tubulus yang letaknya jauh dari badan malpighi disebut tubulus distal. Tubulus proximal dan tubulus distal dihubungkan oleh lengkung Henle atau angsa Henle. Tempat lengkung Henle bersinggungan dengan arteri aferen disebut apparatusjuxtaglomerular, mengandung macula densa dan sel juxtaglomerular. Sel juxtaglomerular adalah tempat terjadinya sintesis dan sekresi renin. Cairan menjadi makin kental disepanjang tubulus dan saluran untuk membentuk urin, yang kemudian dibawa ke kandung kemih melewati ureter. Lengkung Henle ini berupa pembuluh menyerupai leher angsa yang turun ke arah medula ginjal, kemudian naik lagi menuju koretks ginjal. Bagian akhir dari tubulus ginjal adalah saluran (tubulus) pengumpul yang terletak pada sum-sum ginjal(Irianto, 2012). Bagian paling luar dari ginjal disebut korteks, bagian lebih dalam lagi disebut medulla(sum-sum ginjal). Bagian paling dalam disebut pelvis(rongga ginjal), pada bagian medulla ginjal manusia dapat pula dilihat adanya piramida yang merupakan bukan saluran pengumpul. Ginjal dibungkus oleh lapisan jaringan ikat longgar yang disebut kapsula. Sebuah nefron terdiri dari sebuah komponen penyaring yang disebut korpuskula (atau badan malpighi)

yang

dilanjutkan

oleh

saluran-saluran

(tubulus).

Setiap

korpuskula

mengandung gulungan kapiler darah yang disebut glomerulus yang berada dalam kapsula Bowman. Setiap glomerulus mendapat aliran darah dari arteri aferen. Dinding kapiler dari glomerulus memiliki pori-pori untuk filtrasi atau penyaringan. Darah dapat disaring melalui dinding epitelium tipis yang berpori dari glomerulus dan kapsula Bowman karena adanya tekanan dari darah yang mendorong plasma darah. Filtrat yang dihasilkan akan masuk ke dalan tubulus ginjal. Darah yang telah tersaring akan meninggalkan ginjal lewat arteri eferen(Irianto, 2012). Di antara darah dalam glomerolus dan ruangan berisi cairan dalam kapsul Bowman terdapat tiga lapisan: 1. kapiler selapis sel endotelium pada glomerulus 2. lapisan kaya protein sebagai membran dasar 3. selapis sel epitel melapisi dinding kapsul Bowman (podosit). Darah manusia melewati ginjal sebanyak 350 kali setiap hari dengan laju 1,2 liter per menit, menghasilkan 125 cc filtrat glomerular per menitnya. Laju penyaringan

glomerular

ini

digunakan

untuk

tes

diagnosa

fungsi

ginjal(Irianto, 2012).

Fungsi Ginjal 1. Menyaring dan membersihkan darah dari zat-zat sisa metabolisme tubuh 2. Mengeksresikan zat yang jumlahnya berlebihan 3. Reabsorbsi (penyerapan kembali) elektrolit tertentu yang dilakukan oleh bagian tubulus ginjal 4. Menjaga keseimbanganan asam basa dalam tubuh manusia 5. Menghasilkan zat hormon yang berperan membentuk dan mematangkan sel-sel darah merah (SDM) di sumsum tulang

Kerja Ginjal Ginjal berperan dalam proses pembentukan urin yang terjadi melalui serangkaian

proses,

yaitu:

penyaringan,

pengumpulan (augmentasi)(Suntoro, 1993).

penyerapan

kembali

dan

1. Penyaringan (filtrasi) Proses pembentukan urin diawali dengan penyaringan darah yang terjadi di kapiler glomerulus. Sel-sel kapiler glomerulus yang berpori (podosit), tekanan dan permeabilitas yang tinggi pada glomerulus mempermudah proses penyaringan. Selain penyaringan, di glomelurus juga terjadi penyerapan kembali sel-sel darah, keping darah, dan sebagian besar protein plasma. Bahan-bahan kecil yang terlarut di dalam plasma darah, seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat dan urea dapat melewati saringan dan menjadi bagian dari endapan. Hasil penyaringan di glomerulus disebut filtrate glomerolus atau urin primer, mengandung asam amino, glukosa, natrium, kalium, dan garam-garam lainnya. 2. Penyerapan kembali (reabsorbsi) Bahan-bahan yang masih diperlukan di dalam urin pimer akan diserap kembali di tubulus kontortus proksimal, sedangkan di tubulus kontortus distal terjadi penambahan zat-zat sisa dan urea. Meresapnya zat pada tubulus ini melalui dua cara. Gula dan asam amino meresap melalui peristiwa difusi, sedangkan air melalui peristiwa osmosis. Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urin sekunder, zat-zat yang masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zatzat sisa metabolisme yang bersifat racun bertambah, misalnya urea. 3. Augmentasi Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi di tubulus kontortus distal. Dari tubulus ginjal, urin akan menuju rongga ginjal, selanjutnya menuju kantong kemih melalui saluran ginjal. Urin akan keluar melalui uretra.

