TUGAS 12 - MAKALAH AKAD ISTISHNA' PDF

Title TUGAS 12 - MAKALAH AKAD ISTISHNA'
Author A. Siddik
Pages 24
File Size 2.2 MB
File Type PDF
Total Downloads 83
Total Views 525

Summary

MAKALAH AKAD ISTISHNA’ Makalah ini Diajukan guna memenuhi tugas matakuliah “Akuntansi Syariah” Dosen Pengampu : Wirmie Eka Putra, SE., M.Si. Disusun Oleh: Annisa Raisyati Siddik (C1F018052) Kelas R00-6 PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS JAMBI 2021 KATA PENGANTAR Puji...


Description

Accelerat ing t he world's research.

TUGAS 12 - MAKALAH AKAD ISTISHNA' ANNISA R A I S Y A T I SIDDIK

Related papers

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

ELSA SONYA CARENT INA (C1F018042) Tugas Akunt ansi Syariah Mat eri Ke11 “Akad Ist ishna” Elsa Sonya carent ina

AKUNTANSI T RANSAKSI IST ISHNA Ihsan Candra Akunt asi perbangkan syariah (ist hisna) hanif ulka

MAKALAH AKAD ISTISHNA’

Makalah ini Diajukan guna memenuhi tugas matakuliah “Akuntansi Syariah” Dosen Pengampu : Wirmie Eka Putra, SE., M.Si.

Disusun Oleh: Annisa Raisyati Siddik (C1F018052)

Kelas R00-6

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS JAMBI 2021

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya kepada saya sehingga saya bisa menyelesaikan penyusunan tugas ini tepat pada waktunya dengan judul : “Akad Istisna”. Saya juga menyadari bahwa dalam menyelesaikan penyusunan makalah ini, masih banyak terdapat kekurangan maupun kekeliruan. Oleh karena itu, saya mohon kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan penyusunan makalah berikutnya. Tidak lupa pula saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan penyusunan makalah ini. Mudahmudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, terutama bagi saya dan para pembaca pada umumnya.

Jambi, 22 April 21

ANNISA RAISYATI SIDDIK Nim. C1F018052

i

DAFTAR ISI

Title

Page

Cover Kata Pengantar ............................................................................................ i Daftar Isi..................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 1 1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Akad Istishna’ ........................................................ 3 2.2 Jenis Akad Istishna’ ................................................................. 5 2.3 Dasar Syari’ah Akad Istishna’.................................................. 5 2.4 Perlakuan Akuntansi (PSAK 106)............................................ 7 2.5 Ilustrasi Kasus Akad Istishna’ ................................................. 17

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan.............................................................................. 19 3.2 Saran ........................................................................................ 19

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 20

ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG Akad istisna’ merupakan produk lembaga keuangan syariah, sehingga jual

beli ini dapat dilakukan di lembaga keuangan syariah. Semua lembaga keuangan syariah memberlakukan produk ini sebagai jasa untuk nasabah, selain memberikan keuntungan kepada produsen juga memberikan keuntungan pada konsumen atau pemesan yang memesan barang. Sehingga lembaga keuangan syariah menjadi pihak intermediasi dalam hal ini. Dalam perkembangannya, ternyata akad istisna’ lebih mungkin banyak di gunakan di lembaga keuangan syariah dari pada salam. Hal ini di sebabkan karena barang yang di pesan oleh nasabah attau konsumen lebih banyak barang yang belum jadi dan perlu di buatkan terlebih dahulu di bandingkan dengan barang yang sudah jadi. Secara sosiologis, barang yang sudah jadi telah banyak tersedia di pasaran, sehingga tidak perlu di pesan terlebih dahulu pada saat hendak membelinya. Oleh karena itu pembiayaan yang mengimplementasikan istisna’ menjadi salah satu solusi untuk mengantisipasi masalah pengadaan barang yang belum tersedia. Akad istishna’ adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli/mustahni’) dan penjual (pembuat/shani’) – (fatwa DSN MUI).

