MANAJEMEN AGRIBISNIS PENDEKATAN MANAJEMEN DALAM AGRIBISNIS PDF

Title MANAJEMEN AGRIBISNIS PENDEKATAN MANAJEMEN DALAM AGRIBISNIS
Author Bem Fp 2019/2020
Pages 235
File Size 2 MB
File Type PDF
Total Downloads 219
Total Views 733

Summary

MANAJEMEN AGRIBISNIS PENDEKATAN MANAJEMEN DALAM AGRIBISNIS DR. SRI AYU ANDAYANI, S.P., M.P. MANAJEMEN AGRIBISNIS PENDEKATAN MANAJEMEN DALAM AGRIBISNIS Penulis: DR. SRI AYU ANDAYANI, S.P., M.P. Desain cover: [email protected] Layout Desain: [email protected] Editor: Yunita Farlina H...


Description

MANAJEMEN AGRIBISNIS PENDEKATAN MANAJEMEN DALAM AGRIBISNIS

DR. SRI AYU ANDAYANI, S.P., M.P.

MANAJEMEN AGRIBISNIS PENDEKATAN MANAJEMEN DALAM AGRIBISNIS

Penulis: DR. SRI AYU ANDAYANI, S.P., M.P. Desain cover: [email protected] Layout Desain: [email protected] Editor: Yunita Farlina Hak cipta dilindungi oleh Undang-Undang Nomor 19 tahun 2002. Dilarang memperbanyak/menyebarluaskan dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis dari penerbit. Penerbit :

CV. Media Cendikia Muslim Komp. Pesona Bukit Banjaran AE3 No. 6 Kab. Bandung-Jawa Barat Telp. 022-91611046

©2017 oleh DR. SRI AYU ANDAYANI, S.P., M.P.

Manajemen Agribisnis: Pendekatan Manajemen Dalam Agribisnis/ Dr. Sri Ayu Andayani, S.P., M.P.: Yunita Farlina (ed). Bandung, Media Cendikia Muslim: 2017 viii, 220 hlm: tab.:17.6 x 25cm ISBN 978-602-74766-8-4

PRAKATA Alhamdullilah Wasyukurillah ke hadirat Alloh S.W.T atas limpahan rahmat dan karunia-Nya hingga penulisan buku Manajemen Agribisnis: Pendekatan Manajemen dalam Agribisnis dapat terselesaikan. Buku ini kami susun mengingat pentingnya pengembangan agribisnis dalam masyarakat kita saat ini. Agribisnis merupakan salah satu bagian dari pertumbuhan ekonomi nasional sehingga perlu kiranya upaya dalam menambah pemahaman dan wawasan tentang konsep sistem agribisnis yang utuh melalui penerapan manajemen dalam agribisnis guna mewujudkan agribisnis yang semakin tangguh. Buku ini diharapkan dapat memberikan pencerahan dan manfaat untuk berbagai kalangan terutama pihak- pihak yang terkait, para pelaku agribisnis, para pembuat kebijakan dalam pengembangan agribisnis di suatu daerah, masyarakat ilmiah (dosen, peneliti, dan mahasiswa) serta masyarakat luas. Dalam buku ini penulis menyajikan paparan yang sistematis dan terperinci mengenai Manajemen Agribisnis yang termuat dalam 9 (sembilan) bab. Buku ini dilengkapi Glosarium yang berisi defi nisi dari kata-kata kunci yang berkaitan dengan agribisnis serta Indeks yang akan memudahkan pembaca menemukan kata kunci berkaitan dengan agribisnis dalam buku ini. Berikut ini konten yang disajikan dalam setiap bab. Bab 1 Ruang Lingkup Sistem Agribisnis meliputi Pengertian dan Ruang Lingkup Agribisnis; Perkembangan Pertanian dan Agribisnis; Pendekatan Kajian Sistem Agribisnis; Konsep dan Karakteristik Agribisnis, serta Integrasi Vertikal dan Horizontal Sistem Agribisnis. Selanjutnya Bab 2 Manajemen Agribisnis meliputi Pentingnya Manajemen dalam Sistem Agribisnis sera Pengertian dan Fungsi-Fungsi Manajemen. Bab 3 Manajemen Teknologi Agribisnis meliputi Teknologi dalam Agribisnis dan Perkembangannya; Fungsi-Fungsi Manajemen Teknologi; serta Alat dan Mesin Pertanian. Pada Bab 4 Manajemen Produksi Agribisnis dipaparkan materi tentang Manajemen Produksi dalam Usaha Pertanian; Defi nisi dan Ruang Lingkup Agrobisnis; Peranan Agroindustri dalam Agribisnis; serta Karakteristik dan Manajemen Agroindustri. Bab 5 Pembiayaan

