Ukrainian National Identity and Foreign Policy PDF

Title Ukrainian National Identity and Foreign Policy
Course Theories of International Relations
Institution Universitas Indonesia
Pages 11
File Size 173.4 KB
File Type PDF
Total Downloads 20
Total Views 131

Summary

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ukraina merdeka pada tahun 1991 setelah runtuhnya Uni Soviet, yang dinyatakan dengan referendum kemerdekaan tanggal 1 Desember 1991 dengan warga Ukraina memilih untuk menjadi negara merdeka. Sebelumnya, Ukraina memiliki sejarah yang sangat panjang. Negara Ukraina ...


Description

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Ukraina merdeka pada tahun 1991 setelah runtuhnya Uni Soviet, yang dinyatakan dengan referendum kemerdekaan tanggal 1 Desember 1991 dengan 90% warga Ukraina memilih untuk menjadi negara merdeka. Sebelumnya, Ukraina memiliki sejarah yang sangat panjang. Negara Ukraina terbentuk pada abad ke-9 Masehi dengan pemerintahan yang berpusat di Kiev, yang saat itu bersatu dengan bangsa Rusia sehingga mendapat nama Kievan Rus. Serangan Mongol pada abad ke-14 kemudian menyebabkan pemisahan sosiokultural antara Rusia, Belarusia (Rusia Putih) dan Ukraina (Rusia Kecil). Ukraina juga kemudian mendapatkan pengaruh kebudayaan dari sebelah barat, seperti Polandia, Lituania, dan Rumania. Selama waktu seterusnya, Ukraina berada di bawah kekuasaan Kekaisaran Rusia atau Uni Soviet.

Merdekanya Ukraina tahun 1991 membuka banyak persoalan di Ukraina, terutama terkait dengan identitas. Suku Rusia masih menjadi minoritas yang cukup signifikan dengan budaya Rusia, termasuk bahasa Rusia memiliki pengaruh yang cukup kuat. Di sisi lain, masuknya nilainilai Barat seperti demokrasi dan liberalisme yang mendorong negara-negara Eropa Timur bergabung dengan institusi Barat seperti Uni Eropa dan NATO juga memiliki dampak di Ukraina. Selama 23 tahun pertama kemerdekaan Ukraina, perubahan kekuasaan seringkali menyebabkan gonta-ganti orientasi politik luar negeri, seperti Viktor Yushchenko yang memprioritaskan hubungan Ukraina dengan dunia Barat, dan Viktor Yanukovych yang mengutamakan hubungan Ukraina dengan Rusia. Ukraina sendiri tidak pernah bergabung dengan institusi Barat seperti NATO ataupun Uni Eropa atau institusi buatan Rusia seperti CSTO atau Uni Ekonomi Eurasia. 1

Peristiwa Euromaidan di akhir tahun 2013 mendorong perubahan radikal dalam politik luar negeri Ukraina, dengan digulingkannya Presiden Ukraina yang pro-Rusia, Viktor Yanukovych yang kemudian membentuk pemerintah pro-Barat yang dipimpin Petro Poroshenko. Sikap ini 1

mengundang reaksi keras dari warga Ukraina yang pro-Rusia, dengan Krimea berpisah dan Ukraina Timur membentuk pemerintah sendiri yang pro-Rusia. Pemerintah Ukraina kemudian menggelorakan de-Russifikasi dan de-komunisasi, dengan pelarangan simbol dan hari raya Soviet, pemabatasan penggunaan bahasa Rusia, dan upaya untuk menggabungkan Ukraina dengan Uni Eropa dan NATO. 2 Perpindahan kekuasaan dari Poroshenko ke Volodymyr Zelensky tahun 2019 masih perlu dilihat efeknya.

