Akulturasi Kebudayaan Tiongkok Dalam Pembentukan Kesultanan Palembang Darussalam PDF

Title Akulturasi Kebudayaan Tiongkok Dalam Pembentukan Kesultanan Palembang Darussalam
Author Ramadhan Ramadhan
Pages 20
File Size 2.4 MB
File Type PDF
Total Downloads 217
Total Views 279

Summary

AKULTURASI KEBUDAYAAN TIONGKOK DALAM PEMBENTUKAN KESULTANAN PALEMBANG DARUSSALAM Karya Tulis Disusun untuk mengikuti Lawatan Sejarah Nasional 2016 dengan Tema “Sejarah Daerah” Dibuat Oleh: Ramadhan NIS. 10571 SMA NEGERI 13 PALEMBANG Jl. Adi Sucipto No 2803 SMB II Telp (0711) 410079 Palembang, Sumate...


Description

Accelerat ing t he world's research.

Akulturasi Kebudayaan Tiongkok Dalam Pembentukan Kesultanan Palembang Darussalam Ramadhan Ramadhan

Related papers

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

TA-Pusat pemerint ahan kot a palembang Hadi Wijaya Kerajaan-Kerajaan Islam di Aceh Put ra Al Kausar [SYAMINA] Negara Islam di Sumat ra, 840 - 1903 M.pdf zarfen ahmet

AKULTURASI KEBUDAYAAN TIONGKOK DALAM PEMBENTUKAN KESULTANAN PALEMBANG DARUSSALAM Karya Tulis Disusun untuk mengikuti Lawatan Sejarah Nasional 2016 dengan Tema “Sejarah Daerah”

Dibuat Oleh:

Ramadhan NIS. 10571

SMA NEGERI 13 PALEMBANG Jl. Adi Sucipto No 2803 SMB II Telp (0711) 410079 Palembang, Sumatera Selatan Kode Pos 30154 Tahun Ajaran 2015/2016

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Tulis tentang Akulturasi Kebudayaan Tiongkok Dalam Pembentukan Kesultanan Palembang Darussalam, yang insya Allah dapat membatu para pembaca dalam mencari ilmu dan menambah wawasaanya dalam pengembangan Agama Islam di Palembang. Karya Tulis ini saya buat sebagai syarat dalam mengikuti LASEDA (Lawatan Sejarah daerah) yang diadakan untuk menambah wawasan siswa dan guru mengenai perkembangan Agama Islam di daerahnya masing masing. Karya Tulis ini saya susun dengan kemampuan secara maksimal dengan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat mempermudah dalam proses pengerjaan dan publikasi. Maka dari itu kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan karya tulis ini terutama Kepala SMA Negeri 13 Palembang yang telah memberi dukungan. Akhir kata saya berharap semoga Karya Tulis tentang Akulturasi Kebudayaan Tiongkok Dalam Pembentukan Kesultanan Palembang Darussalam untuk masyarakat dan peserta ini dapat memberikan manfaat terhadap pembaca, dalam menambah pengetahuan bagi para peserta.

Palembang, 18 Maret 2016

Penulis

i

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR

i

DAFTAR ISI

ii

BAB I PENDAHULUAN

1

A. Latar belakang…………………………………………………..1 B. Rumusan Masalah…………………………………………….... 2 C. Tujuan………………………………………………………….. 2 3

BAB II ISI

A. Kondisi Kota Palembang Sesudah Kehancuran Kerajaan Sriwijaya Dan Sebelum Berdirinya Kesultanan Palembang Darussalam……………………………………………………... 3 B. Sejarah Terbentuknya Pemerintahahan Kesultananan Palembang Darussalam................................................................ 4 C. Kondisi Masyarakat Kota Palembang Pada Era Kesultanan Palembang Darussalam……………………………………………………... .5 D. Pengaruh Budaya Tiongkok Dalam Aspek Sosial Budaya Kesultanan Palembang Darussalam……………………………..8 11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………………….. 11 B. Saran…………………………………………………………….11 LAMPIRAN