Kandungan Urin Urin yang normal mengandung bahan-bahan yaitu: air, urea dan amonia yang merupakan sisa-sisa pembongkaran protein garam-garam mineral, terutama garam dapur (NaCl). Zat warna empedu yang memberi warna

kuning pada urin. Zat-zat yang berlebihan dalam darah seperti vitamin D, vitamin C, obat-obatan dan hormon(Suntoro, 1993).

Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi urin Urin yang dikeluarkan oleh ginjal sebenarnya sangat dipengaruhi oleh faktor dalam dan luar dari individu yang bersangkutan. Faktor-faktor tersebut antara lain hormone antidiuretik (ADH), hormon insulin, jumlah air yang diminum, dan faktor cuaca(Suntoro, 1993).

E. Alat dan Bahan 1. Mengamati Glukosa dalam Urin Tabel 1. Alat yang digunakan Praktikum Glukosa dalam Urin No. 1. 2.

Nama Alat Pipet Tabung reaksi

Jumlah Enam pipet Enam tabung reaksi

Tabel 2. Bahan yang digunakan Praktikum Glukosa dalam Urin No. 1. 2.

Nama Alat Larutan Benedict’s Urin

Jumlah 3 mL 8 tetes

2. Mengamati Albumin dalam Urin Tabel 3. Alat yang digunakan Praktikum Albumin dalam Urin No. 1. 2.

Nama Alat Pipet Tabung reaksi

Jumlah Enam pipet Enam tabung reaksi

Tabel 4. Bahan yang digunakan Praktikum Albumin dalam Urin No. 1. 2.

Nama Alat Asam nitrit pekat Urin

Jumlah 2 mL 10 tetes

3. Mengamati Klorida dalam Urin Tabel 5. Alat yang digunakan Praktikum Klorida dalam Urin No. 1. 2.

Nama Alat Pipet Tabung reaksi

Jumlah Enam pipet Enam tabung reaksi

Tabel 6. Bahan yang digunakan Praktikum Klorida dalam Urin No. 1. 2.

Nama Alat Larutan AgNO3 Urin

Jumlah 1-2 tetes 5 mL

4. Mengamati Amonia dalam Urin Tabel 7. Alat yang digunakan Praktikum Amonia dalam Urin No. 1.

Nama Alat Lampu spirtus

Jumlah Satu set

Tabel 8. Bahan yang digunakan Praktikum Amonia dalam Urin No. 1.

Nama Alat Urin

Jumlah 1 mL

5. Mengamati Urea dalam Urin Tabel 9. Alat yang digunakan Praktikum Urea dalam Urin No. 1.

Nama Alat Object glass

Jumlah lima buah

Tabel 10. Bahan yang digunakan Praktikum Urea dalam Urin No. 1. 2. 3.

Nama Alat Urin Asam oksalat Sodium hipobromide

Jumlah 10 tetes 1 tetes 2 tetes

F. Langkah Kerja 1. Glukosa dalam Urin

3 mL larutan benedicts dididihkan dalam tabung reaksi

bila hijau: kadar glukosa 1% kuning: kadar glukosa 1,5 % orange: kadar glukosa 2% merah: kadar glukosa 5%

8 tetes urin ditambahkan ke dalam larutan tadi dan panaskan lagi selama 1-2 menit kemudian biarkan dingin

diamati ada/ tidaknya perubahan warna (endapan) yang terjadi

Diagram 1. Langkah Kerja Praktikum Glukosa dalam Urin

2. Albumin dalam Urin

2 mL asam nitrit pekat dimasukkan ke dalam tabung reaksi

tabung reaksi tersebut dimiringkan kemudian tetesi urin dengan mempergunakan pipet secara perlahan-lahan sehingga urin turun melalui sepanjang tabung

Bila urin mengandung albumin akan terlihat cincin berwarna putih yang terdapat pada daerah urin dan asam nitrit

