INDUSTRI KREATIF DAN EKONOMI KREATIF PDF

Title INDUSTRI KREATIF DAN EKONOMI KREATIF
Author Kuntari Erimurti
Pages 14
File Size 480.2 KB
File Type PDF
Total Downloads 23
Total Views 510

Summary

INDUSTRI KREATIF DAN EKONOMI KREATIF Dr. Kuntari Eri Murti, MM Widyaiswara Madya PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta NIP 19580109 198603 2 002 PENGANTAR Saat ini, tantangan terbesar dunia adalah pengangguran angkatan kerja produktif. The International Labour Organization (ILO) baru-baru ini melaporkan...


Description

INDUSTRI KREATIF DAN EKONOMI KREATIF Dr. Kuntari Eri Murti, MM Widyaiswara Madya PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta NIP 19580109 198603 2 002

PENGANTAR Saat ini, tantangan terbesar dunia adalah pengangguran angkatan kerja produktif. The International Labour Organization (ILO) baru-baru ini melaporkan bahwa secara global 75 juta orang berusia 15 sampai 24 adalah pengangguran, atau setara 12,7% total populasi anak muda produktif (ILO, Global Employment Trends: Recovering from a second jobs dip, 2013 in www.adaptinternational.it). Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja pada Februari 2013 adalah 121,19 juta, sedangkan jumlah pekerja adalah 114,02 juta. Dengan demikian ada 7,17 juta angkatan kerja yang tercatat tidak bekerja secara formal, dan data BPS tidak menyebutkan lebih detail kemungkinan mereka bekerja pada sektor informal. Pada kenyataannya, angkatan kerja produktif banyak yang bekeja secara informal di lingkungan industri kreatif, seperti periklanan, desain web, permainan elektronik (online game) dan karya kreatif cinderamata. Perkembangan teknologi, peningkatan permintaan akan produk kreatif dan peningkatan pariwisata merupakan faktor utama tumbuhnya ekonomi kreatif. Pertumbuhan ekonomi kreatif ini akan meningkatkan ekonomi rakyat secara umum, pengembangan sosial, budaya, dan pengembangan berkelanjutan (sustainable development).

INDUSTRI KREATIF Konsep Industri kreatif, merujuk pada seperangkat sektor industri yang saling mengunci (interlocking) dan smerupakan bagian yang sedang tumbuh di era ekonomi global. Industri kreatif sering dikaitkan dengan cultural industries, namun sebenarnya Cultural Industries adalah sektor tambahan (adjunct-sector) dari industri kreatif, termasuk di dalamnya (a) Cultural tourism & Heritage, (b) Museums & Libraries dan (c) Sports & Outdoor activities. Cultural Industries lebih mengarah pada menyampaikan nilai selain nilai moneter kepada masyarakat, antara lain kesejahteraan sosial, studi budaya dan pendidikan budaya. Industri kreatif merupakan industri yang fokus pada kegiatan mengkreasikan dan mengeksploitasi produk kekayaan intelektual (intellectual property) seperti seni, film, games atau desain fesyen, atau layanan kreatif untuk business-to-business misalnya iklan. Sektor kreatif di Indonesia yang sudah diidentifikasi yaitu:

Artikel Industri Kreatif

|1

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.

Periklanan Arsitektur Pasar barang seni Kriya Desain Fesyen Film, video dan fotografi Permainan Interaktif Musik Seni Pertunjukan Penerbitan dan percetakan Layanan komputer dan piranti lunak Radio dan televisi Riset dan pengembangan