13

DAFTAR PUSTAKA

16

ii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Palembang atau yang dikenal dengan Kota Pempek ataupun Venetie van Andalas (Venice dari Timur) adalah kota terbesar ketujuh di Indonesia setelah Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan, Semarang dan Makasaar. Merupakan Ibukota Provinsi Sumatera Selatan, Palembang juga dikenal dengan sebagai kota yang kaya akan nilai seni budaya dan sejarah, dan begitu juga dengan peninggalanpeninggalannya yang melimpah ruah. Palembang juga dikenal dengan lambang kotanya yang sangat ikonik seperti Makanan Khas Daerah Pempek, Jembatan Ampera, Sungai Musi, Benteng Kuto Besak dan lain sebagainya. Palembang merupakan salah satu dari kota tertua di Asia Tenggara, setelah Hanoi, Vietnam yang diperkirakan sudah berdiri pada tahun 454 Masehi, umur Kota Palembang tercatat berdasarkan penemuan Prasasti Kedukan Bukit yang menunjukkan bahwa Kota Palembang sudah didirikan pada Abad ke-7 Masehi atau sekitar 600 Masehi. Palembang dikethui juga merupakan Pusat kota Kerajaan Sriwijaya atau Srivijaya Empire, Kemaharajaan melayu yang bercorak Buddha yang menguasai sebagian besar daerah di Asia Tenggara dan pulau-pulau disekitarnya, Kerajaan Sriwijaya adalah Kerajaan yang menguasai maritim Asia Tenggara pada tahun dari 600-1100 Masehi ini merupakan salah satu kerajaan terbesar yang pernah ada di daerah Nusantara, yang terbentuk dari kerajaan kerajaan kecil melayu sebelumnya seperti Kerajaan Minanga. Keberadaan Kota Palembang, selain dari bukti Prasasti Kedukan Bukit, bukti lainnya ialah berasal dari sumber Berita Cina dan dari Pendeta Tiongkok, ITsing, yang mengatakan ia pernah mengunjungi Kerajaan Sriwijaya pada tahun 671 Masehi, dan menetap selama 6 bulan. Kehancuran Kerajaan Sriwijaya diperkirakan oleh Invasi Raja Virarajendra Chola dari Dinasti Chola di India pada tahun 1068 Masehi. Hasil dari Invasi tersebut membuat Kerajaan Sriwijaya menjadi hancur dan kehilangan banyak sektor perdagangan, begitu juga dengan kehilangan banyak prajurit dan rakyatnya, Kerajaan Sriwijaya semakin lama terpecah menjadi beberapa kerajaan kecil, dan kemudian berada di bawah kuasa Kerajaan Majapahit pada salah satu ekspedisinya. Masuknya Islam di wilayah Palembang, dimulai dengan jatuhnya Kesultanan Demak oleh Kerajaan Pajang, membuat bangsawan Demak, Geding Suro beserta para pengikutnya menuju Palembang dan mendirikan Kesultanan baru, Kesultanan Palembang Darussalam. Penduduk pada masa Kesultanan Palembang Darussalam terbagi menjadi 2 daerah, yaitu bagian Ilir, yaitu Pusat Kesultanan dan pemukiman penduduk Palembang dan Ulu, Daerah bagi penduduk asing di kota Palembang, Ilir dan Ulu dibagi oleh Sungai Musi yang menjadi ikon Kota Palembang. Kesultanan Palembang Darussalam diketahui sebagai Kesultanan yang 1

memiliki banyak macam ragam kebudayaan karena banyaknya Suku, Agama dan Ras yang menghuni daerah tersebut, seperti Rakyat Tiongkok, Melayu dan lain sebagainya.

B. RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimanakah kondisi kota Palembang sesudah kehancurnya Kerajaan Sriwijaya dan sebelum berdirinya Kesultanan Palembang Darussalam? 2. Bagaimanakah sejarah terbentuknya pemerintahan Kesultanan Palembang Darussalam ? 3. Bagaimanakah kondisi masyarkat pada era Kesultanan Palembang Darusslaam ? 4. Apakah pengaruh budaya Tiongkok dalam aspek sosial budaya Kesultanan Palembang Darussalam ? C. TUJUAN 1. Mengetahui kondisi Kota Palembang setelah kehancuran Kerajaan Sriwijaya dan sebelum berdirinya Kesultanan Palembang Darussalam. 2. Mengetahui sejarah terbentuknya pemerintahan Kesultanan Palembang Darussalam. 3. Mengetahui kondisi masyarakat Kota Palembang pada era Kesultanan Palembang Darussalam. 4. Mengetahui pengaruh budaya Tiongkok dalam aspek sosial budaya Kesultanan Palembang Darussalam.

