ANALISIS KECUKUPAN RUANG TERBUKA HIJAU SEBAGAI PENYERAP EMISI CO2 DI PERKOTAAN MENGGUNAKAN PROGRAM STELLA PDF

Title ANALISIS KECUKUPAN RUANG TERBUKA HIJAU SEBAGAI PENYERAP EMISI CO2 DI PERKOTAAN MENGGUNAKAN PROGRAM STELLA
Pages 29
File Size 4.6 MB
File Type PDF
Total Downloads 20
Total Views 45

Summary

ANALISIS KECUKUPAN RUANG TERBUKA HIJAU SEBAGAI PENYERAP EMISI CO2 DI PERKOTAAN MENGGUNAKAN PROGRAM STELLA (STUDI KASUS: SURABAYA UTARA DAN TIMUR) ADEQUACY ANALYSIS OF GREEN OPEN SPACE AS CO2 EMISSION ABSORBER IN URBAN BY USING STELLA PROGRAM (CASE STUDY: NORTH AND EAST OF SURABAYA) Driananta Pradipt...


Description

Accelerat ing t he world's research.

ANALISIS KECUKUPAN RUANG TERBUKA HIJAU SEBAGAI PENYERAP EMISI CO2 DI PERKOTAAN MENGGUNAKAN PROGRAM STELLA Pariwisata Tapin

Cite this paper

Downloaded from Academia.edu 

Get the citation in MLA, APA, or Chicago styles

Related papers

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

Analisis Kecukupan Ruang Terbuka Hijau Privat Permukiman Dalam Menyerap CO2 dan Meme… cart er john Bab IV Kondisi umum A10abuAkhi Ikhwan4 EST IMAT ION OF T EMPERAT URE HUMIDIT Y INDEX VALUE BASED ON ¬CO2 ANT ROPOGHENIC EMISSIO… Iqbal Muhammad

ANALISIS KECUKUPAN RUANG TERBUKA HIJAU SEBAGAI PENYERAP EMISI CO2 DI PERKOTAAN MENGGUNAKAN PROGRAM STELLA (STUDI KASUS: SURABAYA UTARA DAN TIMUR) ADEQUACY ANALYSIS OF GREEN OPEN SPACE AS CO2 EMISSION ABSORBER IN URBAN BY USING STELLA PROGRAM (CASE STUDY: NORTH AND EAST OF SURABAYA) Driananta Pradiptiyas1), Abdu Fadli Assomadi2) dan Rahmat Boedisantoso3) 1

Mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Kampus Keputih-Sukolilo, Surabaya 60111-Jawa Timur 2,3

Dosen Jurusan Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Kampus Keputih-Sukolilo, Surabaya 60111-Jawa Timur

Abstrak Dampak paling nyata akibat pembangunan sarana dan prasarana fisik di perkotaan adalah berkurangnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan meningkatnya konsumsi energi fosil yang menghasilkan emisi CO2. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan RTH eksisting yang dikelola oleh DKP Kota Surabaya dalam menyerap emisi CO2 yang dihasilkan di wilayah Surabaya Utara dan Timur. Analisis ini dilakukan menggunakan Program Stella yang merupakan permodelan berbasis flow chart. Kemudian dilakukan upaya peningkatan daya serap CO2 RTH yang terbagi menjadi dua skenario yaitu skenario I dengan mengoptimalkan luas pohon pelindung, skenario II dengan merekomendasikan RTH Publik yang belum dikelola oleh DKP Kota Surabaya dan menambah RTH baru di lahan yang tersedia untuk RTH. Dari hasil analisis, emisi CO2 yang dihasilkan di Surabaya Utara sebesar 490,859.21 ton/tahun dan di Surabaya Timur sebesar 1,187,392.08 ton/tahun sedangkan kemampuan RTH eksisting dalam menyerap emisi CO2 di Surabaya Utara sebesar 2,456.04 ton/tahun (0.50%) dan di Surabaya Timur sebesar 9,885.48 ton/tahun (0.83%). Upaya

