Analisis Ekonomi Media PT. Mahaka Media (Tbk) PDF

Title Analisis Ekonomi Media PT. Mahaka Media (Tbk)
Pages 28
File Size 2.2 MB
File Type PDF
Total Downloads 74
Total Views 705

Summary

Bab I Pendahuluan 1.1. Profil PT Mahaka Media, Tbk PT Mahaka Media, Tbk (Perseroan) didirikan di Jakarta dengan nama PT Abdi Bangsa pada tanggal 28 November 1992. Pada tanggal 4 Januari 1993, Perseroan mendirikan Harian Republika, surat kabar pertama bagi komunitas Muslim di Indonesia. Pada Rapat Um...


Description

Accelerat ing t he world's research.

Analisis Ekonomi Media PT. Mahaka Media (Tbk) dara adinda

Related papers

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

Analisis Indust ri Media Massa dalam Kerangka Ekonomi Media St udi Kasus PT Tempo Int i Me… Azmi I Firdhausi

Analisis St rukt ur Indust ri Media Massa di Indonesia Aulia Nast it i Mapping T he Landscape of T he Media Indust ry in Cont emporary Indonesia (Bahasa Indonesia) Cent re for Innovat ion Policy and Governance (CIPG)

Bab I Pendahuluan 1.1.

Profil PT Mahaka Media, Tbk

PT Mahaka Media, Tbk (Perseroan) didirikan di Jakarta dengan nama PT Abdi Bangsa pada tanggal 28 November 1992. Pada tanggal 4 Januari 1993, Perseroan mendirikan Harian Republika, surat kabar pertama bagi komunitas Muslim di Indonesia. Pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) tanggal 4 Mei 2010, nama PT Abdi Bangsa Tbk berubah menjadi PT Mahaka Media Tbk. Tahun 2002 merupakan tahun penting dalam sejarah berdirinya Mahaka Media, dimana perusahaan ini pertama kali mencatatkan sahamnya sebagai PT Abdi Bangsa, Tbk pada tanggal 3 April 2002 di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan menjadikannya sebagai perusahaan penerbitan surat kabar pertama yang menjadi perseroan publik (Mahakamedia.com, 2014) Pada tahun 2003, Mahaka Media mulai mengawali perkembangannya sebagai sebuah Induk Perusahaan Multi Media (Multi Media Holding Company) dengan membawahi dua unit usaha, yaitu PT Pustaka Abdi Bangsa dan PT Republika Media Mandiri. Kemudian, melalui Penawaran Umum Terbatas III pada tanggal 29 September 2004, perkembangan Mahaka Media menjadi lebih luas dengan mengakuisisi seluruh kepemilikan PT Indopac Usaha Prima di beberapa perusahan lain seperti PT Media Golfindo yang bergerak dalam penerbitan majalah berlisensi, PT Mahaka Visual Indonesia yang bergerak di bidang animasi dan PT Avabanindo Perkasa yang bergerak dalam media iklan luar ruang (billboard), sehingga memperkuat kedudukan Perseroan menjadi Perusahan Induk Multi Media. Pada tahun 2014, Mahaka Media kembali memperluas perkembangan bisnisnya dengan melakukan pengambilalihan sebagian saham (akuisisi) PT Kalyanamitra Adhara Mahardhika (Alive Indonesia) dan juga pembelian saham terhadap PT Wahana Kalyanamitra Mahardhika (CardPlus). 1.2.

