UNDERSTANDING YEMEN CONFLICT PDF

Title UNDERSTANDING YEMEN CONFLICT
Pages 15
File Size 1.3 MB
File Type PDF
Total Downloads 514
Total Views 938

Summary

UNDERSTANDING YEMEN CONFLICT Desy Nur Aini Fajri, S.IP, M.A ABSTRACT Yemen becomes the Arab world’s poorest country for three years. Yemen has one of the worst humanitarian issues caused by conflict. There are two parties, which are supporters of Yemen’s internationally recognized government and ant...


Description

Accelerat ing t he world's research.

UNDERSTANDING YEMEN CONFLICT Desy Nur Aini Konflik dan Resolusi Konflik di Yaman

Cite this paper

Downloaded from Academia.edu 

Get the citation in MLA, APA, or Chicago styles

Related papers

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

Int ervensi Arab Saudi t erhadap Konflik Sipil di Yaman Jihan annisa

Pembant aian Besar-Besaran Rezim Saudi dan Kelompok Hout hi di Yaman Yopi Makdori “PERAN PERSAT UAN BANGSA-BANGSA (PBB) DALAM MENYELESAIKAN KONFLIK YAMAN DAN ARAB SA… Zsazsa Fadhilah AN

UNDERSTANDING YEMEN CONFLICT Desy Nur Aini Fajri, S.IP, M.A

ABSTRACT Yemen becomes the Arab world’s poorest country for three years. Yemen has one of the worst humanitarian issues caused by conflict. There are two parties, which are supporters of Yemen’s internationally recognized government and anti-government (Houthi rebels) that support former Presiden Saleh. The international intervention such as a coalition of Arab States supported by United States of America, British and France launched a military campaign in 2015 to defeat Houthi rebels (Syiah) and restore Yemen’s government (Sunny). As consequences, the are so many collateral damage, cholera outbreak, malnutrition. This paper will analyze details about how conflict occurred in Yemen using the concept of Paul Wehr. There are three components includes Context, Parties, Causes and Consequences. In conclusion, let me reiterate that the main point to end Yemen conflict is based on the willingness of the conflicting parties, especially the Yemen Government and the anti government (Houthi rebels) as Saleh’s simpatisant. There is lack of United Nations roles in Yemen conflict. So, providing aid to civilians in Yemen is very difficult. Keywords: the concept of Paul Wehr, international intervention, Houthi rebels, military campaign

1

PENDAHULUAN Secara geografis, Yaman merupakan bagian dari Timur Tengah yang terletak di Jazirah Arab di Asia Barat Daya. Yaman berbatasan dengan 2 negara yakni Oman di sebelah Timur dan Arab Saudi di sebelah Utara dan 2 laut yakni Laut Arab di sebelah Selatan dan Laut Merah di sebelah Barat. Yaman menempati posisi yang sangat strategis di Laut Merah dekat dengan jalur pelayaran paling penting di dunia. Ketidakstabilan kondisi ekonomi, sosial dan politik di dalam negeri Yaman dapat membahayakan perdagangan global. Ancaman kelompok pemberontak anti pemerintah (simpatisan mantan Presiden Saleh) ingin menghentikan lalu lintas jalur pelayaran yang menuju benua Eropa. 1 Konflik Yaman ini sangat kompleks dan bahkan sulit untuk memprediksi kapan proses damai dapat terwujud. Konflik Yaman merupakan efek dari Arab Spring tahun 2010 yang berimplikasi pada penuntutan para pengunjuk rasa pro-demokrasi memaksa Presiden Yaman, Ali Abdullah Saleh untuk mundur dari jabatannya di tahun 2011. Saleh telah memegang pemerintahan selama 33 tahun. Tahun 2012 Presiden Ali Abdullah Saleh resmi mundur dari jabatannya dan digantikan oleh Abd Rabbu Masour Hadi. Akibatnya, mulai tahun 2014 Yaman terpolarisasi menjadi 2 kubu yakni pasukan pro pemerintah yang dipimpin oleh Hadi dan pasukan anti-pemerintah (pemberontak Houthi) simpatisan mantan Presiden Saleh. Kelompok Houthi merupakan cabang dari Muslim Syiah yang berasal dari Yaman bagian Utara atau lebih dikenal dengan Zaydis. Kelompok Houthi ini juga memegang kendali atas provinsi-provinsi sentral utama di Utara. Terlebih lagi, kelompok Houthi juga berupaya untuk mengambil alih ibu kota. Sehingga, pemerintahan terpaksa dipindah ke kota pelabuhan selatan Aden. Hal tersebut merupakan upaya yang dilakukan Houthi untuk menguasai seluruh Yaman untuk memulihkan kedudukan Saleh. Konflik terus memuncak di tahun 2014. Konflik Yaman terus terpolarisasi antara Pemerintah Yaman dengan Pemberontak Syiah (Houti) dan terekskalasi terjadi pertempuran antara kedua belah pihak di Ibu Kota Sanaa. Tahun 2015, kelompok pemberontak Houthi mencoba menyusup ke Yaman bagian Selatan. Lalu, dengan dukungan logistik dari Amerika Serikat, aliansi Arab Saudi – Uni Emirat Arab melakukan lebih dari 18.000 serangan ke seluruh

