UQ (14) Metodologi Tafsir Berdasarkan Penggunaannya PDF

Title UQ (14) Metodologi Tafsir Berdasarkan Penggunaannya
Author Saiful Bahri
Pages 37
File Size 4.2 MB
File Type PDF
Total Downloads 88
Total Views 118

Summary

14 Berdasarkan nya 1. Tafsir bi (Riwayat) 2. Tafsir bi (Pendapat) Berdasarkan yang digunakan 1. Tafsir (Analitik) 2. Tafsir (Tematik) 3. Tafsir (Global) 4. Tafsir (Komparasi) • Kata berasal dari kata hallala-yuhallilu-tahlilan (ً‫)تحليلا‬ yang berarti menganalisa atau mengurai, maka kata berarti ana...


Description

14

Berdasarkan 1. Tafsir bi 2. Tafsir bi Berdasarkan 1. Tafsir 2. Tafsir 3. Tafsir 4. Tafsir

nya

(Riwayat) (Pendapat) yang digunakan (Analitik) (Tematik) (Global) (Komparasi)

• Kata berasal dari kata hallala-yuhallilu-tahlilan (ً‫)تحليلا‬ yang berarti menganalisa atau mengurai, maka kata berarti analytic atau analytical. • Metode , dinamakan juga adalah metode tafsir yang bermaksud menjelaskan kandungan ayatayat Al-Qur’an dari berbagai aspek; menerangkan makna-makna yang tercakup di dalamnya sesuai dengan keahlian dan kecenderungan mufassir, juga menguraikan penjelasan makna yang berupa penjelasan umum, susunan kalimat dan asbab alnuzulnya.

• Metode ini terkadang menambahkan penafsiran dengan perkataan dan pendapat para sahabat atau tabi’in, atau pun terkadang dengan uraian-uraian kebahasaan dan meteri-materi khusus lainnya yang ditujukan untuk melengkapi pemahaman tentang ayat-ayat al-Quran. • Namun, apabila seorang mufassir hanya menyebutkan sebagian saja, misalnya hanya menyebutkan analisis makna ayat, sababun nuzul, perbedaan pendapat ulama dalam qira`at tanpa menyebutkan munasabah antar ayat atau i’rob atau yang lainnya, maka metode penafsiran yang dia gunakan tetap dinamakan metode . Ini dilihat dari segi penguraiannya atau analisis yang dia gunakan untuk menafsirkan suatu ayat.

Metode memiliki ciri khusus yang membedakannya dari metode tafsir lainnya, ciri-ciri tersebut adalah : 1. Mufassir menafsirkan ayat per ayat dan surat demi surat secara berurutan sesuai dengan susunan/urutasn dalam mushaf. 2. Mufassir menjelaskan makna yang terkandung di dalam ayat-ayat Al-Quran secara komprehensif, dari berbagai sudut pandang, baik dari segi i’rab, munasabah ayat atau surah, asbab nuzul-nya dan lainnya. 3. Sumber yang digunakan bisa riwayat (bil ma’tsur) atau ijtihad (birra’yi) 4. Bahasa yang digunakan metode tahlili lebih rinci dan detail dari pada metode tafsir ijmali.

Secara umum langkah-langkah yang ditempuh oleh mufassir dengan metode tahlili ini adalah sebagai berikut : 1. Memberikan keterangan ayat atau surat yang sedang ditafsirkan (makkiyah atau madaniyah) 2. Menjelaskan (keterkaitan) antar ayat atau surat. 3. Menjelaskan apabila terdapat riwayat mengenainya. 4. Menjelaskan makna dari masing-masing ayat, serta unsur-unsur bahasa arab lainnya, seperti dan nya. 5. Menguraikan kandungan ayat secara dan maksudnya. 6. Merumuskan dan menggali yang terkandung di dalam ayat-ayat tersebut.