Unit Usaha PT Mahaka Media

Sejalan dengan perkembangan usahanya, kini PT Mahaka Media Tbk telah menjadi Induk Perusahaan Multi Media dengan unit-unit usaha seperti surat kabar, majalah, penerbit buku, televisi, radio, media luar ruang, serta media digital. Di ranah surat kabar, PT Mahaka Media, Tbk menerbitkan Harian Republika dan Harian Indonesia yang kini berganti nama menjadi Sin Chew Indonesia. Selain itu, ia juga menerbitkan majalah Golf Digest dan majalah Parents Indonesia. Kedua majalah ini merupakan majalah franchise yang berasal dari Amerika. Tak hanya berbisnis di media cetak, PT Mahaka Media, Tbk juga melebarkan sayapnya ke ranah media elektronik. Ia membawahi stasiun Jak TV, stasiun radio Gen FM, Jak FM, Delta FM, FeMale Radio, dan Prambors. Untuk tetap mengokohkan posisi bisnisnya, belakangan PT Mahaka Media juga merambah ke bisnis media digital. Jak-Tv.co.id, Republika.co.id, 987GenFM.com, 101JakFM.com, dan ParentsIndonesia.com merupakan platform media digital yang didirikan oleh PT Mahaka Media, Tbk. Setiap unit bisnis tersebut berhasil membangun kekuatan dari masing-masing karakter produk, seperti Harian Republika sebagai Surat Kabar Muslim terbesar di Indonesia, Golf Digest Indonesia sebagai Majalah Golf No. 1 di Indonesia, Jak TV sebagai stasiun TV lokal Jakarta, serta Gen FM sebagai radio No. 1 di Jakarta dengan jumlah pendengar terbanyak. Selain itu, PT Mahaka Media, Tbk juga membawahi PT Republika Media Visual yang bergerak di bidang pembuatan animasi dan penyedia konten video. Ada pula Penerbit Republika dan agency iklan Mahaka Advertising.

1

Pembagian saham PT Mahaka Media, Tbk Sumber: Laporan Keuangan PT Mahaka Media, Tbk , 2014

Namun, di balik sederet gelar yang disematkan pada produkproduknya, bagaimana sebenarnya keadaan finansial PT Mahaka Media, Tbk? Makalah ini bertujuan menganalisis kondisi ekonomi media PT Mahaka Media, Tbk dengan kondisi ekonomi media PT Mahaka Media, Tbk dengan kerangka analisis market structure, market conduct, dan market performance. Temuan hasil analisis diharapkan dapat menggambarkan pemetaan komprehensif atas industri media di Indonesia.

2

Bab II Pembahasan 2.2. Kerangka Teoritis a. Ekonomi Media Albarran (1996) mendefinisikan ekonomi media sebagai suatu kajian yang mengkhususkan dirinya pada bagaimana industri media mengelola sumber-sumber daya yang terbatas (scarce resources) untuk memproduksi konten yang didistribusikan di antara masyarakat konsumen sesuai dengan pemenuhan keinginan dan kebutuhan mereka. Dalam menganalisis ekonomi media, terdapat tiga kerangka analisis yang bersifat resiprokal, yaitu market conduct-market structure-market performance. Ketiga kerangka analisis ini pada intinya terpusat pada bagaimana suatu satuan bisnis dalam industri media menyusun kebijakan harga, kebijakan produk, strategi pemasaran (market conduct) sebagai respons terhadap struktur pasar (market structure) tertentu; kompetisi, pemusatan pasar, dan sebagainya. Selanjutnya, bagaimana pula kebijakan yang digunakan tersebut mempengaruhi kinerja media (market performance), seperti efisiensi, produktivitas, kualitas produk, dan sebagainya, yang pada akhirnya memungkinkan kembali dapat mempengaruhi struktur pasar. Market Structure