Alan Sipress, Laris Karklis and Tim Meko. 8 Juni 2018. “Five Reasons the Crisis in Yemen Matters.” Diakses pada 17 April 2019. Diakses dari: https://www.washingtonpost.com/graphics/2018/world/whyyemen-matters/?noredirect=on&utm_term=.665c9955c0c2

1

2

daerah yang dikuasai kelompok Houthi. 2 Presiden Hadi juga berjuang untuk menghadapi berbagai masalah lainnya termasuk serangan Al-Qaeda, separatis yang bangkit dari Yaman bagian selatan, kasus korupsi, kekurangan makanan dan banyaknya pengangguran. Untuk mengetahui mapping kendali kelompok Houthi pendukung Saleh dan Pasukan Hadi akan dijelaskan dalam gambar sebagai berikut:

Gambar 1. Mapping Kendali Kelompok Pro-Pemerintah Hadi dan Kelompok AntiPemerintah Houthi Pendukung Saleh di Yaman

Sumber: Al Jazeera, Reuters, World Energy Atlas, Critical Threats, 2019. Diakses pada 17 April 2019.

Diakses

dari

https://www.aljazeera.com/indepth/interactive/2016/08/yemen-conflict-

controls-160814132104300.html

Dalam makalah ini, penulis akan mencoba menjelaskan secara detail tentang pemahaman konflik Yaman secara komprehensif dengan mengidentifikasi aktor and dinamika konflik dengan menggunakan Analysis of Conflict and Peace Konsep Paul Wehr. Alia & Faisal. 24 Maret 2019. “Yemen Conflict: Who Controls What.” Diakses pada 17 April 2019. Diakses dari https://www.aljazeera.com/indepth/interactive/2016/08/yemen-conflict-controls160814132104300.html 2