1

peningkatan daya serap CO2 skenario I dan II mampu meningkatkan daya serap CO2 menjadi sebesar 5,580.28 ton/tahun (1.14%) di wilayah Surabaya Utara dan 13,384.76 ton/tahun (1.13%) di wilayah Surabaya Timur. Kata Kunci : Emisi CO2, Ruang Terbuka Hijau (RTH), Program Stella

Abstract The most obvious impacts from construction of physical facilities and infrastructure in urban areas are reduced Green Open Space and increasing consumption of fossil energy that produce CO2 emissions. The aim of this study is to analyze the adequacy of Green Open Space managed by DKP city of Surabaya in absorbing CO2 emissions at the North and East of Surabaya. Analysis were performed by using Program Stella which is a software for modeling based on flow charts. Then do the analyzing CO2 absorption by Green Open Space after the two scenarios in order to increase the CO2 absorption. The scenarios are optimizing the trees area on existing Green Open Space and the mix of recommendation to manage Green Open Space which has not been managed yet by DKP city of Surabaya and the addition of new Green Open Space. The analysis shows that the CO2 emissions generated in the North of Surabaya is 490,859.21 tons/year and in the East of Surabaya is 1,187,392.08 tons/year, whereas the ability of the existing green open space to absorb CO2 emissions in North of Surabaya is 2,456.04 tons CO2/year (0.50%) and in East of Surabaya is 9,885.48 tons CO2/year (0.83%). The first and second scenario in increasing the CO2 absorption results the improvement of CO2 absorption to the size of 5,580.28 tons CO2/year (1.14%) at the North of Surabaya and 13,384.76 tons CO2/year (1.13%) at the East of Surabaya. Key words: CO2 Emissions, Green Open Space, Stella Program.

PENDAHULUAN Latar Belakang Kota Surabaya merupakan salah satu kota besar di Indonesia. Hal ini terlihat dengan semakin berkembangnya perekonomian di segala bidang, baik dibidang industri, perdagangan maupun jasa. Ekonomi kota yang tumbuh telah mendorong peningkatan kebutuhan energi yang pada akhirnya menyebabkan bertambahnya buangan sisa energi. Aktivitas transportasi, industri,

2

jasa, dan kegiatan lainnya yang meningkat, telah pula meningkatkan buangan sisa kegiatan-kegiatan tersebut ke udara (Anonim, 2006). Dampak yang paling nyata akibat pesatnya kegiatan pembangunan sarana dan prasarana fisik Kota Surabaya saat ini adalah berkurangnya Ruang Terbuka Hijau dan meningkatnya konsumsi energi fosil. Ini memungkinkan lingkungan hidup kota menjadi tercemar. Pencemaran udara yang disertai dengan meningkatnya kadar CO2 di udara akan menjadikan lingkungan kota yang tidak sehat dan dapat menurunkan kesehatan manusia, oleh karena itu konsentrasi gas CO2 di udara harus diupayakan tidak terus bertambah naik. Salah satu cara untuk mereduksi CO2 di daerah perkotaan adalah mengurangi emisi karbon dan membangun Ruang Terbuka Hijau (Dahlan, 1992). Merosotnya kualitas udara tersebut disebabkan bertambahnya penggunaan bahan bakar minyak jenis solar dan bensin yang melepas banyak gas hydrocarbon dan CO2 ke udara. Peningkatan kontribusi pencemaran udara terutama jumlah emisi karbon dioksida ini seharusnya juga diimbangi dengan penambahan tanaman hijau yang cukup supaya terjadi keseimbangan lingkungan (Putriatni, 2009). Menurut Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Ruang Terbuka Hijau (RTH) minimal harus memiliki luasan 30% dari luas total wilayah dengan porsi 20% sebagai RTH publik. RTH publik seluas minimal 20% dimaksudkan agar proporsi RTH minimal dapat lebih dijamin pencapaiannya sehingga memungkinkan pemanfaatannya secara luas oleh masyarakat. Sedangkan saat ini luas RTH yang dimiliki Surabaya baru sekitar 12 % dari 20 % luas RTH yang wajib dimiliki (Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya, 2010). Berdasarkan fakta tersebut maka dilakukan penelitian untuk menganalisis apakah RTH di Surabaya Utara dan Timur telah mencukupi untuk menyerap emisi CO2 yang dihasilkan dari kegiatan transportasi, industri dan permukiman serta menganalisis bagaimana kemampuan daya serap CO2 RTH dalam menyerap emisi CO2 yang dihasilkan setelah dilakukan pengoptimalan luasan pohon pelindung RTH dan penambahan RTH. Analisis ini dilakukan dengan program Stella, 3

