Unsur Hara pada Tanah Salin (Garaman) PDF

Title Unsur Hara pada Tanah Salin (Garaman)
Author Ina Naya
Pages 9
File Size 633.7 KB
File Type PDF
Total Downloads 170
Total Views 325

Summary

Problematika Hubungan Air, Tanah dan Tanaman “Ketersediaan Unsur Hara pada Tanah Garaman” Oleh : Kelompok III Inayatul Lutfi (20110210047) Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 2012 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah merupakan hamparan benda alam yang...


Description

Accelerat ing t he world's research.

Unsur Hara pada Tanah Salin (Garaman) ina naya

Related papers

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

ISOLASI DAN UJI PRODUKSI IAA BAKT ERI PENAMBAT NIT ROGEN NON-SIMBIOT IK (Azot obact … Ahmad Arsyadi SURVEY DAN PEMETAAN T INGKAT SALINITAS (DHL) LAHAN SAWAH DI DESA SEI T UAN KECAMATAN PA… Wihart o Sunt oro OPT IMALISASI PEMANFAATAN RAWA PASANG SURUT UNT UK PERKEBUNAN KELAPASAWIT kade wulan

Problematika Hubungan Air, Tanah dan Tanaman “Ketersediaan Unsur Hara pada Tanah Garaman”

Oleh : Kelompok III Inayatul Lutfi

(20110210047)

Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 2012

I.

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah merupakan hamparan benda alam yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan makhluk di permukaan bumi. Tanah berasal dari suatu bahan yang dinamakan bahan induk (parent / materials). Bahan induk tanah dapat berupa suatu batuan atau bahan tanah yang terangkut dari tempat lain, lalu diendapkan pada suatu tempat. Selain berasal dari bahan induk tertentu, tanah juga memiliki beberapa sifat yakni sifat fisik, kimia, dan biologi. Sifat-sifat tersebut sangat berpengaruh pada daya dukung tanah terhadap kesuburan tanaman yang tumbuh di tanah tersebut. Hal tersebut juga tidak terlepas dari faktor ketersediaan unsur hara dalam tanah yang berhubungan dengan beberapa sifat tanah, yaitu sifat kimia dan biologi tanah. Unsur hara dibedakan menjadi unsur hara makro dan mikro. Kedua jenis unsur hara tersebut erat kaitannya dengan pH suatu tanah. Ketersediaan unsur hara makro (N, P, K, S, Ca, dan Mg) berada pada kisaran maksimum antara pH 6 – 8. Sedangkan unsur hara mikro (kecuali Mo) banyak tersedia pada pH rendah. Meskipun pH tanah tidak secara langsung mengontrol ketersediaan nitrogen (N), namun mempengaruhi aktivitas mikroba tanah. Pada kondisi masam dapat menghambat aktivitas mikroba dan memperlambat mineralisasi N (dari bahan organik) serta menurunkan nitrifikasi. Sedangkan pada pH tanah yang tinggi dapat mengakibatkan kehilangan N karena volatilisasi. Unsur Fosfor tersedia maksimum pada pH 5,5 – 7,5. Pada keadaan masam (pH 7,5 kandungan Ca tinggi dapat mengikat fosfat sehingga ketersediaannya menurun. Pada tanah yang tingkat dekomposisinya tinggi, pH rendah akan menyebabkan defisiensi unsur Mg. Magnesium mudah tercuci sebagai akibat tingginya ion H, Al, dan Fe yang saling berkompetisi memperebutkan sisi pertukaran ion. Ketersediaan unsur-unsur hara mikro juga tergantung pada pH tanah. Saat pH tanah turun, ketersediaan Fe, Mn, Zn, Bo, Cu semuanya meningkat, akan tetapi ketersediaan unsur hara mikro Mo menjadi turun (Karyanto,et all. 2012).

