ANALISIS PENERAPAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING (ABC) DALAM MENINGKATKAN AKURASI BIAYA PADA PT. MARTINA BERTO PDF

Title ANALISIS PENERAPAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING (ABC) DALAM MENINGKATKAN AKURASI BIAYA PADA PT. MARTINA BERTO
Pages 12
File Size 1.3 MB
File Type PDF
Total Downloads 123
Total Views 394

Summary

ANALISIS PENERAPAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING (ABC) DALAM MENINGKATKAN AKURASI BIAYA PADA PT. MARTINA BERTO Hesti Wulandari Jurusan S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem akuntansi biaya tradisional (konvensional) yang diterapk...


Description

Accelerat ing t he world's research.

ANALISIS PENERAPAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING (ABC) DALAM MENINGKATKAN AKURASI BIAYA PADA PT. MARTINA BERTO winda ryandini

Related papers

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

ANALISIS PENENT UAN HARGA POKOK PRODUKSI BAT IK MUST IKA BLORA BERDASARKAN SIS… T it ien Noviant i

ANALISIS PENENT UAN HPP BERDASARKAN ABC Habib Samudra Cool komaruddin amrullah

ANALISIS PENERAPAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING (ABC) DALAM MENINGKATKAN AKURASI BIAYA PADA PT. MARTINA BERTO Hesti Wulandari Jurusan S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem akuntansi biaya tradisional (konvensional) yang diterapkan oleh PT. Martina Berto dan untuk mengetahui alternatif penerapan sistem Activity Based Costing (ABC) dalam perusahaan, dapat meningkatkan akurasi biaya dalam perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) pada PT. Martina Berto. Penelitian ini menggunakan Sistem Activity Based Costing (ABC). Hasil perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) dengan menggunakan sistem Activity Based Costing (ABC) dan sistem tradisional (konvensional) menunjukkan bahwa perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) menyebabkan terjadinya distorsi, yaitu overcosted untuk produk Bedak Padat Type I, Bedak Padat Type II, dan Bedak Padat Type IV serta undercosted untuk produk Bedak Padat Type III. Terjadinya distorsi ini menyebabkan pelaporan biaya yang tidak akurat, sehingga mempengaruhi harga jual dan pengakuan terhadap laba perusahaan. Kata Kunci : Activity Based Costing (ABC), Biaya Produksi, Akurasi Biaya