iii

Agribisnis meliputi Pembiayaan Pertanian; Lembaga Pembiayaan Agribisnis; serta Pengukuran Kinerja Usaha. Kemudian Bab 6 Pemasaran Agribisnis menyajikan Pengertian Pemasaran; Perkembangan Ilmu dan Seni Pemasaran Agribisnis; Peranan Pemasaran dalam Sistem Agribisnis; Saluran Pemasaran dalam Sistem Agribisnis; serta Fungsi dan Bauran Pemasaran. Bab 7 Manajemen Risiko Agribisnis meliputi Risiko dan Manajemen Risiko; Risiko dalam Agribisnis; serta Pengelolaan Risiko dalam Agribisnis. Kemudian Bab 8 Kelembagaan Penunjang Sistem Agribisnis menyajikan Lembaga-Lembaga Penunjang Agribisnis serta Peranan Lembaga-Lembaga Penunjang dalam Pengembangan Agribisnis. Terakhir pada Bab 9 disajikan Studi Kasus Agribisnis Bawang Merah. Penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggitingginya kepada Bapak Prof. Dr. Ir. H. Sutarman, M.Sc. selaku Rektor Universitas Majalengka yang telah memberikan pengantar untuk menyempurnakan buku ini. Penulis menyadari bahwa buku ini masih memiliki kekurangan yang perlu untuk diperbaiki sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak. Seiring doa dan harapan, semoga buku ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan sistem agribisnis yang kompetitif. Majalengka, Januari 2017 Penulis

iv

PENGANTAR Manajemen, suatu Fungsi Pencapaian Tujuan Ketangguhan Agribisnis Negara Indonesia merupakan Negara agraris yang sebagian besar dari seluruh penduduk Indonesia bermata pencaharian di bidang pertanian, di mana pertanian ini mencakup kegiatan di bidang tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan sehingga dapat dikatakan pertanian adalah sektor terpenting dalam kehidupan manusia. Jika pertanian meningkat maka Negara agraris dapat dirasakan secara utuh oleh masyarakat Indonesia. Berbagai upaya dalam membangun sektor pertanian telah lama dilakukan, salah satunya melalui sistem agribisnis. Pembangunan sistem agribisnis perlu dijadikan sebagai penggerak utama (grand strategy) dalam pembangunan Indonesia secara keseluruhan. Jika pertanian dapat dibangun dan bangkit menjadi sektor yang tangguh melalui sistem agribisnis maka diharapkan akan menjadi tonggak dalam kebangkitan pembangunan nasional karena mempunyai peran yang cukup besar bagi perekonomian Negara. Proses pembangunan pertanian dapat dijabarkan sebagai wujud nyata dan harus dipandang sebagai proses yang berlangsung dalam keberlanjutan sehingga pembangunan ekonomi dapat terwujud. Sampai sejauh ini, sistem agribisnis di Indonesia masih mempunyai kendala dan permasalahan yang bersifat kritikal yang sampai saat ini belum mampu diselesaikan secara utuh. Petani sebagai unit agribisnis terkecil sampai sejauh ini pun belum mampu mencapai nilai tambah yang rasional sesuai dengan skala usahatani secara terpadu. Fenomena ini dipandang perlu adanya suatu pengurusan, pengelolaan, pengendalian, pengusahaan sistem agribisnis ini melalui pendekatan manajemen terpadu. Pertanian dengan sistem agribisnis harus memahami konsep-konsep manajemen dan dalam mencapai keberhasilan sistem agribisnis dapat ditentukan pula oleh faktor-faktor manajemen tersebut.

