SURVEY SOSIAL EKONOMI PDF

Title SURVEY SOSIAL EKONOMI
Author G Bayuardi
Pages 106
File Size 6.6 MB
File Type PDF
Total Downloads 148
Total Views 671

Summary

SURVEi KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA: KULIAH KERJA LAPANGAN PENDIDIKAN GEOGRAFI Oleh: Dian Equanti Galuh Bayuardi Agus Suwarno Turn left geo ahead Social, Cultural Geography, and Educational Science Researh Team KATA PENGANTAR Buku “Survei Kondisi Sosial Ekonomi Rumah Tangga: Kuliah Kerja Lapa...


Description

Accelerat ing t he world's research.

SURVEY SOSIAL EKONOMI G Bayuardi

Related papers

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

Penelit ian Prodi Geografi 2017.docx.doc G Bayuardi KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI LOKASI COREMAP II Pulau Hinako, Kabupat en Nias Ali Yansyah Abdurrahim St rat egi Adapt asi Nelayan t erhadap Perubahan Ekologis Kawasan Pesisir (St udi Kasus: Desa Pulau Pa… Alfian Helmi

SURVEi KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA: KULIAH KERJA LAPANGAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

Oleh: Dian Equanti Galuh Bayuardi Agus Suwarno

Turn left geo ahead Social, Cultural Geography, and Educational Science Researh Team

KATA PENGANTAR

Buku “Survei Kondisi Sosial Ekonomi Rumah Tangga: Kuliah Kerja Lapangan

Pendidikan” ini untuk memenuhi

kebutuhan bahan ajar Kuliah Kerja Lapangan II di Program Studi Pendidikan Geografi. Kekhasan Lembaga Pendidikan Tinggi Keguruan

(LPTK)

adalah

membekali

mahasiswa

dengan

kompetensi pedagogik guna mempersiapkan lulusannya sebagai pendidik profesional, namun di sisi lain juga memberikan dasardasar keilmuan sesuai bidang studi utama yang dipilih_dalam hal ini adalah Geografi. Pembelajaran akan lebih dipahami peserta didik jika dikaitkan dengan kondisi terdekat di lingkungan siswa itu sendiri, atau dikenal dengan istilah pembelajaran kontekstual. Oleh karena itu keterampilan mengolah temuan-temuan fenomena keruangan untuk diangkat menjadi materi pembelajaran, akan membantu Guru Geografi memberikan contoh-contoh kontekstual fenomena keruangan sesuai Kompetensi Dasar materi yang diberikan kepada para siswa. Di samping itu, penguasaan metode penelitian survei juga dibutuhkan mereka yang tertarik melakukan penelitian yang bertujuan mengangkat isu-isu sosial.

Meskipun ditujukan sebagai panduan dasar penelitian survei kajian Geografi, buku ini diharapkan dapat digunakan lebih luas bagi mereka yang ingin melaksanakan penelitian survei sosial ekonomi secara umum. Akhir kata, penulis menyadari kekurangan baik sistematika, maupun substansi materi buku ini. Untuk itu saran dan kritik dari khalayak pembaca sangat diharapkan demi perbaikan buku ini.

Pontianak, 13 Maret 2018

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………… i DAFTAR ISI ………………………………………………. ii BAB I. PENDAHULUAN ………………………………… 1 1. Deskripsi Kuliah Kerja Lapangan II ............................. 1 2. ObjekKajianKKL II ........................................................ 1 3. Kerangka Berpikir .......................................................... 4 4. Tujuan KKL II ............................................................... 5 BAB II. PENGUMPULAN DATA ......................................... 7 1. Data .................................................................................. 7 2. Sumber Data .................................................................... 7 3. Cara Pengumpulan Data................................................. 7 4. Teknik Pengumpulan Data ............................................. 8 BAB III. METODE PENELITIAN SURVEI ......................... 16 1. Pengertian Survei ............................................................ 16 2. Kerangka Pemikiran dan Definisi Operasional ............ 19 BAB IV. ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA .............. 29 1. Tahap Pengolahan Data .................................................. 29 2. Tahap Analisis Data ........................................................ 30 3. Menyimpulkan Hasil Penelitian ..................................... 31 BAB V. PENUTUP ............................................................... 32 1. Penulisan Laporan Survei Sosial Ekonomi ................... 32 PUSTAKA ............................................................................... 45