2

BAB II ISI

A. KONDISI KOTA PALEMBANG SESUDAH KEHANCURAN KERAJAAN SRIWIJAYA DAN SEBELUM BERDIRINYA KESULTANAN PALEMBANG DARUSSALAM Setelah invasi oleh Raja Virarajendra dari Dinasti Chola India pada tahun 1068 Masehi yang mengakhiri kebesaran Kemaharajaan Sriwijaya, setelah invasi, kerajaan yang digambarkan sebagai pusat maritim dan pusat pelabuhan seAsia Tenggara mulai menyusut dan kehilangan kekuatan, Pelabuhan Sriwijaya yang pada masa kejayaanya menjadi pusat dan ramai datangnya para pedagang besar maupun kecil, hanya menjadi pelabuhan biasa yang hanya dilewati oleh beberapa pedagang kecil dan menengah. Pada periode ini, Kota Palembang dikuasai oleh banyak perompak perompak Tiongkok, yaitu Chen Zuyi dan Liang Daoming, Chen Zuyi sebagai Bajak Laut yang paling dihormati dan ditakuti yang meraungi laut Tiongkok Selatan dan Kepulauan Asia Tenggara, Chen Zuyi menguasai Kota Palembang pada Periode kosong setelah Kehancuran Kerajaan Sriwijaya. Chen Zuyi menjarah, merampok dan membajak Kapal-kapal asing maupun lokal yang melewati Lautan Tiongkok Selatan dan khususnya Selat Malaka yang sempit, yang membuat leluasa armada Chen Zuyi yang memiliki Armada yang sangat besar bagi seorang Bajak Laut di Zamannya. Di Palembang Chen Zuyi memiliki 5000 pasukan dan setidaknya memiliki 10 kapal dibawah perintahnya, mempermudah jalannya menjadi penguasa Palembang selama waktu yang relatif lama. Dengan adanya bajak laut yang menguasai Laut Tiongkok Selatan dan Asia Tenggara, membuat banyak masyarkat, penduduk dan khususnya para Bangsawan dari kalangan Pribumi, Tiongkok, Masyarkat Dinasti Han yang menderita akibat kegiatan Chen Zuyi meminta pertolongan ke Kekaisaran Tiongkok. Laksamana Cheng Ho yang memimpin armada Kapal Harta Karun mangambil tindakan dan meminta Chen Zuyi, dan tentu saja Chen Zuyi berserta pasukannya menyerah tanpa syarat. Armada Cheng Ho menghancurkan seluruh armada Chen Zuyi beserta 10 Kapal dan 5000 Pasukannya. Berakhirnya kekuasaan Chen Zuyi kembalinya juga Kedamaian di Selat Malaka, beserta dengan naiknya penguasa Palembang yang baru, yaitu Shi Jinqing yang telah menciptakan sistem hukum dan keamanan perdagangan di daerah Laut Tiongkok Selatan dan Selat Malaka. Shi Jinqing adalah penguasa Kota Palembang pada akhir abad ke 14 yang beragama Islam yang merupakan keturunan Orang Hui dari Hangzhou, lalu setelah bantuannya kepada Laksamana Cheng Ho mengakhiri kekuasaan Bajak Laut Chen Zuyi, maka Dinasti Ming menunjuknya sebagai pemimpin Palembang. Shi Jinqing juga sudah ditunjuk oleh Kerajaan Majaphit sebagai Pegawai Sipil dan Menteri perwakilan Palembang.