B. Tinjauan Pustaka 1. Pembentukan Tanah Garaman Tanah garaman disebut juga tanah salin yaitu tanah yang mempunyai kadar garam netral larut dalam air sedemikian sehingga dapat mengganggu pertumbuhan kebanyakan tanaman. Proses penimbunan garam mudah larut dalam tanah sehingga membentuk tanah garaman atau tanah salin disebut salinisasi. Jumlah H2O yang berasal presipitasi tidak cukup untuk menetralkan jumlah H2O yang hilang oleh evaporasi dan evapotranspirasi. Sewaktu air diuapkan ke atmosfer, garam-garam tertinggal dalam tanah. Garam-garam tersebut terutama adalah NaCl, Na2SO4, CaCO3 dan / atau MgCO3 (Candrabarata, 2011). Tanah salin dapat ditemukan di dua daerah yang berbeda, yaitu daerah pantai yakni salinitas yang disebabkan oleh genangan atau intrusi air laut dan daerah arid dan semi arid yakni salinitas yang disebabkan oleh evaporasi air tanah atau air permukaan. 2. Sifat Tanah Garaman a. Sifat Fisik Tanah salin dicirikan oleh daya hantar listrik (DHL) > 4 mmho/cm pada 25 oC, dan presentase natrium dapat ditukar (PNT) 4 mmho/cm pada 25oC, dan PNT > 15%. Jenis tanah ini mempunyai garam bebas dan Na+ yang dipertukarkan. Selama garam ada dalam jumlah berlebih, tanah-tanah tersebut akan terflokulasi dan pH nya biasanya ≤ 8,5. Jika tanah ini dilindi, kadar garam bebas menurun dan reaksi tanah dapat menjadi sangat alkalin (pH > 8,5) akibat berhidrolisis Na+ yang dapat dipertukarkan. Kamphorst dan Bolt (1976) menunjukkan bahwa DHL sebesar 4 mmho/cm bersesuaian dengan suatu tekanan osmotik pada kapasitas lapang sebesar 5 bar (Candrabarata, 2011). b. Sifat Kimia ö

Hubungan pH dengan ketersediaan unsur hara pada tanah salin Tanah salin memiliki nilai pH tanah berkisar 8,5 hingga 10. Nilai pH yang

tinggi pada banyak di antara tanah-tanah tersebut juga menurunkan ketersediaan sejumlah hara mikro. Jenis tanah ini sering kahat dalam Fe, Cu, Zn, dan/atau Mn. Selain itu, dengan pH lebih dari 7,5 kandungan kalsium yang tinggi dapat mengikat fosfat sehingga ketersediannya menurun (Karyanto, et all, 2012).

ö

Hubungan salinitasisasi dengan ketersediaan unsur hara pada tanah salin Kandungan NaCl yang tinggi pada tanah salin menyebabkan rusaknya

struktur tanah, sehingga aerasi dan permeabilitas tanah tersebut menjadi sangat rendah.Banyaknya ion Na di dalam tanah menyebabkan berkurangnya ion-ion Ca, Mg, dan K yang dapat ditukar, yang berarti menurunnya ketersediaan unsur tersebut bagi tanaman. Pengaruh salinitas terhadap tanaman mencakup tiga hal yaitu tekanan osmosis, keseimbangan hara dan pengaruh racun. Bertambahnya konsentrasi garam didalam suatu larutan tanah, meningkatkan potensial osmotik larutan tanah tersebut. Oleh sebab itu salinitas dapat menyebabkan tanaman sulit menyerap air hingga terjadi kekeringan fisiologis (Hakim, dkk, 1986 dalam Candrabarata, 2011). Peningkatan konsentrasi garam terlarut di dalam tanah akan meningkatkan tekanan osmotik sehingga menghambat penyerapan air dan unsur-unsur hara yang berlangsung melalui proses osmosis. Jumlah air yang masuk ke dalam akar akan berkurang sehingga mengakibatkan menipisnya jumlah persediaan air dalam tanaman. (Follet et al., 1981). Dalam proses fisiologi tanaman,

dan Cl⁻ diduga mempengaruhi

pengikatan air oleh tanaman sehingga menyebabkan tanaman tahan terhadap kekeringan. Sedangkan Cl⁻ diperlukan pada reaksi fotosintetik yang berkaitan dengan produksi oksigen.

Sementara

penyerapan

oleh

partikel-partikel

tanah

akan

mengakibatkan pembengkakan dan penutupan pori-pori tanah yang memperburuk pertukaran gas, serta dispersi material koloid tanah. c. Sifat Biologi Kandungan NaCl yang tinggi pada tanah salin menyebabkan rusaknya struktur tanah, sehingga aerasi dan permeabilitas tanah tersebut menjadi sangat rendah. Penyerapan

oleh partikel-partikel tanah akan mengakibatkan pembengkakan dan

penutupan pori-pori tanah yang memperburuk pertukaran gas, serta dispersi material koloid tanah (Candrabarata, 2011). Akibat yang ditimbulkan dari keadaan tersebut yaitu mikrobia dalam tanah salin berjumlah sedikit. Hal tersebut dikarenakan aerasi pada tanah salin sangat rendah, sehingga mikrobia tanah tidak dapat bernafas karena pertukaran gas terhambat.

