Surveilans Penyakit Paru Obstruktif Kronik di Indonesia PDF

Title Surveilans Penyakit Paru Obstruktif Kronik di Indonesia
Course Kesehatan Lingkungan
Institution Universitas Diponegoro
Pages 15
File Size 373.9 KB
File Type PDF
Total Downloads 756
Total Views 843

Summary

TUGAS SURVEILANS KESMAS DALAM MEMENUHI UJIAN TENGAH SEMESTER “SURVEILANS PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) DI INDONESIA” FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2017 1. DEFINISI SISTEM Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit dapat dicegah dan diobati, ditand...


Description

TUGAS SURVEILANS KESMAS DALAM MEMENUHI UJIAN TENGAH SEMESTER

“SURVEILANS PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) DI INDONESIA”

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2017

1. DEFINISI SISTEM Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit dapat dicegah dan diobati, ditandai dengan keterbatasan aliran udara yang terus-menerus yang biasanya progresif dan berhubungan dengan respons inflamasi kronis pada saluran napas dan paru-paru terhadap partikel atau gas yang beracun. World Health Organization (WHO) melaporkan terdapat 600 juta orang menderita PPOK di dunia dengan 65 juta orang menderita PPOK derajat sedang hingga berat. Pada tahun 2002 PPOK adalah penyebab utama kematian kelima di dunia dan diperkirakan menjadi penyebab utama ketiga kematian di seluruh dunia tahun 2030. Lebih dari 3 juta orang meninggal karena PPOK pada tahun 2005, yang setara dengan 5% dari semua kematian secara global (WHO, 2015). Prevalensi kejadian PPOK di dunia rata-rata berkisar 3-11%. Pada tahun 2013, di Amerika Serikat PPOK adalah penyebab utama kematian ketiga, dan lebih dari11 juta orang telah didiagnosis dengan PPOK. Menurut data penelitian dari Regional COPD Working Group yang dilakukan di 12 negara di Asia Pasifik ratarata prevalensi PPOK sebesar 6,3%, dengan yang terendah 3,5% di Hongkong dan Singapura, dan tertinggi di Vietnam sebanyak 6,7%. Indonesia menunjukkan prevalensi sebanyak 5,6% atau 4,8 juta kasus untuk PPOK derajat sedang sampai berat. PPOK merupakan salah satu dari kelompok penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya usia harapan hidup dan semakin tingginya pajanan faktor resiko, seperti banyaknya jumlah perokok, serta pencemaran udara di dalam ruangan maupun di luar ruangan. Berdasarkan sudut pandang epidemiologi, laki-laki lebih berisiko terkena PPOK dibandingkan dengan wanita karena kebiasaan merokok. Hasil survei penyakit tidak menular oleh Direktorat Jendral PPM & PL di lima rumah sakit propinsi di Indonesia (Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung dan Sumatera Selatan) pada tahun 2004, menunjukkan PPOK menempati urutan pertama penyumbang angka kesakitan (35%), diikuti asma bronkial (33%), kanker paru (30%) dan lainnya (2%). Menurut Riset Kesehatan Dasar, pada tahun 2007 angka kematian akibat PPOK menduduki peringkat ke-6 dari 10 penyebab kematian di Indonesia dan prevalensi PPOK rata-rata sebesar 3,7% (Riskesdas, 2013). Surveilans epidemiologi adalah serangkaian kegiatan yang dimulai dari pengumpulan, pengolahan, penyajian, analisis data penyakit/masalah kesehatan dan penyebarluasan informasi kepada pihak lain yang membutuhkan secara terus menerus dan tepat waktu untuk kepentingan pengambilan keputusan. Pelaksanaan surveilans epidemiologi penyakit menular dan surveilans epidemiologi penyakit tidak menular dengan metode pelaksanaan surveilans epidemiologi rutin terpadu beberapa penyakit yang bersumber data Puskesmas, Rumah Sakit, Laboratorium, dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Menurut Timmreck (2005), pengertian surveilans kesehatan masyarakat merupakan proses pengumpulan data kesehatan yang mencakup tidak saja pengumpulan informasi secara sistematik, tetapi juga melibatkan analisis, interpretasi, penyebaran, dan penggunaan informasi kesehatan. Hasil surveilans dan pengumpulan serta analisis data digunakan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang

status kesehatan populasi guna merencanakan, menerapkan, mendeskripsikan, dan mengevaluasi program kesehatan masyarakat untuk mengendalikan dan mencegah kejadian yang merugikan kesehatan. Dengan demikian, agar data dapat berguna, data harus akurat, tepat waktu, dan tersedia dalam bentuk yang dapat digunakan. Surveilans epidemiologi PPOK meliputi surveilans kasus (kesakitan dan kematian) dan surveilans faktor risiko. Surveilans kasus dilaksanakan secara rutin dan berjenjang (Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten/Kota, dan Puskesmas/fasilitas kesehatan lainnya) di seluruh wilayah Indonesia yang diintegrasikan dengan sistem pelaporan penyakit yanh telah ada termasuk Surveilans Terpadu Penyakit (STP) berbasis rumah sakit sentinel. Unsur-unsur dalam kegiatan surveilans: 1. Kegiatan pengamatan terhadap penyakit dan masalah kesehatan serta faktor determinannya. 2. Sistematis adalah proses pengumpulan, pengolahan, dan analisis data serta penyebarluasan informasi epidemiologi 3. Terus menerus menunjukkan kegiatan surveilans dilakukan setiap saat sehingga informasi epidemiologis tersedia secara terus menerus Kegunaan surveilans epidemiologi: 1. Mengamati kecenderungan dan memperkirakan besar masalah 2. Mendeteksi serta memprediksi adanya KLB 3. Menentukan program penanggulangan wabah 4. Memperkirakan dampak program penanggulangan 5. Mengevaluasi program penanggulangan 6. Mempermudah perencanaan program pemberantasan penyakit 7. Mengamati kemajuan suatu program pencegahan dan pemberantasan penyakit

2. PENGUMPULAN DATA Sistem/cara pengumpulan data dilakukan secara pasif (menggunakan data sekunder) dan aktif (menggunakan data primer). Data pasif tergantung dari ketepatan, kelengkapan, dan kebenaran laporan yang dikirimkan. Kelengkapan yaitu presentase laporan yang seharusnya diterima atau dikirim dibanding realisasi laporan yang diterima atau dikirim dalam waktu tertentu, ketepatan waktu laporan berarti waktu laporan yang kita terima sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan, kebenaran laporan artinya data yang dimuat dalam laporan adalah data yang benar-benar dapat dipertanggung jawabkan (valid). Kelemahannya dapat dikurangi dengan melakukan pembinaan, rapid survey atau surveilans sentinel. Pengumpulan data sebaiknya menggunakan data rutin yang telah tercatat atau dilaporkan dalam sistem pencatatan dan pelaporan yang sedang berjalan. Data yang dikumpulkan disesuaikan dengan tujuan dari sistem surveilans. Tujuan pengumpulan data adalah:  Menentukan kelompok/golongan population at risk (umur, sex, bangsa, pekerjaan, dll)

   

Menentukan jenis egent dan karakteristiknya Menentukan reservoir infeksi Memastikan penyabab transmisi Mencatat kejadian penyakit

