Sistem Silvikultur di Indonesia, Teori dan Implementasi PDF

Title Sistem Silvikultur di Indonesia, Teori dan Implementasi
Pages 123
File Size 2.3 MB
File Type PDF
Total Downloads 109
Total Views 498

Summary

0 Judul Buku: Sistem Silvikultur di Indonesia Teori dan Implementasi SISTEM SILVIKULTUR DI INDONESIA TEORI DAN IMPLEMENTASI Ditulis Oleh: Dr. Wahyudi Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Tahun 2013 Diterbitkan Oleh: Dr. Wahyudi Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya Jl. Yos Su...


Description

0

SISTEM SILVIKULTUR DI INDONESIA TEORI DAN IMPLEMENTASI

Judul Buku: Sistem Silvikultur di Indonesia Teori dan Implementasi Ditulis Oleh: Dr. Wahyudi Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Tahun 2013 Diterbitkan Oleh:

Dr. Wahyudi

Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya Jl. Yos Sudarso, 73111, Palangka Raya, Indonesia Telepon: +62 81521560387, +62 85347153484 Email: [email protected]

ISBN 978-602-98568-0-4

Undang-Undang RI Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta Ketentuan Pidana Pasal 72 (ayat 2): Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta atau hak terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

KATA PENGANTAR

Indonesia sebagai pemilik hutan tropis terbesar ketiga di dunia sudah selayaknya memiliki sistem silvikultur untuk mengelola hutan produksi secara lestari. Sistem silvikultur Tebang Habis dengan Permudaan Buatan telah diterapkan di Pulau Jawa sejak jaman kolonial Belanda dan masih dipakai hingga saat ini untuk mengelola hutan tanaman sedangkan sistem silvikultur Tebang Pilih untuk mengelola hutan alam baru dimulai tahun 1972 dan senantiasa mengalami perubahan seiring perkembangan kehutanan dan kebijakan pemerintah. Buku “Sistem Silvikultur di Indonesia, Teori dan Implementasi“ ini disusun berdasarkan teori dan praktek silvikultur yang didapatkan dari penerapan sistem Tebang Pilih Indonesia (TPI), Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI), Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII), Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ), Tebang Habis dengan Permudaan Buatan (THPB), sistem Agroforestry, Tebang Jalur Tanam Indonesia (TJTI) serta plot penelitian Tebang Rumpang yang menghasilkan draft system silvikultur Tebang Pilih Tanam Rumpang (TPTR). Tahapan kegiatan dalam setiap sistem silvikultur dalam buku ini diuraikan secara lengkap menggunakan petunjuk teknis sesuai dengan sistem masing-masing dengan tujuan memberi pengetahuan dan bekal bagi para pembaca tentang praktek beberapa sistem silvikultur yang pernah dan sedang diimplementasikan di lapangan. Meskipun beberapa tahapan kegiatan tersebut sudah tidak dianjurkan dengan alasan efisiensi dan efektifitas, namun relevansi dan urgensi tahapan tersebut masih sangat terasa dan masih penting untuk diketahui, khususnya bagi para praktisi dan rimbawan dalam melakukan pengelolaan hutan secara bijaksana sesuai sifat dan kondisi ekosistemnya.

Penulis juga menyadari bahwa buku ini masih banyak kekurangan. Untuk itu saran dan kritik sangat diharapkan untuk perbaikan pada edisi mendatang. Akhirnya dengan segala keterbatasan yang ada, penulis berharap, semoga buku ini bermanfaat bagi kita. Terima kasih.

Penulis,

Dr. Wahyudi

SAMBUTAN Saya sangat mengapresiasi buku berjudul “Sistem Silvikultur di Indonesia, Teori dan Implementasi” yang ditulis oleh Dr. Wahyudi. Tulisan ini merupakan salah satu dari 100 karya tulis yang lulus dan mendapat pembiayaan dari Dirjen Dikti tahun 2014 melalui Program Hibah Penulisan Buku Ajar Perguruan Tinggi. Sebagai reviewer, saya mendapat kesempatan untuk membaca dan terlibat dalam pembahasan buku ini. Buku ini sangat baik dibaca oleh para pihak yang ingin menambah ilmu pengetahuan dan teknologi serta praktek silvikultur di hutan produksi Indonesia.