BAB I PENDAHULUAN 1. Deskripsi Kuliah Kerja Lapangan II Kuliah

Kerja

Lapangan

(KKL)

merupakan bagian dari mata kuliah wajib dalam kurikulum pendidikan sarjana di Program Studi Pendidikan Geografi IKIP PGRI Pontianak. KKL dikemas dalam 2 mata kuliah wajib, yaitu KKL I dan KKL II masing-masing berbobot 2 SKS. KKL bertujuan memberi pengalaman lapangan dalam proses pengamatan dan pengumpulan data berbagai fenomena keruangan di permukaan bumi. KKL I bertujuan mengamati fenomena bentanglahan

hasil

interaksi

komponen-

komponen fisik di permukaan bumi, sedangkan KKL II mempelajari fenomena wilayah sebagai interaksi keruangan

antara faktor manusia,

lingkungan fisik yang membentuk keunikan suatu

angan,

kelingkungan

dan

kompleks

wilayah.

1

Mengingat

luasnya

kajian-kajian

antroposfer yang dapat dikaji dari sudut pandang keilmuan geografi, maka KKL II dibatasi pada pengamatan dan pengukuran parameter bentang sosial ekonomi dan budaya. Hasil KKL II diharapkan

dapat

mewujudkan

bentuk

pengamatan dan pemahaman geografi yang utuh, menyeluruh, dan terpadu dalam mengkaji dan menganalisis persamaan serta perbedaan gejala Antroposfer. meliputi

Pendekatan

pendekatan

yang

spasial,

digunakan

ekologi,

dan

kompleks wilayah. 2. Objek Kajian KKL II Objek kajian KKL II secara umum bertema identifikasi kondisi sosial ekonomi dan potensi wilayah. Dasar pemilihan tema ini secara obyektif,

bahwa

identifikasi

kondisi

sosial

ekonomi dan potensi wilayah merupakan dalam pengenalan gejala geosfer yang merupakan perhatian utama kajian geografi.

2

Suatu gejala geosfer yang ada di suatu wilayah belum tentu merupakan permasalahan wilayah. Permasalahan wilayah adalah juga merupakan gejala geosfer, namun keberadaan gejala

tersebut

sudah,

atau

sedang

atau

diperkirakan akan mengakibatkan munculnya dampak

negative

bagi

wilayah

yang

bersangkutan. Dampak negatif merupakan suatu kondisi yang secara umum telah, sedang atau akan merugikan perikehidupan manusia dari berbagai aspek kehidupannya. Istilah merugikan mempunyai rentang nilai yang sangat relatif dari kerugian yang sedikit sampai besar. Makin besar kerugian yang diderita manusia diartikan sebagai semakin

besar

permasalahan

wilayah.

Permasalahan wilayah terbesar adalah adanya gejala

yang

mengancam

manusia/eksistensi reproduksi

manusia

nyawa

manusia/kemampuan baik

secara

individual

maupun kelompok dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Makin banyak orang yang terancam, maka makin besar permasalahan 3

wilayah yang muncul. Makin pendek waktu terhadap munculnya ancaman maka makin besar permasalahan wilayah. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahawa permasalahan terbesar adalah gejala geosfer yang mampu mengancam eksistensi manusia dalam jumlah besar dan dalam waktu yang pendek. Apabila dalam suatu wilayah muncul gejala tersebut maka gejala tersebut merupakan permasalahan penelitian yang sangat mendesak untuk dicarikan jawaban ilmiahnya sehingga dapat ditindaklanjuti dengan solusi atas gejala tersebut. Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa permasalahan

