Sistem Level Analisis dalam Politik Internasional PDF

Title Sistem Level Analisis dalam Politik Internasional
Author Fachri Pramuja
Pages 7
File Size 317.5 KB
File Type PDF
Total Downloads 392
Total Views 766

Summary

Tugas Reading Report 2 Politik Internasional Nama : Fachri Pramuja NPM/Kelas : 1506685233 Sumber Bacaan : A. Vandana, Theory of International Politics (New Delhi: Vikas Publishing House, 1996), hlm. 99-111. Sistem Level Analisis dalam Politik Internasional Analisis tingkat sistem atau sering disebut...


Description

Tugas Reading Report 2 Politik Internasional Nama

: Fachri Pramuja

NPM/Kelas

: 1506685233

Sumber Bacaan

: A. Vandana, Theory of International Politics (New Delhi: Vikas Publishing House, 1996), hlm. 99-111.

Sistem Level Analisis dalam Politik Internasional Analisis tingkat sistem atau sering disebut dengan system-level analysis adalah suatu pendekatan terhadap studi politik internasional yang menyatakan bahwa faktor eksternal bagi negara dan lingkungan politik dunia bergabung untuk menentukan pola interaksi antara negara dan aktor-aktor transnasional lainnya. Pada system-level analysis, lebih memfokuskan pada sistem global, yakni, interaksi semua aktor di panggung global. Tingkat global merupakan keseluruhan tertinggi dimana aktor dan individu merupakan “bagian” yang berperan di dalamnya. Dalam hal ini negara sering terpaksa mengambil tindakan tertentu yang realistis dari dunia di mana mereka berada. Berangkat dari pemaparan tersebut, penulis akan mencoba menyampaikan kembali laporan bacaan mengenai system-level analysis yang berasal dari tulisan A. Vandana yakni, Theory of International Politics. Dalam tulisan ini, penulis akan membagi empat bagian sebagai fokus pembahasan; bagian pertama akan dijelaskan tentang system analysis dalam politik internasional; kemudian dilanjutkan pemaparan mengenai sistem analisis pada level negara atau disebut state-level analysis; lalu, bagian ketiga akan mengulas mengenai individual-level analysis dan terakhir akan ditutup dengan kesimpulan. Sistem Analisis dalam Politik Internasional Dalam tulisannya Theory of International Politics, Vandana menyatakan bahwa dalam setiap fenomena yang terjadi pada sebuah sistem internasional terdapat pola-pola perilaku yang ditunjukan oleh negara sebagai aktor internasional, pola perilaku ini yang kemudian menjadi cara untuk dapat memprediksi behaviour suatu negara dalam perannya di dunia internasional.1 Namun, dalam tulisannya Vandana menyebutkan bahwa tidak terdapat faktor yang secara tepat dapat memprediksi prilaku negara di dalam sistem internasional tetapi beberapa karakteristik berikut bisa dijadikan prediksi sebagai faktor yang terlibat dalam sistem internasional yakni, national actors, aktor supranasional, aktor transnasional, jumlah poros dalam sistem, normanorma perilaku, karakteristik geografis, cakupan dan interaksi; hal-hal tersebut yang menurut

