Teori Modernitas Jurgen Habermas.pdf PDF

Title Teori Modernitas Jurgen Habermas.pdf
Author Lusi Agustianti
Pages 16
File Size 256.4 KB
File Type PDF
Total Downloads 293
Total Views 941

Summary

Untuk referensi lainnya, kunjungi https://sgd.academia.edu/lusiagustianti MAKALAH TEORI MODERNITAS: JURGEN HEBERMAS Diajukan untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Teori Sosiologi Modern II Dosen Pengampu: Sisca Lestari, S.Sos., M.Ag Disusun oleh: Kelompok 5 Jejen Jaenudin (1168030102) Lusi Ag...


Description

Untuk referensi lainnya, kunjungi https://sgd.academia.edu/lusiagustianti

MAKALAH TEORI MODERNITAS: JURGEN HEBERMAS Diajukan untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Teori Sosiologi Modern II Dosen Pengampu: Sisca Lestari, S.Sos., M.Ag

Disusun oleh: Kelompok 5 Jejen Jaenudin

(1168030102)

Lusi Agustianti

(1168030111)

Muhammad Bary Allawi (1168030131)

KELAS C PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2018

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim, Dengan menyebut nama Allah Subhanahu wata’ala yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga dapat menyelesaikan Makalah Mata Kuliah Teori Sosiologi Modern II dengan judul “Teori Modernitas Jurgen Hebermas”. Tak lupa serta sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam beserta keluarganya, sahabatnya dan sampai kepada kita selaku umatnya. Makalah ini telah kami susun dengan bantuan dari berbagai pihak dan berbagai sumber bacaan. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan para pembaca dan bermanfaat bagi masyarakat luas. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu sangat diperlukan saran dan kritik yang membangun dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah-makalah selanjutnya.

Bandung, 18 Oktober 2018

Penyusun

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1 A. Latar Belakang............................................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah........................................................................................................ 2 C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................3 A. Biografi Jurgen Hebermas........................................................................................... 3 B. Para Teoretisi Klasik Mengenai Moderenitas.............................................................. 5 C. Moderenitas Jurgen Hebermas..................................................................................... 6 D. Kritik terhadap Post-Modernitas..................................................................................8 BAB III PENUTUP..........................................................................................................12 A. Kesimpulan.................................................................................................................. 12 B. Saran.............................................................................................................................12 DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................13

ii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sosial, masyarakat akan dihadapkan dengan berbagai realita yang ada dan akan terus berubah-ubah dalam beberapa periode tertentu. Hal ini karena pada dasarnya manusia adalah aktor yang memainkan peranan penting dalam suatu perubahan yang sudah, sedang atau yang akan terjadi dalam kehidupan sosial. Hal ini berarti bahwa, pada dasarnya perubahan sosial merupakan hal yang pasti akan dialami oleh masyarakat sekalipun perubahan itu bersifat kecil dan memakan waktu yang lama. Meskipun semua masyarakat sedang mengalami perubahan, namun perubahan pada masyarakat satu dengan masyarakat lainnya tentu akan berbeda. Hal tersebut dikarenakan, terdapat masyarakat yang mengalami perubahan cepat dan lambat, perubahan menonjol dan yang tidak menonjol, perubahan yang memiliki pengaruh luas dan terbatas, direncanakan dan tidak direncanakan dan sifat perubahan sosial lainnya. Hal tersebut terjadi karena, masyarakat semakin lama berkembang menjadi masyarakat yang kompleks atau terheterogen dengan segudang aktivitas dan kebutuhan yang berbeda. Salah satu faktor yang mempengaruhi perubahan sosial dalam masyarakat adalah berlangsungnya modernitas dan post-modernitas. Secara teoritis ataupun praktis, banyak dari kita masih merasa bingung untuk membedakan antara modernitas dan post-modernitas dan dimana lebih tepatnya kita berada? Untuk menjawab pertanyaan ini, perlu adanya analisis yang jelas diantara keduanya sehingga dapat ditarik kesimpulan, khususnya pada fase modernitas. Berangkat dari pertanyaan tersebut, maka dalam makalah ini akan kami bahas terlebih dahulu konsep dari modernitas.