a. Market Structure

Market structure atau struktur suatu pasar umumnya bergantung pada enam faktor (Lin and Chi, 2003). Keenam faktor itu adalah konsentrasi produser atau penjual (horizontal integration, ownership concentration, market Market conduct Market performance concentration), integrasi vertikal (vertical integration), diferensiasi produk (product differentiated), barriers to entry (natural barriers dan artificial barriers), dan struktur biaya (cost structure). Untuk menentukan struktur pasar media, dua hal yang menjadi fokus perhatian adalah konsentrasi dan hambatan untuk memasuki pasar (barriers to entry). Konsentrasi yang dimaksud adalah konsentrasi kepemilikan dan konsentrasi pasar. Konsentrasi kepemilikan meliputi horizontal integration, cross-media integration, dan vertical integration. Horizontal integration merupakan kepemilikan media massa yang berjenis sama oleh suatu perusahaan. Misalnya, Jawa Pos Group yang memiliki 80 rantai kepemilikan surat kabar dan majalah di seluruh Indonesia. Cross-media integration menunjukkan adanya kepemilikan berbagai jenis media massa yang berbeda oleh satu perusahaan yang sama. Hal ini ditemui pada Media Group milik Surya Paloh yang memiliki televisi, surat kabar, tabloid dan juga portal online. Terakhir, vertical integration merujuk pada kepemilikan sebuah perusahaan media atas unit produksi, distribusi, eksibisi sebuah produk. Misalnya, Kompas Group memiliki penerbit Gramedia Pustaka Utama, percetakan Gramedia Printing Group, serta toko buku Gramedia. Konsentrasi pasar dapat dilihat dari dua perspektif, yakni konsentrasi pasar audience dan konsentrasi pasar pengiklan. Konsentrasi pasar audience berarti perusahaan menawarkan

3

konten untuk dinikmati oleh pembacanya, sementara di pasar pengiklan, perusahaan media menawarkan slot iklan dan akses terhadap audience kepada pemasang iklan. Unit analisis yang kedua, barriers to entry terbagi menjadi dua, yakni natural barriers to entry dan artificial barriers to entry. Natural barriers to entry meliputi structural barriers yang disebabkan oleh konsentrasi pasar, terutama akibat integrasi vertikal dan financial barriers yang disebabkan oleh keterbatasan modal yang dimiliki. Financial barriers ini mencakup empat hal. Pertama, absolute cost advantage for established firm, contohnya pengurangan biaya peralatan dan jaringan pemasaran. Kedua, product differentiation advantages for established firms, misalnya pengurangan biaya promosi. Berikutnya, economies of scale atau skala ekonomi, seperti pengurangan biaya dan harga per satuan produk. Terakhir, cost structure atau struktur biaya, contohnya modal intensif yang dimiliki. Sementara itu, hambatan yang kedua, artificial barriers to entry bersifat buatan yang mencakup hambatan dari segi legal atau regulasi dan hambatan dari segi politis berupa kebijakan pemerintah. Secara singkat, kerangka analisis di atas dapat dipetakan sebagai berikut. Horizontal integration Ownership Concentration

Cross-media integration Vertical integration

Concentrations

Market Structure

Audience market Market Concentration Advertiser market Structural Natural Financial Barriers to entry Legal Artificial Political

Perangkat Analisis Market Structure 1. Penentuan Tingkat Konsentrasi Pasar Untuk menentukan tingkat konsentrasi pasar, digunakan perhitungan Concentration Ratio (CR). CR terbagi dua, yakni CR-4 dan CR-8. CR-4 merupakan perhitungan yang mengakumulasikan jumlah persentase share dari empat pemain terbesar, sementara CR-8 menjumlahkan share dari delapan pemain terbesar. Jumlah yang diperoleh kemudian dicocokkan dengan indikator di samping ini. 4

2. Penentuan Tingkat Competitiveness Penentuan tingkat competitiveness dilakukan dengan perhitungan Herfindahl Index (HI), yaitu jumlah perbandingan antara market share setiap perusahaan dengan market share pasar secara keseluruhan. Herfindahl Index dirumuskan dengan: Si = the size of any firm in the market S = the size of the market n = the numbers of firms in the market

Hasil perhitungan akumulatif dari Herfindahl Index dicocokkan dengan indikator dalam tabel berikut.