Dr.Ir.Prijanto Pamoengkas,M.Sc F.Trop Ketua Program Studi Silvikultur, IPB

SAMBUTAN Buku ini berusaha menghimpun sistem-sistem silvikultur yang pernah dan sedang diterapkan pada hutan Indonesia, mulai dari sistem Tebang Pilih Indonesia tahun 1972 sampai sistem Tebang Jalur Tanam Indonesia yang disusun tahun 2014. Pada beberapa bagian, penulis juga menyertakan perhitungan untuk memprediksi sediaan hutan pada siklus tebang berikutnya berdasarkan model dinamis yang berkembang dalam ekosistem hutan. Suatu usaha yang baik. Buku ini dapat menjadi bagian dari referensi buku kehutanan kita.

Prof. Dr. Ir. Samuel A. Paembonan, MSc Guru besar silvikultur, Universitas Hasanuddin

DAFTAR ISI

SAMBUTAN Paradikma baru pengelolaan hutan adalah kembali pada alam (back to nature). Prinsip kelestarian hasil hutan (sustained yield principles) yang diterapkan tahun 80-an sudah tidak sejalan lagi dengan perkembangan ilmu dan pengetahuan kehutanan saat ini. Pengelolaan hutan harus bertumpu pada kelestarian ekosistem hutan (sustained forest ecosystem) karena pohon merupakan bagian dari ekosistem itu sendiri. Buku ini menjelaskan tentang praktek silvikultur di Indonesia yang disertai dengan pengenalan dasar-dasar dan teori tentang silvikultur menggunakan paradikma baru dalam pengelolaan hutan, sehingga pembaca dapat mengetahui secara baik tentang pelaksanaan sistem silvikultur di hutan Indonesia. Saya mengucapkan selamat kepada penulis yang telah menghimpun pengetahuan silvikultur dalam buku ini.

Prof. Dr. Ir. Nina Mindawati, MS Badan Penelitian, Pengembangan dan Inovasi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI

I. II.

III.

IV.

V.

VI.

VII.

Halaman KATA PENGANTAR............................................. iii SAMBUTAN .......................................................... v DAFTAR ISI ........................................................... viii DAFTAR TABEL ................................................... x DAFTAR GAMBAR .............................................. xi PENDAHULUAN................................................... 1 KEBIJAKAN DAN SISTEM SILVIKULTUR....................................................... 8 A. Sejarah dan Kebijakan ...................................... 8 B. Pengertian Sistem Silvikultur ............................ 17 C. Landasan Sistem Silvikultur .............................. 23 D. Beberapa Sistem Silvikultur .............................. 38 PERTUMBUHAN DAN HASIL ............................ 43 A. Pertumbuhan Pohon........................................... 44 B. Perhitungan Hasil............................................... 50 C. Pemodelan Dinamika Hutan .............................. 54 D. Analisis Finansial Proyek Kehutanan ................ 71 TEBANG PILIH INDONESIA ............................... 76 A. Pengertian dan Dasar TPI .................................. 76 B. Tahapan Kegiatan Sistem TPI ........................... 77 C. Evaluasi Sistem TPI........................................... 81 TEBANG PILIH TANAM INDONESIA ............... 85 A. Pengertian dan Dasar TPTI................................ 85 B. Tahapan Kegiatan Sistem TPTI ......................... 87 C. Evaluasi Sistem TPTI ........................................ 115 TEBANG PILIH TANAM JALUR......................... 123 A. Pengertian dan Dasar TPTJ ............................... 123 B. Tahapan Kegiatan Sistem TPTJ......................... 125 C. Evaluasi Sistem TPTJ ........................................ 129 TEBANG PILIH TANAM INDONESIA INTENSIP ............................................................... 140 A. Pengertian dan Dasar TPTII .............................. 140 B. Tahapan Kegiatan Sistem TPTII........................ 141 C. Evaluasi Sistem TPTII ....................................... 148

VIII.