Diagram 2. Langkah Kerja Praktikum Albumin dalam Urin

3. Klorida dalam Urin

5 mL urin dimasukkan ke dalam tabung reaksi

Kemudian ditetesi dengan larutan AgNO3 1- 2 tetes

diamati peubahan yang terjadi, endapan putih menunjukkan adanya klorida radikal

Diagram 3. Langkah Kerja Praktikum Klorida dalam Urin

4. Amonia dalam Urin

1 mL urin dimasukkan ke dalam tabung reaksi

spirtus dinyalakan

dihirup sedikit aroma yang dihasilkan

Diagram 4. Langkah Kerja Praktikum Amonia dalam Urin

5. Urea dalam Urin

beberapa tetes urin dieteskan pada objek gelas, kemudian hadapkan pada cahaya matahari biarkan sebagian dan urin tersebut menguap

Tabung pengencer dibiarkan selama 10 menit

setetes larutan jenuh asam oksalat ditambahkan

Pipet dibilas dengan HCl dalam tabung pengencer sampai tidak ada darah yang tertinggal

diamati kristal urea oksalat yang terbentuk

beberapa tetes larutan sodium hipobromide ditambahkan

Pemuaian nitrogen tampak akibat dekomposisi urea

Diagram 5. Langkah Kerja Praktikum Urea dalam Urin

G. Hasil Pengamatan 1. Hasil Pengamatan Glukosa dalam Urin Tabel 11. Hasil Pengamatan Glukosa dalam Urin Sampel Urin

Warna Sebelum Perlakuan

Warna Setelah Perlakuan

Keterangan

Positif Kontrol

mengandung Glukosa Gambar 11.1 Urin + Glukosa (Dok. Kelompok 2A, 2017)

Naufal Zakia Husna Rosna Negatif (-)

Gambar 11.3 Urin setelah

Aulia Gambar 11.2 Urin sebelum perlakuan (Dok. Kelompok 2A, 2017)

perlakuan (Dok. Kelompok 2A, 2017)

2. Hasil Pengamatan Albumin dalam Urin Tabel 12. Hasil Pengamatan Albumin dalam Urin No.

Cincin Putih

Sampel Urin

1.

-

Aulia

Gambar

Keterangan

Urin tidak mengandung albumin

Gambar 12.1 hasil uji albumin dalam urin Aulia (Dok. Kelompok 2A, 2017)

2.

-

Husna

Urin tidak mengandung albumin

Gambar 12.2 hasil uji albumin dalam urin Husna (Dok. Kelompok 2A, 2017)

3.

-

Naufal

Urin tidak mengandung albumin

Gambar 12.3 hasil uji albumin dalam urin Zaki (Dok. Kelompok 2A, 2017)

4.

-

Rosna

Urin tidak mengandung albumin

Gambar 12.4 hasil uji albumin dalam urin Rosna (Dok. Kelompok 2A, 2017)

5.

-

Zakia

Urin tidak mengandung albumin

Gambar 12.5 hasil uji albumin dalam urin Zakia (Dok. Kelompok 2A, 2017)

3. Hasil Pengamatan Klorida dalam Urin Tabel 13. Hasil Pengamatan Klorida dalam Urin Sampel urin

Ada tidaknya endapan putih

Keterangan

Aulia Fuji Y. Husna Dita R. Naufal Ahmad M. Rosna Istarie

Ada Ada Ada Ada

Normal Normal Normal Normal

Zakia Nurhasanah

Ada

Normal

Dokumentasi

Gambar 13.1 Hasil uji klorida dalam urin (Dok. Kelompok 2A, 2017)

4. Hasil Pengamatan Amonia dalam Urin Tabel 14. Hasil Pengamatan Amonia dalam Urin Sampel Urin Ada tidaknya bau Keterangan Kontrol + Ada Naufal Ahmad Muzakki Tidak ada Aulia Fuji Yanti Tidak ada Husna Dita Rahmah Tidak ada Rosna Astarie Tidak ada Zakia Nurhasanah Tidak ada

5. Hasil Pengamatan Urea dalam Urin Aulia

(Dok. Kelompok 2A, 2017)

Tabel 15. Hasil Pengamatan Urea dalam Urin Husna

(Dok. Kelompok 2A, 2017)

Naufal

(Dok. Kelompok 2A, 2017)

Rosna

Zakia

(Dok. Kelompok 2A, 2017)

(Dok. Kelompok 2A, 2017)