b. Market conduct Market conduct merupakan proses strategis yang diterapkan dalam internal organisasi sebuah perusahaan media sebagai respons terhadap market structure. Market conduct terdiri atas pricing behavior (penentuan harga), Product/marketing/promotion strategies (strategi promosi dan pemasaran), research and innovation (riset dan inovasi), plant investment (penanaman investasi), legal tactics (taktik legal). c. Market performance Market performance adalah konsekuensi yang diterima perusahaan media sebagai hasil dari market conduct. Kajian market performance bertujuan untuk mengetahui efisiensi sebuah perusahan media untuk mencapai kondisi yang optimal. Kerangka analisis market performance meliputi production efficiency (efisiensi produk), allocative efficiency (efisiensi alokasi biaya), technological progress (perkembangan teknologi), full employment (operasional tenaga kerja), dan equity (permodalan). Selain itu, terdapat pula Financial Performance yang digunakan untuk mengkaji kelangsungan hidup (viabilitas) suatu badan usaha. Dalam financial performance, terdapat beberapa rasio yang digunakan, yaitu Growth ratio untuk mengukur pertumbuhan dari waktu ke waktu, Profitability ratio untuk mengukur kekuatan finansial, Liquidity ratio untuk mengukur kemampuan perusahaan mencairkan asetnya, Debt ratio untuk mengukur utang dan kewajiban perusahaan, serta Capitalization untuk mengukur valuasi saham. Analisis terhadap keberlangsungan proses ekonomi media di PT Mahaka Media sebagai salah satu Induk Perusahaan Multi Media (Multi Media Holding Company) dilakukan dengan kerangka analisis yang telah dijabarkan di atas.

5

2.3. Analisis Market Structure dan Market Conduct PT Mahaka Media, Tbk Analisis market structure dan market conduct dilakukan berdasarkan kategori unit-unit usaha yang dimiliki oleh PT Mahaka Media, Tbk. Dalam hal ini, market structure yang dianalisis meliputi industri surat kabar, majalah,televisi, radio, dan situs berita online. 1. Industri Surat Kabar PT Mahaka Media menerbitkan dua surat kabar berskala nasional, yaitu Harian Republika dan Harian Indonesia Xin Zhou Ri Bao (Sin Chew). Harian Republika merupakan koran nasional yang menyasar komunitas muslim di Indonesia, sedangkan Harian Indonesia Sin Chew adalah koran berbahasa Mandarin terbesar di Indonesia yang menargetkan masyarakat keturunan Tionghoa di seluruh Indonesia sebagai pembacanya. Oleh karena itu, analisis struktur pasar yang digunakan adalah analisis struktur pasar koran nasional yang terbit di Indonesia, tanpa menyertakan koran lokal. Konsentrasi Pasar

Concentration Ratio

Market Concentration 120.00%

100% 85.03%

100.00% 80.00% 60.00%

25.80%

40.00% 20.00% 0.00%

Pasar Pembaca 2012

Pasar Iklan 2013

Untuk menentukan seberapa tinggi tingkat konsentrasi pasar iklan di suratkabar nasional Indonesia, digunakan perhitungan CR-4. Hasil penjumlahan dari empat pemain terbesar, yaitu Kompas, Koran Sindo, Jawa Pos, dan Media Indonesia menunjukkan angka 85,03% yang berarti pasar pengiklan di surat kabar bersifat

high concentration. Kategori high concentration market membuat tidak semua surat kabar mendapatkan jatah “kue iklan” secara merata. Biaya belanja iklan yang dikeluarkan oleh perusahaan ataupun agency iklan cenderung terpusat di beberapa surat kabar saja, seperti Kompas yang menguasai 42,68% dari total biaya belanja iklan untuk surat kabar nasional. Jumlah ini sangat besar dibanding dengan jatah “kue iklan” yang didapat oleh surat kabar nasional lain, seperti Koran Tempo dan Bisnis Indonesia. Bahkan, selisih pendapatan dari Kompas dengan Koran Sindo yang berada di urutan kedua terbilang cukup tinggi, yaitu sebesar 24,04%. Di pasar pengiklan ini, Republika yang menjadi surat kabar andalan PT Mahaka Media, Tbk berhasil menduduki peringkat keenam di tahun 2012 dengan share iklan sebesar 5.01%, angka yang cukup kecil jika dibanding kompetitornya. Sementara itu, Harian Indonesia Sin Chew tidak berhasil masuk dalam kategori surat kabar dengan pendapatan menjanjikan.