IX.

X.

XI.

XII.

TEBANG RUMPANG............................................ A. Pengertian dan Dasar TR ................................... B. Tahapan Kegiatan Sistem TR ............................ C. Evaluasi Sistem TR............................................ TEBANG HABIS DENGAN PERMUDAAN BUATAN ...................................... A. Pengertian dan Dasar THPB.............................. B. Tahapan Kegiatan Sistem THPB ....................... C. Evaluasi Sistem THPB....................................... TEBANG HABIS DENGAN PERMUDAAN ALAM ........................................... A. Pengertian dan Dasar THPA.............................. B. Tahapan Kegiatan Sistem THPA ....................... C. Evaluasi Sistem THPA ...................................... AGROFORESTRY ................................................. A. Pengertian dan Dasar Agroforestry ................... B. Hubungan Agroforestry dengan Bidang Lain ....................................................... C. Desain Agroforestry........................................... MULTISISTEM SILVIKULTUR........................... A. Pengertian dan Dasar Multisistem Silvikultur......................................................... B. Pelaksanaan Multisistem Silvikultur.................. DAFTAR PUSTAKA.............................................. LAMPIRAN. ........................................................... DAFTAR ISTILAH ................................................

154 154 157 162 163 163 164 174

DAFTAR TABEL Nomor

1. 2. 3.

176 176 177 179 181 181 187 190 196 196 198 209 222 225

Halaman Teks

4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.

Kerapatan tingkat semai, pancang, tiang dan pohon pada hutan bekas tebangan ........................ Persyaratan batas diameter, rotasi, jumlah dan diameter pohon inti sistem TPI ........................... Syarat pelaksanaan sistem TPI dan pedoMan TPI hasil revisi tahun 1980 ................................. Perbedaan tahapan sistem TPTI tahun 1989 dan 1993............................................................. Thally sheet kegiatan PAK ......................................... Thally sheet kegiatan ITSP ......................................... Thally sheet kegiatan Penebangan .............................. Perbandingan sistem RIL dan konvensional pada kegiatan eksploitasi hutan................................... Thally sheet kegiatan perapihan.................................. Thally sheet kegiatan ITT ........................................... Thally sheet kegiatan tempat kosong dan kurang permudaan....................................................... Thally sheet kegiatan pembebasan I ........................... Thally sheet kegiatan pengadaan bibit ........................ Thally sheet kegiatan pengayaan/rehabilitasi.............. Thally sheet kegiatan pemeliharaan ............................ Thally sheet kegiatan pembebasan II dan III .............. Thally sheet kegiatan penjarangan I, II, III ................. Tahapan kegiatan TPTJ............................................... Dampak pemanenan pada jalur antara sistem TPTJ................................................................. Beberapa jenis pohon yang muncul pada daerah terbuka bekas penebangan ...............................

13 78 82 86 90 93 99 100 102 105 106 107 109 111 112 113 115 125 130 139

27. 28. 29. 30. 31.

DAFTAR GAMBAR Nomor

Halaman Teks

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.

State of the art sistem silvikultur................................. Sebaran kawasan hutan alam yang pernah dan sedang dibebani konsesi ....................................... Tegakan Eucalyptus pellita di Kalsel.......................... Areal bekas tebangan sistem TPTI.............................. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pohon.................................................................... Kurva pertumbuhan pohon, CAI dan MAI ................. Contoh penataan areal kerja hutan tanaman................ Model pertumbuhan tanaman meranti ........................ Struktur diameter tanaman meranti ............................. Model perkembangan semai pada hutan alam setelah penebangan............................................. Diagram alir stok pohon berdasarkan fungsi kerapatan tegakan............................................. Contoh penataan seluruh areal kerja pada sistem TPTI................................................................. Contoh label pohon tebang, pohon inti dan pohon dilindungi ......................................................... Penandaan dan penempelan label pohon..................... Pengangkutan kayu bulat ............................................ Pengukuran jaringan jalan menggunakan theodolit ...................................................................... Tempat pengumpulan kayu ......................................... Posisi petak ukur sesuai tingkat pertumbuh annya pada kegiatan ITT............................................. Kegiatan ITT............................................................... Persemaian tempat memproduksi bibit ....................... Hasil kegiatan penanaman Shorea spp........................ Posisi jalur bersih dan jalur antara pada sistem TPTJ................................................................. Tingkat penutupan tajuk pada sistem TPTJ ................ Kurva sigmoid, CAI dan MAI pada meranti............... Respon pertumbuhan volume pada Shorea leprosula terhadap pemanenan .................................... Kuvio dengan bestek yang jelas pada sistem Tebang Rumpang.............................................