Makalah ini akan membahas proses nation building di Ukraina, dengan proses yang tidak sempurna ketika Ukraina merdeka kemudian menyebabkan perbedaan persepsi dan identitas dari penduduk Ukraina yang terbagi dalam dua kubu, kubu pertama adalah kubu pro-Rusia, dengan melihat Ukraina dan Rusia sebagai saudara yang tak terpisahkan, dengan kesamaan budaya, kultur dan agama dengan Rusia sehingga hubungan dengan Rusia perlu dijaga. Kubu ini sebagian besar kuat di Ukraina timur dan selatan. Kubu kedua adalah kubu pro-Barat, yang melihat sejarah Rusia sebagai negara agresor terhadap Ukraina dan Ukraina perlu bergabung dengan dunia Barat. Golongan ini kuat di Ukraina bagian barat.

B. Pertanyaan Penelitian Pertanyaan penelitian yang akan dibahas pada makalah ini adalah “bagaimana peran konstruksi identitas nasional Ukraina dalam politik luar negeri Ukraina?”

C. Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah: 1. Menganalisa proses nation-building di Ukraina sejak 1991 hingga saat ini. 2. Menganalisa dampak hubungan Ukraina dengan negara-negara Barat dan Rusia sejak 1991 hingga saat ini pada pembentukan identitas nasional Ukraina. D. Kerangka Konsep: Identitas

2

Dalam kajian postpostivis, konstruktivisme menjadi salah satu paradigma yang sering digunakan dalam kajian hubungan internasional. Konstruktivisme melihat hubungan internasional bukan sebagai hal yang muncul dengan sendirinya (given) tetapi dibentuk oleh intersubjective understanding apa yang diyakini sebagai realitas. 3 Realitas sosial dibentuk melalui interaksi sosial antara aktor-aktor sosial, sehingga nilai-nilai yang ada dalam suatu masyarakat adalah hasil dari persepsi masyarakat tentang apa yang baik buruk, penting atau tidak penting, dan lain-lain. Konstruktivisme, menurut Alexander Wendt berfokus pada tiga klaim utama: pertama, negara menjadi unit analisis utama dalam hubungan internasional. Kedua, struktur kunci dalam sistem internasional adalah intersubjektif, tidak bersifat material. Ketiga, identitas dan tujuan negara dikonstruksi oleh struktur sosial, tidak diberi secara eksogen oleh sistem secara alamiah. 4

Kajian identitas sebagai konstruksi sosial dalam hubungan internasional dimulai dengan berakhirnya Perang Dingin, dipelopori Alexander Wendt dalam bukunya Social Theory of International Politics¸ yang mengkritik pandangan realis dan pandangan positivis lainnya yang melihat fenomena yang ada dalam hubungan internasional, seperti anarki sebagai konsep yang ada secara alamiah. Wendt melihat anarki bukan menjadi kondisi alamiah, tetapi merupakan hasil dari interaksi negara-negara di dunia yang tidak membentuk kekuatan di atas negara. Viotti dan Kauppi menyebutkan bahwa identitas dalam kajian konstruktivis bersifat cukup stabil, tetapi tidak statis. 5 Pembawaan norma-norma yang ada dalam lingkungan internasional akan berpengaruh pada bagaimana suatu negara memandang dirinya. Identitas yang ada pada suatu negara kemudian menjadi pendorong arah kebijakan luar negerinya. Regionalisme adalah contoh fenomena yang berkaitan dengan identitas suatu negara dalam menjalin hubungan internasional.

Beberapa konsep yang terkait dengan pembentukan identitas dalam konstruktivisme adalah state identity dan state formation, yang melihat bagaimana suatu negara mengidentifikasikan dirinya dalam hubungannya terkait negara-negara lain. Konflik yang ada dalam hubungan internasional, terkait dengan perbedaan interests yang dimiliki 3 4 5