Perusahaan di subsektor industri kreatif menduduki peringkat ke enam dari sepuluh sektor lapangan usaha utama, dengan jumlah rata-rata sebesar 1,2 juta perusahaan dari total 42 juta perusahaan yang ada di Indonesia. Jumlah perusahaan subsektor industri kreatif tumbuh sebesar 10,52 persen per tahun, lebih besar daripada pertumbuhan jumlah perusahaan rata-rata yang hanya mencapai 7,7 persen per tahun. Data tahun 2012 menunjukkan bahwa Indonesia memiliki 55.510.746 usaha. Dari jumlah tersebut, sektor ekonomi kreatif berada di posisi ketiga dari sepuluh sektor ekonomi dengan 5.398.162 usaha dan menyumbang 9,72 persen dari total jumlah usaha. Studi tahun 2006 menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja ratarata selama periode 2002 – 2006 mencapai 3,7 juta (3,97 persen dari total 93,3 juta) tenaga kerja Indonesia. Sedangkan studi tahun 2012 menunjukkan bahwa sektor ekonomi kreatif berada pada posisi ke empat dari sepuluh sektor ekonomi dalam kategori jumlah tenaga kerjanya. Data menunjukkan bahwa pada tahun 2006 tercatat 80,9 juta pekerja di sektor usaha mikro dan kecil dan 4,5 juta di sektor usaha menengah, merupakan 96,18 persen dari seluruh tenaga kerja Indonesia (Ika dan Kuntari, 2007: 97). Fakta menunjukkan bahwa kegiatan yang dilakukan UMKM pada umumnya adalah by default artinya kegiatan produksi di UMKM dilakukan secara tradisional dan turun temurun dan sangat sedikit yang mampu mengelola kegiatannya dengan manajemen yang lebih efisien dan inovatif atau by design. Salah satu cara untuk mengubah by default menjadi by design adalah dengan mengelola pengetahuan yang harus dan layak dimiliki oleh para pelaku industri kreatif yang disebut dengan sistem manajemen pengetahuan atau knowledge management system/KMS. Salah satu metode KMS yang digunakan untuk mempercepat arus pengetahuan kepada para pekerja industri kreatif adalah meningkatkan penggunaan saluran telekomunikasi seluler untuk menerima dan negosiasi order, serta transaksi melalui mobile banking, dan memanfaatkan teknologi internet untuk mencari informasi desain baru dan melakukan transaksi global.

