Aspek Manajerial dalam Agribisnis PDF

Title Aspek Manajerial dalam Agribisnis
Author Arbi Iman
Pages 6
File Size 123.5 KB
File Type PDF
Total Downloads 645
Total Views 1,040

Summary

Aspek Manajerial dalam Agribisnis 5. ASPEK MANAJERIAL DALAM AGRIBISNIS 5.1 Konsep Dasar Manajemen Manajemen pada pokoknya merupakan proses kegiatan yang harus dilakukan dalam setiap organisasi atau perusahaan dalam upaya mencapai tujuan yang sudah ditetapkan dengan melalui kerja sama orang-orang den...


Description

Aspek Manajerial dalam Agribisnis

5. ASPEK MANAJERIAL DALAM AGRIBISNIS 5.1 Konsep Dasar Manajemen Manajemen pada pokoknya merupakan proses kegiatan yang harus dilakukan dalam setiap organisasi atau perusahaan dalam upaya mencapai tujuan yang sudah ditetapkan dengan melalui kerja sama orang-orang dengan menggunakan sumber-sumber yang tersedia. Beberapa arti manajemen yang dikemukakan oleh beberapa ahli manajemen adalah sebagai berikut : 1. John D. Millet, manajemen adalah proses pembimbingan dan penyediaan fasilitas-fasilitas kerja terhadap orang-orang yang tergabung dalam suatu organisasi resmi untuk mencapai suatu tujuan. 2. Harold Koontz & Cryil O’Donnell, mengatakan bahwa manajemen adalah penyelesaian pekerjaan melalui kegiatan-kegiatan daripada orang lain. 3. Oei Liang Lee, manajemen adalah ilmu dan seni merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan, mengkoordinasikan dan mengawasi tenaga manusia dengan bantuan alat-alat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Berdasarkan beberapa definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli manajemen, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian manajemen adalah ilmu dan seni untuk mendapatkan sesuatu melalui kerja sama dengan orang lain yang direncanakan, diorganisasi, diarahkan, dikoordinasi dan diarahkan berdasarkan pada suatu tujuan yang telah ditetapkan. Terdapat beberapa fungsi dari manajemen adalah sebagai berikut : 1. Perencanaan (planning) Perencanaan merupakan penetapan terlebih dahulu apa yang akan dikerjakan kemudian, dalam batas waktu tertentu untuk mendapatkan hasil tertentu, dengan penggunaan faktor-faktor tertentu. Secara garis besar dalam perencanaan menggambarkan tentang apa, bagaimana, mengapa, dan kapan suatu kegiatan akan dilakukan. 2. Pengorganisasian (organizing) Dalam pengorganisasian ditetapkan sistem organisasi yang dianut dan menetapkan pembagian pekerjaan, tugas dan tanggung jawab dari masing-masing orang yang ikut bekerja sama untuk mempermudah pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Setiap tujuan memerlukan keahlian sesuai bidangnya. 3. Pengarahan (directing) Pengarahan merupakan pemberian instruksi resmi dari manajer kepada bawahan agar para bawahan mau melaksanakan tugas yang dibebankan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Bentuk

Laboratorium Manajemen Agribisnis

Aspek Manajerial dalam Agribisnis

pengarahan yang diberikan oleh manajer dapat berupa orientasi, perintah, maupun delegasi wewenang. 4. Pengkoordinasian dan penyusunan staf (coodinating) Pengkoordinasian merupakan kegiatan terutama yang dilakukan oleh manajer untuk menyelaraskan berbagai pendapat antara masingmasing orang kepada suatu keadaan yang harmonis sehingga tujuan yang telah ditetapkan teracapai. 5. Pengawasan (controlling) Pengawasan merupakan penialaian terhadap pekerjaan baik yang sedang dikerjakan maupun yang sudah selesai, sehingga dapat diketahui bila terjadi penyimpangan-penyimpangan dan dapat dilakukan perbaikan-perbaikan agar tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Secara keseluruhan mekanisme kerja dari fungsi-fungsi manajemen tersebut dapat dilihat pada gambar berikut: Informasi

1. 2. 3. 4. 5. 6.

1. 2. 3. 4. 5.

Fungsi Manajemen Perencanaan Pengorganisasian Pengarahan Pengkoordinasian Pengawasan

Basic Resources The 6 M’s Men/Manusia Money/Uang Materials/Material Machines/Mesin Methods/Metode Market/Pasar

Tujuan dan Sasaran

Gambar 5.1 Mekanisme Kerja dan Fungsi-Fungsi Manajemen Sumber: Firdaus. 2008 Gambar 5.1 menunjukkan bahwa kegiatan manajemen bermula dari adanya informasi untuk memanfaatkan sumber-sumber daya yang tersedia baik berupa sumber daya alam (natural resources) maupun sumber daya manusia (human resources) guna memenuhi keinginan dan kebutuhan manusia itu sendiri. Untuk mencapai hasil yang sebaiksebaiknya, kegiatan tersebut perlu dilaksanakan secara manajerial melalui fungsi-fungsi manajemen. 5.2 Perencanaan Agribisnis