1

A. Vandana, Theory of International Politics (New Delhi: Vikas Publishing House, 1996), hlm. 99.

Vandana dapat dijadikan sebagai bahan analisis dalam memprediksi dan menentukan pola state dalam sistem internasional. National Actors dalam hal ini negara masih menjadi aktor penting di dalam sistem internasional. Negara didefinisikan sebagai sebuah teritori dengan basis organisasi politik yang memiliki kedaulatan.2 Kedaulatan menjadikan negara sebagai aktor yang signifikan dalam menjalankan peran di ranah politik internasional. Dalam sistem level analisis negara, hal yang menjadi sebagai penyokong terjadinya sistem internasional adalah self-interested yang dimiliki oleh sebuah negara. Sistem international berbentuk horizontal berdasarkan kedaulatan negara, sehingga ada anarkis. Namun, kekuatan sentralisasi baru cenderung mengubah sistem ke arah struktur yang lebih vertikal. Karasteristik struktural lain ditentukan oleh siapa aktor utama dalam sistem. Termasuk diantaranya adalah negara-negara berdaulat, namun aktor antar pemerintah dan aktor transnasional menjadi lebih banyak dan penting. Adanya entitas supranasional juga berpengaruh dalam menentukan karakteristik sebuah sistem internasional. Menurut Vandana klasifikasi organisasi supranasional bisa berasal dari berbagai sifat dan kepentingan. Berikut ini merupakan contoh pengklasifikasian aktor supranasional; 1) Organisasi yang memiliki tujuan umum dan bersifat universal seperti Perserikatan BangsaBangsa (PBB), 2) Organisasi yang didirikan atas kesamaan letak faktor geografis atau biasa disebut organisasi regional seperti ASEAN, Liga Arab, European Union, dll. 3) Organisaso yang sifatnya membentuk aliansi seperti contoh NATO dan CSCE., 3) kemudian ada rezim yang berfungsi sebagai pengontrol norms and values anggota-anggota di dalamnya.3 Di dalam sistem level analisis juga terdapat sistem kutub/poros. Kutub merupakan konsentrasi dari power dimana pasti terdapat negara-negara yang memiliki power besar dibadingkan negara-negara lain akan menjadi pusatdari power itu sendiri, dan biasanya power yang dimiliki tidak hanya berada di dalam satu negara yang sama melainkan pasti ada negara lain yang memiliki power dengan kapasitas besaran yang sama dan memiliki pengarruh besar terhadap negara-negara lain. Perbedaan kedua sisi power ini disebut dengan distribution of power assets, yang berarti terdapat perbedaan dalam pembangunan power sebuah negara yang menjadikan negara tersebut sebagai negara yang kuat. Perbedaan persebaran ini juga memengaruhi kestabilan sistem dan juga karena adanya sebuah perbedaan pasti akan terdapat sebuah tekanan dari salah satu negara yang memiliki power besar di dalam sebuah sistem.

2 3

Ibid., Ibid., hlm.100.

Tekanan-tekanan akan selalu terjadi dalam sebuah sistem internasional yang sifatnya anarki karena sistem politik tidak seperti sebuah mesin yang dapat dikendalikan oleh seorang komando untuk dapat melakukan hal yang sama dan dapat diprediksi prilaku-prilakunya, melainkan sistem politik terdiri atas aktor-aktor yang dinamis yang didasarkan atas sosial, etnis, moral, psikologi yang berpedoman pada regulasi yang ada dalam upaya mengatasi kekhawatiran aktor lain untuk berinteraksi. Vandana juga menyebutkan faktor kondisi keadaan geografis turut memengaruhi peranan dalam sistem internasional. Geopolitik dan strategis suatu negara tidak dapat diabaikan karena dengan kedekatan atau kesamaan atas dasar karakteristik geografis dapat menjadi pemantik untuk negara-negara di daerah tersebut beraliansi dan ikut bermain dalam sistem internasional yang pasti akan memberikan dampak terhadap sistem internasional. Kemudian, terdapat faktor ruang lingkup dan interakasi sebagai penentu dalam sistem level analisis yang berarti intensitas dan frekuensi sebuah negara dengan negara lain semakin intensif dan selalu berekspansi akan hal tersebut, lambat laun akan memengaruhi stabilitas sistem di ranah internasional dan hubungan antarnegara. Namun, sebuah sistem internasional tidak selamanya akan terus mengalami kestabilan seiring berjalannya waktu, Vandana dalam Theory of International Politics menyebutkan terdapat beberapa keadaan yang dapat mengubah dan memengaruhi kestabilan yakni, perubahan kapasitas power yang berasal dari aktor negara-negara yang dominan; perubahan dan kemajuan bidang teknologi; dan situasi domestik di dalam suatu negara itu sendiri. Cara Kerja Sistem Internasional Vandana menyebutkan bahwa terdapat beberapa sistem yang bekerja dalam sistem internasional yaitu, unipolar, bipolar, dan multipolar. Sistem yang ada ini bekerja dengan metode-metode yang berbeda namun akan selalu membentuk pola dari setiap fenomena yang terjadi di dalamnya sehingga dapat diprediksi dan dikaji mengenai apa yang akan terjadi selanjutnya di dalam setiap sistem yang ada yang memiliki pengaruh terhadap sistem internasional. Sistem unipolar merupakan sebuah sistem yang berarti bahwa hanya ada satu dominan aktor, unipolar system sering ditemui dalam kondisi domestik politik sebuah negara yang hanya terdapat satu kekuasaan dalam mengatur jalannya pemerintahan dan perpolitikan di dalam negara tersebut.4 Sistem bipolar berarti adanya dua koalisi power yang berbeda yang dimainkan oleh aktor. Dalam sistem bipolar sering didapatkan bahwa ada intensi oleh aktor