Artikel Industri Kreatif

|2

Peran Kreativitas dan Desain Hijau di Lingkungan Industri Kreatif Didalam bisnis, menggunakan kreativitas adalah cara yang paling efektif untuk mencapai keunggulan kompetitif. Berkompetisi hanya pada harga, bukan merupakan strategi yang berhasil, dibandingkan dengan berkompetisi dengan menciptakan produk dan jasa yang orijinal dan inventif. Di sektor industri kreatif, kreativitas dapat menjadi akar untuk menciptakan produk yang lebih inovatif dan efisien untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Kreativitas bukan merupakan hadiah yang datang begitu saja untuk seorang jenius atau desainer. Kreativitas adalah sesuatu yang setiap orang bisa lakukan. Kreativitas adalah tentang menghasilkan gagasan baru dan menemukan solusi untuk mengatasi masalah dengan melakukan pemikiran yang berbeda. Kreativitas penting bagi desainer, apalagi setelah mereka menemukan informasi yang ‘kering’ tentang konsumen, menjadi produk dan jasa yang aktual (terkini). Pekerjaan desainer pada umumnya akan lebih mudah dan bekerja lebih efektif ketika mereka mengandalkan orang-orang yang mengadopsi pemikiran dari oranglain secara kolaboratif, dibandingkan dengan jika memperlakukan desainer terisolasi dan bekerja sendiri. Saat ini, kreativitas dalam desain sangat erat korelasinya dengan konsep pengembangan berkelanjutan yang menghasilkan desain hijau (green design). Desain hijau mengasumsikan bahwa dampak suatu produk terhadap lingkungan harus memperhitungkan seluruh tahap sepanjang daur hidup produk (product life cycle). Tahapan ini termasuk pengolahan bahan dasar, proses pembuatan (manufacturing), pemasaran dan distribusi, penggunaan dan pembuangan produk. Prinsip-prinsip desain hijau terdiri dari lima aspek (Schiavone et al, 2008) yaitu: 1. Solusi muncul dari masyarakat industri kreatif. Eco-design dimulai dengan pengetahuan yang sangat erat berkaitan dengan lingkungan sekitarnya. Memiliki karakteristik berskala kecil, langsung, responsif terhadap kondisi dan masyarakat lokal. 2. Manfaatkan alam apa adanya. Dengan membuat siklus alam dan proses pembuatan produk apa adanya, akan mengembalikan lingkungan yang di desain kembali ke alam. Desain yang efektif membantu memahamkan kita tentang lingkungan disekitar kita sesuai dengan alam sekitarnya. 3. Desainlah produk secara alamiah. Bekerja dengan proses yang alamiah, kita akan menghargai kebutuhan berbagai spesies di bumi ini, yang akan melakukan regenerasi bukan penghancuran lingkungan, maka kita akan menjadi lebih hidup. 4. Desain mempertimbangkan dampak lingkungan. Lakukan analisis dampak lingkungan dari desain yang kita buat, dan gunakan informasi ini untuk menentukan kemungkinankemungkinan pelestarian lingkungan. 5. Setiap orang adalah desainer. Dengarkan setiap suara di dalam proses desain. Ketika orang bekerja bersama-sama untuk menyembuhkan lingkungan yang rusak, mereka juga akan menyembuhkan diri sendiri Produk hijau ini fleksibel, handal, jangka panjang, adaptif, moduler, de-materialisasi dan dapat digunakan kembali (re-usable), karena mendasarkan penciptaan desain produk berbasis Triple “R”. Triple “R” atau dalam bahasa Indonesia Tiga “R” merupakan slogan yang digunakan untuk mendesain suatu produk yang berwawasan lingkungan. R yang pertama adalah REDUCE yaitu mengurangi energi yang digunakan untuk memproduksi atau menggunakan suatu produk, R kedua adalah REUSE yaitu menggunakan kembali produk yang sudah usang untuk fungsi lain Artikel Industri Kreatif

