AGRIBISNIS KREATIF PDF

Title AGRIBISNIS KREATIF
Author Farid Styawan
Pages 2
File Size 118.5 KB
File Type PDF
Total Downloads 315
Total Views 1,023

Summary

“AGRIBISNIS KREATIF” DALAM RANGKA SOLUSI MENANGGAPI KONDISI SOSIAL EKONOMI PERTANIAN INDONESIA Siapapun sepakat bahwa bangsa ini kaya dengan sumberdaya manusia, sumberdaya alam (terutama keragaman hayati), suku bangsa, sosial budaya, dan adat istiadat, kelembagaan produk pangan, dan keindahan alam. ...


Description

“AGRIBISNIS KREATIF” DALAM RANGKA SOLUSI MENANGGAPI KONDISI SOSIAL EKONOMI PERTANIAN INDONESIA Siapapun sepakat bahwa bangsa ini kaya dengan sumberdaya manusia, sumberdaya alam (terutama keragaman hayati), suku bangsa, sosial budaya, dan adat istiadat, kelembagaan produk pangan, dan keindahan alam. Persoalannya saat ini adalah berbagai sumberdaya kian hari kian menipis, terdegradasi, dan tereksploitasi secara tidak terkendali. Ironisnya, tidak sedikit yang dibeli, dicuri, dan dikuasai negara-negara yang mengeksploitasi. Pengelola dan penguasa negeri ini tampak sangat minim kreasi, sehingga lebih senang dengan menjual hasil produksi dalam keadaan mentah daripada melakukan peningkatan nilai tambah terlebih dahulu. Dapat dipastikan semua hasil bumi, hasil hutan, dan hasil laut dipasarkan dalam keadaan mentah dan murah (Setiawan, 2012). Dalam sudut pandang sosial ekonomi pertanian, hal ini menjadi sangat miris ketika banyak orang sudah tidak peduli dengan pertanian. Harus ada sebuah inovasi baru dalam rangka membangkitkan gairah kembali kepedulian masyarakat dalam sektor pertanian. Semua orang tahu bahwa sektor pertanian di Indonesia sangatlah melimpah, hanya saja banyak orang masih tidak peduli karena kesan “miskin” yang menempel pada label pertanian di Indonesia. Perlu penyadaran dan penggugahan diri dari masing-masing individu di Indonesia. Ketika masih banyak orang berfikir bahwa pertanian masih dekat dengan kemiskinan, kebangkitan akan dunia pertanian akan sangat terhambat dan susah untuk berkembang. Padahal, sosial ekonomi itu mencakup semua hal yang berhubungan dengan „mengapa pertanian Indonesia berkembang dengan sangat lambat” atau “mengapa di negara agraris seperti Indonesia ini masih banyak kesalahpahaman yang menyebabkan terjadinya impor”. Dalam hal ini sosial ekonomi sebagai control di dalam mengendalikan pertanian. Seperti yang dilansir pada salah satu sumber menyatakan bahwa permasalahan fundamental sosial-ekonomi pembangunan, yaitu jumlah penduduk yang terus meningkat (penduduk Indonesia yang besar sekitar 237 juta orang untuk tahun 2010 dan diperkirakan akan mencapai 300 juta orang untuk tahun 2025) dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,49% per tahun dan tingkat konsumsi beras rata-rata 102,2 kg/kapita/tahun. Kesenjangan untuk berbagai

sektor juga menjadi salah satu sumber mengapa pertanian agak susah mengalami perkembangan. Sebagai contoh, untuk kredit pertanian hanya 8%, sedangkan industri 33%, perdagangan 24%, dan jasa 24%. Kesenjangan antar daerah (ketimpangan perkotaan dan pedesaan, Jawa dan luar Jawa, bagian barat dengan bagian timur). Masalah krisis yang multidimensi dan berkelanjutan, serta masalah globalisasi. Maka dari itu, untuk mengatasi kondisi permasalahan sistem sosialekonomi ini, diberikan sebuah ide baru yaitu tentang agribisnis kreatif agar harapannya sektor pertanian bisa memberikan “image” yang lebih baik di mata masing-masing individu di Indonesia, yaitu bagaimana pertanian dikemas dengan sangat menarik. Agribisnis kreatif dimaknai sebagai sebuah bentuk kesadaran (consciousness) melihat sisi agribisnis yang tidak dipikirkan dan dikerjakan orang lain, tetapi mengerjakan sisi agribisnis yang tidak dipikirkan dan dikerjakan orang lain. Agribisnis kreatif itu bersifat dinamis dan menciptakan nilai (value creation), tetapi tidak bersifat progresif. Secara sosial ekonomi, potensi agribisnis kreatif juga didorong oleh kecenderungan dan kondusifitas iklim internal dan eksternal agribisnis, seperti menguatnya penggunaan pengetahuan dan teknologi lokal, meningkatnya usaha tani berwawasan ligkungan, berkembangnya kewirausahaan sosial

ekonomi,

agribisnis,

meningkatkan

sistem

pertanian

terpadu,

dikembangkannya ruang terbuka dan perilaku hijau di perkotaan (go green), serta menguatnya arus utama ekonomi hijau (green economy), dan industri ramah lingkungan (green industry). Agribisnis kreatif secara konkrit pada hakikatnya mengubah yang masih biasa saja menjadi luar biasa dengan sedikit penambahan proses di akhir setelah pasca-panen. Selain itu, agribisnis kreatif dapat dilakukan juga dengan mengubah image yang sudah menempel sebelumnya. Ditempelkan kesan seni atau sesuatu yang disukai orang banyak, tetapi tetap tidak meninggalkan esensi yang ada di dalam hal produksi produk pertanian.

Setiawan, I. 2012. Agribisnis Kreatif : Pilar Wirausaha Masa Depan, Kekuatan Dunia Baru Menuju Kemakmuran Hijau. Penebar Swadaya. Jakarta...


Similar Free PDFs