1.2

RUMUSAN MASALAH Dari latar belakang di atas maka, rumusan masalah yang dapat di ambil

adalah : 1. Jelaskan pengertian akad istishna’! 2. Sebutkan jenis-jenis akad istishna’! 3. Jelaskan dasar syariah akad istishna’! 4. Jelaskan perlakuan akuntansi PSAK 106 ! 5. Berikan ilustrasi kasus akad istishna’! 1

1.3

TUJUAN PENULISAN Dari rumusan masalah di atas maka tujuan penulisan makalah ini adalah

sebagai berikut : 1. Menjelaskan pengertian akad istishna’. 2. Menyebutkan jenis-jenis akad istishna’. 3. Menjelaskan dasar syariah akad istishna’. 4. Menjelaskan perlakuan akuntansi PSAK 106. 5. Memberikan ilustrasi kasus akad istishna’.

2

BAB II PEMBAHASAN

2.1

PENGERTIAN AKAD ISTISHNA’ Akad istishna’ adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan

barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli/mustahni’) dan penjual (pembuat/shani’) – (fatwa DSN MUI). Shani’ akan menyiapkan barang yang dipesan sesuai dengan spesifikasi yang telah disepakati di mana ia dapat menyiapkan sendiri atau melalui pihak lain (istishna’ paralel). Dalam PSAK 104 par 8 dijelaskan barang pesanan harus memenuhi kriteria: 1.

Memerlukan proses pembuatan setelah akad disepakati

2.

Sesuai dengan spesifikasi pemesan (customized), bukan produk

masal; dan 3.

Harus diketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi jenis,

spesifikasi teknis, kualitas, dan kuantitasnya. Dalam istihna’ paralel, penjual membuat akad istishna’ kedua dengan subkontraktor untuk membantunya dalam memenuhi kewajiban akad istishna’ pertama (antara penjual dan pemesanan). Pihak yang bertanggung jawab pada pemesanan tetap terletak pada penjual tidak dapat dialihkan pada subkontraktor karena akad terjadi antara penjual dan pemesan bukan pemesan dengan subkontraktor. Sehingga penjual tetap bertanggung jawab atas hasil kerja subkontaktor. Pembeli mempunyai hak untuk memperoleh jaminan dari penjual atas (a) jumlah yang telah dibayarkan; dan (b) penyerahan barang pesanan sesuai dengan spesifikasi dan tepat waktu (PSAK 104 par. 13). Dalam akad, spesifikasi aset yang dipesan harus jelas. Bila produk yang dipesan adalah rumah maka, luas bangunan, model rumah dan spesifikasi lainnya harus jelas. Harga pun harus disepakati berikut cara pembayarannya, apakah pembayaran 100% dibayar di muka, melalui cicilan, atau ditangguhkan sampai waktu tertentu. Begitu harga disepakati maka, selama akad harga tidak dapat 3

berubah

walaupun

biaya

produksi

meningkat,

sehingga

penjual

harus

memperhitungkan hal ini. Perubahan harga hanya dimungkinkan apabila spesifikasi atas barang yang dipesan berubah. Begitu akad disepakati maka akan mengikat para pihak yang bersepakat dan pada dasatnua tidak dapat dibatalkan, kecuali: 1.

Kedua belah pihak setuju untuk menghentikannya; atau

2.

Akad batal demi hukum karena timbul kondisi hukum yang dapat

menghalangi pelaksanaan atau penyelesaian akad (PSAK 104 par. 12) Akad berakhir apabila kewajiban kedua belah pihak telah terpenuhi atau kedua belah pihak bersepakat untuk menghentikan akad. Subjek

Istihna’

Salam

Aturan

dan

keterangan Pokok kontrak

Mashnu’

Muslam Fiih

Barang ditangguhkan,

dengan

spesifikasi Harga

Dibayar saat kontrak

Boleh saat

Cara

kontrak, penyelesaian

boleh diangsur, pembayaran merupakan boleh kemudian perbedaan utama antara salam dan istishna’

hari Sifat kontak

Mengikat secara

Mengikat

asli secara

(thabi’i)