|3

yang lebih bermanfaat, dan R yang ketiga adalah RECYCLE yaitu mendaur ulang produk yang sudah tidak dipakai untuk diolah dan difungsikan sebagai produk baru. Dengan demikian Triple “R” berkaitan erat dengan prinsip desain hijau (green design) atau disebut juga dengan desain berbasis lingkungan (eco-design), bisa juga disebut dengan desain berkelanjutan (sustainability design). Desain hijau adalah filosofi yang digunakan untuk mendesain objek fisik berdasarkan prinsip sosial, ekonomi dan keberlangsungan lingkungan. Tujuan desain hijau adalah mengeliminasi dampak lingkungan secara lengkap melalui desain yang sensitif dan diolah dengan baik (McLellan, 2004) Konsep desain hijau Triple “R” adalah konsep mendesain produk yang mempertimbangkan dampak lingkungan. Proses ini lebih cenderung disebut dengan perilaku untuk mempertimbangkan kepedulian terhadap lingkungan ketika produsen memutuskan untuk membuat suatu produk. Produsen dan pembuat produk apapun, dengan konsep desain hijau ini, harus mempertimbangkan bagaimana sistem ekologi (ecosystem) dipengaruhi dan bagaimana perubahan lingkungan bisa terjadi karena terciptanya sebuah produk. Saat ini, di seluruh dunia sedang terjadi penghargaan terhadap produk yang dibuat dengan mempertimbangkan desain hijau yang ramah lingkungan. Di Amerika diselenggarakan penghargaan rumah ramah lingkungan, di Eropa ada penghargaan green good design yang ramah lingkungan, di Yogyakarta diproduksi kerajinan tas berbahan baku bekas kantong tempat sabun cair atau minyak goreng. Di Singapura mulai didesain rumah tinggal dan bangunan publik dengan mempertimbangkan energi nol (zero energy), artinya kegiatan di rumah dan bangunan tersebut menggunakan energi yang terbarukan. Listrik dperoleh dari turbin yang digerakkan oleh tenaga panas matahari, tenaga air (microhydro), dan tenaga angin. Beberapa jenis lampu hemat energi dan teknologi energi matahari sudah digunakan oleh masyarakat hingga kini. Masyarakat sudah mulai menikmati produk-produk ramah lingkungan, karena dinilai lebih menguntungkan, walaupun pada awalnya harus mengeluarkan biaya yang lebih mahal daripada produk konvensional. Sebagai kompensasi terhadap tingginya biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh produk hijau, maka produk hijau harus lebih handal, fleksibel, tahan lama dan adaptif terhadap lingkungan daripada produk konvensional yang tidak mempertimbangkan keramahan pada lingkungan, misalnya mengandung racun, atau material yang berbahaya. Saat ini, desain hijau sangat mempengaruhi para desainer di seluruh dunia. Desainer mempergunakan filosofi desain hijau untuk menunjukkan keunikan dan kreativitas mereka atas produk yang dibuatnya. Beberapa produk hijau yang mendunia antara lain produk-produk yang dikeluarkan oleh produsen komputer dan alat elektronik Apple, sepatu Clark, sepatu Timberland, perusahaan-perusahaan mobil seperti Honda, Toyota, Subaru, Audi, dan Mercedes yang telah mengeluarkan mobil hibrida yang lebih kecil menghasilkan emisi gas buang, dan bahkan mobil listrik dengan emisi nol. Produk-produk yang ditawarkan oleh perusahaan skala dunia tersebut tentu saja memiliki nilai yang lebih tinggi daripada produk konvensional pada lini produk serupa, meskipun konsumen harus membayar lebih mahal. Namun, karena kahandalan dan mutu produknya, konsumen justru merasa bertanggungjawab secara moral untuk ikut menjaga pelestarian alam. Konsumen dengan karakteristik demikian disebut dengan konsumen hijau (green consumer).

Artikel Industri Kreatif

|4

Para desainer individual juga berlomba-lomba untuk menghasilkan suatu produk ramah lingkungan dengan menggunakan barang-barang bekas untuk dimanfaatkan menjadi produk lain yang lebih fungsional dan marketable, antara lain lampu dari bekas botol anggur (Meng, 2007). Lampu Meng (2007) menggunakan kembali beekas botol anggur (reuse) sebagai badan lampu, mendaur ulang logam bekas (recycle) untuk alas dan penyangga, serta menggunakan lampu hemat energi (reduce). Gambar 2 menunjukkan llampu daur ulang Meng (2007).

Gambar 1: Lampu dari bekas botol anggur Sumber: Meng (2007)

Jika Anda adalah desainer, Anda lebih baik mempertimbangkan konsep desain hijau, sehingga bisa mempengaruhi teman-teman dekat, saudara dan lingkungan di tempat Anda berada. Pencapaian seorang desainer adalah menciptakan suatu produk yang lebih kreatif dan lebih bermanfaat bagi sesama, memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat dan negara. Triple “R” digunakan sebagai dasar penciptaan produk hijau. R yang pertama berkaitan dengan tanggung jawab terhadap lingkungan yaitu reduce, yang dimaknai dengan sikap mengurangi bahan, dan energi serta menggunakannya sehemat mungkin. R yang kedua adalah reuse, yaitu menggunakan kembali produk-produk yang sudah usang atau tidak terpakai dan digunakan untuk kepentingan lain yang lebih bermanfaat. Reducing dan reusing merupakan dua aspek yang sangat penting dan harus diberikan prioritas lebih tinggi dibandingkan dengan R yang ketiga yaitu recycling (Walker, 2008) Pemikiran tentang desain yang lebih menekankan fungsi produk dengan mengetengahkan unsur-unsur reducing, reusing dan recycling menghasilkan produk baru dengan bahan lama, dan selalu mempertimbangkan pelestarian lingkungan. Produk baru yang didesain dengan menerapkan prinsip-prinsip tersebut akan memberikan kontribusi yang tidak ternilai kepada pemberdayaan kearifan lokal, pelestarian lingkungan, dan kesejahteraan ekonomi rakyat, karena bisa diproduksi dengan skala kecil maupun besar. Sebagai contoh produk lampu meja yang menggunakan kembali (reuse) kaleng bekas kemasan minuman, dikombinasikan dengan kap lampu kertas semen (recycle) dan didalamnya dipasang lampu hemat energi (reduce). Produk baru ini bisa diproduksi massal atau skala kecil dan produksi lokal serta menyediakan banyak peluang untuk menciptakan industri kreatif Artikel Industri Kreatif