penelitian

merupakan

permasalahan wilayah. Oleh karena ancaman terhadap perikehidupan manusia di suatu wilayah dapat terjadi langsung maupun tidak langsung, maka seorang peneliti dapat meneliti penggalan dari proses panjag deteriorisasi lingkungan yang terjadi

dalam

upayanya

mencari

jawaban

terhadap permasalahan wilayah. Hal ini mungkin disebabkan oleh keterbatasan waktu, biaya dan 4

tenaga yang tersedia, sehingga peneliti harus membatasi wacana ilmiah yang akan dibangun. Hal

ini

sebabnya

penelitian

bersifat

dikatakan siklik,

bahwa

suatu

menimbulkan

permasalahan baru yang perlu ditindaklanjuti oleh peneliti-peneliti lainnya. Sebagai contoh misalnya terdapat gejala kerusakan lahan di suatu wilayah. Gejala ini apabila dibiarkan terjadi maka dalam jangka panjang

akan

mengakibatkan

deteriorisasi

lingkungan yang akan menimbulkan dampak depresi sumber daya wilayah. Apabila gejala tersebut berlangsung terus maka kesenjangan antara produksi dan konsumsi pangan akan makin lebar sehingga dalam jangka panjang eksistensi manusia di dalamnya akan terancam. Oleh karena keterkaitan variabel lingkungan terkait dengan perikehidupan manusia yang bersifat multidimensional maka sangat tidak mungkin peneliti dapat meneliti keseluruhan aspek kehidupan manusia yang ada di suatu wilayah, maka peneliti dapat memfokuskan pada 5

penggala

permasalahan

wilayah

atau

sub-

problem. Misalnya, hanya menyoroti kerusakan lahan

saja

dengan

meneliti

(1)

penyebab

terjadinya kerusakan lahan, (2) proses terjadinya kerusakan lahan dan (3) dampak sosial-ekonomi kerusakan

lahan

sampai

saat

penelitian

berlangsung. Penelitian lain mungkin lebih tertarik pada survival strategy yang menekankan pada kiat manusia dalam mengatasi penghasilan yang sangat rendah untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari yang semakin tinggi di wilayah yang mengalami kerusakan lahan. Selain contoh di atas

masih

wilayah

banyak

yang

lagi

dapat

sub-permasalahan

dikemukakan

dalam

kaitannya dengan munculnya ancaman terhadap eksistensi manusia dalam jangka panjang di wilayah yang bersangkutan. Dalam contoh di atas jelas terlihat bahwa permasalahan penelitian yang dikemukakan

sekaligus

juga

merupakan

permasalahan wilayah, karena gejala yang ada mungkin sudah, sedang atau diperkirakan akan menimbulkan

dampak

negatif

terhadap 6

perikehidupan

manusia

baik

dalam

jangka

pendek maupun jangka panjang. Namun demikian, suatu permasalahan penelitian tidak harus merupakan permasalahan wilayah selama gejala geosfer yang diangkat mempunyai nilai akademis yang berarti dalam artian mempunyai sumbangan yang signifikan terhadap pengembangan ilmu pengetahuan atau mempunyai sumbangan teoretik yang besar maupun sumbangan terhadap pembangunan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Sumbangan mana akan berwujud sebagai temuan baru model baru, konsep baru, rumus baru, definisi baru, metode baru atau sumbangan lain yang berkaitan dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan juga memberikan inspirasi baru bagi

perumus

dan

penentu

kebijakan

pembangunan wilayah. Hal inilah sebabnya mengapa dalam setiap rancangan penelitian selalu diharapkan adanya rumusan mengenai kegunaan