H. Pembahasan 1. Glukosa dalam Urin Berdasarkan hasil pengamatan untuk memeriksa ada tidaknya glukosa dalam urin menggunakan uji benedict, menghasilkan data yang negaitif atau tidak adanya glukosa dalam urin yang di ujikan oleh beberapa sampel hal itu didukung oleh tidak berubah warna atau terjadi endapan pada larutan benedict setelah di beri perlakuan yaitu di tetesi sampel dan kemudian di panaskan oleh bunsen. Jika tabung eksperimen tetap berwarna biru dan berbeda dengan tabung kontrol maka urin tersebut dalam keadaan normal yaitu tidak mengandung glukosa. Dan bila berwarna sama maka urin eksperimen mengandung glukosa sesuai dengan warna tabung kontrol. Glukosa merupakan zat yang dibutukan oleh tubuh sehingga seharusnya glukosa diserap oleh usus dan tidak terdapat di dalam urin karena bukan zat sisa yang tidak lagi dibutuhkan. Ada kemungkinan terjadi gangguan pada proses ekskresi

2. Albumin dalam Urin Semua sampel urin yang diuji negative mengandung albumin. Hal tersebut terlihat dari hasil pengamatan yang ada bahwa tidak terdapat cincin putih yang mengindikasikan adanya albumin dalam urin. Hasil pengamatan kemudian dibandingkan dengan control yang telah tersedia guna akurasi data. Setelah dibandingkan, terdapat perbedaan antara sampel urin dengan control.

3. Klorida dalam Urin Dari hasil pengamatan yang telah diuji, terdapat endapan berupa partikelpartikel berwarna putih yang menunjukkan urin tersebut mempunyai klorida radikal pada semua sampel urin. Klorida itu berasal dari garam-garam yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan, misalnya NaCl, kemudian terurai menjadi ion-ion. Dalam tubuh, NaCl akan diubah menjadi Na+ dan Cl-. Na+ di filtrasi dalam jumlah besar, tetapi akan mengalami transpor secara aktif disemua bagian nefron. Pada ion Cl- di absorpsi secara pasif di bagian

tubulus kontroktus distal dan terjadi sekresi aktif ion Cl-. Kelebihan NaCl yang dihasilkan dari proses augmentasi dikeluarkan lewat urin dalam bentuk ion Na+ dan Cl-.

4. Amonia dalam Urin Pada urin kontrol terdapat bau yang sangat menyengat, menandakan bahwa urin tersebut mengandung amonia. Sampel urin Naufal, Aulia, Husna, Rosna, dan Zakia tidak tercium bau menyegat yang menandakan bahwa urin tersebut tidak mengandung amonia. Amonia merupakan suatu senyawa nitrogen yang banyak digunakan untuk produksi berbagai macam komoditas, seperti pupuk, obat-obatan, dan sebagainya. Di alam, amonia berasal dari air buangan industri / limbah dan biodegradasi senyawa organik (McMurry 2008). Gas amonia berbau busuk dan mudah menguap, serta jika konsentrasinya di dalam tubuh melebihi ambang batas dapat membahayakan tubuh. Terpapar atau terhirup amonia dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan penyakit kulit, mulut, kerongkonga, dan mata terasa terbakar. Pada konsentrasi yang sangat tinggi dapat

menyebabkan

kematian.

Tingkat

toksisitasnya

yang

tinggi

menyebabkan amonia harus ditentukan kadarnya dalam tubuh, yang dapat diidentifikasi melalui urin.

5. Urea dalam Urin Urea merupakan salah satu zat yang bersifat racun yang harus dikeluarkan oleh tubuh. Salah satu cara pengeluarannya yaitu dikeluarkan bersama urin. Indikator adanya urea dalam urin ditandai dengan terbentuknya kristal urea oksalat setelah ditetesi larutan asam oksalat. Bentuk kristal oksalat pada setiap urin seseorang berbeda-beda. Apabila kristal oksalat yang terbentuk banyak, Kristal oksalat dapat mengendap dalam ginjal dapat menyebabkan terbentuknya batu ginjal. Pada praktikum ini, kristal oksalat tidak terlalu teramati dengan jelas. Jika dilihat, hasil uji kelompok kami tidak begitu banyak terdapat kristal oksalat.

I. Jawaban Pertanyaan 1. Glukosa dalam Urin 1) Buatlah siklus perubahan glukosa dalam tubuh dan jelaskan. Mengapa terjadi perubahan demikian? Jawab: Di dalam mulut terdapat saliva yang mengandun...


Similar Free PDFs