Salam mengikat

ikutan semua

(thaba’i)

pihak

semula,

sejak

sementara

istishna’dianggap mengikat

berdasarkan

pandangan

para

ahli

fikih

demi

kemaslahatan,

serta

tidak

bertentangan

dengan aturan syariah. Kontrak paralel

Istishna’

Salam paralel

paralel

Baik paralel

salam maupun

4

istishna’

paralel

sah

asalkan kedua kontrak secara hukum adalah terpisah

2.2

JENIS AKAD ISTISHNA’ 1.

Istishna’ adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan

barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli/mustashni) dan penjual (pembuat, shani’) 2.

Istishna’ paralel adalah suatu bentuk akad istishna’ antara penjual

dan pemesan, dimana untuk memenuhi kewajibannya kepada pemesan, penjual melakukan akad istishna’ dengan pihak lain (subkontraktor) yang dapat memenuhi aset yang dipesan pemesan. Syaratnya akad istishna’ pertama (antara penjual dan pemesan) tidak bergantung pada istishna kedua (antara penjual dan pemasok). Selain itu, akad antara pemesan dengan penjual dan akad antara penjual dan pemesan harus terpisah dan penjual tidak boleh mengakui adanya keuntungan selama konstruksi.

2.3

DASAR SYARIAH

2.3.1 Sumber Hukum Akad Istishna’ Amr bin ‘Auf berkata: “perdamaian dapat dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perdamaian yang mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram” (HR. Tirmidzi) Abu Sa’id al-Khudri berkata: “Tidak boleh membahayakan diri sendiri maupun orang lain”. (HR. Ibnu Majah, Daruquthni, dan yang lain) Masyarakat telah mempraktikkan istisna’ secara luas dan terus-menerus tanpa keberatan sama sekali. Hal demikian menjadikan istishna’ sebagai kasus ijmak atau konsensus umum. Istishna’ sah sesuai dengan aturan umum mengenai

5

kebolehan kontrak selama bertentangan dengan nash atau aturan syariah. Segala sesuatu yang memiliki kemaslahatan atau kemanfaatan bagi umum, serta tidak dilarang syariah, boleh dilakukan. Tidak ada persoalan apakah hal tersebut telah dipraktikkan secara umum atau tidak. 2.3.2 Rukun dan Ketentuan Akad Istishna’ Rukun istishna’ ada tiga yaitu: 1.

Pelaku terdiri atas pemesan (pembeli/mustashni’) dan penjual

(pembuat/shani’) 2.

Objek akad berupa barang yang akan diserahkan dan modal istishna’

yang berbentuk harga 3.

Ijab kabul/ serah terima

Ketentuan syariah akad istishna’ yaitu: 1.

Pelaku, harus cakap hukum dan baligh

2.

Objek akad:

a.

Ketentuan tentang pembayaran, adalah sebagai berikut

1)

Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa uang,

barang, atau manfaat, demikian juga dengan cara pembayarannya. 2)

Harga yang telah ditetapkan dalam akad tidak boleh berubah. Akan

tetapi, apabila setelah akad ditandatangani pembeli mengubah spesifikasi dalam akad maka penambahan biaya akibat perubahan ini menjadi tanggung jawab pembeli. 3)

Pembayaran dilakukan sesuai kesepakatan

4)

Pembayaran tidak boleh berupa pembebasan utang

b.

Ketentuan tentang barang, adalah sebagai berikut

1)

Barang pesanan harus jelas spesifikasinya (jenis,ukuran, mutu)

sehingga tidak ada lagi jahalah dan perselisihan dapat dihindari 2)

Barang pesanan diserahkan kemudian

3)

Waktu dan penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan

kesepakatan 4)

Barang pesanan yang belum diterima tidak boleh dijual

6

5)

Tidak boleh menukar barang kecuali dengan barang sejenis sesuai

kesepakatan 6)

Dalam hal terdapat cacat atau barang tidak sesuai dengan

kesepakatan, hukumnya mengikat, tidak boleh dibatlakna sehingga penjual tidak dirugikan karena ia telah menjalankan kewajibannya sesuai kesepakatan. 3.