3

ANALYSIS OF CONFLICT AND PEACE Untuk menganalisis kasus konflik Yaman, penulis menggunakan Konsep Paul Wehr yang diaplikasikan dalam menjelaskan konflik tersebut berdasarkan komponen-komponen seperti context atau gambaran yang berisi infomasi secara detail tentang konflik Darfur tersebut, mengidentifikasi siapa saja aktor yang terlibat (parties), bagaimana posisi atau sikap dan kepentingannya dan juga dinamika konflik di Darfur yang menjelaskan pergeseran dari root causes sampai consequences nya. Dalam menjelaskan Context kasus konflik Yaman, penulis mencoba menggambarkan secara detail bagaimana kondisi sosial, ekonomi dan politik di Yaman. Dalam kaitannya dengan konflik, ada beberapa pra-kondisi yang mengarah terjadinya konflik. 3 Pertama, perang saudara yang melanda Yaman menyebabkan Yaman terpolarisasi yakni antara kelompok pasukan propemerintah yang dipimpin oleh Presiden Hadi dan kelompok anti pemerintah Houthi yang beraliansi dengan pasukan setia Saleh. Kedua, konflik muncul selain karena dampak Arab Spring tahun 2011, sebenarnya Yaman merupakan korban proxy war antara Iran yang beraliran Syiah dan Arab Saudi yang beraliran Sunni. Proxy war adalah dimana dua negara yang sedang bersaing dan saling adu kekuatan secara tidak langsung di daerah konflik. Beberapa negara yang terlibat koalisi dengan Arab Saudi yakni Uni Emirat Arab, Kuwait, Bahrain, Qatar, Maroko, Sudan, Yordania, dan Mesir yang turut berkontribusi melakukan serang udara secara masif. Arab Saudi membentuk koalisi internasional untuk mengembalikan kedudukan Hadi. Perbedaan ideologi politik mendorong terciptanya polarisasi yang kuat antara Iran dan Arab Saudi yang memberi dampak pada seluruh aspek ekonomi, politik dan sosial di Yaman. Ketiga, konflik muncul karena adanya kekacauan kondisi sosial politik Yaman yang chaos. Perpecahan internal Yaman terus memburuk selama bertahun-tahun. Ditambah lagi, adanya gerakan separatis di Yaman bagian Selatan mencoba melepaskan diri dari Yaman. 4

Azar, Edward. 1990. “The Management of Protracted Social Conflict: Theory and Cases.” Aldershot: Dartmouth. Empat pra-kondisi ini secara detail dijelaskan dalam Hugh Miall hal 72-75.

3

Angus McDowall. “Why Yemen is at War.” Diakses pada 17 April 2019. Diakses dari: https://www.reuters.com/article/us-yemen-security-explainer/why-yemen-is-at-war-idUSKBN1JB1TE 4

4

Gambar 2. Ekspansi Kelompok Houthi di Yaman

Sumber: European Council on Foreign Relations. Mapping the Yemen Conflict. Diakses pada 10 April 2019. Diakses dari https://www.ecfr.eu/mena/yemen

Parties atau pihak yang terlibat dalam konflik Yaman adalah pertama kelompok pro pemerintah yang mendukung Presiden Hadi. Untuk memperkuat kedudukan Hadi, koalisi Arab Saudi – Uni Emirat Arab dan negara Teluk lainnya (kecuali Oman) didukung Amerika Serikat, Inggris dan Perancis mendukung Hadi. Kedua, kelompok anti pemerintah yakni kelompok muslim Houthi dan simpatisan mantan Presiden Saleh. Kelompok ini beraliran Syiah yang dituduh memiliki kedekatan dengan Iran. Keterlibatan dan intervensi negara lain emmbuat konflik semakin complicated dan berujung pada serangan udara secara tidak proporsional kepada kelompok anti pemerintah (Houthi). Root causes atau akar masalahnya yaitu perbedaan ideologi antara Sunny dan Syiah yang menyebabkan perang saudara di Yaman. Yang mempercepat atau pemantik konflik ini 5

terekskalasi (proximate cause) adalah karena adanya gelombang Arab Spring tahun 2011. Para demonstran pro-demokrasi turun ke jalan yang menuntut turunnya Presiden Saleh dari jabatannya yang telah berkuasa selama 33 tahun. Saleh mundur digantikan oleh Wakil Presiden Hadi yang membuat simpatisan dan pasukan Saleh membentuk kelompok anti pemerintah. Hadi didukung oleh koalisi Arab Saudi dan AS yakni dengan melakukan serangan udara secara masif kepada kelompok anti pemerintah termasuk Houti. Untuk lebih memahami konflik Yaman secara lebih komprehensif, maka dapat dilihat seperti gambar di bawah ini, Gambar 3. Conflict Escalation and De-escalation