Laboratorium Manajemen Agribisnis

Aspek Manajerial dalam Agribisnis

Perencanaan agribisnis merupakan suatu sistematis untuk mencari alternatif-alternatif baru, disertai dengan perhitungan konsekuensi finansialnya terhadap hasil dan biayanya. Tahapan Perencanaan Agribisnis Dari pengertian tersebut maka, tahapan pertama perencanaan agribisnis adalah: mencari alternatif-alternatif. Dalam hal ini, hendaknya diusahakan agar kemungkinan-kemungkinan tersebut: 1. Dilakukan, 2. Dialami, dan 3. Ditemukan sendiri oleh petani-nelayan. Tahapan yang kedua adalah: menghitung rendabilitas dan melakukan analisis perencanaan. Pada tahapan ini dilakukan pencatatan data agribisnis atau pembukuan agribisnis, sehingga dapat menghitung biaya dan hasil, serta dapat menganalisis saldo usaha dari alternatifalternatif yang ditemukan. Tahapan yang ketiga adalah: membandingkan situasi baru dengan situasi saat ini. Artinya alternatif yang member harapan kenaikan pendapatan paling tinggi yang diberikan prioritas pertama untuk diterapkan. Titik Tolak Perencanaan Agribisnis. Pada hakekatnya yang perlu diusahakan adalah pemanfaatan semaksimal mungkin dari faktor-faktor yang paling langka, Misalnya:  Tanah yang paling langka, menggunakannya seintensif mungkin teknik intensifikasi untuk meningkatkan produktifitas.  Tenaga kerja paling langka, mengusahakan agar ditunjukkan untuk memproduksi sebanyak-banyaknya per satuan tenaga kerja, dengan menggunakan tanah dan modal yang ada.  Modal paling langka, diarahkan pada ekstensifikasi dengan penggunaan tenaga kerja yang banyak (padat tenaga kerja, bukan padat modal). Jadi perbandingan kuantitatif antara: luas tanah : jumlah tenaga kerja : jumlah modal yang digunakan : akan tergantung pada kelangkaan relatifnya. Perbandingan ini akan berubah jika perbandingan nilainya berubah. Oleh karena itu agribisnis harus selalu dinamis agar dapat menyesuaikan dengan perbandingan yang selalu berubah. Kegiatan Perencanaan Agribisnis Berdasarkan titik tolak tersebut di atas, maka kegiatan perencanaan agribisnis meliputi hal-hal berikut: a) Identifikasi Kebutuhan Pasar Perencanaan agribisnis terlebih dahulu harus dapat menjawab apa yang diinginkan oleh pembeli. Pembeli di sini adalah siapa saja yang

Laboratorium Manajemen Agribisnis

Aspek Manajerial dalam Agribisnis

bergerak di dalam salah satu saluran pemasaran maupun konsumen akhir. Agribisnis memiliki konsep utama yaitu menghasilkan komoditi dengan tujuan untuk dijual dengan guna mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Untuk itu sebelum memulai produksi seseorang harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut. Sumber-sumber informasi tersebut adalah grosir, penjaja atau warung kecil, konsumen akhir, lembaga keuangan (bank pemerintahan, BPR). b) Identifikasi Kebutuhan Industri Hilir Industri hilir tidak lain adalah kegiatan agroindustri yang merupakan salah satu sub-sistem atau mata rantai agribisnis. Agroindustri diartikan sebagai semua kegiatan industri yang terkait erat dengan kegiatan pertanian. Ruang lingkup dan kegiatan agroindustri meliputi hal-hal berikut ini:  Industri pengolahan hasil pertanian dalam bentuk setengah jadi dan produk akhir.  Industri penanganan hasil pertanian segar.  Industri pengadaan sarana produksi pertanian.  Industri pengadaan alat-alat pertanian. Dengan era tinggal landas dalam Pelita I yang ditandai oleh struktur ekonomi yang seimbang yaitu industri yang kuat yang ditunjang oleh pertanian yang tangguh, maka agroindustri akan menjadi mata rantai yang menonjol. Bahkan konsep agroindustri sudah sering diucapkan bersamaan dengan agribisnis menjadi Agribisnis dan agroindustri atau Agribisnis dalam era agroindustri. Upaya agroindustri untuk meraih nilai tambah dan diversifikasi vertikal untuk tambahan kegiatan atau perlakuan komoditi setelah panen dilakukan dengan:  Penyimpanan  Pengeringan  Pengolahan  Pengangkutan. Dengan demikian diharapkan produk primer akan mengalami peningkatan nilai tambah menjadi produk olahan. Implementasi agroindustri di pedesaan merupakan pilihan yang tepat. Implementasi agroindustri di pedesaan akan mendorong proses komersialisasi agribisnis di pedesaan tersebut. Fluktuasi harga produk primer yang lebih besar dibandingkan dengan produk olahan, cakupan pasar yang relatif terbatas dan terbatasnya peluang untuk berdiversifikasi akan membatasi ruang gerak dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan. Sebaliknya, pengembangan produk olahan yang bernilai tambah akan menciptakan peluang kesempatan kerja dan