negara-negara dalam memandang mana interest mereka yang lebih relevan. Dalam state formation, negara bisa memiliki narasi identitas-identitas yang berbeda, yang sifatnya tidak selalu ditentukan faktor materi tetapi juga norma-norma dan ide yang berkembang dalam masyarakat suatu negara. 6 State formation ini menurut Jillian Schwedler kemudian akan memunculkan tarik-menarik kepentingan antar kelompok politik yang ada dalam suatu negara, yang masing-masing mengedepankan narasi identitasnya sebagai identitas nasional suatu negara. BAB II PEMBAHASAN A. Corporate Identity dalam Hubungan Internasional Corporate identity menjadi fokus identitas yang akan dibahas dalam makalah ini, dengan konsep ini diperkenalkan oleh Alexander Wendt. Ada beberapa elemen penting dalam konsep corporate identity, yang melihat identitas sebagai hasil kesatuan dari interaksi yang ada dalam suatu masyarakat. Tulisan Wendt tentang corporate identity dibahas dalam tulisan Collective Identity Formation and the International State, yang menjadi jawaban konstruktivis sebagai alternatif terhadap pandangan realis dan liberalis (rasionalis positivis), yang kemudian menjadi sumber pandangan interpretivisme dan postpositivisme dalam hubungan internasional. 7 Menurut Wendt, corporate identity didefinisikan sebagai “intrinsic, self-organizing qualities that constitute actor individuality”. 8 Untuk aktor seperti negara, menurut Wendt sifat corporate identity dilihat pada bagaimana individu-individu di dalamnya membentuk rasa “kekitaan”. Corporate identity kemudian melahirkan empat interests, pertama adalah keamanan fisik, keinginan untuk mandiri dan terlihat berbeda dari aktoraktor yang lain, kedua adalah keamanan ontologis untuk mendapat identitas sosial yang stabil, ketiga adalah pengakuannya sebagai aktor yang relevan oleh aktor-aktor lain, dan keempat adalah aspirasi untuk kehidupan yang lebih baik bagi suatu kelompok.

6 7 8

Menurut Wendt, proses pembentukan corporate identity dalam suatu negara tidak lepas dari faktor-faktor domestik internal dan faktor sistemik eksternal. Proses sistemik ini kemudian menjelaskan tentang bagaimana suatu negara dapat membentuk identitasnya. Alexander Wendt melihat identitas sebuah negara sebagai hasil tarik-menarik antara berbagai aspek interaksi yang mempengaruhi arah politik luar negeri suatu negara. Penelitian tentang identitas suatu negara dalam hubungan internasional terkait dengan beberapa aspek penting, seperti budaya dan norma dalam negeri, budaya dan norma internasional, persepsi tentang other dalam interaksi yang kemudian membentuk identitas suatu negara. Identitas negara ini kemudian menciptakan state interests, dan kemudian mendorong state actions yaitu langkah-langkah yang diambil suatu negara dalam menjalankan politik luar negerinya.9 Konstruktivisme yang dijabarkan Wendt disebut systemic constructivism, yang melihat faktor sistemik sistem internasional dan interaksi yang ada di dalamnya sebagai pendorong arah kebijakan luar negeri suatu negara.

B. Politik Luar Negeri Ukraina sejak 1991 Setelah merdekanya Ukraina tahun 1991, Ukraina mulai membangun arah politik luar ngerinya. Di tahun-tahun awal kemerdekaan Ukraina, Ukraina cenderung menjadi negara netral yang dibuktikan dengan pengesahan status Ukraina sebagai negara tidak memihak (non-aligned country). Ukraina juga berusaha membangun hubungan baik dengan Rusia dan dunia Barat, dengan memasukkan Ukraina sebagai anggota CIS dan OSCE tahun 1992. Di tahun-tahun selanjutnya, di bawah kepemimpinan Presiden Leonid Kuchma, Ukraina tetap menjalin hubungan baik dengan dunia Barat maupun Rusia, dengan menandatangani pakta persahabatan dengan Rusia tahun 1997 dan membangun hubungan konstruktif dengan Uni Eropa. Revolusi Jingga tahun 2004 kemudian mendorong naiknya Viktor Yushchenko sebagai presiden Ukraina. Yushchenko yang memenangkan pemilihan presiden secara kontroversial kemudian mendorong upaya integrasi yang lebih kuat dengan dunia Barat, dengan harapan menggabungkan Ukraina dengan Uni Eropa sebagai prioritas utama. Yushchenko kemudian tidak mencalonkan diri tahun 2010, dan pada tahun tersebut Viktor Yanukovych terpilih sebagai 9