1. Metode tahlili merupakan metode penafsiran . 2. Metode ini adalah metode yang digunakan oleh para mufassir. 3. Metode ini memiliki berbagai (laun) dan (ittijah) yang paling banyak dibandingkan metode lain. 4. Dengan metode ini seorang mufassir memungkinkan untuk memberikan ulasan secara atau secara ringkas dan pendek saja ( ). 5. Metode tahlili memiliki pembahasan dan ruang lingkup yang sangat luas. Sumber dan bahasan bisa berupa riwayat ( ) atau ijtihad ( )

1. Metode ini kadang dijadikan para penafsir untuk menemukan dalil atau terhadap pendapatnya. 2. Metode ini mampu memberi jawaban tuntas terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi masyarakat, karena pembahasannya sering tidak tuntas 3. Bisa mengakibatkan penafsiran, karena terkadang keluar dari tema pokok ayat yang sedang dibahas 4. Metode ini bersifat , , terlalu dan sehingga kadang sulit untuk dipahami secara menyeluruh 5. Secara fisik karya tafsir dengan metode ini sehingga sulit untuk dibawa atau dibaca sekaligus.

)4 :‫َوصً(الَف‬ َ ُ‫ينًيُقَا ِتل‬ َ ‫بًالَّ ِذ‬ ُّ ‫ًَّللاًيُ ِح‬ ُ ‫ًَّااً ََََََّّ ُُ ًبُ يَّيَانً ًََّّ ير‬ َ ً‫ونً ِفي‬ َ ًِِ ‫سًِبي ِل‬ َ َّ ‫ِإ َّن‬ ➔ Dalam menjelaskan ayat ini Imam al-Qurtubi menulis 3 hal: 1. I’rob ayat dan makna marshush kemudian beberapa pembahasan detil struktur bahasa ayat tsb. 2. Menjelaskan kewajiban membuat komunitas/kesepakatan/ berkelompok/jama’ah. Dan larangan menyelesihi kesepakatan 3. Selain itu beliau merujuk pada penafsiran sebelumnya di beberapa surah, di antaranya di surah al-Baqarah. (Tafsir )

6. Dan rata-rata tafsir-tafsir yang

mengunakan metode bi al-ma’tsur serta sebagian tafsir bi ar-Ra’yi sebagaimana telah disebutkan dan dibahas terdahulu

berasal dari kata ijmal yang disertai dengan ya’ (‫ )ي‬nisbah. Kata juga semakna dengan kata . Istilah ini sering digunakan untuk menyebut “ ”. Sedang fungsi dari ya nisbah tersebut adalah menunjukkan sifat. Kata ijmal dalam bahasa Indonesia berarti global, sehingga arti kata ijmali adalah bersifat global. Jadi tafsir ijmali adalah tafsir yang bersifat global. Tafsir/penafsiran ini bersifat global, karena menggunakan metode ijmali/global. • Secara bahasa kata adalah ringkasan, ikhtisar, global dan penjumlahan. Dengan demikian definisi adalah penafsiran Al-Quran yang dilakukan dengan cara mengemukakan isi kandungan Al-Quran melalui pembahasan yang bersifat umum ( ) tanpa uraian atau pembahasan yang panjang dan luas, juga tidak dilakukan secara rinci sebagaimana .

• Para pakar menganggap bahwa metode ini merupakan metode yang pertama kali hadir dalam sejarah perkembangan metodologi tafsir, karena didasarkan pada kenyataan bahwa era awal mula Islam, metode inilah yang dipakai dalam memahami dan menafsirkan al-Quran. Ini terjadi lantaran para sahabat saat itu adalah orang-orang Arab yang ahli dalam bahasa Arab dan mengetahui dengan baik latar belakang asbabun nuzul ayat, bahkan menyaksikan serta terlibat langsung dalam situasi dan kondisi umat Islam ketika ayat-ayat al-Quran turun. Selain itu sahabat juga tidak memerlukan penjelasan yang rinci dari Nabi, tetapi cukup dengan isyarat dan uraian sederhana.