6

Konsentrasi yang tinggi ini terjadi pula di pasar pembaca koran nasional yang terlihat dari nilai CR-4 yang berjumlah 100%. Pembaca koran nasional terpusat di dua surat kabar besar, yaitu Jawa Pos dan Kompas yang menguasai 91,55% jumlah pembaca koran nasional. Artinya, pemasukan dari penjualan oplah koran nasional pun masuk ke kantong dua media besar itu saja. Konsentrasi yang terpusat di tangan Kompas ini bisa dimengerti dengan memasukkan variabel lain yang tidak terukur angka, yaitu popularitas dan reputasi Kompas dibandingkan dengan koran-koran lainnya. Dalam kenyataannya, bisa saja Kompas menaikkan harga tetapi tetap dicari oleh para pengiklan karena Kompas telah memiliki popularitas dan reputasi baik sehingga berpotensi menarik lebih banyak pembaca yang melihat iklan yang ditampilkan di sana. Di sisi lain pun ada kecenderungan pembaca yang lebih percaya jika melihat iklan yang ditampilkan di Kompas dibanding koran lain yang belum seterkenal Kompas. Persaingan Pasar

Market Competitiveness 0.5

Herfindahl Index

Penentuan jenis pasar dilakukan dengan menghitung total Herfindahl Index. Akumulasi indeks ini menunjukkan angka 0.258 yang berarti bahwa pasar iklan untuk surat kabar nasional Indonesia tergolong pasar oligopoli. Jika beberapa surat kabar membentuk kartel dan menentukan sendiri harga space iklan yang ditawarkan, maka persaingan di dalamnya akan semakin ketat bagi surat kabar yang berada di luar kartel-kartel.

0.4108 0.4233

0.4 0.3

0.2369 0.2581

0.2 0.1 0

Pasar Pembaca Pasar Iklan Pasar oligopoli juga menunjukkan kecenderungan penawaran space iklan dikuasai 2012 2013 oleh beberapa perusahaan. Dari data di atas, perusahaan yang melakukan dominasi adalah Kompas, Koran Sindo, dan Jawa Pos. Dalam pasar oligopoli, setiap perusahaan surat kabar ini memposisikan dirinya sebagai bagian yang terikat dengan permainan pasar. Artinya, tidak semua produsen dan konsumen mempunyai kebebasan keluar-masuk pasar. Untuk masuk ke pasar iklan ini, ada barriers to entry yang menghalangi pemain-pemain baru untuk masuk, misalnya, dengan adanya kartel yang dibentuk oleh pemain besar. Adanya kartel ini juga akan menyebabkan pemain lama tidak ingin keluar dari pasar karena merasa sudah menguasai pasar.

Membicarakan diferensiasi produk, di pasar oligopoli bisa terjadi diferensiasi ataupun tidak. Di pasar pengiklan, produk yang disajikan oleh surat kabar adalah akses ke pembaca. Hal yang menjadi variasi adalah kategori pembaca surat kabar yang bisa jadi terdiferensiasi berdasarkan demografis tertentu. Misalnya, kriteria pembaca Republika adalah penganut agama Islam yang cenderung religius sehingga cocok bila dijadikan target sasaran iklan-iklan biro perjalanan haji dan umrah dibanding jika iklan itu dipasang di Kompas yang segmentasi pembacanya lebih universal. 7