 Sumber data 1. Data kesakitan yang diperoleh dari unit pelayanan kesehatan dan masyarakat 2. Data kematian yang dapat diperoleh dari unit pelayanan kesehatan serta laporan kantor pemerintah dan masyarakat 3. Data demografi yang dapat diperoleh dari unit statistik kependudukan dan masyarakat 4. Data geografi yang dapat diperoleh dari unit meteorologi dan geofisika 5. Data laboratorium yang dapat diperoleh dari unit pelayanan kesehatan dan masyarakat 6. Data kondisi lingkungan 7. Laporan wabah 8. Laporan penyelidikan wabah/KLB 9. Laporan hasil penyelidikan kasus perorangan 10. Studi epidemiologi dan hasil penelitian lainnya 11. Data hewan dan vektor sumber penularan penyakit yang dapat diperoleh dari unit pelayanan kesehatan dan masyarakat 12. Laporan kondisi pangan 13. Data dan informasi penting lainnya  Jenis data 1. Data kesakitan 2. Data kematian 3. Data demografi 4. Data geografi 5. Data laboratorium 6. Data kondisi lingkungan 7. Data status gizi 8. Data kondisi pangan 9. Data vektor dan reservoir  Metode Dalam surveilans, data dikumpul melalui sistem pelaporan yang ada. Berdasarkan keperluannya, pengumpulan data untuk surveilans dibedakan menurut sumber data yaitu primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan secara langsung dari penderita di lokasi dan sarana kejadian penyakit. Data sekunder dikumpulkan dari sumber data laporan rutin yang ada atau sumber khusus tambahan lain sesuai variabel yang diperlukan. Surveilans secara rutin sering menggunakan cara ini. Ada data tersier yaitu data yang diambil dari hasil kajian, analisis data atau makalah yang telah dipublikasikan. Besarnya

sumber data sangat tergantung pada populasi, yaitu data yang diambil dari semua penduduk merupakan data yang diamati atau yang berisiko terkena penyakit (reference population) di suatu wilayah dimana penyakit terjadi (desa, kecamatan, kebupaten, provinsi atau negara). Sistem surveilans rutin di kabupaten menggunakan cara ini melalui laporan sarana kesehatan (Puskesmas) yang menjangkau seluruh wilayah kabupaten. Dalam survei khusus, cara ini jarang dilakukan karena mahal dan membutuhkan waktu lama. Untuk data sampel, yaitu data yang diambil dari sebagian penduduk atau sebagian puskesmas yang dianggap mewakili seluruh penduduk atau wilayah dimana kejadian penyakit berlangsung atau berisiko terkena penyakit. Dalam survei khusus cara ini sering dilakukan karena lebih cepat dan murah. Bila menggunakan sampel, pemilihan sampel biasanya dilakukan mengikuti ketentuan statistik. Pertama, perlu menentukan unit sampel yang akan dipilih yaitu sampel perorangan atau kelompok (kluster ), sehingga langkah selanjutnya dapat membuat daftar unit sampel secara berurutan, dan menetapkan besar atau jumlah sampel. Besar sampel ditentukan oleh populasi penduduk yang akan diwakili dan perkiraan besarnya prevalensi dari penyakit yang dipantau. Umumnya makin besar jumlah sampel, makin baik informasi yang dihasilkan tentang penduduk yang diwakilinya. Bandingkan besar sampel dan ketepatan hasil (lebar range prevalensi yang dihasilkan) pada tabel tertentu. Kemudian unit sampel dipilih sesuai jumlah yang ditentukan, yang bisa dilakukan secara acak (random), sistematik (pilihan berselang seling) atau kombinasi cara tersebut. Cara ini memberikan sampel yang dapat mewakili semua populasi yang diamati. Kadang-kadang sampel terpaksa dipilih sesuai kepentingan pengamatan (selektif, purposive), biasanya bila penyakit sangat jarang terjadi. Cara ini mewakili populasi yang diamati. Sampel dapat berganti setiap waktu dan setiap pengamatan, atau dapat berupa sampel tetap untuk diikuti terus selama periode pengamatan (sentinel, kohort). Data dapat dikumpulkan sesaat, yaitu data tentang kejadian penyakit atau kematian yang dikumpul pada tempat dan saat kejadian penyakit sedang berlangsung (cross sectional ). Data penyakit sesaat tersebut (prevalens) dapat dikumpul dalam suatu periode waktu yang singkat (misalnya 1 hari, disebut point prevalence) atau periode yang lebih panjang (minggu, bula, tahun, disebut period prevalence). Data kejadian di waktu lalu, yaitu data yang dikumpul tentang kejadian penyakit atau kematian yang sudah terjadi pada waktu lalu (restrospective). Untuk mencari faktor risiko penyebab penyakit atau kematian sedangkan data kejadian di waktu mendatang, yaitu data yang dikumpul tentang kejadian penyakit atau kematian yang sedang berlangsung dan akan terjadi pada waktu mendatang yang periodenya telah ditetapkan sebelumnya( prospective). Tujuannya adalah memantau besarnya pengaruh suatu factor risiko atau intervensi program tertentu timbulnya penyakit atau kematian. Sifat kejadian penyakit yang dipantau berdasarkan data kasus lama, yaitu penderita yang sudah menderita sakit (dan saat ini masih sakit, sudah sembuh atau sudah meninggal) sejak sebelum pengumpulan data dilakukan. Penemuan kasus lama dapat dipakai untuk menilai efektivitas