3

B. SEJARAH TERBENTUKNYA PEMERINTAHAHAN KESULTANANAN PALEMBANG DARUSSALAM Tahun 1549 terjadi pertentangan politik karena permasalahan penerus tahta dan warisan di kerajaan Demak. Antara Aria Penangsang dari Jipang dan pangeran Adiwijaya dari Pajang. Ki Gede Ing Suro dari pihak Jipang kalah pada perebutan tersebut. Ia kemudian menyingkir dari Demak dengan membawa serta rombongan keluarganya ke Palembang. Sampai di Palembang, Ki Gede Ing Suro kemudian mendirikan keraton tradisional Jawa di Palembang yang penduduknya telah banyak beragama Islam. Ia kemudian menjadi raja pertama di kerajaan Palembang (15521573). Pemerintahan kerajaan ini kemudian berlangsung kepada adiknya yang bernama Ki Gede Ing Suro Mudo yang bergerlar Ki Mas Anom Adipati Ing Suro (1573-1590). Semasa kerajaan Mataram, hubungan kerajaan Palembang dengan pusat pemerintahan di Mataram berjalan baik. Raja Palembang saat itu sering mengirim upeti kepada kerajaan Mataram. Namun pada masa kepemimpinan Pangeran Sido Ing Kenayan (1639-1650) hingga masa kepemimpinan Ki Mas Endi Pangeran Ario Kesumo --bergelar Sultan Susuhan Abdurrahman Khalifatul Mukminin Sayyidul Iman (1659-1706) upeti yang dikirimkan seringkali ditolak. Hal ini menyebabkan putusnya hubungan antara dua kerajaan ini. Setelah itu Kerajaan Palembang kemudian memproklamasikan diri sebagai Kesultanan Palembang Darusalam pada tahun 1675. Hal pertama yang dilakukan Ki Mas Endi Pangeran Ario Kesumo— yang juga dikenal dengan nama Sultan Jamaludin Mangkurat VII Susuhan Abd. Candi Walang adalah mendirikan sebuah masjid yang lebih dikenal dengan Masjid Lama (1663). Bangunan masjid ini sudah tidak ada. Konon lokasi berdirinya masjid ini berada di Jl. Masjid Lama, persimpangan jalan Beringin Janggut kel. 17 Ilir Palembang. Sungai Musi menjadi pelabuhan kapal-kapal dari Arab, Tiongkok dan India. Sehubungan dengan itu pada tahun 1750-1820 Palembang berkembang menjadi pusat studi islam dan sastra untuk wilayah Nusantara. Hal itu membuat banyak ulama Palembang yang muncul. Salah satunya seperti Syekh Syihabuddin bin Abdullah Muhammad. Ia telah menerjemahkan dan memberikan penjelasan atas kitab Jawharat Al-Tauhid. Kitab tersebut karangan Ibrahim Al-Taqani ke dalam bahasa Melayu. Pada masa pemerintahan Sultan Ahmad Najmuddin I (1757-1774) muncul ulama Palembang bernama Kemas Fakhruddin yang menulis kitab Mukhtasar. Kitab tersebut merupakan terjemahan dari kitab Risalah fi Al-Tauhid karangan Syekh Raslan Al-Dimsiqy. Melihat banyaknya ilmu yang berharga, Sultan kemudian menyerahkan kitab-kitab tersebut untuk dipelihara dan dititipkan di perpustakaan Keraton. Namun saat Sultan Mahmud Badarudin II dikalahkan orang-orang Inggris, kitab-kitab tersebut banyak dibawa orang Inggris ke Batavia. Peristiwa kedatangan Ki Gede Ing Suro yang kemudian menjadi raja Palembang memberi alasan kenapa banyak orang berdarah Jawa yang menetap di Palembang. Apalagi setelah dilihat dari letak geografis. Palembang dapat disebut sebagai daerah transit seperti halnya Lampung. Karena letaknya yang berada di ujung pulau

4

Sumatera membuatnya menjadi tempat singgah para pendatang. Termasuklah orang-orang Tiongkok karena adanya pelabuhan di sungai Musi. Jadi wajar saja kalau kata para orangtua penduduk asli Palembang itu adalah orang Tiongkok. Namun tidak melepas kemungkinan banyak pula penduduk asli Palembang yang asalnya dari Komering atau biasa disebut sebagai orang Komering. Komering adalah nama suatu daerah di ujung Palembang. Mendengar nama Komering saya kemudian teringat kepada nama daerah di Palembang yang disebut Ogan Komering Ulu dan Ogan Komering Ilir. Ogan itu artinya sungai. Sekarang namanya disingkat menjadi OI (Ogan Ilir) dan OU (Ogan Ulu).

