27 Riyanto Kimia UII DOC

Title 27 Riyanto Kimia UII
Author Muhammad Aiman
Pages 10
File Size 1.5 MB
File Type DOC
Total Downloads 281
Total Views 573

Summary

DEGRADASI SENYAWA METILEN BIRU DENGAN METODE ELEKTROLISIS MENGGUNAKAN ELEKTRODA PLATINUM Riyanto1 dan Tatang Shabur Julianto1 1 Program Studi Ilmu Kimia, FMIPA, Universitas Islam Indonesia Jl. Kaliurang KM 14,5; Sleman, Yogyakarta; 55584; Web site: www.uii.ac.id; e-mail: [email protected] Abst...


Description

DEGRADASI SENYAWA METILEN BIRU DENGAN METODE ELEKTROLISIS MENGGUNAKAN ELEKTRODA PLATINUM Riyanto1 dan Tatang Shabur Julianto1 1 Program Studi Ilmu Kimia, FMIPA, Universitas Islam Indonesia Jl. Kaliurang KM 14,5; Sleman, Yogyakarta; 55584; Web site: www.uii.ac.id; e-mail: [email protected] Abstrak Telah dilakukan penelitian degradasi senyawa metilen biru (MB) dengan metode elektrolisis dengan menggunakan katoda dan anoda lempengan Pt. Senyawa metilen biru dengan konsentrasi 10 ppm sebanyak 50 mL dimasukkan dalam sel elektrolisis yang terbuat dari kaca, kemudian dicelupkan anoda dan katoda Pt yang dihubungan dengan sumber arus DC. Sebelum elektrolisis dilakukan ke dalam larutan dimasukkan gas nitrogen selama 15 menit. Elektrolisis dilakukan selama 2 jam dengan tegangan 2 volt tanpa dan dengan menggunakan elektrolit NaCl. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan waktu dan potensial yang sama, tanpa dan dengan penambahan NaCl, senyawa metilen biru terdegradasi masing-masing sebanyak 79,51 dan 100%. Selain itu efek penambahan NaCl dapat membentuk senyawa baru yang ditunjukkan dengan kenaikan puncak pada panjang gelombang 291 dan 201 nm. Kata kunci: degradasi, elektrolisis, metilen biru, spektrofotometer UV-Vis PENDAHULUAN Industri tekstil merupakan salah satu penghasil limbah cair yang berasal dari proses pewarnaan. Selain kandungan zat warnanya tinggi, limbah industri tekstil juga mengandung bahan-bahan sintetik yang sukar larut atau sukar diuraikan. Setelah proses pewarnaan selesai, akan dihasilkan limbah cair yang berwarna keruh dan pekat. Biasanya warna air limbah tergantung pada zat warna yang digunakan. Limbah air yang berwarna-warni ini yang menyebabkan masalah terhadap lingkungan. Limbah zat warna yang dihasilkan dari industri tekstil umumnya merupakan senyawa organik non-biodegradable, yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan terutama lingkungan perairan. Senyawa zat warna di lingkungan perairan sebenarnya dapat mengalami dekomposisi secara alami oleh adanya cahaya matahari, namun reaksi ini berlangsung relatif lambat, karena intensitas cahaya UV yang sampai ke permukaan bumi relatif rendah sehingga akumulasi zat warna ke dasar perairan atau tanah lebih cepat daripada fotodegradasinya (Dae-Hee et al. 1999 dan Al-kdasi 2004). Jika industri tersebut membuang limbah cair, maka aliran limbah tersebut akan melalui perairan di sekitar pemukiman. Dengan demikian mutu lingkungan tempat tinggal penduduk menjadi turun. Limbah tersebut dapat menaikkan kadar COD (Chemical Oxygen Demand). Jika hal ini melampaui ambang batas yang diperbolehkan, maka gejala yang paling mudah diketahui adalah matinya organisme perairan (Al-kdasi 2004). Oleh karena itu perlu, dilakukan pengolahan limbah industri tekstil yang lebih lanjut agar limbah ini aman bagi lingkungan. Menurut Al-kdasi (2004) berdasarkan struktur kimianya zat warna dibagi menjadi bermacam-macam, antara lain: zat warna nitroso, nitro, azo, stilben, difenil metana, trifenil metana, akridin, kinolin, indigoida, aminokinon, anin dan indofenol. Sedangkan berdasarkan pada cara pencelupan atau pewarnaan pada bahan yang akan diwarnai digolongkan menjadi zat warna asam, basa, dispersi, direct dan lain-lain. Namun, secara garis besar zat warna digolongkan menjadi dua golongan yaitu zat warna alami dan zat warna sintetik. Salah satu contoh zat warna yang banyak dipakai industri tekstil adalah metilen biru. Dalam pewarnaan, senyawa ini hanya digunakan sekitar 5% sedangkan sisanya yaitu 95% akan dibuang sebagai limbah. Senyawa ini cukup stabil sehingga sangat sulit untuk terdegradasi di alam dan 1...


Similar Free PDFs