War Violence Polarization Contradiadiction

Ceasefire Agreement Normalization

Difference

Reconciliation

Sumber: Glasl,1982 ; Fisher and Keashly, 1991 Consequences atau akibat yang ditimbulkan kasus konflik Darfur yaitu pertama korban perang saudara Yaman mengakibatkan hampir 10.000 orang kelaparan.5 Tambahan lagi, menurut data PBB mengatakan bahwa 7.025 warga setempat meninggal dan 11.140 terluka karena pertempuran sejak Maret 2015, 65 persen korban meninggal dikarenakan serangan udara koalisi yang dipimpin Arab Saudi. 6 Kedua, Yaman juga dilanda wabah kolera yang dianggap oleh United Nations sebagai kejadian terburuk di dunia. Diperkirakan 600.000 orang tertular kolera dan menyebabkan 2000 orang meninggal.7 Ketiga, selain hancurnya insfrstruktur dan pelayanan publik karena serangan udara koalisi Arab Saudi, masyarakat sipil di Yaman mengalami trauma mendalam, kekurangan makanan, terpapar malnutrisi dan penyakit lainnya. 5 BBCNews. 13 June 2018. “Yemen Conflict Explained in 400 Words.” Diakses pada 16 April 2019. Diakses dari https://www.bbc.com/news/world-middle-east-44466574 6 BBCNews. 21 Maret 2019. “Yemen Crisis: Why is there a War?” Diakses pada 16 April 2019. Diakses dari https://www.bbc.com/news/world-middle-east-29319423 7“Yemen’s War Explained in 4 Key Points.” Diakses pada 17 April 2019. Diakses dari https://www.dw.com/cda/en/yemens-war-explained-in-4-key-points/a-40056866

6

DEALING WITH CONFLICT Pada bagian ini merupakan asumsi bahwa setiap konflik dapat diselesaikan yakni bagaimana mekanisme kasus konflik Yaman agar dapat dikelola atau diselesaikan. Penulis mencoba menjelaskan bagaimana konflik dikelola dengan conflict management yang mengubah dari sesuatu yang bernuansa kekerasan menjadi sesuatu yang tidak destruktif tetapi memang konfliknya masih tetap ada dengan cara berusaha membatasi dan mengendalikannya agar tidak muncul melalui prasyarat. Konflik manajemen adalah: Conflict management is the positive and constructive handling of difference and divergence. Rather than advocating methods for removing conflict, it addresses the more realistic question of managing conflict: how to deal with it in a constructive way, how to bringopposing sides together in a cooperative process, how to design a practical, achievable, cooperative system for the constructive management of difference (Bloomfield and Reilly, 1998:18).

Sejauh ini, upaya menyatukan pihak-pihak yang terlibat dalam konflik Yaman telah gagal. Partisipasi dan goodwill setiap aktor harus dilibatkan sebagai syarat untuk menuju proses perdamaian. Selain itu, semua pihak juga harus menjunjung tinggi prinsip-prinsi yang diatur dalam International Humanitarian Law (IHL). IHL sebagai dasar dan aturan untuk mengatur dan memastikan perlindungan warga sipil, mematuhi prinsip perbedaan antara warga sipil, combatants, dan proposionalitas conduct of hostilities serta menahan untuk tidak melakukan serangan langsung terhadap warga sipil dan insfrastruktur. Dalam menyikapi konflik internal, PBB harus melakukan intervensi dan mencoba menawarkan solusi demi kemanusiaan dengan prinsip-prinsip yang meliputi pertama, intervensi PBB dilakukan berdasarkan permintaan atau persetujuan dari pemerintah negara berdaulat. Kedua, perlunya penekanan pada the consent of the legitimate government. Ketiga, menempatkan kepentingan penduduk lokal di atas kepentingan pemerintah yang mana solidaritas kemanusiaan lebih penting daripada prinsip kedaulatan negara. Keempat, perlunya membangun mekanisme pemerintahan yang dapat berfungsi sehingga dapat menciptakan tata tertib dan menjalankan fungsi-fungsi dasar lainnya. Kelima, intervensi yang dilakukan harus mencegah agar situasi konflik dapat segera dikendalikan untuk menghindari jatuhnya korban dalam jumlah