pengobatan, pelaksanaan pengobatan standar, resistensi, adanya pengaruh faktor risiko lingkungan dan perilaku sehinga sakit berlangsung lama. Sedangkan kasus baru, yaitu penderita yang baru menderita sakit pada saat peiode pengumpulan data dilakukan selanjutnya cara penemuan kasus baru,terutama bila terjadi dalam waktu singkat. Dipakai untuk menilai adanya KLB atau wabah di suatu tempat, yang memerlukan tindak lanjut.  Data Prevalensi PPOK di Indonesia Tabel 1. Prevalensi PPOK menurut provinsi di Indonesia tahun 2013 Sumber : RISKESDAS Tahun 2013

Tabel 2. Prevalensi PPOK menurut karakteristik di Indonesia tahun 2013

Sumber : RISKESDAS Tahun 2013

3. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA Pengolahan dan analisis data dilakukan oeh tim surveilans menggunakan sistem informasi yang berlaku, seperti SIKDA Generik, atau sistem informasi lainnya seperti Microsoft Excel, Epi Info, Epi Data, SPSS, atau STATA. Hasil pengolahan dan analisis berupa proporsi maupun prevalensi misalnya prevalensi PPOK. Berdasarkan hasil pengolahan data, maka dilakukan penyajian dalam bentuk narasi, tabel, grafik, spot map, area map. Analisis data dilakukan secara deskriptif menurut variabel orang (umur, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan, pekerjaan, dll) tempat (antar wilayah) dan waktu (antar waktu). Pengolahan data merupakan bagian yang amat penting dalam metodeilmiah, karena dengan pengolahan data, data tersebut dapat diberi arti dan maknayang berguna dalam memecahkan masalah penelitian. Data mentah yang telah dikumpulkan perlu dipecah-pecahkan dalam kelompok-kelompok, diadakan kategorisasi, dilakukan manipulasi serta diperas sedemikian rupa sehingga data tersebut mempunyai makna untuk menjawab masalah dan bermanfaat untuk menguji hipotesa atau pertanyaan penelitian. Mengadakan manipulasi terhadap data mentah berarti mengubah data mentah tersebut dari bentuk awalnya menjadi suatu bentuk yang dapat dengan mudah memperlihatkan hubungan-hubungan antara fenomena. Beberapa tingkatan kegiatan perlu dilakukan, antara lain memeriksa data mentah sekali lagi, membuatnya dalam bentuk tabel yang berguna, baik secara manual ataupun dengan menggunakan komputer. Setelah data disusun dalam kelompokkelompok serta hubungan-hubungan yang terjadi dianalisa, perlu pula dibuat penafsiran-penafsiran terhadap hubungan antara fenomena yang terjadi dan membandingkannya dengan fenomena-fenomena lain di luar penelitian tersebut. Berdasarkan pengolahan data tersebut, perlu dianalisis dan dilakukan penarikan kesimpulan hasil penelitian. Pengolahan data penelitian secara kualitatif dan kuantitatif: a. Pengolahan data kualitatif Pengolahan data kualitatif dalam penelitian akan melalui tiga kegiatan analisis yakni sebagai berikut. 1) Reduksi data Data dapat diartikan sebagai suatu proses pemilihan data, pemusatan perhatian pada penyederhanaan data, pengabstrakan data, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Dalam kegiatan reduksi data dilakukan pemilahan-pemilahan tentang bagian data yang perlu diberi kode, bagian data yang harus dibuang, dan pola yang harus dilakukan peringkasan. Jadi dalam kegiatan reduksi data dilakukan penajaman data, penggolongan data, pengarahan data, pembuangan data yang tidak perlu, pengorganisasian data untuk bahan menarik kesimpulan. Kegiatan reduksi data ini dapat dilakukan melalui seleksi data yang ketat, pembuatan ringkasan, dan menggolongkan data menjadi suatu pola yang lebih luas dan mudah dipahami. 