yakni pemodelan berbasis flow chart dan simulasi komputer yang dapat mempermudah seorang peneliti untuk melakukan sistem identifikasi masalah, merumuskan masalah, menentukan prosedur penelitian yang terdiri dari kumpulan elemen yang saling berinteraksi sehingga menghasilkan hubungan sebab akibat. Program Stella ini digunakan karena dapat menggunakan beberapa variabel secara bersamaan dan dapat menampilkan model simulasi pendekatan berupa mind mapping sehingga kita bisa melihat variabel yang mempengaruhi secara langsung.

Permasalahan Rumusan masalah dari Tugas Akhir ini adalah: 1. Bagaimana kemampuan RTH eksisting dalam menyerap emisi CO2 yang dihasilkan dari kegiatan transportasi, industri dan permukiman di wilayah Surabaya Utara dan Timur? 2. Bagaimanakah pemetaan tingkat emisi CO2 yang dihasilkan dan kemampuan daya serap CO2 RTH eksisting di wilayah Surabaya Utara dan Timur? 3. Bagaimanakah kemampuan daya serap CO2 RTH setelah dilakukan upaya peningkatan daya serap CO2 di wilayah Surabaya Utara dan Timur?

Tujuan Tujuan dari Tugas Akhir ini adalah: 1. Menganalisis kemampuan RTH eksisting dalam menyerap emisi CO2 yang dihasilkan dari kegiatan transportasi, industri dan permukiman di wilayah Surabaya Utara dan Timur. 2. Memetakan tingkat emisi CO2 yang dihasilkan dan kemampuan daya serap CO2 RTH eksisting di wilayah Surabaya Utara dan Timur. 3. Menganalisis bagaimana kemampuan daya serap CO2 RTH setelah dilakukan upaya peningkatan daya serap CO2 di wilayah Surabaya Utara dan Timur.

4

Batasan Masalah 1. Data survey untuk perhitungan ulang emisi CO2 dari penelitian terdahulu yang akan dianalisis hanya dari kegiatan transportasi, industri dan permukiman di wilayah Surabaya Utara dan Timur. 2. Emisi CO2 yang dihitung pada kegiatan permukiman dan industri hanya emisi CO2 primer karena emisi CO2 sekunder pada kegiatan permukiman dan industri berupa listrik, yang artinya sumber emisi CO2 berada di sumber pembangkit seperti PLTU yang tidak berada pada wilayah penelitian. 3. Emisi CO2 dalam penelitian ini dihitung berdasarkan model box yang artinya emisi CO2 yang dihitung dalam penelitian ini adalah asumsi beban maksimum pada wilayah studi karena pada kenyataannya CO2 akan terdispersi dengan adanya angin yang membawa CO2 tersebar di atmosfer 4. Data RTH eksisting yang dimaksud dalam penelitian ini adalah RTH Publik yang dikelola oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya. 5. Data RTH eksisting di wilayah Surabaya Utara dan Timur yang digunakan hanyalah data mengenai taman kota dan jalur hijau karena menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 5 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di kawasan Perkotaan, diantara 20% RTH Publik yang seharusnya dimiliki kawasan perkotaan 12,5% adalah taman dan 6% adalah jalan sehingga taman kota dan jalur hijau dianggap memiliki pengaruh yang paling besar dibandingkan lainnya. 6. Upaya peningkatan daya serap CO2 yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dengan dua skenario, yakni a) Mengoptimalkan luas pohon pelindung yang ditanam pada RTH eksisting sesuai pada persyaratan luas minimum tanaman hijau pada RTH yang tercantum dalam Peraturan Daerah Kota Surabaya No. 7 Tahun 2002. 5

b) Merekomendasikan RTH yang belum dikelola oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya dan penambahan RTH baru di lahan yang masih tersedia mengacu pada RTRW Kota Surabaya 2013. 7. Variabel yang digunakan pada penelitian ini ada dua, yaitu: •



Jenis dan jumlah pohon pelindung pada RTH eksisting. Luas tajuk pohon pelindung pada RTH eksisting.