Ijab kabul

Ijab kabul adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela di antara pihak/pihak pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi modern. 2.3.3 Berakhirnya Akad Istishna’ Kontrak istishna’ bisa berakhir berdasarkan kondisi-kondisi berikut: 1.

Dipenuhinya kewajiban secara normal oleh kedua belah phak

2.

Persetujuan bersama kedua belah pihak untuk mengentikan kontrak

3.

Pembatalan hukum kontrak. Hal ini dilakukan jika muncul sebab

yang masuk akal untuk mencegah dilaksanakannya kontrak atau penyelesaiannya, dan masing-masing pihak bisa menuntut pembatalannya.

2.4

PERLAKUAN AKUNTANSI (PSAK 106)

2.4.1 Akuntansi untuk Penjual Pengakuan untuk setiap aset tergantung dari akadnya. Jika proposal, negosiasi, dan biaya serta pendapatan aset dapat diidentifikasi secara terpisah maka, akan dianggap akad terpisah. Jika tidak, maka akan dianggap satu akad. Jika ada pesanan tambahan dan nilainya signifikan atau dinegosiasikan terpisah, maka dianggap akad terpisah. 1.

Beban pra-akad diakui sebagai beban tangguhan dan diperhitungkan

sebagai biaya istishna’ jika akad disepakati. Jika akad tidak disepakati maka, biaya tersebut dibebankan pada periode berjalan. Penjual mengeluarkan biaya sebesar Rp 250 secara tunai untuk melakukan survei. Saat dikeluarkan biaya pra-akad, jurnal yang dicatat adalah Biaya pra akad ditangguhkan Kas

250 250

7

Jika akad disepakati Beban istishna’

250

Biaya pra akad ditangguhkan

250

Jika akad tidak disepakati Beban operasional

250

Biaya pra akad ditangguhkan

250

2.

Biaya perolehan istishna’ terdiri atas:

a.

Biaya langsung yaitu bahan baku dan tenaga kerja langsung untuk

membuat barang pesanan, atau tagihan produsen/kontraktor pada entitas untuk istishna’ paralel b.

Biaya tidak langsung yaitu biaya overhead termasuk biaya akad dan

pra-akad c.

Khusus

untuk

istishna’

paralel:

seluruh

biaya

akibat

produsen/kontrator tidak dapat memenuhi kewajiban jika ada Biaya perolehan/pengeluaran selam pembangunan atau tagihan yang diterima dari produsen/kontraktor akan diakui sebagai aset istishna’ dalam penyelesaian, sesuai dengan yang digunakan oleh perusahaan untuk memenuhi pelaksanaan pembangunan tersebut. Suatu akad baru (tidak terkait dengan contoh diatas) disepakati, dimana biaya perolehan (produksi) diperkirakan sebesar Rp 1000, margin keuntungan Rp 200, dan niilai tunai saat penyerahan Rp 1200. Saat pengeluaran biaya akan dilakukan pencatatan sebagai berikut (sesuai dengan realisasi) Aset istishna’ dalam penyelesaian

1.000

Persediaan, kas, utang dll

1.000

3.

Pengakuan pendapatan dapat diakui dengan 2 metode berikut

a.

Metode akad selesai adalah sistem pengakuan pendapatan yang

dilakukan ketika proses penyelesaian pekerjaan telah dilakukan b.

Metode

persentase

penyelesaian

adalah

sistem

pengakuan

pendapatan yang dilakuakan seiring dengan proses penyelesaian berdasarkan akad istishna’

8

4.