1

B. Rumusan Masalah 1.

Bagaimana biografi dari Jurgen Hebermas?

2.

Bagaimana Teoretisi Klasik memandang Modernitas?

3.

Bagaimana Moderenitas dalam pandangan Jurgen Hebermas?

4.

Apa saja Kritik-kritik terhadap Post-Modernitas ?

C. Tujuan Penulisan 1.

Mengetahui biografi Jurgen Hebermas.

2.

Mengetahui Teoretisi Klasik dalam memandang Modernitas.

5.

Mengetahui Moderenitas dalam pandangan Jurgen Hebermas.

3.

Mengetahui Kritik-kritik terhadap Post-Modernitas.

2

BAB II PEMBAHASAN A. Biografi Jurgen Habermas Jurgen Habermas lahir di Dusseldorf, Jerman pada 18 Juni 1929. Ia berasal dari keluarga kelas menengah yang agak tradisional. Ayah Hebermas adalah seorang Direktur Kamar Dagang dan Industri. Pada usia belasan tahun, terutama saat Perang Dunia II, Hebermas tumbuh dengan banyak dipengaruhi oleh peperangan pada saat itu. Berakhirnya perang membawa harapan dan kesempatan baru bagi banyak masyarakat Jerman, termasuk Hebermas. Keruntuhan Nazisme membawa optimisme pada masa depan Jerman. Namun baginya, ia justru kecewa dengan kurangnya kemajuan dramatis pada tahun-tahun segera setelah perang. Dengan berakhirnya Nazisme, muncul banyak jenis peluang intelektual dan buku-buku yang dilarang bagi Hebermas pada saat itu dapat ia baca dengan bebas. Buku-buku tersebut merupakan literatur Barat dan Jerman dan juga risalat-risalat yang yang ditulis Marx dan Engels.1 Diantara tahun 1949 dan 1954, Hebermas memperlajari sederet luas topik seperti filsafat, psikologi dan literatur Jerman di Gottingen, Zurich dan Bonn. Akan tetapi, tidak adak guru-guru termasyhur disekolah-sekolah tempat Hebermas belajar dan sebagaian diantara mereka dianggap berbahaya karena mereka telah mendukung kaum Nazi secara terang-terangan. Hebermas menerima gelar Doktornya di Universitas Bonn pada 1954 dan bekerja selama dua tahun sebagai jurnalis.2 Pada tahun 1956, ia tiba di Institute for Social Research di Frankfurt dan berasosiasi dengan aliran Frankfurt. Selain itu, ia menjadi asisten riset bagi salah seorang anggota aliran itu yang paling terkenal, Theodor Adorno dan juga seorang kolega institut tersebut. Sementara dia berasosiasi dengan Institute for Social Research, sejak awal Hebermas memperlihatkan suatu orientasi intelektual yang independen. Sebuah artikel yang ditulis pada 1957, membuat dia bermasalah 1 George Ritzer, Teori Sosiologi Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern, Terjemahan Saut Pasaribu (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), h. 962. 2 Ibid., h. 962-963.

3

dengan pemimpin institut itu, yaitu Max Horkheimer. Hebermas mendesak pemikiran kritis dan tindakan praktis, tapi Horkheimer takun pendirian demikian akan membahayakan institusi yang didanai secara publik itu sehingga pada akhirnya Hebermas mengundurkan diri.3 Pada