penelitian

yang

terkait

dengan

7

sumbangan teoretis dan sumbangan praktis pragmatis. Berikut

akan

dikemukakan

cotoh

mengenai permasalahan penelitian yang bukan permasalahan wilayah, namun mempunyai bobot nilai yang cukup penting untuk dijadikan topic kajian ilmiah. Dalam upayanya membekali diri menjadi ilmuwan handal, seorang mahasiswa telah membaca berbagai buku teks, jurnal ilmiah dan berbagai sumber bacaan ilmiah yang lain. Dia

menemukan

sebuah

penelitian

yang

dikerjakan di US A oleh Lee (1979 dalam Yunus, 2010 : 175) seorang pakar kajjian kekotaan yang mengupas mengenai perkembangan kota-kota di negara tersebut. Dalam kesimpulannya peneliti menemukan

beberapa

determinan

terhadap

perkembangan fisik kota di daerah pinggiran kota.

Ada

6

faktor

determinan

yang

dikemukakannya, yaitu: (1) public services, (2) accessibility, (3) physical characteristics, (4) land owners’ characteristics, (5) regulatory measures dan (6) developers’ initiatives. Oleh karena USA 8

adalah negara maju dengan latar belakang sosial, ekonomi, kultural, teknologi, politik, sejarah yang berbeda dengan negara berkembang maka apa yang terjadi di USA belum tentu juga berlaku di negara berkembang. Permasalahan penelitian dapat

saja

bukan merupakan permasalahan wilayah, namun merupakan permasalahan penelitia topical yang sangat

menarik.

Munculnya

permasalahan

peelitian yang memerlukan jawaban tersebut dilandasi

oleh

ketertarikan

ilmiah

peneliti

terhadap suatu 9 opic kajian tertentu (dapat merupakan teori, model, definisi, dalil atau konsep tertentu yang telah diuji kesahihannya di tempat lain/negara lain dengan latar belakang tertentu yang berbeda) dan ingin mengujinya di tempat lain yang berbeda. Jelas sekali bahwa temuan determinan perkembangan fisik kekotaan tersebut

bukan

wilayah.

Temuan

merupakan yang

permasalahan

dihasilkan

sangat

bermanfaat bagi para pemerhati perkotaan pada

9

umumnya dan para perencana kota dan wilayah pada khususnya.

3. Kerangka Berpikir Istilah kerangka teori juga dapat disebut sebagai kerangka pemikiran. Kerangka pemikiran adalah pola pikir peneliti terhadap objek kajian yang dituangkan dalam sebuah diagram alir (flow chart)

yang

menggambarkan

hubungan

fungsional antarvariabel dan konsep. Kerangka pemikiran ini dapat direalisasikan dalam sebuah diagram alir oleh seorang peneliti sebagai bentuk kristalisasi berbagai

pengetahuan sumber

bacaan.

setelah

membaca

Dalam

laporan

penelitian ilmiah sering terlihat kurangnya pemahaman mengenai perbedaan antara kerangka teori/pemikiran dengan landasan teori. Kerangka teori adalah suatu bentuk scientific image yang diperoleh seorang peneliti terhadap

konsep,

variabel

penelitian

yang

kemudian disusunnya dalam bentuk jalinan antar konsep, antar variabel dan antara variabel dan 10

konsep dalam upayanya memberi jawaban ilmiah terhadap permasalahan penelitian yang telah dirumuskan.

Konsep-konsep

dan

variabel-

variabel mana telah diperolehnya setelah peneliti memperkaya pengetahuannya dari membaca buku-buku

teks

maupun

hasil

penelitian

terdahulu. Suatu sistem yang di dalamnya terdiri dari konsep dan variabel yang terjalin sedemikian rupa sebagai suatu kesatuan yang utuh tersebut dianggap

sebagai

(theoretical

sebuah

kerangka

framework).

teori

Penguasaan

materi/substansi pengetahuan seorang peneliti dapat

diketahui

dibangunnya.