v

Apresiasi saya dengan terbitnya buku Manajemen Agribisnis: Pendekatan Manajemen dalam Agribisnis ini dengan harapan dapat dijadikan salah satu upaya dalam meningkatkan daya saing agribisnis melalui pendekatan manajemen yang tepat tujuan dan sasaran sehingga dapat mewujudkan keberlanjutan sektor pertanian dan pembangunan ekonomi secara luas. Saya ucapkan selamat kepada saudari Sri Ayu Andayani, semoga lahir karya-karya berikutnya.. Aamin YRA. Rektor Universitas Majalengka

Prof. Dr. Ir. H. Sutarman, M.Sc.

V i

.........

BAB 1

RUANG LINGKUP SISTEM AGRIBISNIS

Tujuan Instruksional: Setelah mempelajari bab ruang lingkup sistem agribisnis, pembaca diharapkan memahami konsep agribisnis, pengertian dari agribisnis, perkembangan pertanian dan agribisnis, pendekatan kajian sistem agribisnis serta integrasi vertikal dan horizontal dari sistem agribisnis.

Pendahuluan Pada umumnya masyarakat berpikir bahwa pertanian adalah kegiatan yang memproduksi tanaman dan hewan. Dapat dikatakan pula bahwa pertanian merupakan kegiatan budidaya tanaman untuk memenuhi kebutuhan hidup atau yang digambarkan hanya cows, sows, dan plows. Jika pandangan terhadap pertanian sebatas itu, tidak mustahil masyarakat sebagai produsen komoditas pertanian akan menjadi lamban dalam mewujudkan pertanian yang maju dan berdaya saing. Saat ini pertanian harus menjadi pertanian terpadu, pertanian berwawasan agroindustri yang mampu menghadapi tantangan baik internal maupun eksternal dan menjadi basis pertumbuhan ekonomi sehingga menjadi penggerak utama dalam pembangunan ekonomi nasional. Melalui konsep tersebut masyarakat diharapkan mampu menumbuhkan sektor pertanian menjadi sumber pertumbuhan baru bagi perekonomian Indonesia. Dengan demikian, ruang lingkup pertanian menjadi semakin luas dalam sudut pandang sebagai suatu sistem dalam agribisnis. Indonesia mempunyai potensi yang besar dalam pengembangan agribisnis atau bahkan menjadi leading sector dalam pembangunan nasional. Kegiatan agribisnis umumnya bersifat resources based industry dan agribisnis akan menjamin perdagangan yang lebih kompetitif.

A. Pengertian dan Ruang Lingkup Agribisnis 1. Pengertian Agribisnis Defi nisi tentang agribisnis banyak sekali. Banyak ahli banyak yang memberikan defi nisi tentang agribisnis. Istilah Agribusiness untuk pertama kali dikenal oleh masyarakat Amerika Serikat pada tahun 1955, ketika John