tahun

merampungkan

1961,

Hebermas

Habilitationnya

menjadi (desertasi

seorang

dosen

kedua

yang

privat

dan

diwajibkan

diuniversitas-universitas Jerman) di Universitas Marburg. Setelah menerbitkan sejumlah kaya yang penting, Hebermas direkomendasikan untuk kedudukan profesor Filsafat di Universitas Heidelberg bahkan sebelum ia menyelesaikan Habilitationnya. Ia tetap di Heidelberg hingga 1964, ketika ia dipindahkan ke Universitas Frankfrut sebagai seorang profesor Filsafat dan Sosiologi. Dari 1971 hingga 1981 ia merupakan direktur Max Planck Institute. Dia kembali ke Universitas Frankfurt sebagai seorang profesor Filsafat dan pada tahun 1994, dia menjadi pensiunan profesor diinstitute tersebut. Dia meraih sejumlah penghargaan akademis yang bergengsi dan telah dianugerahi keududukan profesor disejumlah universitas.4 Sepanjang hidupnya, Hebermas telah mengeluarkan banyak karya yang sangat besar pengaruhnya terutama dalam pemahaman-diri modernitas, suatu pemahaman-diri yang terus ia bela, ia kritik dan ia rekonstruksi seperti The Structural Trnsformations of the Public Spere (1961), Toward a Rational Society (1968-1969), Knowledge and Human Interst (1972) selain buku ia juga banyak menerbitkan essay seperti The Philosophical Discourse of Modernity (1987) maupun dalam adikaryanya yaitu The Theory of Communicative Action (1984).5

Ibid., h. 963-964. Ibid., h. 964. 5 Peter Beilharz, Teori-Teori Sosial, Terjemahan Sigit Jatmiko (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016), h. 212. 3

4

4

B. Para Teoretisi Klasik Mengenai Moderenitas Secara historis, moderenitas diartikan sebagai transformasi sosial, politik, ekonomi, kultural dan mental yang terjadi di Barat sejak abad ke-16 dan mencapai puncaknya pada abad ke-19 dan 20. Modernitas meliputi proses industrialisasi, urbanisasi, resionalisasi, birokratisasi, demokratisasi, hadirnya kapitalisme, tingginya individualisme dan motivasi untuk berprestasi, meningkatnya pengaruh akal dan sains.6 Banyak dari para sejarawan berpendapat bahwa modernitas muncul sebagai akibat dari revolusi besar, khususnya revolusi yang terjadi di Amerika Serikat dan Prancis. Revolusi kedua negara besar tersebut menyumbang landasaran institusional modernitas politik seperti demokrasi, konstitusional, kekuasaan berdasarkan hukum (the rule of law) dan prinsip kedaulatan negara dan bangsa. Sedangkan revolusi yang terjadi di Inggris, melahirkan landasaran ekonomi seperti produksi industri oleh tenaga kerja bebas dikawasan perkotaan (urban) yang berdampak pada industrialisme dan urabinisme menjadi gaya hidup dan kapitalisasi sebagai wajah baru perekonomian.7 Sebelum melangkah pada pemikiran Jurgen Hebermas tentang modernitas, penting juga untuk membahas konteks modernitas dari para tokoh Sosiologi klasik. Berikut teoretisi klasik mengenai modernitas. a.

Auguste Comte menunjukan beberapa realitas dari modernitas sebagai berikut. 1) Konsentrasi tenaga kerja dipusat urban. 2) Pengorganisasian pekerjaan berdasarkan profesionalitas berdasarkan efektivitas dan keuntungan. 3) Penerapan ilmu dan teknologi dalam proses produksi. 4) Munculnya antagonime baik terpendam atau nyata antara majikan dan buruh.

6 Piotr Sztompka, Sosiologi Perubahan Sosial, Terjemahan Alimandan (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), h. 148. 7 Ibid., h. 82.

5

5) Berkembangnya ketimpangan dan ketidakadilan sosial. 6) Sistem ekonomi berlandasakan sistem kapitalis.8 b.

Karl Marx mendefinisikan modernitas sebagai ekonomi kapitalis. Analisanya terhadap

ekonomi

kapitalis

ia

batasi

pada

sistem

ekonomi

dan

kecacatan-kecacatannya, seperti aleniasi, eksploitasi dan seterusnya. c.

Max

Weber

mendefinisikan

modernitas

sebagai

keuntungan

kemajuan-kemajuan rasional seperti adanya birokrasi. d.

Emile Durkheim mendefinisikan modernitas dengan kuatnya solidaritas organis dan melemahnya solidaritas mekanis seperti hati nurani kolektif.

e.