C. KONDISI MASYARAKAT KOTA PALEMBANG KESULTANAN PALEMBANG DARUSSALAM

PADA

ERA

Masyarakat Kota Palembang pada era setelah kehancuran Kerajaan Sriwijaya cenderung memeluk Agama Buddha, dikarenakan sebagian besar masyarakat masih memegang teguh keyakinanya terhadapa Agama Buddha yang merupakan Agama Mayoritas Kerajaan Sriwijaya, selain itu Kerajaan Sriwijaya juga merupakan salah pusat penyebaran Agama Buddha pada era kemilangannya pada abad ke-7 sampai abad ke-11. Banyaknya pedagang besar dan kecil yang berasal dari Negeri Tiongkok yang waktu itu sebagian besar memeluk Agama Buddha, terutama pada saat era Dinasti Ming yang berjaya dalam hal ekonomi dan politik di wilayah Asia, tentu saja hal tersebut memudahkan Agama Buddha menjadi agama bagi masyarakat Kota Palembang, tapi setelah penyerahan diri Bajak Laut yang menguasai Kota Palembang, dan seorang muslim Tiongkok bernama Shi Jinqing naik tahta sebagai penguasa yang baru yang adil dan peduli dengan rakyatnya, serta ditunjuk oleh Dinasti Ming sebagai penguasa Kota Palembang, dan ditunjuk oleh Kerajaan Majapahit sebagai perwakilan atau adipati Kota Palembang. Shi Jinqing tentu saja banyak mengajak masyarakat Palembang untuk memeluk agama Islam. Setelah perpindahan Ki Gede Ing Suro beserta pengikutnya ke Palembang, dan menetap di Palembang serta membangun suatu Kerajaan yang diberi nama Kesultanan Palembang Darussalam. Dalam perkembangannya Kesultanan Palembang Darussalam mendapat kemudahan karena para penduduk sebelumnya serta orang Tiongkok sudah kebanyakan beragama Islam karena hal itulah Kesultanan Palembang Darussalam berdiri dengan begitu kokoh di urat nadi masyarakat. Masjid Agung Palembang dibangun pada tahun 1738 dan selesai pada tahun 1748, pada saat pembangunan, adalah pada periode kekuasaan Sultan Mahmud Badaruddin I. Pada era ini banyak masyarakat dari negeri Tiongkok berdagang dan menetap di Kota Palembang, yang membuat masyarakat sekarang mengatakan, bahwa penduduk asli Palembang adalah orang Tiongkok. Dalam hal ekonomi masyarakat memiliki banyak jenis mata pencaharian, seperti nelayan, petani, berdagang dan lain sebagainya, Kota Palembang juga diketahui sebagai poros