3. Macam tanah salin Follet, et all (1981) dalam Sipayung (2003) mengklasifikasikan tanah menurut salinitas atas tiga kelompok berdasarkan hasil pengukuran daya hantar listrik sebagai berikut : a. Tanah salin dengan daya hantar listrik > 4,0 mmhos/cm, pH  8,5 dan Na-dd< 15% dengan kondisi fisik normal. Kandungan garam larutan dalam tanah dapat menghambat perkecambahan, penyerapan unsur hara dan pertumbuhan tanaman. b. Tanah sodik, dengan daya hantar listrik < 4,0 mmhos/cm, pH > 8,5 dan Na-dd> 15% dengan kondisi fisik buruk. Garam yang terlarut dalam tanah relatif rendah dan keadaan tanah cenderung terdispersi dan tidak permeable terhadap air hujan dan air irigasi. c. Tanah salin sodik, dengan daya hantar listrik > 4,0 mmhos/cm, pH < 8,5 dan Na-dd> 15% dengan kondisi fisik normal. Keadaan tanah umumnya terdispersi dengan permeabilitas rendah dan sering tergenang jika diairi. II.

PERMASALAHAN A. Kasus Pada tanah salin tidak semua tanaman dapat tumbuh dan berproduktivitas dengan baik. Tanaman yang rentan terhadap salinitas digolongkan pada tanaman glikofit. Gejala yang ditimbulkan yaitu tanaman mengalami kekeringan fisiologis dan akhirnya mati. Hal tersebut dapat mengakibatkan penurunan hasil panen yang akan didapatkan petani di daerah tersebut. Selain itu, kadar garam yang tinggi pada tanah salin menyebabkan tanah salin kekurangan beberapa unsur hara yang diperlukan bagi tanaman. B. Identifikasi Masalah Beberapa jenis tanaman tidak dapat tumbuh dan berproduktivitas dengan baik di tanah salin. Selain itu, kadar garam yang tinggi pada tanah tersebut mengakibatkan berkurangnya unsur hara pada tanah tersebut.

C. Analisis Masalah Berdasarkan kasus tersebut, ada beberapa tanaman yang rentan jika dibudidayakan di tanah salin. Selain itu, tanah salin juga mengalami penurunan kandungan unsur hara yang menyebabkan tanaman tidak dapat tumbuh dengan baik. Keadaan tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain sebagai berikut: a. Tanaman yang rentan terhadap salinitas digolongkan dalam tanaman glikofit. Contoh dari tanaman glikofit antara lain: tomat, timun, bawang merah, wortel, kentang, dan selada, serta jenis kacang-kacangan. Tanaman yang kurang atau tidak toleran terhadap salinitas akan mengalami perubahan struktur sel, yaitu pembengkakan mitokondria dan badan golgi, peningkatan jumlah retikulum endoplasma, dan kerusakan kloroplas. Di samping itu tanaman akan mengalami perubahan aktivitas metabolisme, meliputi penurunan laju fotosintesis, peningkatan laju respirasi, perubahan susunan asam amino, serta penurunan kadar gula dan pati di dalam jaringan tanaman. Peningkatan konsentrasi garam terlarut dalam tanah akan meningkatkan tekanan osmotik larutan tanah, akibatnya jumlah air yang masuk ke dalam akar tanaman akan berkurang atau jumlah air yang tersedia menipis (Anonim, 2012). Hal tersebut dapat mengakibatkan terjadinya kekeringan fisiologis yang pada akhirnya tanaman akan mati. b. Tanah salin mengandung NaCl yang tinggi pada tanah salin menyebabkan rusaknya struktur tanah, sehingga aerasi dan permeabilitas tanah tersebut menjadi sangat rendah. Banyaknya ion Na di dalam tanah menyebabkan berkurangnya ion-ion Ca, Mg, dan K yang dapat ditukar, yang berarti menurunnya ketersediaan unsur tersebut bagi tanaman. Selain itu, tanah salin memiliki nilai pH yang tinggi sehingga dapat menurunkan ketersediaan sejumlah hara mikro. Jenis tanah ini sering kahat dalam Fe, Cu, Zn, dan/atau Mn. Selain itu, dengan pH lebih dari 7,5 kandungan kalsium yang tinggi dapat mengikat fosfat sehingga ketersediannya menurun (Karyanto, et all, 2012). III.