1

H. Davis menggunakan istilah tersebut dalam makalahnya yang disampaikan pada Boston Conference on Distribution. Kemudian John H. Davis dan Ray Goldberg kembali memasyarakatkan agribisnis melalui buku mereka yang berjudul A Conception of Agribusiness yang terbit pada tahun 1957 di Harvard University. Ketika itu kedua penulis bekerja sebagai guru besar di universitas tersebut. Tahun 1957 itulah dianggap oleh para pakar sebagai tahun kelahiran konsep agribisnis. Dalam buku tersebut, Davis dan Goldberg mendefi nisikan agribisnis sebagai berikut: The sum total of all operation involved in the manufacture and distribution of farm supplies production operation on farm and the storage, processing and distribution of farm commodities and items made from them. Agribisnis Menurut Asal Kata Agribisnis berasal dari kata Agribusiness. Agri diambil dari istilah Agriculture artinya pertanian dan Business artinya usaha atau kegiatan yang berorientasi profi t. Jadi secara sederhana Agribisnis (agribusiness) didefi nisikan sebagai usaha atau kegiatan pertanian dan terkait dengan pertanian yang berorientasi profi t. Pengertian agribisnis menurut Soekartawi (2000): Agribisnis berasal dari kata agri dan bisnis. Agri berasal dari bahasa Inggris, agricultural (pertanian). Bisnis berarti usaha komersial dalam dunia perdagangan. Pengertian agribisnis menurut Semaoen (1996) yang dikutip Siagian (1997), agribisnis adalah suatu kegiatan usaha yang berkaitan dengan sektor agribisnis, mencakup perusahaan-perusahaan pemasok input produksi (up stream side industries), penghasil (agricultural producing industries), pengolahan produk agribisnis (downstream side industries), dan jasa pengangkutan dan jasa keuangan (agri-supporting industries). Pengertian agribisnis menurut Downey and Erickson (1987) dalam Saragih (1998): Agribisnis adalah kegiatan yang berhubungan dengan penanganan komoditas pertanian dalam arti luas, yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan masukan dan keluaran produksi (agroindustri), pemasaran masukan-keluaran pertanian dan kelembagaan penunjang kegiatan. Adapun yang dimaksud dengan berhubungan adalah kegiatan usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian. Pengertian agribisnis menurut Sjarkowi dan Sufri (2004): Agribisnis adalah setiap usaha yang berkaitan dengan kegiatan produksi pertanian, yang meliputi pengusahaan input pertanian dan atau pengusahaan produksi itu sendiri atau pun juga pengusahaan pengelolaan hasil pertanian.

2

Manajemen Agribisnis: Pendekatan Manajemen dalam Agribisnis

Agribisnis, dengan perkataan lain, adalah cara pandang ekonomi bagi usaha penyediaan pangan. Sebagai subjek akademik, agribisnis mempelajari strategi memperoleh keuntungan dengan mengelola aspek budidaya, penyediaan bahan baku, pascapanen, proses pengolahan, hingga tahap pemasaran. Defi nisi agribisnis menurut Drilon Jr. dalam Saragih (1998): Agribisnis adalah … the sum total of operations involved in the manufacture and distribution of farm supplies, production activities on the farm, storage, processing and distribution of farm commodities and items for them …. Pengertian agribisnis menurut Arsyad dkk: Agribisnis adalah kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran produk-produk yang ada hubungannya dengan pertanian dalam arti luas. Pengertian agribisnis menurut Wibowo dkk, (1994): Pengertian agribisnis mengacu kepada semua aktivitas mulai dari pengadaan, prosesing, pengelolaan, penyaluran sampai pada pemasaran produk yang dihasilkan oleh suatu usahatani atau agroindustri yang saling terkait satu sama lain. Soehardjo (1997) yang dikutip oleh Said dan Intan (2004) menjelaskan bahwa agribisnis adalah satu kesatuan sistem agribisnis yang terdiri atas beberapa subsistem, seperti subsistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi (SS1), subsistem budidaya/produksi primer (SS2), subsistem pengolahan (SS3), subsistem pemasaran (SS4), dan lembaga penunjang agribisnis. Berdasarkan defi nisi-defi nisi tersebut di atas, maka dapat dikatakan bahwa sistem agribisnis merupakan satu kesatuan dari subsistem yang berada dalam satu sistem agribisnis yang dimulai dari kegiatan hulu atau input produksi (off farm 1), budidaya (on farm), produksi (off farm 2), dan distribusi. Agribisnis sebagai suatu sistem yang jika dikembangkan harus terpadu dan selaras dengan semua subsistem yang ada di dalamnya (Perdana, T. 2012). Dapat kita gambarkan rangkaian sistem agribisnis tersebut seperti tersaji pada Gambar 1.1 SS1 : input dan sarana produksi

SS2 : Budidaya

SS3 : Pengolahan

SS4 : Pemasaran

SS lembaga penunjang : lembaga penelitian, Bank, Pemerintah, Koperasi, dll

Gambar 1.1 Sistem Agribisnis dan Lembaga Penunjang (Dimodifi kasi dari Soehardjo, 1997 yang dikutip dari Said dan Intan, 2004)

3

1.