4

Ibid., hlm. 101.

satu terhadap aktor lawan untuk melakukan eliminasi terhadap blok lawan, selalu memperjuangkan power untuk dapat memberi pengaruh yang lebih besar, meningkatkan power sebagai cara untuk menyesuaikan dengan aktor lawan, keinginan untuk mengihndari adanya eliminasi dari subordination bloc, selalu berusahan mencari member baru dalam blok untuk menambah kekuatan aliansi, dan akan selalu ada mediator yakni negara-negara yang tidak termasuk ke dalamnya sebagai upaya mencegah perang dan konflik. Contohnya adalah saat Amerika Serikat dan Uni Soviet sedang dalam Perang Dingin, munculah Gerakan Non-Blok dari negara-negara yang tidak terlibat.5 Kemudian, terdapat sistem tripolar/strategic triangle sistem yang sebenarnya sistem yang tidak pernah benar-benar terjadi melainkan hanya saat kondisi tertentu, contohnya adalah pada rentang 1960—1990 terdapat tiga kekuatan besar yakni, Amerika Serikat, Cina, dan Uni Soviet.6 Lalu yang terakhir terdapat Balance of Power yaitu kondisi dimana tidak ada negara-negara yang berani menghancurkan kestabilan yang sudah terbentuk pada saat itu. Sistem Analisis Tingkat Negara dan Kaitannya dengan Kebijakan Luar Negeri Negara secara tradisional merupakan aktor politik yang paling penting. Negara merupakan organisasi politik yang menikmati paling tidak pangkat pemerintahan. Politik luar negri tidak diformulasikan oleh satu proses pembuatan keputusan, tetapi dasar dari proses tersebut berubah berdasarkan jumlah dari variabel termasuk tipe dari sistem politik, jenis dari situasi, dan jenis isunya, dan juga faktor internal. Negara adalah organisasi yang kompleks, internal atau domestik, perkembangan akan mempengaruhi sikap internalnya. Secara keseluruhan, pemimpin politik, dan organisasi birokrasi secara konsisten merupakan aktor subnasional yang paling kuat.7 Pada analisis tingkat negara, pembahasan memfokuskan pada pemerintahan, kelompok-kelompok pembuat keputusan, atau lembaga-lembaga yang menentukan kebijakan luar negeri negara dan aktor-aktor lain, dan pada masyarakat-masyarakat yang diatasnamakan oleh kelompok-kelompok atau badan-badan tersebut. Contoh aktor semacam itu adalah negara seperti Amerika Serikat, tetapi juga lembaga seperti Departemen Luar Negri AS dan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-bangsa. Di antara faktor utama yang dikaji pada tingkatan ini adalah sistem politik,ideologi, kekayaan, dan kekuasaan militer, dan organisasi pemerintah. Pertanyaan khas yang muncul pada tingkatan analisis ini termasuk apakah negara kuat