George Simel berpendapat bahwa modernitas berhubungan dengan dua situs utama yang saling berkaitan yaitu antara kota dan ekonomi uang, yaitu analisa tentang efek uang pada masyarakat modern.9

C. Moderenitas Jurgen Hebermas Jurgen Hebermas merupakan seorang teoritis sosial terkemuka yang sangat membela modernitas dan rasionalitas. Hebermas merupakan salah satu tokoh yang menolak ide-ide tentang sudah masuknya masyarakat kedalam post-modernitas. Menurut Seidman: Berbeda dengan banyak intelektual kontemporer yang telah memilih pendirian anti atau posmodernis, Hebermas melihat struktur-struktur rasionalitas didalam tatanan kelembagaan modernitas. Hebermas terus bersikukuh dengan mengenai potensi utopis modernitas. Didalam konteks sosial ketika keyakinan pada proyek Pencerahan akan suatu masyarakat yang baik yang didorong oleh akal melihat harapan yang pudar dan berhala yang ditolak, Hebermas tetap merupakan salah satu dari pendukungnya yang terkuat.10 Dalam pandangan Hebermas, moderenitas diartikan sebagai suatu “proyek yang belum selesai.” Menurutnya, dalam modernitas masih banyak hal yang perlu diselesaikan oleh dunia modern itu sendiri sebelum manusia atau masyarakat luas manyatakan diri telah masuk kedalam fase dunia posmodern. Ia justru Ibid. George Raitzer, Op. Cit, h. 932-933. 10 Ibid., h. 960.

8 9

6

berpendapat bahwa dunia modern masih belum selesai, bahkan menurutnya moderenitas bukannya berkembang kearah yang lebih maju, justru modernitas pada akhirnya cenderung berlawanan dengan dirinya (makna modernitas) itu sendiri.11 Maksud dari Hebermas tentang modernitas yang menentang dirinya sendiri yaitu masih adanya kolonisasi dunia-kehidupan oleh sistem. Maksud dari dunia-kehidupan Hebermas adalah dunia kehidupan yang menggambarkan suatu realitas dalam pandangan internal atau sudut pandang subjek-subjek yang bertindak sebagai masyarakat. Sedangkan sistem adalah cara pandang eksternal atau cara pandang dari perspektif pengamat atau seseorang yang tidak terlibat secara langsung.12 Sebenarnya sistem dan dunia-kehidupan bukan termasuk kedalam dua hal yang

berbeda,

melainkan

sistem

pada

awalnya

lahir

karena

adanya

dunia-kehidupan. Namun keduanya saat ini dipandang berbeda, khususnya tentang keberadaan sistem itu sendiri. Namun, sistem secara mandiri tumbuh dan berkembang dengan karakteristik-karakteristik strukturalnya sendiri. Contoh dari struktur-struktur itu adalah keluarga, pengadilan, negara dan ekonomi, dimana struktur

dasar

tersebut

berkembang

meninggalkan

posisinya

dalam

dunia-kehidupan. Saat struktur tersebut semakin bertambah besar, mereka dengan percaya diri melaksanakan kemampuan untuk mengendalikan dan cenderung membatasi proses-proses dari dunia-kehidupan.13 Dari gambaran tersbut, Hebermas berminat pada kemacetan-kemacetan dialektika antara dunia-kehidupan dengan sistem, karena sistem cenderung tumbuh meninggalkan dunia-kehidupan. Oleh karena itu, permasalahan ini disebut oleh Hebermas sebagai kolonisasi atau rasionalisasi sistem menang atas rasionaliasai dunia-kehidupan, dengan hasil bahwa dunia-kehidupan jadi terkolonisasi oleh keberadaan sistem.14

Hebermas menambahkan bahwa,

kolonisasi dinyatakan sebagai “sarana-sarana atau kekuatan-kekuatan yang 11 12 13 14

Ibid. Ibid., h. 916-917. Ibid., h. 918. Ibid., h. 921.