8. Tanaman dalam RTH eksisting yang dianalisis untuk mencukupi penyerapan emisi CO2 hanya pohon pelindung saja karena pohon pelindung mempunyai kemampuan menyerap CO2 paling besar dibandingkan dengan tanaman perdu dan semak hias. 9. Analisis ini dilakukan menggunakan Program Stella.

Landasan Teori Emisi Karbon Dioksida (CO2) Emisi karbon dioksida adalah pemancaran atau pelepasan gas karbon dioksida (CO2) ke udara. Emisi CO2 biasanya dinyatakan dalam setara ton karbon dioksida (CO2). Sumber – sumber emisi CO2 ini sangat bervariasi, tetapi dapat digolongkan menjadi 4 macam sebagai berikut:  Mobile Transportation (sumber bergerak) antara lain: kendaraan bermotor, pesawat udara, kereta api, kapal bermotor dan penenganan/evaporasi gasoline.  Stationary Combustion (sumber tidak bergerak) antara lain: perumahan, daerah perdagangan, tenaga dan pemasaran industri, termasuk tenaga uap yang digunakan sebagai energi oleh industri.  Industrial Processes (proses industri) antara lain: proses kimiawi, metalurgi, kertas dan penambangan minyak.  Solid Waste Disposal (pembuangan sampah) antara lain: buangan rumah tangga dan perdagangan, buangan hasil pertambangan dan pertanian.

6

Emisi CO2 dapat pula dikategorikan menjadi:  Emisi Langsung Emisi ini merupakan emisi yang keluar langsung dari aktifitas atau sumber dalam ruang batas yang ditetapkan. Contohnya emisi CO2 dari kendaraan bermotor.  Emisi Tidak Langsung Emisi ini merupakan hasil dari aktifitas di dalam ruang batas yang ditetapkan. Contohnya konsumsi energi listrik di rumah tangga. (Suhedi, 2005)

Efek Rumah Kaca Efek rumah kaca disebabkan karena naiknya konsentrasi gas karbon dioksida (CO2) dan gasgas lainnya di atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas CO2 ini disebabkan oleh kenaikan pembakaran bahan bakar minyak, batu bara dan bahan bakar organik lainnya yang melampaui kemampuan tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk mengabsorbsinya.

Gambar 1 Teori Efek Rumah Kaca Energi yang masuk ke bumi mengalami: 25% dipantulkan oleh awan atau partikel lain di atmosfer, 25% diserap awan, 45% diadsorpsi permukaan bumi dan 5% dipantulkan kembali oleh permukaan bumi.

7

Energi yang diadsoprsi dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi infra merah oleh awan dan permukaan bumi. Namun sebagian besar infra merah yang dipancarkan bumi tertahan oleh awan dan gas CO2 dan gas lainnya, untuk dikembalikan ke permukaan bumi. Dalam keadaan normal, efek rumah kaca diperlukan, dengan adanya efek rumah kaca perbedaan suhu antara siang dan malam di bumi tidak terlalu jauh berbeda (Razak, 2010).