presiden. Yanukovych berusaha mendekatkan kembali Ukraina dengan Rusia, sehingga ia mendapat dukungan dari penduduk Ukraina etnis Rusia dan berbahasa Rusia, yang kebanyakan tinggal di Ukraina timur. Yanukovych kemudian menghentikan perjanjian perdagangan dengan Uni Eropa tahun 2013, sehingga menimbulkan protes anti-Yanukovych dan pro-Eropa. Yanukovych mundur pada 21 Februari 2014 dan kabur ke Rusia. Karena khawatir terhadap instabilitas politik di Ukraina, Rusia kemudian melakukan intervensi militer yang mendorong pemisahan Krimea dari Ukraina, serta pembentukan pemerintah sendiri di kawasan Donetsk dan Lugansk. Ukraina kemudian memilih Petro Poroshenko sebagai presiden yang sangat Russofobik dan mendorong integrasi Ukraina tidak hanya dengan Uni Eropa, tetapi juga NATO. Di era Poroshenko, parlemen Ukraina juga membatalkan status Ukraina sebagai negara non-aligned. 10 Poroshenko kemudian kalah di pemilihan presiden 2019 yang memenangkan Volodymyr Zelensky, yang populer setelah memerankan Presiden Ukraina dalam serial TV Servant of the People. Hingga saat ini, prioritas politik luar negeri Zelensky masih ingin bergabung dengan institusi-institusi Barat, tetapi tidak menutup kemungkinan melanjutkan dialog dengan Rusia megnenai konflik di Ukraina timur, berbeda dengan pendekatan konfrontatif yang dilakukan Poroshenko. Zelensky juga tidak setuju dengan de-Russifikasi yang dilakukan di era Poroshenko, dengan Zelensky sendiri sering menggunakan bahasa Rusia dalam pidatonya dan memiliki kontak bisnis yang dekat dengan Rusia. 11 Jika melihat dinamika politik luar negeri Ukraina sejak 1991, ada tarik-menarik kepentingan antara dua ide yang datang dari Rusia dan dunia Barat. Hal ini terkait dengan upaya Ukraina mencari jati dirinya pasca merdeka dan ke mana arah prioritas politik luar negeri mereka, sebagai negara yang baru merdeka. Menurut Wendt, pembentukan identitas sosial adalah elemen penting dalam pembentukan sebuah masyarakat. Identitas sosial menurut Wendt, bukan sesuatu yang muncul secara alami tetapi merupakan hasil dari interaksi antarsubjektif yang terbentuk dari masyarakat yang ada di dalamnya. Dalam kasus Ukraina, interaksi intersubjektif yang muncul adalah narasi yang berkembang dari Barat dan Rusia, Pengaruh identitas yang lebih dahulu muncul adalah identitas 10 11