7

besar.8 Ketidakmampuan United Nations untuk mencegah serangan udara secara masif yang menimbulkan korban warga sipil dalam jumlah yang besar oleh koalisi Arab Saudi yang mendukung Presiden Hadi menunjukkan betapa peran United Nations sangat minim dan bahkan lamban dalam mengantisipasi serangan dan konflik terbuka.

CONFLICT INTERVENTION Poin utama United Nations adalah Agenda for Peace. Agenda for Peace sebagai agenda United Nations untuk perdamaian dan bagaimana solusi yang ditawarkan dapat secara efektif mampu memainkan perannya untuk membangun perdamaian dunia. “….it is considered to be a moral and legal duty not to attack, wound, or kill noncombatant civilians purposely. Injuries and death suffered by them as incidents of military operations, such as the bombardment of a town or a battle taking place in an inhabited area, are regretted as sometimes unavoidable concomitantas of war.” (Morgenthou, Hans J and Thompson, K., 1985)

Terkait dengan kasus Yaman, United Nations melakukan penyelidikan terhadap tingginya jumlah kematian penduduk sipil dan perlakukan serangan tidak proporsional di Yaman serta menyatakan bahwa semua pihak yang terlibat bersalah atas kejahatan perang berdasar Hukum Internasional.9 Tambahan lagi, United Nations menekankan bahwa semua pihak harus bertanggungjawab karena terkait pelanggaran Hak Asasi Manusia seperti contohnya penahanan sewenang-wenang, penyiksaan, kekerasan sesksual, memanfaatkan anak-anak dalam angkatan bersenjata di Yaman.

Preventive Diplomacy adalah seluruh upaya untuk mencegah konflik yang lebih luas lagi dengan menambah banyak pihak terlibat yang dilakukan oleh elit politik maupun pemimpin pada saat konflik terjadi. Tujuan dan target minimal Preventive Diplomacy yakni sebagai early warning yang merupakan kemampuan untuk mengetahui konflik akan terjadi dan untuk mencegah konflik secara terbuka. Preventive diplomacy10 dapat diartikan …is of special significance in cases where the original conflict may be said either to be the result of, or to imply risk for, the creation of power vacuum between the main blocs. Preventive action Wallersten, Peter. 1997. “New Actors, New Issues, New Actions.” Department of Conflict and Peace Research: Upsala University hal 5-7 8

Judith Vonberg and Nima Elbagir. 28 Agustus 2018. “All Sides in Yemen Conflict could be Guilty of War Crimes, Says UN.” Diakses pada 19 April 2019. Diakses dari https://edition.cnn.com/2018/08/28/middleeast/un-yemen-report-intl/index.html 9

10

Roy, S.L. 1984. Diplomacy. India: Sterling Publisher Pvt. Ltd., hal. 123

8

in such cases must, in the first place, aim at filling the vacuum so that it will not provoke action from any of the major parties. The ways in which a vacuum can be filled by the United Nations…” (Roy, S.L, 1984)