• Langkah yang dilakukan para mufassir dalam menafsirkan al-qur’an dengan metode ini adalah membahas ayat demi ayat sesuai dengan yang ada pada mushaf, lalu mengemukakan ayat-ayat tersebut secara . Makna yang diutarakan biasanya diletakkan di dalam rangkaian ayat atau menurut pola-pola yang diakui jumhur ulama’ dan mudah dipahami semua orang. Pendekatan bahasa, diupayakan lafazhnya mirip/serupa dengan lafadz yang digunakan al-Quran, sehingga pembaca bisa merasakan bahwa uraian tafsirnya tidak jauh berbeda dari gaya bahasa al-Quran

ً‫بًالَّاس) خالقُ ًوَّالَُ ً ُخص‬ ُ َ ‫(قُ يلًأ‬ )ً‫اس‬ ُ َ ‫(قُ يلًأ‬ ِ ََّّ‫بًال‬ ِ ‫عوذًُ ِب َر‬ ِ ‫عوذًُ ِب َر‬ . ‫بالذَرًتشريًّااًلُ ًوََّّاسبةًللستًّادةًَّنًشرًال َُّ َو يس ًِوسًفيًَدوره‬ ➔ menjelaskan satu ayat dengan beberapa kata saja. Dalam penafsiran metode ijmali ini, kita memahami bahwa penafsiran ayat-ayat al-Quran menjadi singkat dan jelas. Hanya menjelaskan beberapa kata yang dipandang belum jelas saja. Contohnya, karya Jalaluddin alMahally (864 H) dan Jalaluddin as-Suyuthi (911 H), jumlah kata-kata hanya lebih sedikit saja dari jumlah keseluruhan alQuran

Jalaluddin al-Mahally (864 H) dan Jalaluddin as-Suyuthi (911 H) , Mujamma’ Malik al-Fahd li Thiba’ati al-Mushaf (Saudi Arabia) (Kementrian Wakaf Mesir) , Kemenag RI (2015) 5. Karya serupa yang berbentuk Tafsir Ringkas yang simpel dan mudah dipahami serta singkat.

1. Penjelasan panjang lebar, detil dan berbagai sudut pandang 2. Menjelaskan kosakata, i’rab dan munasabah 3. Berbentuk buku yang dicetak dalam beberapa jilid 4. Teoritis, menyampaikan berbagai teori atau simpulan hukum-hukum

1. Ringkas dan padat serta simpel dan sederhana 2. Menjelaskan kosakata dgn padanannya (seperlunya) 3. Berbentuk buku rata-rata hanya satu jilid atau maksimal dua jilid 4. Tidak teoritis, karena menjelaskan makna ayat secara umum saja

• Kata berasal dari bahasa arab yaitu yang merupakan isim dari madhi yang berarti meletakkan, menjadikan, mendustakan atau membuat-buat. yang dimaksud di sini adalah yang dibicarakan atau judul atau topik. berarti penjelasan ayat-ayat Al-Quran yang mengenai satu judul/topik pembicaraan tertentu. Pengertian (tematik) ialah mengum-pulkan ayat-ayat al-Qur’an yang mempunyai tujuan yang sama atau serupa membahas judul/topik tertentu dan mengurutkan sedapat mungkin sesuai dengan masa turunnya selaras dengan sebab-sebab turunnya, kemudian memperhatikan ayat-ayat tersebut dengan penjelasanpenjelasan, keterangan-keterangan dan hubungannya dengan ayatayat lain, kemudian mengambil kesimpulan (istimbath) hukum tertentu.