PENYELESAIAN Untuk menangani masalah tersebut dapat ditempuh dengan cara-cara sebagai berikut: 1. Penanaman tanaman yang toleran terhadap tanah salin yang tinggi (asparagus, bayam, kapas, barley), salin sedang (tomat, kubis, jagung, padi), dan salin rendah (wortel, seledri, kacang hijau, dan lain-lain).

2. Penggunaan varietas yang tahan salin, misal varietas padi yang toleran terhadap garam antara lain : Johns 349, Kalarata, PoY~ali, Nonabokra, dan Benisail. 3. Perbaikan tanah dengan pengairan

air irigasi (air irigasi yang digunakan

memiliki DHLT ekstrak jenuh kurang dari 0,75 mmhos/cm karena pada air seperti ini kandungan natrium dan boron yang rendah) sehingga garam di daerah perakaran tercuci keluar. 4. Pemakaian mulsa organik. Mulsa organik (misal jerami) yang ditambahkan ke tanah mengurangi bahaya yang dialami tanaman

di tanah salin, yang

kemungkinan disebabkan terjerapnya garam dan oleh penurunan evaporasi sehingga mengurangi pergerakan air ke permukaan. 5. Peng-inokulasian jamur mikoriza (Glomus sp) pada tanaman yang akan ditanam untuk memperoleh hasil yang memuaskan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa fungi mikoriza dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman yang ditanam pada habitat salin. Tanaman bawang merah yang diinokulasikan dengan fungi mikoriza dari spesies Glomus ternyata memiliki berat bulbus dan bobot kering bawang serta total serapan hara yang lebih tinggi pada tanah salin. 6. Pengelolaan tanah dapat dilaksanakan dengan mencegah terjadinya akumulasi garam (salt) pada daerah perakaran, yaitu dengan mengatur gundukan barisan tanaman. Salah satu cara dengan double row bed pada tanah yang tingkat salintasnya tidak terlalu tinggi. Dengan cara single row bed maka akan terjadi akumulasi garam di daerah perakaran. Penggunaan irigasi sprinkler pada saat pre-emergen dapat mencegah akumulasi garam atau dengan spesial furrow (Rhodes dan Loveday, 1996). 7. Penggunaan

bahan-bahan

kimia,

seperti

kapur

dapat

memperbaiki

perkembangan bibit tanaman, memperbaiki kualitas air yang masuk dan disimpan, dan meningkatkan pencucian garam-garam terlarut. 8. Penggunaan pupuk organik, baik berupa pupuk kandang, pupuk hijau, maupun kompos dari bahan sisa-sisa tanaman dan gulma. Hal ini memiliki tujuan untuk menyeimbangkan hara terutama terhadap ratio antara Na, Ca dan Mg.

IV.

KESIMPULAN Tanah salin merupakan tanah yang mengandung garam mudah

larut

yang

jumlahnya cukup besar bagi pertumbuhan kebanyakan tanaman seperti NaCl. Kandungan NaCl yang berlebih dapat menghambat pertumbuhan tanaman, sehingga ada beberapa tanaman yang tidak dapat tumbuh dengan baik pada tanah salin. Selain itu, salinitas pada tanah dapat menyebabkan berkurangnya unsur hara dalam tanah. Oleh karena itu diperlukan beberapa cara untuk mengatasinya baik dalam hal pengolahan tanah, pengairan maupun pemilihan tanaman yang akan dibudidayakan pada tanah salin.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim (a). 2012. Alkalinitas. http://mtbcourse.files.wordpress.com/2011/09/alkalinitas. pdf. Diakses 30 Oktober 2012. Anonim (b). 2012. Konservasi Tanah. http://id.wikipedia.org/konservasi_tanah. Diakses 30 Oktober 2012. Candrabarata, R. 2011. Kimia Tanah. http://www.scribd.com/doc/59755089/kimia-tanah. Akses 13 Oktober 2012. Jumberi, A. dan M. Prama Yufdy. 2012. The potential of planting broad acre and vege crops in tsunami affected soil. http://www.dpi.nsw.gov.au. Diakses 30 Oktober 2012. Karyanto, A, L. Zen dan M.S. Hadi. 2012. Ketersediaan Hara Dalam Tanah. http://dc127.4shared.com/doc/eTJK4mmd/preview.html. Akses 14 oktober 2012. Meirina. 2011. Peran MikorizaPada Tanah Salin. http://mei-science. blogspot.com/2011/03/peran-mikorhiza-pada-tanah-salin.html. Diakses 30 Oktober 2012....


Similar Free PDFs