PENDAHULUAN Kegiatan oprasional suatu badan usaha, pada umumnya adalah untuk mendapatkan laba. Apapun strategi yang dilakukan adalah untuk laba. Dari laba yang diperoleh perusahaan akan bertahan (survive) dan tumbuh (grow). Bertahan artinya perusahaan tidak merugi dan tumbuh artinya perusahaan dapat berkembang. Banyak penelitian telah dilakukan tentang sistem Activity Based Costing (ABC) diantaranya oleh: Yuita Andriani (2003), melalui penelitian pada PT. Industri Sandang Nusantara Unit Patal Bekasi, yang awalnya menerapakan sistem tradisional (konvensional) dan mencoba menerapkan sistem Activity Based Costing (ABC) dalam menentukan Harga Pokok Produksi (HPP), sehingga menghasilkan kesimpulan akhir yang dapat ditarik yaitu, bahwa sistem Activity Based Costing (ABC) mampu menghasilkan perhitungan biaya yang lebih akurat dibandingkan dengan sistem tradisional (konvensional) dalam menentukan Harga Pokok Produksi (HPP). Demikian juga, Rr. Eka Sri Mulyanti (2003), melalui penelitian pada Perusahaan Garment CV. Layonsari Kuta, yang awalnya menerapakan sistem tradisional (konvensional) dan mencoba menerapkan sistem Activity Based Costing (ABC) dalam menentukan Harga Pokok Produksi (HPP), sehingga menghasilkan kesimpulan akhir yang dapat ditarik yaitu, bahwa informasi biaya yang dihasilkan oleh sistem Activity Based Costing (ABC) dapat digunakan oleh pihak manajemen untuk memantau secara terus-menerus berbagai kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk menghasilkan produk dan menghilangkan kegiatan yang menambah biaya tinggi bagi konsumen. Serta, Eddy Yusuf (2004), melalui penelitian pada PT. Braja Mukti Cakra, yang awalnya menerapkan sistem tradisional (konvensional) dan mencoba menerapkan sistem Activity Based Costing (ABC) dalam menentukan Harga Pokok Produksi (HPP), sehingga menghasilkan kesimpulan akhir yang dapat ditarik yaitu, bahwa sistem Activity Based Costing (ABC) memberikan keuntungan berupa informasi klasifikasi aktivitas sehingga dapat menentukan biaya overhead yang akurat berdasarkan klasifikasi aktivitas. Sistem Activity Based Costing (ABC) merupakan alat strategi kunci untuk perusahaan yang bersifat kompleks. Dalam hal tersebut, sistem penentuan biaya berdasarkan aktivitas (Activity Based Costing) dinilai mampu menutupi kelemahan dari sistem tradisional (konvensional) dalam pengaruhnya terhadap keakuratan data biaya. Hal ini telah dibuktikan melalui contoh ketiga penelitian diatas mengenai manfaat sistem Activity Based Costing (ABC) dalam menghasilkan informasi keakuratan biaya untuk pentuan Harga Pokok Produk (HPP). PT. Martina Berto merupakan badan usaha yang bergerak dibidang manufacturing industri kosmetika dan jamu. Dalam usahanya untuk memaksimalkan keuntungan, PT. Martina Berto berusaha mengendalikan kegiatannya secara efisien, dan salah satu alternatifnya adalah melalui penerapan analisis sistem Activity Based Costing (ABC) dalam meningkatkan akurasi biaya. Menurut Eddy Yusuf (2004), sistem Activity Based Costing (ABC) menggunakan aktivitas sebagai basis penggolongan biaya untuk informasi Activity Cost yang memberikan informasi bagi para pengambil keputusan untuk mengontrol kinerja perusahaannya. Informasi yang berlimpah mengenai aktivitas inilah yang menjadi keunggulan sistem Activity Based Costing (ABC), sehingga mampu memberdayakan personel perusahaan dalam melakukan efisiensi aktivitas yang diharapkan dapat mengurangi biaya produksi. Berdasarkan latar hal tersebut, maka penulis mengemukakan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana sistem akuntansi biaya tradisional (konvensional) yang diterapkan oleh PT. Martina Berto dalam menentukan Harga Pokok Produksi (HPP)? 2. Apakah alternatif penerapan sistem Activity Based Costing (ABC) dapat meningkatkan akurasi biaya dalam perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) pada PT. Martina Berto? TINJAUAN PUSTAKA Dasar pemikiran sistem Activity Based Costing (ABC) ini adalah bahwa produk atau jasa yang dihasilkan dari aktivitas, dan aktivitas yang diperlukan dalam menghasilkan produk atau jasa disebut akan mengkonsumsi sumber daya sehingga mengakibatkan terjadinya biaya. Sistem Activity Based Costing (ABC) mengakui adanya hubungan timbal balik antara aktivitas dan biaya. Sistem Activity Based Costing (ABC) dianggap lebih realistis karena menganggap bahwa aktivitaslah yang menyebabkan terjadinya biaya, bukan produk. Asumsi yang digunakan dalam sistem Activity Based Costing (ABC), yaitu: 1. Semua aktivitas yang terjadi dalam perusahaan dapat ditelusuri ke produk secara individual. 2. Aktivitas dan biaya yang ditimbulkan bervariasi bukan hanya karena perubahan volume tetapi juga karena variasi aktivitas tersebut. Dan asumsi dasar yang digunakan dalam penentuan harga pokok berbasis aktivitas atau berdasarkan sistem Activity Based Costing (ABC) itu sendiri. Untuk memberikan gambaran yang jelas tentang sistem Activity Based Costing (ABC), berikut ini akan dikemukakan pendapat dari beberapa ahli tentang pengertian sistem Activity Based Costing (ABC). Menurut Mulyadi (25: 2003), mendefinisikan sistem Activity Based Costing (ABC) sebagai berikut: “ABC system merupakan sistem informasi biaya yang menyediakan informasi lengkap tentang aktivitas untuk memungkinkan personel perusahaan melakukan penglolaan terhadap aktivitas”. Sama dengan pendapat terdahulunya, menurut Armanto Witjaksono (210: 2006), mendefinisikan sistem Activity Based Costing (ABC) sebagai berikut: “ABC didefinisikan sebagai suatu metode pengukuran biaya produk atau jasa yang didasarkan atas penjumlahan biaya (cost accumulation) daripada kegiatan atau aktivitas yang timbul berkaitan dengan produksi atau jasa tersebut”. Sejalan dengan pendapat tersebut, menurut Armila Krisna Warindrani (27: 2006), mendefinisikan sistem Activity Based Costing (ABC) sebagai berikut: Metode ABC merupakan salah satu metode kontemporer yang diperlukan manajemen modern untuk meningkatkan kualitas dan output, menghilangkan waktu aktivitas yang tidak menambah nilai, mengefisiensikan biaya, dan meningkatkan kontrol terhadap kinerja perusahaan. Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sistem Activity Based Costing (ABC) sebagai suatu pendekatan perhitungan biaya yang didasarkan pada aktivitas yang dilakukan dan nilai sumber daya yang diserap oleh aktivitas untuk menghasilkan produk atau jasa. Sistem Activity Based Costing (ABC) dirancang atas dasar landasan pemikiran bahwa produk memerlukan aktivitas dan aktivitas mengkonsumsi sumber daya, kerangka yang dipergunakan untuk menghitung biaya produksi, adalah: pertama, produk memerlukan aktivitas; dan kedua, aktivitas memerlukan sumber daya. Berikut ini akan dikemukakan pendapat , tentang manfaat sistem Activity Based Costing (ABC). Menurut Mulyadi (94: 2003), memberikan pendapat bahwa manfaat sistem Activity Based Costing (ABC) sebagai berikut: ABC system menjanjikan berbagai manfaat berikut ini: (1) menyediakan informasi berlimpah tentang aktivitas yang digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan produk dan jasa bagi customer, (2) menyediakan fasilitas untuk menyusun dengan cepat anggaran berbasis aktivitas (activity-based budget), (3) menyediakan informasi biaya untuk memantau implementasi rencana pengurangan biaya, dan (4) menyediakan secara akurat dan multidimensi kos produk dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan. Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa manfaat penggunaan sistem Activity Based Costing (ABC), adalah: 1. Memperbaiki mutu pengambilan keputusan, 2. Memungkinkan manajemen dalam melakukan perbaikan terus menerus terhadap kegiatan perusahaan untuk mengurangi biaya overhead, 3. Memberikan kemudahan dalam penentuan biaya yang relevan 4. Penentuan Harga Pokok Produksi (HPP) yang lebih akurat Kelebihan sistem Activity Based Costing (ABC), antara lain:

1. Sistem Activity Based Costing (ABC) dapat mengatasi diversitas volume dan produk sehingga pelaporan biaya produknya lebih akurat. 2. Sistem Activity Based Costing (ABC) mengidentifikasikan biaya overhead dengan kegiatan yang menimbulkan biaya tersebut, sehingga hubungan aktivitas dengan biaya overhead dapat dipahami. 3. Sistem Activity Based Costing (ABC) dapat mengurangi biaya perusahaan dengan mengidentifikasikan value added activities dan non value added activities. Sedangkan kelemahan sistem Activity Based Costing (ABC), antara lain: 1. Sistem Activity Based Costing (ABC) yang lengkap dengan berbagai cost pool dengan pemicu biaya yang banyak (multiple cost driver) lebih kompleks dari sistem biaya tradisional (konvensional), sehingga lebih mahal untuk diadministrasikan. 2. Data yang diperlukan dalam menerapkan sistem Activity Based Costing (ABC) cukup banyak dan sulit diperoleh. 3. Masalah joint cost tetap tidak dapat teratasi. 4. Banyaknya aktivitas dalam menjalankan pabrik sehingga sulit untuk dimonitor. 5. Implementasi sistem Activity Based Costing (ABC) belum dikenal baik sehingga presentasi keengganan manajer untuk menerapkannya cukup besar. Berikut ini akan dikemukakan pendapat dari beberapa ahli, tentang akurasi biaya. Menurut Amin Widjaja Tunggal (144: 2003), memberikan pendapat tentang akurasi biaya sebagai berikut: ABC di disain untuk memberikan informasi yang lebih akurat tentang aktivitas produksi dan pendukung dan biaya produk, sehingga manajemen dapat memfokuskan perhatiannya pada produk dan proses dengan “leverage” yang paling besar untuk meningkatkan laba. Sejalan dengan pendapat terdahulunya, menurut Mulyadi (95: 2003), memberikan pendapat tentang akurasi biaya sebagai berikut: “ABC system menyediakan informasi kos produk atau jasa secara akurat sehingga informasi tersebut dapat digunakan oleh personel sebagai dasar yang dapat diandalkan untuk penetapan kebijakan harga jual produk dan jasa”. Sama dengan pendapat terdahulunya, menurut Armanto Witjaksono (217: 2006), memberikan pendapat tentang akurasi biaya sebagai berikut: “Manfaat lain dari ABC adalah lebih akurat dalam perhitungan harga pokok unit”. Sejalan dengan pendapat tersebut, menurut Armila Krisna Warindrani (30: 2006), memberikan pendapat tentang akurasi biaya sebagai berikut: Metode ABC menggunakan dua macam pemicu biaya aktivitas yaitu unit dan non unit. Adanya penggunaan dua macam pemicu biaya aktivitas, menjadikan adanya pembagian biaya yang lebih adil diantara berbagai macam produk yang dihasilkan perusahaan, sehingga meningkatkan keakuratan perhitungan harga pokok masing-masing produk. Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sistem Activity Based Costing (ABC) menggunakan berbagai activity driver dalam membebankan activity cost ke berbagai cost object yang dibutuhkan oleh consumer. Dengan demikian, biaya yang dibebankan ke produk atau jasa menjadi lebih akurat, karena dapat mencerminkan variasi konsumsi aktivitas oleh produk atau jasa yang disebabkan oleh bervariasinya kebutuhan consumer yang dipenuhi oleh perusahaan. Informasi biaya yang lebih akurat dapat meningkatkan pilihan strategik untuk produk yang bervolume tinggi. METODE PENELITIAN Dalam penyusunan skripsi ini, penulis melakukan penelitian studi kasus dengan objek penelitian yang penulis gunakan adalah PT. Martina Berto yang berlokasi di Jalan Pulo Kambing II No.1 Kawasan Industri Pulo Gadung, Jakarta Timur, Telp. 021-4603717. Waktu penelitian dilakukan selama 1 bulan, mulai pada tanggal 12 Mei 2008 sampai dengan 13 Juni 2008. Pengukuran konsep variabel yang penulis gunakan adalah: Analisis kuantitatif, yaitu dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Perhitungan Harga Pokok Produk (HPP) atau cost of product dengan sistem tradisional (konvensional) dan sistem Activity Based Costing (ABC) 2. Membandingkan hasil perhitungan Harga Pokok Produk (HPP) per unit antara sistem tradisional (konvensional) dengan sistem Activity Based Costing (ABC), untuk mengetahui besarnya perbedaan perhitungan diantara kedua sistem tersebut. Analisis kualitatif, yaitu suatu teknik analisis yang digunakan untuk mendukung analisis kuantitatif. Data yang penulis gunakan adalah: 1. Data primer, yaitu besarnya kapasitas produksi dan besarnya biaya untuk menghasilkan satu paket produk dengan menerapkan sistem biaya tradisional (konvensional) untuk periode 2007.