Tipe pasar oligopoli tak hanya terjadi di pasar iklan, tetapi juga di pasar pembaca surat kabar nasional. Artinya, terjadi pemusatan pendapatan dari penjualan surat kabar di beberapa pihak, dalam hal ini Kompas dan Jawa Pos. Jika terbentuk kartel, maka persaingan akan sangat sulit bagi surat kabar yang berada di luar kartel untuk merebut pembaca. Namun, tanpa membentuk kartel pun, Jawa Pos dan Kompas sudah memegang porsi pembaca yang cukup besar. Barriers to Entry Dari data pengukuran konsentrasi dan competitiveness pasar yang telah dipaparkan di atas, terlihat bahwa barriers to entry yang terdapat di industri surat kabar nasional adalah natural barriers to entry, lebih tepatnya disebabkan oleh konglomerasi yang dilakukan oleh grup-grup media besar, seperti Kompas Gramedia dan Jawa Pos Group yang terlanjur sudah memiliki reputasi dan modal yang besar pula. Dominasi ini juga menyebabkan produk yang beredar menjadi homogen. Dengan kata lain, berita yang disajikan oleh surat kabar nasional biasanya menyoroti peristiwa yang sama dan dengan angle yang sama pula. Jika hal ini terus berlanjut, maka kurang baik untuk keberagaman informasi yang diterima oleh masyarakat. Sementara itu, berbicara dari sisi regulasi yang dapat menjadi artificial barriers, industri surat kabar justru semakin dibebaskan dengan pencabutan SIUP (Surat Izin Usaha Penerbitan). Dengan demikian, semakin mudah bagi para pengusaha untuk mendirikan surat kabar dan hal ini berdampak pada hilangnya barriers to entry. Penghapusan SIUP ini terbukti menaikkan jumlah surat kabar di Indonesia. Di tahun 1997, ketika SIUP masih berlaku, hanya ada 167 surat kabar di Indonesia. Di tahun 2010, jumlahnya menjadi 589 surat kabar (Serikat Penerbit Surat Kabar, 2011). Artinya, terjadi peningkatan sebesar 352% dari segi pemain pasar.

Namun, hal yang perlu digarisbawahi adalah terjadinya tren penurunan jumlah pembaca surat kabar nasional. Dari data yang dirilis oleh AGB Nielsen, terjadi penurunan pembaca sebanyak 300 ribu orang dari tahun 1997 hingga tahun 2007. Tren ini dapat disebabkan oleh kemunculan media berita online yang lebih murah dan terjangkau. Dengan demikian, meskipun jumlah pemainnya meningkat, tetapi jumlah konsumen justru menurun dan menuntut para pemain surat kabar untuk berkompetisi secara lebih ketat. Tren yang sedang marak di industri surat kabar adalah penerbitan surat kabar lokal di daerah. Dalam konteks periklanan, ternyata lebih banyak surat kabar daerah yang sukses di daerah dibandingkan di Pulau Jawa. Manado Post, misalnya, mampu menduduki peringkat keempat perolehan iklan terbesar untuk surat kabar dengan penghasilan kotor sebesar Rp 1,2 triliun. Riau Pos, Kaltim Post, Batam Pos, Radar Lampung, Sumatera Ekspres, Jambi Independen, Rakyat Bengkulu, Tribun Timur, dan Fajar bahkan mampu memperoleh penghasilan iklan yang lebih besar dibanding suratkabar nasional, seperti Media Indonesia, 8

Koran Tempo, dan Republika. Hal ini membuka kesempatan untuk para pemain industri surat kabar di daerah untuk menerbitkan surat kabar lokal. Market Conduct Harian Republika dan Harian Indonesia Sin Chew Menyikapi kondisi pasar surat kabar nasional yang sedemikian terkonsentrasi, Harian Republika merespons dengan melakukan strategi pricing. Untuk tarif iklan display, Republika memasang tarif yang sudah ditentukan ukuran kolomnya, misalnya paket iklan ukuran

seperempat halaman, set...


Similar Free PDFs