Daur Global CO2 Menurut Afdal (2007) pengikatan CO2 dari atmosfer dapat melalui beberapa cara, yaitu: • Ketika matahari bersinar, tumbuhan melakukan fotosintesis yang mengubah gas CO2 menjadi karbohidrat dan melepaskan gas O2 ke atmosfer. • Pada permukaan laut di daerah kutub, temperatur yang lebih rendah menyebabkan gas CO2 lebih mudah larut. Selanjutnya, CO2 yang terlarut tersebut akan terbawa ke lapisan air yang lebih dalam karena massanya yang menjadi lebih berat. • Pada laut bagian atas dengan produktivitas tinggi, organisme membentuk memanfaatkan CO2 dalam kehidupannya; misalnya membentuk cangkang karbonat atau bagian-bagian tubuh lainnya yang keras, serta proses fotosintesis oleh ganggang laut. Samudera juga mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengurangi peningkatan konsentrasi CO2 di atmosfer. Disolusi air laut memberikan kesempatan yang besar untuk menenggelamkan CO2 antropogenik, hal ini disebabkan CO2 mempunyai daya larut yang tinggi. Di samping itu, CO2 juga memisahkan diri ke dalam ion-ion dan berinteraksi dengan unsur pokok air laut. Berikut adalah siklus karbon dioksida yang dapat dilihat pada Gambar 2.

8

Gambar 2 Daur Global CO2 Gambar 2 menunjukkan bahwa tingkat penyerapan CO2 oleh vegetasi hanya sekitar 0.05%, sedangkan 1.75% tetap berada di atmosfer dan 98.20% larut dalam lautan.

Penyediaan RTH Berdasarkan Luas Wilayah Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 5 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan, penyediaan RTH berdasarkan luas wilayah di perkotaan adalah sebagai berikut: • Ruang terbuka hijau di perkotaan terdiri dari RTH Publik dan RTH privat.

• Proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30% yang terdiri dari 20% ruang terbuka hijau publik dan 10% terdiri dari ruang terbuka hijau privat. • Apabila luas RTH baik publik maupun privat di kota yang bersangkutan telah memiliki total luas lebih besar dari peraturan atau perundangan yang berlaku, maka proporsi tersebut harus tetap dipertahankan keberadaannya. Proporsi 30% merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan ekosistem kota, baik keseimbangan sistem hidrologi dan keseimbangan mikroklimat, maupun sistem ekologis lain yang dapat meningkatkan ketersediaan udara bersih yang diperlukan masyarakat, serta sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika kota. 9

Target luas sebesar 30% dari luas wilayah kota dapat dicapai secara bertahap melalui pengalokasian lahan perkotaan secara tipikal sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 3 berikut.

Gambar 3 Bagan Proporsi RTH Kawasan Perkotaan (Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 5 Tahun 2008)

Pengembangan Ruang Terbuka Hijau Ada empat hal utama yang harus diperhatikan dalam rencana pembangunan dan pengembangan RTH yang fungsional suatu wilayah perkotaan menurut Makalah Lokakarya Pengembangan Sistem RTH Di Perkotaan Tahun 2006, yaitu: 1. Luas RTH minimum yang diperlukan dalam suatu wilayah perkotaan di-tentukan secara komposit oleh tiga komponen berikut ini, yaitu: • Kapasitas atau daya dukung alami wilayah

• Kebutuhan per kapita (kenyamanan, kesehatan, dan bentuk pela-yanan lainnya) • Arah dan tujuan pembangunan kota