|5

melalui desain dan penggunaan kembali barang-barang yang sudah tidak dipakai pada level sangat lokal. Konsep penciptaan produk tersebut mengubah peran desain menjadi peran yang lebih ditujukan kepada masyarakat dan lingkungannya, namun menggunakan material dan kearifan lokal. Produk yang diciptakan berdasarkan pertimbangan tiga “R” tersebut sangat fungsional, dengan unsur estetis yang sangat minim, tidak fashionable dan tidak mempertimbangkan aspek-aspek seni yang rumit. Produk fungsional ini mencapai tujuan sebagai produk yang: 1. Diterima apa adanya, dengan bahan-bahan yang digunakan ulang (reuse) dengan segala konsekuensi terdapat bekas-bekas penggunaan di masa lampau, misalnya ada goresan pada permukaannya. 2. Menilai produk seperti apa adanya sesuai manfaat yang bisa diberikan. 3. Menghargai produk seperti apa adanya karena penghargaan ini sama dengan menghargai pemikiran desainernya, keasliannya, keunikannya dan usaha yang sudah digunakan untuk membuat desain, juga menghargai penghematan sumber daya dan energi yang telah digunakan pada proses produksinya. 4. Menghargai keberadaan barang-barang yang sudah tidak terpakai dan menggunakannya kembali (tidak membuangnya dan menggantikannya dengan produk baru). 5. Memperlambat budaya konsumerisme dan cenderung menggalakkan konsep baru dalam mengkonsumsi produk dan jasa. Pertimbangan tersebut diatas menunjukkan bahwa desain hijau dengan prinsip tiga “R” adalah suatu pendekatan desain produk dengan mempertimbangkan dampak yang bisa terjadi pada lingkungan dari seluruh daur hidup produk. Desain hijau cenderung diintegrasikan kedalam pengembangan produk melalui pilot project, menyeleksi produk yang sudah ada, dimulai dari proses pengembangan paling dasar hingga tahap akhir (Schiavone et al., 2008) sesuai dengan daur hidup produk (product life cycles). Daur hidup produk terdiri dari (1) cara memperoleh bahan baku, (2) pembuatan produk, (3) penggunaan produk dan (4) pembuangan produk. Seluruh proses yang terjadi pada daur hidup produk harus dipandang secara integratif dan merupakan perwujudan dari pengembangan produk, desain, produksi, pemasaran, pembelian dan paska pembelian. Orang-orang yang terlibat dalam proses daur hidup produk harus bekerjasama dan saling toleran untuk mengaplikasikan desain hijau dalam menciptakan produk yang memiliki peluang bagus di pasar dan bisa memprediksi dampak menyeluruh dari produk tersebut terhadap lingkungannya. Aspek-aspek lingkungan yang dianalisis untuk setiap tahapan di dalam proses daur hidup produk adalah sebagai berikut. 1. Konsumsi sumber daya (energi, bahan, air atau area) 2. Emisi udara, air dan tanah yang relevan untuk pelestarian lingkungan dan kesehatan manusia. 3. Kebisingan dan getaran. 4. Limbah (baik yang tidak merugikan maupun yang merusak lingkungan) merupakan bagian awal dan emisi akhir dari setiap proses. Ketika limbahnya berupa gas metan atau debu, maka limbah ini bisa terhirup oleh manusia dan bisa mengganggu kesehatan manusia. Meskipun limbah gas ini tidak langsung berkaitan dengan produknya namun dampak terhadap lingkungannya akan sangat relevan dikaitkan dengan produksinya. Artikel Industri Kreatif