5

Ibid., hlm.102. Ibid., 7 Ibid., hlm.104 6

bertindak berbeda daripada negara lemah, apakah perbedaan etnis atau agama menyebabkan perang saudara yang lebih besar, dan apakah para pemimpin ikut dalam konflik dengan negara lain untuk mengatasi ketidakpopulerannya di dalam negeri. Karena ada beberapa jenis aktor, perlu ada pembedaan diantara kelompok-kelompok di dalam negara dan aktor-aktor lain, seperti korporasi, dan aktor-aktor secara keseluruhan. Dengan demikian, akan dijumpai partai-partai politik dan kelompok-kelompok kepentingan di dalam negara dan ini merupakan tingkatan analisis yang berbeda daripada analisis tingkat negara dimana partai dan kelompok kepentingan itu merupakan bagiannya. Disamping itu, negara dan aktor-aktor lain mungkin juga merupakan bagian dari kelomok yang lebih besar seperti aliansi atau kawasan yang dianggap sebagai tingkatan analisis yang berbeda. Selama Perang Dingin, misalnya, para pengamat berbicara tentang “Dunia Bebas” atau Dunia Pertama, yang terdiri atas Amerika Serikat dan sekutunya, blok soviet atau Dunia Kedua yang termasuk Uni Soviet dan sekutunya, dan kelompok nonblok atau Dunia ketiga yang mencakup negara-negara seperti India yang bukan anggota kelompok-kelompok lain. Bergantung pada tujuan penelitit atau pembuat kebijakan, negara-negara dapat dikelompokkan menururt geografi (Asia, Eropa, Timur Tengah, Afrika, dan sebagainya), agama (Islam, Kristen, Hindu, dan Sebagainya), atau ideologi. Para teoritisi membuat penngelompokan semacam itu karena mereka ingin menunjukkan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan tertentu di antara negara-negara. Sistem Analisis Tingkat Individu Tingkat analisis individu mempelajari politik internasional dengan menguji peran manusia sebagai aktor di panggung dunia ini. Tingkat analisis individu bisa dilihat dari tiga persfektif berbeda. Pertama adalah menguji dasar alamiah manusia. Kedua adalah mempelajari bagaimana manusia bersikap dalam organisasi. Ketiga, untuk menguji motif dan aksi manusia secara spesifik. Pendekatan dasar alamiah manusia menguji karakteristik dasar manusia. Pengetahuan, psikologi, dan faktor biologi mempengaruhi pembuatan keputusan. Faktor pengetahuan termasuk pengetahuan dalam pembuatan keputusan, pengetahuan yang tetap, keinginan berpikir, ukuran bidang berpikir, penggunaan rencana yang heuristik.8 Rasa frustasi adalah faktor psikologi yang utama ketika faktor biologi merupakan etologi dan gender. Pendekatan sikap organisasi mempelajari faktor peran, yakni bagaimana manusia berperan

8

Ibid., hlm.108—109.

pada pribadi lain atau ketika menduduki posisi profesional. Pendekatan ini juga berfokus dengan bagaimana kelompok bersikap dan interaksi mempengaruhi keputusan. Pada analisis tingkat individu, para peneliti mencermati karakteristik individu, seperti ciri kepribadian, cara-cara mencapai keputusan, dan keyakinan. Sebagai contoh, riset yang difokuskan pada individu mungkin bertanya apakah para pemimpin membuat keputusan yang rasional atau tidak, bagaimana kebiasaan buruk mereka memengaruhi kebijakan, apakah mereka membiarkan bias mereka memengaruhi keputusan dan sikap mereka, dan apakah manusia pada umum ya diprogram untuk berperang satu sama lain. Pertanyaan-pertanyaan semacam itumencerminkan analisis tingkat individu. Banyak teoritisi berasumsi bahwa para pemimpin itu rasional, ini barangkali merupakan penyederhanaan yang dapat dipahami (dan sebagaian menganggap perlu) dari realitas di pihak teoritisi tersebut. Namun mengasumsikan rasionalitas merupakan asumsi heroik yang hanya dapat diuji dengan melihat para pembuat keputusan riil di dalam negara. Dalam versinya yang paling kuat, rasionalitas berarti bahwa para pemimpin memilih yang terbaik diantara semua alternatif dalam membuat kebijakan yang didasarkan pada perbandingan antara biyaya dan manfaat.asumsi ini terletak di balik berbagai usaha teoritis yang berkisar dari realisme dan neorealisme sampai teori utilitas yang diharapkan dan model matematis. Kesimpulan Dari pemaparan yang telah disampaikan pada bagian-bagian sebelumnya, dapat dikatakan bahwa pemahaman mengenai sistem level analisis di dalam politik internasional diperlukan sebagai alat untuk analisis fenomena-fenomena yang terjadi di dalam sistem internasional. Tingkat analisis negara sebagai tingkat tertinggi juga tidak bisa selalu menjelaskan semua fenomena karena negara sebagai sebuah entitas juga memiliki aktor-aktor yang menjalankan pemerintahan di dalamnya yang justru akan berpengaruh terhadap sistemsistem internasional yang ada. Hal ini menjadikan Vandana dalam tulisannya juga mengatakan bahwa analisis terhadap level individu diperlukan karena sebenarnya individu yang memiliki kekuatan sepenuhnya dalam menjalankan sistem perpolitikan suatu negara yang akan memengaruhi negara-negara lain. Dari hal ini, penulis akan mencoba mengajukan pertanyaan pemicu yakni, Analisis mana yang seharusnya didahului, analisis level negara atau analisis level individu dalam mengkaji fenomena di sistem internasional sebagai dua tingakatan yang memiliki keeratan kausalitas ?.

DAFTAR PUSTAKA Vandana, A. 1996. Theory of International Politics. New Delhi: Vikas publishing House....


Similar Free PDFs