Tafsir-tafsir para ulama kebanyakan menggunakan metode tafsir al-tahlily yaitu menafsirkan ayat-ayat Al-Quran, ayat demi ayat, surat demi surat secara berurutan seperti dalam mushaf, tanpa memperhatikan judul/tema ayat-ayat yang ditafsirkan. Hal itu umumnya disebabkan (1) karena dahulu pada awal pertumbuhan tafsir, mereka masih belum mengambil spesialisasi dalam ilmu-ilmu pengetahuan tertentu, yang memungkinkan mereka untuk menafsirkan ayat-ayat alQur’an secara tematik/topik, (2) karena mereka belum terdesak untuk menggunakan , disebabkan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang hafal seluruh isi al-Quran, dan sangat menguasai segala segi ajaran lslam sehingga mereka mampu untuk menghubung-kan satu ayat dengan ayat yang lain yang sama-sama mem-bicarakan judul/topik tertentu.

1. Bisa mencakup metode bil ma’tsur atau bir-ra’yi 2. Simpel/sederhana dan dinamis (berkembang) 3. Memilih tema secara spesifik dengan bahasan yang detil dan tuntas 4. Memberikan jawaban tantangan zaman 5. Membuktikan bahwa alQuran berlaku di berbagai tempat dan sepanjang zaman

1. Mencakup juga beberapa kelemahan metode bil ma’tsur atau bir-ra’yi 2. Terpaku pada bahasan khusus, terkadang sulit mengembangkan bahasan 3. Pemenggalan ayat yang kadang kurang tepat 4. Bisa menjebak penulisnya pada sudut pandang sempit dan reduktif terhadap alQuran

• Yaitu metode penafsiran dengan ayat dengan ayat, ayat dengan hadits atau perbedaan pandangan di antara para ulama dalam suatu masalah tertentu. • Lebih dekat dengan cara dan metode tafsir (tematik) • Perbandingannya empat konsideran: ayat dengan ayat, ayat-ayat dengan hadis Nabi Muhammad saw. tema dengan tema atau pendapat dengan pendapat lainnya

• Metode adalah “membandingkan ayatayat Al-Quran yang memiliki persamaan atau kemiripan redaksi, yang berbicara tentang masalah atau kasus yang berbeda, dan yang memiliki redaksi yang berbeda bagi masalah atau kasus yang sama atau diduga sama ”. Termasuk dalam objek bahasan metode ini adalah membandingkan ayat-ayat Al-Quran dengan sebagian yang lainnya, yang terkesan/ tampaknya bertentangan, serta membandingkan pendapat-pendapat ulama tafsir menyangkut penafsiran ayat-ayat Al-Quran tertentu.

antar ayat merupakan pola penafsir-an alQuran untuk ayat-ayat yang memiliki kesama-an redaksi maupun kasus atau redaksinya berbeda, namun kasusnya sama begitu atau sebaliknya. • Redaksinya berbeda-beda tapi tema/topiknya sama/serupa (misal: tema riba, perempuan dll) • Redaksinya mirip atau sama namun kasus atau temanya berbeda (misal: kisah Nabi Musa & tema-tema yang berbeda-beda) • Perbandingan pendapat/pandangan para ulama

• Pemahaman al-Baqilany dan as-Suyuthy dalam I’jaz alQuran, az-Zamakhsyary dan Al-Alusy dalam menafsiri ayat-ayat mutasyabihat. dan sebagainya. • Perbandingan Kisah Nabi Adam as. dalam Surah alBaqarah dan Surah al-A’raf • Pengulangan-pengulangan al-Quran terhadap Kisah Nabi Musa as.