6 11 43 44

32. 33. 34. 35.

46 49 53 58 59

36. 37. 38.

65

39.

70

40. 41.

89 92 92 95

42.

43. 96 98 104 105 109 110

44.

45.

46. 128 131 133 135 161

Pembibitan sistem THPB di tempat terbuka ............... Pengangkutan bibit ke lokasi penanaman ................... Pengolahan lahan secara mekanis ............................... Penyiapan lahan secara kimia ..................................... Hutan tanaman dibuat dengan sistem THPB (a) tanaman sungkai (b) tanaman ampupu ................. Pemanenan Acacia mangium secara manual .............. Sistem mekanis penuh dalam pemanenan hasil hutan kayu .......................................................... Agroforestry: tanaman pokok (jati) dengan tanaman semusim (jagung) ......................................... Sistem agroforestry: tanaman keras melindungi tanaman semusim dari angin/ badai .................. Rehabilitasi lahan dengan agroforestry ....................... Sistem agroforestry mengoptimalkan penggunaan lahan ............................................................... Menugal. menyemai benih padi gogo diantara tanaman sengon ............................................. Tanaman padi gogo berdampingan dengan tanaman sengon........................................................... Kawasan hutan produksi terfragmentasi ................. Respon perkembangan kerapatan pohon masak tebang terhadap pemanenan sistem TPTI di PT GM........................................................... Respon perkembangan kerapatan pohon masak tebang terhadap pemanenan sistem TPTJ di PT GM........................................................... Tanaman sengon dibangun pada lahan kosong dalam kawasan hutan produksi.................. Sistem agroforestry tanaman sengon dan padi gogo..................................................................... Lereng Gunung Tambora di Sumbawa merupakan hutan alam monokultur yang dikelola menggunakan sistem TJTI ............................ Tanaman meranti merah umur 20 tahun pada sistem TPTR ...............................................................

168 169 170 171 172 173 174 183 184 187 192 193 194 197

199

201 202 204

205 207

I. PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara yang memiliki hutan tropika terluas di dunia setelah Brasilia di Amerika Selatan dan Zaire di Afrika sekaligus menyimpan keanekaragaman hayati (biodiversity) tertinggi setelah Brasilia. Berdasarkan batas geografis, hutan tropika terletak antara 23½o LU sampai 23½o LS, yang dicirikan dengan lanskap yang selalu hijau (evergreen), intensitas cahaya matahari merata sepanjang tahun serta curah hujan yang relatif tinggi. Dalam rentang batas tersebut, dapat dijumpai beberapa formasi hutan tropika seperti hutan pantai (coastal) atau hutan bakau (mangrove forest), hutan gambut (peat forest), hutan rawa (swam forest), hutan dataran rendah (low land forest), hutan dataran tinggi (high land forest) dan hutan pegunungan (mountain forest). Pada mosaik hutan daratan dengan formasi edafis yang khas (sand soil) sering dijumpai formasi hutan kerangas (heath forest) dan pada formasi klimatis yang khas terdapat hutan musim (monsoon forest) dan sering terbentuk tegakan yang menggugurkan daur daun (deciduous forest). Sejak tahun 2000 sampai tahun 2009, luas kawasan hutan di Indonesia dilaporkan 120,35 juta ha yang menempati lebih dari 60 % luas daratan Indonesia (Balitbanghut 2008). Namun berdasarkan hasil penataan kawasan hutan tahun 2010 tercatat luas kawasan hutan sebesar 137,6 juta ha (Ditjen BUK 2011). Berdasarkan UU Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan, kawasan hutan di Indonesia dibagi menjadi tiga berdasarkan fungsinya, yaitu fungsi perlindungan, fungsi konservasi dan fungsi produksi. Kawasan hutan produksi, baik hutan produksi tetap maupun hutan produksi terbatas, dikelola melalui sistem konsesi hutan berdasarkan azas kelestarian ekosistem hutan (sustainable forest management) dan azas manfaat yang meliputi aspek produksi, ekologi dan sosial. Pengelolaan hutan alam produksi dengan sistem konsesi dalam bentuk Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu-Hutan