2) Penyajian data Penyajian data dapat dijadikan sebagai kumpulan informasi yang tersusun sehingga memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan. Penyajian yang sering digunakan adalah dalam bentuk naratif, bentuk matriks, grafik, dan bagan. b. Pengolahan data kuantitatif 1) Mengelompokkan data Ada dua jenis data, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif tidak memerlukan perhitungan matematis. Sebaliknya, data kuantitatif memerlukan adanya perhitungan secara matematis. Oleh sebab itu, data kuantitatif perlu diolah dan dianalisis antara lain dengan statistik. Untuk mengolah dan menganalisis data, ada dua macam statistik, yaitu statistic deskriptif dan statistik inferensial. Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan variabel penelitian melalui pengukuran. Statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis dan membuat generalisasi. 2) Kegiatan awal dalam mengelompokkan data Agar data dapat dikelompokkan secara baik, perlu dilakukan kegiatan awal sebagai berikut. Editing : yaitu memeriksakan data yang telah dikumpulkan baik berupa daftar pertanyaan, kartu, atau buku register. Coding : yaitu kegiatan memberikan kode pada setiap data yang terkumpul di setiap instrumen penelitian. Kegiatan ini bertujuan untuk memudahkan dalam penganalisisan dan penafsiran data. Tabulating (penyusunan data) : yaitu pengorganisasian data sedemikian rupa agar dengan mudah dapat dijumlah, disusun, dan didata untuk disajikan dan dianalisis. Proses tabulasi dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain dengan metode tally, menggunakan kartu, dan menggunakan komputer. 3) Pengolahan statistik sederhana Pengolahan statistik adalah cara mengolah data kuantitatif sehingga data mempunyai arti. Biasanya pengolahan data dilakukan dengan beberapa macam teknik, misalnya distribusi frekuensi (sebaran frekuensi) dan ukuran memusat (mean, median, modus). c. Menarik kesimpulan/verifikasi Sejak langkah awal dalam pengumpulan data, peneliti sudah mulai mencari arti tentang segala hal yang telah dicatat atau disusun menjadi suatu konfigurasi tertentu. Pengolahan data kualitatif tidak akan menarik kesimpulan secara tergesagesa, tetapi secara bertahap dengan tetap memperhatikan perkembangan perolehan data. Berdasarkan tabel 1 tentang Prevalensi PPOK menurut provinsi di Indonesia tahun 2013, dapat dilihat bahwa prevalensi PPOK tertinggi ditemukan di Provinsi Nusa Tenggara Timur (10.0%), diikuti Sulawesi Tengah (8,0%), Sulawesi Barat, dan Sulawesi Selatan masing-masing 6,7 persen. sedangkan terendah berada di Provinsi Lampung (1.4%). Prevalensi PPOK nasional adalah 3.7%. Berdasarkan tabel 2 tentang Prevalensi PPOK menurut karakteristik di Indonesia tahun 2013, dapat dilihat bahwa penderita PPOK tertinggi berada di kelompok umur 75+ tahun sedangkan yang terendah berada di kelompok umur 25-34 tahun. Risiko PPOK meningkat sejalan