dari Rusia. Narasinya adalah Ukraina dan Rusia menjadi saudara sesama bangsa Slavia yang mewarisi adat dan tradisi Kievan Rus, dengan Kiev menjadi ibu dari kota-kota Rusia. Ukraina dan Rusia juga memiliki kesamaan kultur dengan bahasa yang mirip dan agama yang sama, yaitu Kristen Ortodoks. Sebagai sesama bangsa Slavia Timur, maka persaudaraan antara Ukraina dan Rusia harus dijaga, Narasi identitas ini juga diperkuat dengan fakta sejarah bahwa Ukraina dan Rusia pernah menjadi satu negara di era Kekaisaran Rusia dan Uni Soviet. Narasi identitas lain menyatakan bahwa Ukraina adalah bagian dari peradaban Eropa, terlebih perjalanan sejarah melihat Ukraina juga memiliki kontak budaya dengan negara-negara di bagian Barat, dan beberapa kota di Ukraina seperti Lvov dulunya adalah bagian Polandia sehingga narasi identitas disini tidak selalu pro-Rusia. Selain itu, ada juga anggapan bahwa Ukraina melihat Rusia sebagai negara agresor seperti beberapa negara Eropa Timur lainnya. Jika narasi dari Rusia melihat Rusia berjasa dalam membebaskan negara-negara Eropa Timur, maka narasi Eropa akan melihat Rusia sebagai negara imperialis yang berusaha menguasai negaranegara di kawasan Eropa Timur.12 C. Analisa Faktor Penguat Narasi Identitas Di era Petro Poroshenko, diskursus tentang Ukraina sebagai bagian dari dunia Barat menguat dibandingkan diskursus Ukraina sebagai saudara dekat Rusia. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mendorong kuatnya narasi tentang Ukraina sebagai bagian Eropa. Faktor yang mendorong mendekatnya Ukraina dengan dunia Barat adalah keadaan geopolitik Amerika dan Eropa pada saat itu banyak mendorong pada liberalisme dan kebebasan. Gerakan-gerakan sosial pada saat itu banyak yang mempromosikan nilai-nilai liberal, seperti sekularisasi, pernikahan sejenis, dan penerimaan pengungsi dari Timur Tengah, berbeda dengan populisme yang muncul beberapa tahun setelahnya. Segera setelah Ukraina menggulingkan presiden Yanukovych, Ukraina mendapat dukungan dari berbagai negara Barat. Intervensi Rusia di Ukraina dan mencaplok Krimea juga kemudian dikecam dunia Barat, sehingga dunia Barat menjadi pendukung bagi Ukraina. 13 Kedua, karena dunia Barat dianggap lebih bisa memenuhi kebutuhan Ukraina pada saat itu. Ukraina ingin mengikuti jejak negara-negara Eropa Timur lainnya dalam bergabung dengan 12 13

Uni Eropa. Generasi muda di Ukraina membutuhkan pasar yang kompetitif dan arus ekonomi yang lebih luas untuk dapat berkompetisi di pasar dengan baik. Di sisi lain, Rusia dipandang tidak dapat memberi manfaat ekonomi karena ekonomi Rusia yang sedang bermasalah dan model integrasi ekonomi Rusia (Uni Eurasia) dipandang sebagai bentuk neokolonialisasi seperti di era Uni Soviet. Ukraina adalah salah satu negara yang berusaha melunasi hutang-hutangnya pada era Uni Soviet dan bertekad menjadi salah satu ekonomi yang terindustrialisasi di Eropa, sehingga merasa memerlukan bantuan Uni Eropa. Meskipun saat ini Ukraina berusaha bergabung dengan dunia Barat, namun Rusia tetap memiliki pengaruh yang cukup kuat di Ukraina, terutama di bidang ekonomi. Meskipun dilanda sanksi ekonomi, namun Rusia tetap menjadi mitra dagang utama bagi Ukraina, jauh melebihi mitra dagang lainnya seperti Jerman dan Cina. Masih banyak produk Rusia yang beredar di Ukraina, dan sebaliknya. Rusia masih menjadi penyedia utama bagi pasokan minyak dan gas untuk Ukraina, meskipun ada upaya Ukraina untuk mematahkan ketergantungan tersebut. Interaksi Ukraina dan Rusia juga masih intens di bidang sosial budaya, dengan layanan komunikasi dan media Ukraina masih banyak yang berbahasa Rusia dan berbagai situs Rusia yang memiliki layanan berbahasa Ukraina. E. Analisis Konsep dalam Politik Luar Negeri Ukraina Narasi identitas yang berbeda tentang arah politik luar negeri Ukraina dan siapa yang selayaknya menjadi negara sekutu Ukraina kemudian membagi masyarakat Ukraina dalam dua kelompok besar, yaitu kelompok pro-Barat dan kelompok pro-Rusia. Dua kelompok ini mempunyai hubungan yang konfliktual dan memiliki cara pandang yang berbeda tentang bagaimana Ukraina seharusnya dijalankan. Dalam analisa ini, ditemukan bahwa polarisasi atau persaingan kedua kelompok ini sifatnya multidimensional, tidak hanya di bidang politik tetapi juga di bidang sosial dan budaya. Dalam bidang politik, ada perebutan antara kelompok-kelompok pro-Barat melawan kelompok pro-Rusia dalam merebut kursi pemerintahan. Konflik ini terlihat dalam upaya silih berganti pergantian kekuasaan antara pemimpin pro-Barat dan pro-Rusia, dan adanya upaya dari kelompok pro-Barat menjungkalkan pemerintahan yang pro-Rusia, dan begitu pula sebaliknya. Persaingan politik ini juga tidak lepas dari unsur eksternal, dengan negara-negara Barat dan