|6

Desain hijau juga berbasis pada pelestarian sistem ekologi dan mengurangi dampak perusakan lingkungan (Eco Indicator 95, 1996). Dampak lingkungan yang bisa merusak sistem ekologi atau kesehatan manusia adalah sebagai berikut: 1. Dampak rumah kaca yaitu terjadinya peningkatan temperatur bumi yang disebabkan oleh peningkatan konsentrasi gas buang yang menghalangi radiasi panas yang dikeluarkan oleh bumi. 2. Dekomposisi lapisan ozon yang disebabkan oleh adanya peningkatan radiasi ultraviolet pada permukaan bumi. 3. Acidification yaitu terjadinya degradasi hutan yang disebabkan oleh hujan asam. 4. Eutrophication yaitu hilangnya tanaman langka yang bisa tumbuh di struktur tanah yang gersang. Tanah gersang ini disebabkan oleh emisi substansi yang merupakan dampak dari pupuk dan perubahan sistem ekologi (ecosytem) air. 5. Smog terutama pada musim panas, merupakan masalah bagi penderita sesak nafas (asma). Smog disebabkan oleh tingginya konsentrasi ozon tingkat rendah atau debu dan komposit belerang. 6. Adanya zat beracun selain yang disebutkan diatas, antara lain logam berat, zat karsinogenik dan pestisida. Untuk menjaga sistem ekologi, maka proses produksi yang berbasis desain hijau harus benar-benar mempertimbangkan lima aspek penting yaitu: 1. Bahan baku yang digunakan tidak merusak lingkungan. Apabila menggunakan kayu, haruslah kayu yang dipotong dari pohon yang berasal dari hutan produksi, bukan hutan lindung, dan di tera dengan label ekologi (ecolabeling). Konsep tiga “R” akan membantu desainer mengurangi dampak perusakan lingkungan. Semakin banyak kontribusinya terhadap pelestarian lingkungan maka produk akan menjadi semakin dihargai. 2. Proses pengolahan yang digunakan harus singkat sehingga efisien. Semakin singkat proses pengolahan, akan semakin efisien. 3. Proses transportasi bahan dan produk harus efisien, diukur dengan standard ton per kilometer. Semakin pendek jarak transportasi semakin efisien. 4. Energi yang digunakan untuk produksi harus seminim mungkin. Semakin sedikit energi yang digunakan untuk proses produksi, akan semakin baik. 5. Limbah yang dihasilkan dari proses produksi harus ramah lingkungan. Semakin ramah dengan lingkungan akan semakin baik Sebagai tambahan untuk membuktikan bahwa secara rasional produk tersebut ekonomis dan sesuai dengan kondisi sosial, maka produk sebaiknya merepresentasikan karakteristik ekologis. Dengan demikian produk-produk yang di desain dengan basis desain hijau sangat cocok untuk mengembangkan industri kreatif. Sebagai ilustrasi, level tertinggi produk hijau saat ini adalah iPod dan bola lampu hemat energi. Kedua produk tersebut merupakan penemuan baru dan berhasil menciptakan pasar baru serta perubahan cara hidup manusia. Produk-produk semacam itu sangat sedikit

Artikel Industri Kreatif

|7

EKONOMI KREATIF Kontribusi Ekonomi Kreatif pada Peningkatan Perekonomian Ekonomi kreatif diperkenalkan secara luas oleh John Howkins pada tahun 2001 dalam bukunya...


Similar Free PDFs