dengan bertambahnya usia. Berdasarkan jenis kelamin, prevalensi PPOK lebih tinggi pada laki-laki dibanding perempuan, yakni sebesar 4.2% pada laki-laki dan sebesar 3.3% pada perempuan. Berdasarkan tingkat pendidikan, prevalensi penderita PPOK tertinggi ditemukan pada kalangan masyarakat yang tidak sekolah (7.9%) sedangkan yang terendah berada di kalangan masyarakat berpendidikan tamat D1-D3/PT (1.1%). Berdasarkan status pekerjaan, prevalensi penderita PPOK tertinggi berada di kalangan petani/nelayan/buruh (4.7%) diikuti oleh kalangan yang tidak bekerja (4.3%) sedangkan yang terendah berada di kalangan pegawai (1.4%). Berdasarkan tempat tinggal, prevalensi PPOK lebih tinggi di pedesaan (4.5%) dibanding perkotaan (3.0%) dan prevalensi PPOK cenderung lebih tinggi pada masyarakat dengan pendidikan rendah dan kuintil indeks kepemilikan terbawah (7.0%). Seiring dengan majunya tingkat perekomian dan industri otomotif, jumlah kendaraan bermotor meningkat dari tahun ke tahun di Indonesia. Selain mobil-mobil baru, mobil tua yang mengeluarkan gas buang yang banyak dan pekat, banyak beroperasi di jalanan. Gas buang dari kendaraan tersebut menimbulkan polusi udara. Tujuh puluh sampai delapan puluh persen pencemaran udara berasal dari gas buang kendaraan bermotor, sedangkan pencemaran udara akibat industri 20-30%. Dengan meningkatnya jumlah perokok dan polusi udara sebagai faktor risiko terhadap penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) maka diduga jumlah penyakit tersebut juga akan meningkat.

4. INTERPRETASI DATA Interpretasi data merupakan suatu kegiatan yang menggabungkan hasil analisis dengan pernyataan, kriteria, atau standar tertentu untuk menemukan makna dari data yang dikumpulkan untuk menjawab permasalahan pembelajaran yang sedang diperbaiki. Interpretasi data perlu dilakukan peneliti untuk memberikan arti mengenai bagaimana tindakan yang dilakukan mempengaruhi peserta didik. Interpretasi data juga penting untuk menantang guru agar mengecek kebenaran asumsi atau keyakinan yang dimilikinya. Hasil analisis diinterpretasi berdasarkan situasi di suatu wilayah, apakah angka-angka prevalensi menunjukkan kecenderungan tertentu dan besaran masalah PTM dan cedera, dengan dihubungkan dengan data lain, seperti demografi, geografi, gaya hidup/perilaku, dan pendidikan. Teknik dalam melakukan interpretasi data : 1. Menghubungkan data dengan pengalaman diri guru atau peneliti 2. Mengaitkan temuan (data) dengan hasil kajian pustaka atau teori terkait 3. Memperluas analisis dengan mengajukan pertanyaan mengenai penelitian dan implikasi hasil penelitian 4. Meminta nasihat teman sejawat jika mengalami kesulitan 5. DISEMINASI DATA Menurut Depkes RI (2003), diseminasi adalah suatu kegiatanyang ditujukan kepada kelompok target atau individu agar mereka memperoleh informasi, timbul

kesadaran, menerima, dan akhirnya memanfaatkan informasi tersebut. Diseminasi data Sur...


Similar Free PDFs