2. Data sekunder, yaitu struktur organisasi, serta tugas dan tanggung jawab tiap-tiap bagian dalam perusahaan dalam struktur organisasi tersebut. Variabel yang penulis gunakan adalah: 1. Biaya bahan baku, 2. Biaya tenaga kerja langsung, dan 3. Biaya Overhead Pabrik. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS Untuk menganalisis selanjutnya, dibawah ini akan diuraikan data-data yang telah dikumpulkan dalam perhitungan biaya produksi pada PT. Martina Berto pada tahun 2007 untuk memproduksi jenis produk bedak padat. Data tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 1. Jumlah Produksi dan Jam Kerja Mesin Bedak Padat PT. Martina Berto Tahun 2007 Jenis Produk Bedak Padat Type I Bedak Padat Type II Bedak Padat Type III Bedak Padat Type IV TOTAL Sumber : PT. Martina Berto

Jumlah Produksi (Unit) 718.298 811.081 486.004 1.743.216 3.758.599

Jam Kerja Mesin (Jam) 1.452.270 1.460.787 579.125 2.941.180 6.433.362

Tabel 2. Biaya Bahan Baku PT. Martina Berto Tahun 2007 Jenis Produk Bedak Padat Type I Bedak Padat Type II Bedak Padat Type III Bedak Padat Type IV TOTAL Sumber : PT. Martina Berto

Jumlah Biaya (Rp) 4.927.639.208,00 5.564.526.642,00 3.334.419.984,00 11.960.100.384,00 25.786.686.218,00

Tabel 3. Biaya Tenaga Kerja Langsung PT. Martina Berto Tahun 2007 Jenis Produk Bedak Padat Type I Bedak Padat Type II Bedak Padat Type III Bedak Padat Type IV TOTAL Sumber : PT. Martina Berto

Jumlah Biaya (Rp) 284.532.204,00 321.447.622,00 192.622.826,00 690.958.526,00 1.489.561.178,00