Rusia secara aktif mendekati kekuatan politik di Ukraina dengan bantuan keamanan dan ekonomi agar Ukraina menjadi bagian dari poros mereka. 14 Dalam kasus Ukraina, budaya dan norma dalam negeri yang muncul adalah hasil dari interaksi Ukraina dengan negara-negara di sekitarnya selama berabad-abad. Nilai-nilai kultural yang sudah lama ada di Ukraina, seperti menjadi bangsa Slavia Timur dan menganut agama Kristen Ortodoks kemudian menjadi faktor yang memperkuat identitas Ukraina sebagai negara sekutu Rusia. Namun, pengalaman pahit di era Uni Soviet dan harapan akan pentingnya demokrasi serta kebebasan individu, penghormatan terhadap kedaulatan suatu negara menjadi faktor penumbuh identitas Ukraina sebagai negara yang menjadi bagian Eropa. Budaya politik yang ada dalam suatu negara dipengaruhi oleh komposisi orang-orang yang duduk dalam lembaga-lembaga politik.

Mengenai budaya dan norma internasional, hal ini juga dipengaruhi oleh interaksi yang dilakukan penduduk Ukraina selama berabad-abad. Wilayah Ukraina yang lebih dekat ke Rusia akan lebih mudah mendapat nilai-nilai soal persaudaraan sesama bangsa Slavia dengan Rusia sebagai kepala, dan cenderung terhindar dari nilai-nilai liberalisme Barat karena Rusia tidak memiliki hubungan yang baik dengan Barat. Di sisi lain, penduduk Ukraina di daerah yang berbatasan dengan Polandia dan Rumania akan melihat adanya unsur nilai-nilai Barat dalam hubungan internasional seperti penghormatan terhadap kedaulatan dan kebebasan untuk menentukan nasib sendiri. Perbedaan interaksi antara Ukraina bagian barat dan timur memicu perbedaan narasi tentang nilai norma internasional mana yang dipandang “ideal”. Persepsi dengan other adalah kajian penting dalam melihat interaksi sosiologis perilaku sosial, dengan other yang signifikan menjadi salah satu agen sosialisasi tentang bagaimana suatu masyarakat menginternalisasi nilai dan norma. Dalam kasus Ukraina, ditemukan ada dua other yang berperan, yaitu Rusia dan Eropa. Kebijakan yang diambil Ukraina dalam politik luar negerinya tidak lepas dari bagaimana respon Rusia dan Eropa memandang Ukraina, dengan kebijakan yang dikeluarkan menjadi respon Ukraina dalam memandang Rusia dan Eropa. Persepsi tentang other memegang peranan besar dalam dokumen-dokumen yang dikeluarkan Ukraina terhadap kebijakan luar negerinya, seperti menyebut Rusia sebagai negara agresor dan

14

menyebut integrasi dengan Uni Eropa dan NATO sebagai tujuan utama dalam politik luar negeri mereka di era Petro Poroshenko. 15 Identitas yang dibentuk dalam politik luar negeri Ukraina, sebagai hasil dari interaksi mereka kemudian akan membentuk state interests yang kemudian berdampak pada state actions, seperti mengadakan perundingan untuk masuk ke Uni Eropa dan berusaha meredam pengaruh Rusia ketika pemerintah pro-Barat sedang berkuasa, atau menahan proses perundingan dengan Uni Eropa dan membuka kesempatan bahasa Rusia berkembang di wilayah Ukraina Timur ketika pemerintah yang sedang berkuasa adalah pemerintah pro-Rusia. Tarik ulur kepentingan antara kelompok pro-Barat dan pro-Rusia menjadi elemen penting dalam penentuan arah p...


Similar Free PDFs