dari

Apakah

kerangka jalinan

teori

yang

antarvariabel,

antarkonsep dan antara variabel dengan konsep benar-benar memenuhi persyaratan logis? Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa suatu kerangka teori/kerangka pemikiran harus memenuhi beberapa persyaratan, antara lain: 1) Suatu

kerangka

teori

harus

mencerminkan

kesatuan sistem ilmiah yang solid (concise) 11

2) Suatu

kerangka

teori

tidak

lagi

menggunakan/mencantumkan acuan ilmiah lagi karena merupakan angan-angan ilmiah buah karya peneliti sendiri dan hal ini berarti bahwa keterkaitan antarkonsep, antarvariabel dan antara konsep

dengan

variabel

yang

diciptakan

merupakan tanggung jawab ilmiah peneliti sepenuhnya. 3) Suatu kerangka teori menggambarkan jalinan antarkonsep, antarvariabel dan atau antara konsep dengan variabel; 4) Jalinan antarkonsep, antarvariabel dan antara konsep dengan variabel harus mencerminkan urutan cara berpikir yang sistematik; 5) Suatu kerangka pemikiran harus mencerminkan upaya untuk mencapai sasaran-sasaran penelitian baik sasaran antara maupun sasaran akhir, sehingga bentuk sistem kerangka berpikir yang diciptakan akan merupakan flow-chart. 4. Tujuan KKL II Tujuan khusus dari kegiatan ini adalah 12

melatih mahasiswa melakukan tahap penelitian survey untuk melakukan identifikasi kondisi sosial, ekonomi dan kebudayaan penduduk, yaitu dengan cara mengumpulkan data mengenai keadaan

sosial,

penduduk.

ekonomi,

dan

Menyusun

wawancara/pengumpulan

kebudayaan kuesioner;

data;

data

entry;

editing; koding; tabulasi data; membuat tabel sampai pada analisis jika data yang tersedia memungkinkan atau memenuhi syarat untuk dianalisis lebih lanjut. Tujuan

secara

umum

KKL

II

dimaksudkan untuk melatih mahasiswa lebih peka dalam memahami interaksi gejala fisik, dan gejala sosial ekonomi suatu wilayah, dan melatih kepekaan mahasiswa untuk memahami konsep setiap

gejala

dalam

rangka

pengembangan

pendidikan, ilmu, dan pengetahuan.

13

BAB II PENGUMPULAN DATA 1. Data Jenis data yang akan dikumpulkan dalam kegiatan ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dengan kegiatan survey yang dilakukan pada saat KKL II tersebut, yaitu yang diperoleh dari hasil wawancara kepada responden dengan menggunakan daftar pertanyaan atau kuesioner yang

telah

dipersiapkan

(daftar

kuesioner

terlampir). Sementara itu, selain data primer dibutuhkan pula data sekunder yang diperoleh diperoleh dari catatan-catatan instansi terkait. Data sekunder tersebut merupakan data yang sudah ada, yang sebelumnya dikumpulkan oleh instansi-instansi terkait. Data sekunder berupa ataupun

data data

jumlah

penduduk,

monografi

komposisi,

desa/kelurahan.

Termasuk di dalamnya dat mengenai data tentang 14

letak/lokasi;

luas

dan

batas

daerah;

data

penggunaan lahan; selain peta dan data lain yang diperlukan yang dari catatan kantor/instansi terkait.

2. Sumber Data Data primer diperoleh dari kepala rumah tangga ataupun kepala keluarga, yang menjadi sample responden survey KKL II ini, mengingat unit analisis dari Survei KKL II ini adalah satuan Rumah Tangga. Data Sekunder diperoleh dari dokumen, arsip-arsip kantor desa ataupun kecamatan di lokasi di mana KKL II tersebut dilakukan. Dalam wujud monografi desa/kelurahan, peta-peta lain, serta data yang relevan dari dokumen publikasi hasil pendataan penduduk yang dilakukan oleh Badan Statistik ...


Similar Free PDFs