7

tindakannya diorganisasikan secara formal” seperti ekonomi dan negara. Sedangkan dalam istilah lainnya, yang diambil dari tradisi Marxian tradisional, Hebermas melihat bahwa masyarakat modern justru tunduk kepada krisis-krisis sistematik yang berulang. Alasan mengapa masyarakat disebut melakukan krisis yang berulang, yaitu karena sistem berupa lembaga-lembaga formal seperti ekonomi dan negara justru dianggap membuat kaku, memiskinkan dan memecah dunia-kehidupan menjadi semakin terkatung-katung diambang kehancuran. Kondisi seperti itu membuat Hebermas sangat cemas bahwa ternyata modernitas masih memiliki sejumlah masalah-masalah yang belum terselesaikan. Jika

modernitas

masih

memiliki

sejumlah

masalah

pokok

dan

penyelesaiannya adalah dengan cara melepaskan sistem dari dunia-kehidupan, maka jawabannya sudah sangat jelas. Namun disini, Hebermas berpendapat bahwa melepaskan diri dari sistem bukan jalan keluar, melainkan ia berpendapat bahwa sistem dan kehidupan-sosial perlu dipersatukan kembali. Menurutnya, solusi dari bentuk ketidakmajuan modernitas adalah dengan mengembalikan lagi dialektika antara sistem dan dunia-kehidupan, sehingga sistem nantinya bukan bersifat merusak, melainkan berfungsi untuk saling memperkaya dan saling meningkatkan satu sama lain. Sehingga pada akhirnya, persatuan antar keduanya dapat terjadi dimasa depan dengan melahirkan suatu hubungan level sistem dan dunia-kehidupan yang jauh lebih memuaskan. D. Kritik terhadap Post-Modernitas Post-modernitas merupakan salah satu fase dalam kehidupan masyarakat yang dianggap sebagai kelanjutan dari modernitas. Bergantinya fase ini dipengaruhi oleh pemikiran post-modernisme yang merupakan pandangan bahwa cara hidup manusia dan bagaimana suatu institusi terlah digantikan oleh cara hidup serta instutusi yang baru. Zyhmunt Bauman memberikan pandangannya terkait post-modernitas yaitu bahwa “suatu teori baru yang muncul yaitu

8

post-modernitas lahir bukan karena modifikasi-modifikasi dari modernitas, melainkan post-modernitas lahir karena memiliki perbendaharaannya sendiri”.15 Para

ahli

teori

post-modernitas

percaya

bahwa

modernitas

dalam

kedudukannya mulai goyah, karena tidak bisa menjelaskan eksistensi dari dunia sosial saat ini. Hal ini juga berlaku bagi para tokoh klasiknya, seperi Weber, Marx Durkheim dan tokoh klasiknya, mereka dianggap tidak menyinggung perihal perkembangan dunia ke fase yang lebih maju. Namun dalam analisa teori sosiologi modern, mulai ada beberapa tokoh yang berani mengkritik post-modernitas seperti Anthony Gidens, Jurgen Hebermas dan Ulrich Beck. Mereka berpendapat bahwa, dunia modern masih jauh lebih baik jika dibahas dengan bangunan intelektual dan perangkat teoritikal yang membantu memahami modernitas dan modernisme.16 Meskipun pembahasan dalam makalah ini mengacau pada penolakan Hebermas tentang post-modernitas, perlu juga usaha membandingkan pendapat antara ketiga tokoh tersebut tentang penolakannya terhadap post-modernitas dan bagaimana hakikat sebenarnya dari modernitas. Untuk mempermudah analisa diantara ketiganya, maka dibuat bagan sebagai berikut.

15 Pip Jones, Pengantar Teori-Teori Sosial dari Teori Fungsional Hingga Post Modernisme, Terjemahan Achmad Fedyani Saefuddin, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2010), h. 216. 16 Ibid., h. 217.

9

Hebermas sebagaimana dalam pembahasan tadi dalam kritiknya terhadap post-modernitas mengatakan bahwa modernitas merupakan “projek yang belum selesai/An Unfinished Project” yang berarti bahwa masih banyak hal yang belum terselesaikan dari modernitas dan perlu adanya perbaikan dalam dialektika antara dunia kehidupan dan sistem sosial. Modernitas sebagai projek yang belum selesai merupakan tanda bahwa masih adanya kehidupan yang dinilai belum mengalami kemajuan bahkan masih diselimuti bayan...


Similar Free PDFs