2.

3. 4.

5.

Bertitiktolak dari Gambar 1.1, dapat diuraikan hal-hal sebagai berikut: Subsistem Input dan Sarana Produksi (SS 1). Termasuk di dalam kegiatan SS I adalah kegiatan dalam penyaluran pupuk, bibit tanaman, peralatan dan mesin pertanian, dan sebagainya. Hubungan bolak balik seperti terlihat pada gambar antara SS 1 dan SS 2 merupakan hubungan saling ketergantungan dimana SS 1 membutuhkan informasi terhadap perbaikan input dan sarana yang dihasilkan agar sesuai dengan kebutuhan SS 2. Adapun SS 2 membutuhkan sarana dan input produksi untuk operasionalisasi dari kegiatan budidaya atau produksi. Sektor hilir juga memasok sarana dan input produksi bagi SS 3. Subsistem produksi primer/budidaya (SS 2). Seluruh aktivitas yang berkaitan dengan budidaya yang memproduksi. Hasil produk yang dihasilkan oleh SS 2 biasanya masih bisa langsung dapat dikonsumsi tapi ada juga yang harus diproses terlebih dahulu. Jika produk dari SS2 tersebut dapat langsung dikonsumsi maka bisa langsung dijual melalui SS 4, tetapi jika produk tersebut belum dapat dikonsumsi tapi harus diproses dulu maka produk tersebut masuk ke SS 3 untuk diolah. Biasanya hasil olahan produk dari SS 2 akan menghasilkan produk yang siap untuk dikonsumsi dan harganya lebih tinggi daripada saat masih raw material. Subsistem pengolahan (SS 3) merupakan subsistem yang mengolah produksi komoditas pertanian menjadi produk-produk turunannya. Subsistem pemasaran (SS 4) merupakan subsistem yang mendistribusikan produksi komoditas pertanian dan produk turunannya ke tangan konsumen akhir. Subsistem lembaga penunjang merupakan subsistem yang turut andil dalam mengembangkan SS 1 sampai 4, seperti lembaga keuangan, perguruan tinggi, lembaga penelitian, koperasi, dan sebagainya.

2. Ruang Lingkup Agribisnis Ruang lingkup sistem agribisnis dijelaskan pula oleh Davis dan Golberg, Sonka dan Hudson, Farrell dan Funk adalah agribusiness included all operations involved in the manufacture and distribution of farm supplies; production operation on the farm; the storage, processing and distribution of farm commodities made from them, trading (wholesaler, retailers), consumer to it, all non farm fi rms and institution serving them. Hal tersebut menjelaskan bahwa agribisnis adalah suatu sistem. Saragih (1989) menjelaskan tentang sistem agribisnis yang terdiri dari beberapa subsistem dengan melihat pendapat di atas.