10

RTH berluas minimum merupakan RTH berfungsi ekologis yang ber-lokasi, berukuran, dan berbentuk pasti, yang melingkup RTH publik dan RTH privat. Dalam suatu wilayah perkotaan maka RTH publik harus berukuran sama atau lebih luas dari RTH luas minimal, dan RTH privat merupakan RTH pendukung dan penambah nilai rasio terutama dalam meningkatkan nilai dan kualitas lingkungan dan kultural kota. 2. Lokasi lahan kota yang potensial dan tersedia untuk RTH. 3. Sruktur dan pola RTH yang akan dikembangkan (bentuk, konfigurasi, dan distribusi). 4. Seleksi tanaman sesuai kepentingan dan tujuan pembangunan kota. Menurut Pemerintah Kota Surabaya Tahun 2010, Rencana ruang terbuka hijau dimaksudkan untuk meningkatkan keindahan lingkungan kota dan sekaligus mendukung pelestarian lingkungan kota. Kegiatan rencana ruang terbuka hijau tersebut adalah sebagai berikut: 1. Penambahan hutan kota dan lahan hijau kota. 2. Perluasan areal pemakaman. 3. Penataan dan normalisasi fungsi trotoar. 4. Gerakan sejuta pohon yang disosialisasikan melalui beberapa media terhadap seluruh lapisan masyarakat. Untuk mensukseskan kegiatan ruang terbuka hijau diwujudkan dengan menetapkan kebijakan pembangunan sebagai berikut : 1. Pembebasan atau penyediaan lahan untuk memperluas RTH di Kota Surabaya.Penataan dan revitalisasi RTH dalam rangka optimalisasi fungsi RTH di Kota Surabaya. 2. Penyediaan lahan untuk fasilitas makam dan peningkatan kualitas pengelolaan makam. 3. Pengendalian pelaksanaan pembangunan dengan memperhatikan ketersediaan lahan prasarana lingkungan, utilitas umum, dan fasilitas sosial khususnya RTH dan makam. 4. Sosialisasi dalam rangka peningkatan partisipasi atau peran masyarakat dalam penyediaan dan pengelolaan RTH dan makam. 11

Penyerapan Karbon Dioksida Oleh Tanaman (Pohon) Tanaman merupakan penyerap karbon dioksida (CO2) di udara. Bahkan beberapa diantara tanaman-tanaman itu mempunyai kemampuan besar untuk menyerap karbon dioksida (CO2). Pohon trembesi (Samanea saman), dan Cassia (Cassia sp) merupakan salah satu contoh tumbuhan yang kemampuan menyerap CO2-nya sangat besar hingga mencapai ribuan kg/tahun. Sebagaimana diketahui, tumbuhan melakukan fotosistesis untuk membentuk zat makanan atau energi yang dibutuhkan tanaman tersebut. Dalam fotosintesis tersebut tumbuhan menyerap karbon dioksida (CO2) dan air yang kemudian di rubah menjadi glukosa dan oksigen dengan bantuan sinar matahari. Kesemua proses ini berlangsung di klorofil. Kemampuan tanaman sebagai penyerap karbondioksida akan berbeda-beda. Banyak faktor yang mempengaruhi daya serap karbon dioksida. Diantaranya ditentukan oleh mutu klorofil. Mutu klorofil ditentukan berdasarkan banyak sedikitnya magnesium yang menjadi inti klorofil. Semakin besar tingkat magnesium, daun akan berwarna hijau gelap (Alamendah, 2010). Penelitian Endes N. Dahlan memberikan hasil bahwa trembesi (Samanea saman) terbukti menyerap paling banyak karbon dioksida. Dalam setahun, trembesi mampu menyerap 28,488.39 kg karbon dioksida. Selain pohon trembesi, didapat juga berbagai jenis tanaman yang mempunyai kemampuan tinggi sebagai tanaman penyerap karbon dioksida (CO2). Pohon-pohon itu diantaranya adalah cassia, kenanga, pingku, beringin, krey payung, matoa, mahoni, dan berbagai jenis tanaman lainnya. Daftar tanaman yang mempunyai daya serap karbon dioksida dapat dilihat pada Tabel 1.

12

Tabel 1 Kemampuan Pohon Menyerap Karbon Dioksida No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

Nama Lokal Trembesi Cassia Kenanga Pingku Beringin Krey payung Matoa Mahoni Saga Bungkur Jati Nangka Johar Sirsak Puspa Akasia Flamboyan Sawo kecik Tanjung Bunga merak Sempur Khaya Merbau pantai Akasia Angsana Asam kranji Saputangan Dadap merah Rambutan Asam Kempas

Nama Ilmiah Samanea saman Cassia sp Canangium odoratum Dysoxylum excelsum Ficus benyamina Fellicium decipiens Pornetia pinnata Swettiana mahagoni Adenanthera pavoniana Lagerstroema speciosa Tectona grandis Arthocarpus heterophyllus Cassia grandis Annona muricata Schima wallichii Ac...


Similar Free PDFs