Dalam metode akad selesai tidak ada pengakuan pendapatan, harga

pokok, dan keuntungan sampai pekerjaan telah dilakukan. Pendapatan diakui pada periose dimana pekerjaan telah selesai dilakukan Berdasarkan contoh diatas, jurnal yang dibuat untuk pengakuan pendapatan dan beban saat proses pembangunan selesai adalah Aset istishna’ dalam penyelesaian

200

Beban istishna’

1000

Pendapatan istishna’

1200

5.

Dalam metode persentase penyelesaian, pengakuan pendapatan

diikur sebesar bagian nilai akad yang sebanding dengan pekerjaan yang telah diselesaikan. Pendapatan diakui sebagai pendapatan istishna’ pada periode yang bersangkutan. a.

Pendapatan diakui berdasarkan persentase akad yang telah

diselesaian (biasanya menggunakan estimasi). Estimasi dilakukan antara lain dengan

menggunakan

dasar

persentase

pengeluaran

biaya

yaitu

membandingkannya dengan total biaya. Selanjutnya, persentase tersebut dikalikan dengan nilai akad b.

Margin keuntungan juga diakui berdasarkan cara yang sama dengan

pendapatan 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑒𝑙𝑒𝑠𝑎𝑖𝑎𝑛 =

𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎

𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 = 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑒𝑙𝑒𝑠𝑎𝑖𝑎𝑛 × 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑎𝑘𝑎𝑑 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 = 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑒𝑙𝑒𝑠𝑎𝑖𝑎𝑛 × 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 ∗ *nilai margin = nilai akad-total biaya

Untuk pengakuan pendapatan di tahun-tahun berikutnya, jika proses pembangunannya lebih dari satu tahun Pend. tahun berjalan = pend. diakui sampai dengan saat ini- pend. yang telah diakui

(menggunakan kasus yang sama dengan metode akad selesai) diasumsikan bahwa selama progres penyelesaian jumlah biaya yang dikeluarkan pada periode

9

pertama adalah Rp 400, dan periode kedua Rp 600, sehingga total pengeluaran sesuai dengan direncanakan. Perhitungan persentase penyelesian periode pertama: 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑒𝑙𝑒𝑠𝑎𝑖𝑎𝑛 =

400 = 40% 100

persentase pendapatan= 40% x Rp 1.200 = Rp 480 pengakuan margin= 40% x (Rp1.200-Rp1.000) – Rp 80 perhitungan persentase penyelesaian periode kedua:

𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑒𝑙𝑒𝑠𝑎𝑖𝑎𝑛 =

1000 = 100% 1000

Pada periode pertama telah diakui persentase penyelesaian sebanyak 40%

sehingga, yang diselesaikan pada periode kedua adalah 60% Pengakuan pendapatan= 100% x Rp1.200 = Rp 1.200 Pada periode pertama telah diakui pendapatan sebesar Rp 480 sehingga, pendapatan yang diakui pada periode kedua adalah 60% x Rp 1.200= Rp 720 Pengakuan margin = 60% x Rp200 = Rp 120 6.

Dalam metode persentase penyelesaian, bagian margin keuntungan

istishna’ yang diakui selama periode pelaporan ditambhakan pada aset istishna’ dalam penyelesaian. Pengakuan pendapatan istishna’ persentase penyelesaian tahun pertama Aset istishna’ dalam penyelesaian (sebesar marjin keuntungan)

80

Beban istishna’ (sebesar biaya Yang telah dikeluarkan)

400

Pendapatan istishna’ (sebesar pendapatan Yang harus diakui pada periode berjalan) 7.

480

Untuk metod persentase penyelesaian, harga pokok istishna’ diakui

sebesar biaya istishna’ yang telah dikeluarkan sampai periode tersebut. Pengakuan pendapatan istishna’ metode persentase penyelesaian tahun kedua Aset istishna’ dalam penyelesaian (sebesar marjin keuntungan)

120

Beban istishna’ (sebesar biaya

10

Yang telah dikeluarkan)

600

Pendapatan istishna’ (sebesar pendapatan Yang harus diakui pada periode berjalan) 8.

720


Similar Free PDFs