4

Manajemen Agribisnis: Pendekatan Manajemen dalam Agribisnis

Subsistem agribisnis hulu (downstream agribusiness) Subsistem ini dapat disebut pula sebagai subsistem faktor input yaitu subsistem pengadaan sarana produksi pertanian. Hal yang berhubungan dengan kegiatan ini adalah memproduksi dan mendistribusikan bahan, alat, dan mesin yang dibutuhkan usahatani atau budidaya pertanian Subsistem agribisnis usahatani (on-farm agribusiness) Subsistem usahatani atau budidaya disebut juga subsistem produksi pertanian. Kegiatan yang melakukan budidaya pertanian dalam arti luas dan kegiatan ini menghasilkan berbagai macam komoditas primer atau bahan mentah Subsistem agribisnis hilir (upstream agribusiness) Subsistem agribisnis hilir ini terdiri atas dua kegiatan yaitu pengolahan komoditas primer dan pemasaran komoditas primer atau produk olahan. Kegiatan pengolahan komoditas primer adalah memproduksi produk olahan setengah jadi maupun barang jadi yang siap dikonsumsi konsumen atau kegiatan ini sering disebut juga agroindustri. Kegiatan pemasaran dapat berlangsung mulai dari pengumpulan komoditas primer sampai pengeceran kepada konsumen. Subsistem jasa pelayanan pendukung agribisnis (supporting institution) Subsistem ini merupakan kelembagaan penunjang kegiatan agribisnis yaitu semua jenis kegiatan yang dapat mendukung dan melayani dalam mengembangkan kegiatan ketiga subsistem agribisnis yang lainnya. Lembaga –lembaga yang terlibat misalnya lembaga keuangan (perbankan, modal ventura, asuransi), lembaga penyuluhan dan konsultan (layanan informasi dan pembinaan teknik produksi, budidaya, dan manajemen), lembaga penelitian (balai-balai penelitian, perguruan tinggi).

B. Perkembangan Pertanian dan Agribisnis Pertanian saat ini dicapai melalui proses perkembangan yang cukup panjang dari berbagai zaman dan peradaban manusia. Di mulai dari kegiatan berburu dan meramu kemudian ladang berpindah sampai akhirnya manusia memutuskan untuk menetap di suatu tempat.

1. Zaman Perunggu (3000 SM) Pada zaman ini, pertanian sudah dikenal orang dan sudah menyebar sehingga sudah dijadikan sebagai mata pencaharian pada umumnya. Alatalat yang digunakan untuk kegiatan pertanian dibuat dari perunggu untuk mempermudah kegiatan budidaya pertanian. Pada zaman ini roda sudah

5

ditemukan roda sebagai alat transportasi pengangkut tanaman dan sungai nil digunakan sebagai irigasi tanaman penduduk Mesir (Perdana, 2012).

2. Zaman Besi (1000 SM) Pada zaman ini sudah mulai berkembang perdagangan produk-produk pertanian. Peralatan untuk kegiatan pertanian yang terbuat dari besi sudah banyak bahkan masih digunakan sampai sekarang. Penggunaan uang untuk menjual produk pertanian pada saat panen.

3. Abad Pertengahan (400 – 1500 M). Terjadi perlambatan pada perkembangan pertanian. Pada zaman ini petani mulai mengerti pentingnya konservasi tanah, rotasi tanaman, teknik perkembangbiakan ternak secara selektif.

4. Revolusi Pertanian dan Industri Revolusi Industri terjadi pada pertengahan abad ke-18. Awalnya didahului oleh revolusi agraria. Ada dua tahap revolusi agraria. Revolusi Agraria I adalah tahapan terjadinya perubahan penggunaan tanah yang semula hanya untuk pertanian menjadi usaha pertanian, perkebunan, dan peternakan yang terpadu. Revolusi Agraria II mengubah cara mengerjakan tanah yang semula tradisional dengan penggunaan mesin-mesin atau mekanisasi. Seiring revolusi Industri terjadi perubahan besar pada produksi pertanian dan sangat mendukung pada perkembangan agribisnis. Penemuan teknologi sangat cepat dengan ditemukannya mesin-mesin. Pada revolusi ini kegiatan usahatani sudah mulai menggunakan mesin-mesin sebagai pengganti tenaga manusia dan hewan. Hal ini sebagai akibat dari kekurangan tenaga kerja karena terjadi perpindahan penduduk dari desa ke kota. Banyak pabrik didirikan di kota sehingga membutuhkan tenaga kerja untuk pengoperasian mesin. Perubahan ini mengakibatkan terjadinya pergeseran dari pertanian tradisional menjadi pertanian komersial. Revolusi pertanian dan industri dapat membawa perubahan juga dalam berbagai hal antara lain sebagai berikut seperti dikutip dari Perdana (2012) a. Pengembangan automobile oleh Henry Ford b. Pembuatan traktor dengan ba...


Similar Free PDFs