Dalam kasus Yaman, United Nations dinilai tidak berhasil melakukan preventive diplomacy karena tidak mampu mencegah konflik terbuka di Yaman dan ribuan korban sudah berjatuhan. Terbukti, adanya keterlibatan koalisi Arab Saudi bersama Uni Emirat Arab didukung dengan Amerika Serikat, Inggris dan Perancis melakukan serangan udara kelompok Houthi yang anti pemerintah Yaman secara tidak proporsional. Di dalam early warning, United Nations tidak berhasil mencegah kekerasan dan ribuan korban yang mayoritas penduduk sipil Yaman berjatuhan. Menurut United Nations Human Rights office (2015) menyebutkan bahwa sejak 2015, sebanyak 6.660 penduduk sipil meninggal dan lebih dari 10.500 orang terluka dalam konflik Yaman. Peacemaking merupakan semua upaya atau misi yang digunakan untuk menghentikan kekerasan dan menghasilkan kesepakatan agar dilakukannya gencatan senjata. Menurut Jemadu (2008) peacemaking adalah proses yang tujuannya mempertemukan atau merekonsiliasi sikap politik dan strategis dari pihak-pihak yang bertikai melalui mediasi, negosiasi dan arbitrasi terutama pada level elit atau pimpinan. James Mattis 11 (2018) menyebutkan bahwa menginginkan adanya gencatan senjata di Yaman dan semua pihak yang terlibat harus segera mengupayakan perdamaian. Gencatan senjata dilakukan dalam 30 hari ke depan dan harus membawa solusi. Target Amerika Serikat disini adalah bagaimana menarget kelompok Houthi tanpa membunuh penduduk sipil sebagai collateral damage. Di pihak Houthi, Houthi menolak jalan damai melalui Genewa karena menganggap United Nations tidak mampu menjamin keselamatan Houthi saat mereka kembali ke Sanaa. Konflik yang berlangsung sejak tahun 2015 ini sudah menwaskan lebih dari 10.000 orang dan tiga perempat penduduk Yaman menderita kelaparan.12 Meskipun ini merupakan langkah yang dirasa belum memadai, tetapi tanpa peacemaking tidak dapat dilakukannya proses perdamaian yang lebih jauh lagi. Maka, peacemaking merupakan sesuatu tindakan yang sangat penting dilakukan.

11

Menteri Pertahanan Amerika Serikat Kompas. “AS Inginkan Terjadi Gencatan Senjata di Yaman.” Diakses pada 21 April 2019. Diakses dari https://internasional.kompas.com/read/2018/31/11145311/as-inginkan-terjadi-gencatan-senjata-di-yaman

12

9

Peacekeeping yaitu merupakan upaya perdamaian dan merupakan sebuah misi agar gencatan senjata tetap bertahan dan aktifitas bantuan internasional dapat masuk walaupun mandatnya masih sangat terbatas. Menurut Jemadu (2008) peacekeeping adalah proses menghentikan atau mengurangi tindak kekerasan melalui military intervention yang menjalankan peran sebagai penjaga perdamaian yang netral. Dalam konflik Yaman, belum ada pasukan yang dikirim oleh United Nations sebagai observer maupun misi damai ke Yaman.

Peacebuilding merupakan proses implementasi perubahan atau rekonstruksi sosial, politik dan ekonomi demi terciptanya perdamaian yang langgeng dan diharapkan negative peace (the absence of violence) berubah menjadi positive peace dimana masyarakat merasakan adanya keadilan sosial, kesejahteraan ekonomi dan keterwakilan politik yang efektif.13 Dalam kasus konflik Yaman, tahap peacebuilding masih sulit untuk dilakukan meskipun ada upaya dari Amerika Serikat yang meminta koalisi Arab Saudi menarik pasukannya dan melakukan gencatan senjata. Namun, upaya perdamaian, proses rekonsiliasi dan pembangunan Yaman lebih lanjut memang belum ada. Penduduk di Yaman masih membutuhkan basic needs seperti makanan, obat-obatan dan tempat yang layak. Sejauh ini, 75 persen dari populasi Yaman masih memerlukan bantuan kemanusiaan. United Nations dan mitranya meminta USD 3 miliar melalui Humanitarian Response Plan untuk mendukung jutaan orang Yaman yang membutu...


Similar Free PDFs