5

Maritim pada saat Kerajaan Sriwijaya, dan pada zaman Kesultanan Palembang Darusslaam kembali berjaya tapi kesulitan dalam mengahdapai Belanda. Sebagai pemegang monopoli perdagangan dengan rakyat, sultan menjalankan sistem perdagangan yang dikenal dengan istilah Tibang (Tiban) dan Tukong (Tukon). Tibang adalah pertukaran wajib barang-barang produk dari pedalaman dengan barang-barang impor. Tukong adalah penukaran barang dari pedalaman dengan uang. Barang-barang yang digunakan untuk tibang adalah baju Jawa, kain Bengala putih, kapak/parang besi dan garam. Barang-barang ini biasanya nilainya dikalikan dengan seratus atau bahkan diselewengkan sampai dua ratus. Diluar produk di atas tidak diperkenankan dimasukkan ke dalam Tibang Tukong, seperti lada, kopi, lilin, gading gajah, katun, tembakau dan gambir dan terutama beras. Dalam kaitannya dengan tukong, dikatakan bahwa penggunaan uang di Kesultanan Palembang sudah merata. Uang yang beredar umumnya dolar Spanyol, juga mata uang lokal yang dikeluarkan oleh pihak kesultanan, disebut uang pitis (Marsden, 2008: 333) dan uang dukaton (ANRI, Bundel Palembang No. 62.2). Kesultanan Palembang berdiri pada pertengahan abad XVII, tepatnya di bawah kepemimpinan Sultan Abdul Rahman Khalifatul Mukminin Sayidul Imam (1659-1702). Sebelumnya berbentuk kerajaan yang berada di bawah pengaruh Kerajaan Mataram. Perubahan bentuk pemerintahan ini, menandai pula lepasnya Palembang dari Mataram. Sebagai kerajaan yang berdaulat penuh, maka Kesultanan Palembang makin berkembang perekonomiannya. Dengan posisi yang sangat strategis, ditopang pemerintahan yang stabil, Palembang juga banyak menghasilkan komoditi yang sangat dibutuhkan baik oleh pasar dometik maupun internasional. Kondisi ini menjadi dilematis, sebab disatu sisi ini menguntungkan, akan tetapi di sisi lain justru menjadi bumerang yang menempatkan Palembang menjadi incaran bangsa-bangsa imperialis dunia khususnya Belanda dan Inggris. Perekonomian masyarakat di Kesultanan Palembang pada umumnya berdasarkan pada pertanian, perkebunan, perikanan, pengumpulan hasil hutan, dan tambang. Pada abad XVII hingga awal abad XIX hasil pertanian, perkebunan, hasil hutan, tambang dan perikanan digunakan untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan sebagian untuk ekspor. Komoditi primadona dari Palembang adalah lada dan timah, tetapi di samping itu masih banyak produk pertanian lainnya. Awal Abad XV kebutuhan Eropa akan lada meningkat tiga kali lipat. Hal ini menyebabkan tanaman lada berkembang pesat di Nusantara. Di Pulau Sumatera lada banyak dihasilkan oleh Pidi, Pasai, Indragiri, Kampar, Pariaman, Indrapura, Silebar, Jambi, Palembang dan Lampung. Abad XVII lada merupakan satu-satunya produk paling cocok untuk Eropa. Harga lada pada tahun 1662 mencapai empat real per pikul. Tingginya harga lada dan kewajiban menjualnya kepada Vereenigde Oost Indische Vompagnie (VOC) sesuai dengan kontrak yang telah disetujui oleh penguasa Palembang, menyebabkan raja-raja Palembang mewajibkan rakyatnya menanam lada di daerah uluan (terbesar di daerah Rawas), Bangka dan Belitung. 6

Akibatnya Kesultanan Palembang merupakan salah satu penghasil lada terpenting di Nusantara. Konsekuensinya Palembang makin menarik bagi bangsa Eropa, khususnya Belanda yang mengikat para sultan dengan kontrak-kontrak. Kontrakkontrak itu isinya semakin mengikat, hal ini mendorong para penguasa Palembang melakukan perdagangan gelap dengan pihak asing seperti Inggris, Amerika, Francis, Tiongkok dan pedagang pribumi lainnya. Di sisi lain pihak Belanda terus berusaha melakukan berbagai macam cara agar lada dari Palembang sepenuhnya hanya menjadi milik mereka. Komoditi lainnya yang sangat penting bagi kesultanan ini adalah timah. Tahun 1709/1710 timah ditemukan di Pulau Bangka, diikuti daerah Belitung, maka sejak itu pula timah menjadi komoditi paling penting (Bangka adalah salah satu penghasil timah terbesar di dunia). Timah khususnya diekspor ke Tiongkok. Akibatnya Belanda pun memperbaharui kontrak tahun 1722 yang menempatkan Belanda sebagai pemegang hak monopoli timah Bangka sekaligus memperkuat monopoli. Lada dan timah telah merubah sejarah kawasan ini dari wilayah yang sangat strategis dalam bidang perdagangan dan pelayaran sejak zaman Sriwijaya, berkembang menjadi kawasan yang juga menghasilkan produk-produk penting dunia. Hal ini membawa Palembang menjadi salah satu kerajaan besar dengan kekayaan tinggi. Tetapi juga mengundang bencana, karena kondisi di atas membuat bangsa-bangsa bersaing ketat untuk menguasai daerah ini, yang membawanya pada kehancuran. Produk lainnya yang dihasilkan oleh Palembang adalah katun (ditanam di lokasi bekas tanaman padi yang telah dipanen), gambir, nila, tembakau (tembakau Ranauw/Ranau sangat disukai dan harganya tinggi), sirih, buah pinang, tarum godong pipit, rami, dan pisang. Buah-buahan yang terkenal ada...


Similar Free PDFs