Alam (IUPHHK-HA) (dulu bernama Hak Pengusahaan Hutan – HPH) dilakukan sejak awal tahun 70-an dengan berlandaskan pada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21 tahun 1970 tentang Hak Pengusahaan Hutan dan Hak Pemungutan Hasil Hutan. PP ini lahir sebagai penjabaran dari UU Nomor 1 tahun 1967 , UU Nomor 5 tahun 1967 dan UU Nomor 6 tahun 1968. Sistem silvikultur yang dipergunakan pertama kali adalah Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPI) berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal (SK Dirjen) Kehutanan Nomor 35/KPTS/DD/1/1972 tanggal 13 Maret 1972. Pada tahun 1989 sistem TPI diganti dengan sistem Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI). Pada tahun 1997 dikeluarkan sistem silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) dalam skala uji coba dan pada tahun 2005 dikeluarkan sistem yang hampir sama yaitu Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII). Beberapa sistem silvikultur lain yang pernah diterapkan secara terbatas dalam skala uji coba pada beberapa izin konsesi hutan alam adalah Tebang Jalur Tanam Indonesia (1993), Tebang Jalur Tanam Konservasi (1994), Hutan Tanaman Industri dengan Tebang Tanam Jalur (1997), Tebang Rumpang dan Bina Pilih. Sistem silvikultur agroforestry banyak diterapkan di dalam dan di luar kawasan hutan dengan melibatkan masyarakat setempat sedangkan sistem silvikultur yang bersifat perlindungan dan konservasi alam diterapkan dalam kawasan hutan lindung dan hutan konservasi. Kawasan hutan produksi yang tidak produktif berupa hutan rawang dan semak belukar dapat dibangun hutan tanaman menggunakan sistem silvikultur tebang habis perbuatan buatan (THPB) sedangkan pada padang alang-alang dan tanah kosong dapat dilakukan reboisasi. Sistem silvikultur adalah rangkaian kegiatan yang terencana dan sistematis mengenai kegiatan pengelolaan hutan yang terdiri dari beberapa kegiatan teknis seperti pembibitan, penanaman, perawatan dan pemanenan. Kegiatan ini semakin berkembang dengan adanya pengendalian hama terpadu, pemuliaan pohon, rekayasa tapak, pengelolaan struktur dan

komposisi tegakan dan lain-lain. Sistem silvikultur juga pernah mengakomodasi kepentingan pemanfaatan hasil hutan, terutama kayu bulat, secara berlebihan sehingga mengedepankan prinsip kelestarian hasil hutan (sustained yield principle). Prinsip ini terbukti kurang sesuai sehingga perlu diganti dengan prinsip kelestarian hutan (sustained forest management) yang mengedepankan aspek ekosistem setempat. Pada dua dasawarsa pertama semenjak sistem konsesi hutan alam dibuka, kepentingan pemanfaatan hasil hutan kayu telah memenuhi sasarannya sampai mengantarkan Indonesia sebagai penghasil kayu bulat terbesar di dunia, menjadi pemasok 79 persen kebutuhan tropical hardwood dunia dan ek...


Similar Free PDFs