Laboratorium Manajemen Agribisnis

Aspek Manajerial dalam Agribisnis

peningkatan pendapatan, sehingga akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan. c) Identifikasi Jaringan Ketersediaan Agroinput Dalam perencanaan agribisnis perlu dilakukan identifikasi jaringan ketersediaan agroinput yang meliputi:  Lembaga penyedia (industri hulu)  Mutunya  Jumlahnya  Harganya  Waktu ketersediaannya Lembaga penyedia agroinput memegang peranan penting dalam perencanaan agribisnis, lembaga ini antara lain:  Produsen bibit, pupuk, pestisida, alat dan mesin pertanian  Grosir  Pengecer (KUD, Kios) d) Identifikasi Jaringan Ketersediaan Modal Usaha Untuk memenuhi kebutuhan modal usaha agribisnis dapat dilakuakan melalui berbagai cara. Pada umumnya petani-nelayan mendapatkan uang tunai sebagai modal usaha agribisnis dari hasil penjualan produk, menjual harta kekayaan, mengambil tabungan, arisan, upah kerja, dan lain-lain. Secara tradisional petani-nelayan meminjam dari tetangganya dan pihak keluarga. Selain itu, peminjaman modal usaha dapat dilkukan pada lembaga keuangan resmi. e) Penyusunan Pola Usahatani yang Memiliki Keunggulan Kompetitif Komoditi. Penyusunan pola usahatani dilakukan setelah memperhitungkan faktor:  Kebutuhan pasar  Kebutuhan agroindustri  Ketersediaan agroinput.  Ketersediaan modal Selain itu, perlu memeperhatikan juga 3 tahapan perencanaan agribisnis dan 3 titik tolak perencanaan agribisnis. Metode penyusunan dilakukan dengan cara yang paling sederhana yaitu metode trial dan error. Dengan mencoba-coba menemukan pola rencana yang optimal dengan cara menukar cabang usaha yang memiliki saldo usaha yang memiliki saldo usaha kecil dengan memiliki saldo usaha yang lebih besar. Untuk situasi perencanaan yang sangat kompleks metode ini tidak dapat digunakan.

Laboratorium Manajemen Agribisnis

Aspek Manajerial dalam Agribisnis

f) Perencanaan Modal dan Pengajuan Kredit Modal agribisnis mencakup keseluruhan sarana produksi yang dikuasai. Jangka waktu berputarnya modal jangka waktu uang terinvestasi adalah sebagai berikut :  Dalam tanah : kekal atau lama sekali  Dalam bangunan : 10-50 tahun  Dalam alat-alat : 5-10 tahun  Dalam tanaman : tahunan( > 1 tahun) dan musiman ( < 1 tahun) Kebutuhan modal usaha dengan jangka waktu yang berbeda beda yaitu:  Kebutuhan modal permanen : tanah, alat produksi tahan lama  Kebutuhan modal jangka lama (10 tahun): bangunan, tanaman tahunan berumur panjang  Kebutuhan modal jangka sedang (1 – 10 tahun): ternak, tanaman kertas  Kebutuhan modal jangka pendek (sampai 1 tahun): tanaman semusim, ikan, sarana produksi. Terdapat 2 jenis modal yaitu modal sendiri dan modal asing. Modal sendiri adalah modal yang selalu siap dipakai, oleh karena itu sangat penting. Sedangkan modal asing selalu membawa kewajiban membayar bunga dan membayar cicilan. Likuiditas menunjukkan sampai di mana agribisnis dapat memenuhi kewajiban finansialnya. Likuiditas berperan penting karena menjaga agar lamanya lamanya periode tersedianya uang, setidaktidaknya sama lamanya dengan periode perputaran modal dalam proses agribisnis. Solvabilitas adalah perbandingan anara modal milik sendiri dan modal yang diinvestasikan. Agribisnis dapat dikatakan bonafit atau memiliki reputasi baik kalau solvabilitasnya >80%. Oleh karena itu pemupukan modal sendiri adalah penting. Rentabilitas menunjukkan beberapa besarnya bunga yang dapat dihasilkan oleh kekayaan total. g) Perencanaan Tenaga Kerja Untuk perencanaan tenaga kerja perlu diperhatikan 2 keadaan berikut ini :  Kebutuhan lebih besar dari pada penyedia  Perlu merubah rencana pola agribisnis sehingga diselenggarakan dengan tenaga kerja keluarga.  Ambil tenaga kerja musiman.  Kebutuhan lebih kecil dari pada penyediaan  Pengangguran tersamar (disguised unemployment). Carilah jalan guna memanfaatkan tenaga kerja yang berlebih.

dapat

Laboratorium Manajemen Agribisnis...


Similar Free PDFs