‫‪dengan redaksi yang berbeda‬‬ ‫‪dengan surat‬‬ ‫‪.‬‬

‫‪Ayat-ayat membahas‬‬ ‫‪Surah‬‬

‫ساَّااًًۖ َو ََل‬ ‫علَ يي َُ يًًًۖأ َ ََّّلًت ُ يش ِر َُواً ِب ًِِ َ‬ ‫ًربُّ َُ ي ً َ‬ ‫ًۖوًِب يال َوا ِل َدي ِينً ِإ يح َ‬ ‫(قُ يلًتَعَالَ يواًأَتي ُلً ََّاً َح َّر َ َ‬ ‫ش ييئااً َ‬ ‫ًۖو ََّلًت َ يق َربُ ي‬ ‫شً ََّاً َ‬ ‫ظ َُ َرً‬ ‫واًالًًَّ َو ِ‬ ‫اح َ‬ ‫ًو ِإيَّا ُه ي ً َ‬ ‫ت َ ْقتُلُوا أ َ ْو ََل َد ُك ْم ِم ْن ِإ ْم ََلقًًَّۖ يَح ُنًَّ يَر ُزًقُ َُ ي َ‬ ‫اًو ََّاًبَ َ‬ ‫َا َُ ي ً ِب ًِِلَعَلَّ ًَُ ي ً‬ ‫سًالًَِّتيً َح َّر َ َّ‬ ‫ًو َّ‬ ‫ًۖو ََّلًت َ يقتُلُواًالََّّ يًّ َ‬ ‫ًَّللاًُ ِإ ََّّلً ِب يال َح ِ‬ ‫قًًۚ ًَذ ِل َُ ي َ‬ ‫ط َنً َ‬ ‫َِّ يَّ َُ َ‬ ‫ون)‬ ‫ت َ يع ِقلُ ًَ‬ ‫‪…Janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan‬‬ ‫)‪(QS. Al-An’am: 151‬‬

‫ًخ ي‬ ‫طئااً‬ ‫قًًَّۖ يً‬ ‫ًو ِإيَّا َُ ي ًًۚ ِإ َّنًقًَتيلَ ُُ ي ً ََ َ‬ ‫ان ِ‬ ‫( َو ََّلًت َ يقتُلُواًأ َ يو ََّل َد َُ ي ً َخ يشيَةًَ ِإ يَّ َل ٍ‬ ‫َح ُنًَّ يَر ُزقُ ُُ ي َ‬ ‫يرا)‬ ‫ََ ِب ا‬ ‫”‪“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan‬‬ ‫)‪(QS. Al-Isra: 31‬‬

Dua ayat tersebut membahas kasus yang sama, yaitu larangan mem-bunuh anak-anak karena alasan kemiskinan, namun redaksinya sedikit berbeda. Pertama, dari segi (objek) nya. mukhatab pada ayat pertama adalah orang miskin, sehingga redaksi yang digunakan adalah (‫)َّنًإَّلق‬ yang berarti karena alasan kemiskinan. Tegasnya, “janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena kamu miskin”. Sementara itu, pada ayat kedua adalah orang kaya sehingga redaksi yang digunakan adalah ( ‫ )خشيةًإَّلق‬yang berarti karena takut menjadi miskin. Tegasnya, “janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena kamu takut menjadi miskin”. Selanjutnya, pada ayat pertama didahulukan dengan maksud untuk menghilangkan kekhawatiran si miskin bahwa ia tidak mampu memberikan nafkan kepada anaknya, sebab Allah akan memberikan rizki kepadanya. Jadi, kedua ayat itu menumbuhkan optimisme kepada si kaya maupun si miskin.

1. Memberikan wawasan penafsiran yang lebih luas kepada pembaca 2. Ayat-ayat yang dibanding-kan menghasilkan simpu-lan yang komprehensif 3. Membuka pintu untuk selalu bersikap toleran terhadap pendapat orang lain yang kadang berbeda 4. Memperkaya wawasan 5. Mendorong pengkajian lebih detil dan teliti

1. Tidak cocok untuk pembaca pemula karena tergolong cukup rumit 2. Kurang bisa menjawab persoalan kehidupan, lebih cocok dengan metode tematik 3. Metode ini terkesan hanya membandingkan penaf-siranpenafsiran yang ada, bukan hal-hal baru...


Similar Free PDFs