Tabel 4. Biaya Overhead Pabrik Bedak Padat PT. Martina Berto Tahun 2007 Jenis Biaya Biaya Bahan Penolong Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung Biaya Utility (Listrik, Air, dan Bahan Bakar) Biaya Telepon Biaya Penyusutan Peralatan Biaya Penyusutan Mesin Biaya Penyusutan Gedung Biaya Penyusutan Kendaraan Biaya Riset dan Pengembangan Biaya Perbaikan dan Pemeliharaan Pabrik Biaya Perbaikan dan Pemeliharaan Kendaraan Biaya Asuransi Pabrik TOTAL

Jumlah (Rp) 697.006.992,00 4.912.060.102,00 1.480.786.167,00 100.919.822,00 521.576.274,00 269.748.308,00 680.973.002,00 69.795.017,00 26.408.925,00 598.916.698,00 11.189.444,00 62.249.610,00 9.431.630.361,00

Sumber : PT. Martina Berto

Dari perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) dengan sistem Tradisional (Konvensional), dengan pengalokasian Biaya Overhead Pabrik atas jam kerja mesin di dapat Harga Pokok Produksi

Perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) Berdasarkan Sistem Tradisional (Konvensional) Total Biaya Overhead Pabrik Tarif Biaya Overhead Pabrik = ────────────────── Total Jam Kerja Me sin Rp 9.43 1.630.361,00

Tarif Biaya Overhead Pabrik = ────────────── 6.433.362 Jam Tarif Biaya Overhead Pabrik = Rp 1.466,05 / Jam Kerja Mesin Tabel 5. Perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) Per Unit dengan Sistem Tradisional (Konvensional) Bedak Padat Type I PT. Martina Berto Tahun 2007 Jenis Biaya Biaya Bahan Baku Biaya Tenaga Kerja Langsung Biaya Overhead Pabrik Rp 1.466,05 x 1.452.270 Jam

Total Biaya (Rp) 4.927.639.208,00 284.532.204,00

Jumlah Produksi (Unit) 718.298 718.298

2.129.100.433,50 Harga Pokok Produksi (HPP) Per Unit (Rp)

718.298

Biaya Per Unit (Rp) 6.860,16 396,12 2.964,09 10.220,37

Sumber : PT. Martina Berto (Setelah Diolah)

Tabel 6. Perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) Per Unit dengan Sistem Tradisional (Konvensional) Bedak Padat Type II PT. Martina Berto Tahun 2007 Jenis Biaya

Total Biaya (Rp) 5.564.526.642,00 321.447.622,00

Jumlah Produksi (Unit) 811.081 811.081

Biaya Per Unit (Rp) 6.860,63 396,32

811.081

2.640,41 9.897,36

Biaya Bahan Baku Biaya Tenaga Kerja Langsung Biaya Overhead Pabrik Rp 1.466,05 x 1.460.787 Jam 2.141.586.781,35 Harga Pokok Produksi (HPP) Per Unit (Rp) Sumber : PT. Martina Berto (Setelah Diolah)

Tabel 7. Perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) Per Unit dengan Sistem Tradisional (Konvensional) Bedak Padat Type III PT. Martina Berto Tahun 2007 Jenis Biaya

Total Biaya (Rp) 3.334.419.984,00 192.622.826,00

Jumlah Produksi (Unit) 486.004 486.004

Biaya Per Unit (Rp) 6.860,89 396,34

486.004

1.746,95 9.004,18

Biaya Bahan Baku Biaya Tenaga Kerja Langsung Biaya Overhead Pabrik Rp 1.466,05 x 579.125 Jam 849.026.206,25 Harga Pokok Produksi (HPP) Per Unit (Rp) Sumber : PT. Martina Berto (Setelah Diolah)

Tabel 8. Perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) Per Unit dengan Sistem Tradisional (Konvensional) Bedak Padat Type IV PT. Martina Berto Tahun 2007 Jenis Biaya Biaya Bahan Baku Biaya Tenaga Kerja Langsung Biaya Overhead Pabrik Rp 1.466,05 x 2.941.180 Jam

Total Biaya (Rp) 11.960.100.384,00 690.958.526,00

Jumlah Produksi (Unit) 1.743.216 1.743.216

4.311.916.939,00 1.743.216 Harga Pokok Produksi (HPP) Per Unit (Rp)

Sumber : PT. Martina Berto (Setelah Diolah)

Biaya Per Unit (Rp) 6.860,94 396,37 2.473,54 9.730,85

(HPP) per unit untuk Bedak Padat Type I adalah Rp 10.220,37; Bedak Padat Type II adalah Rp 9.897,36; Bedak Padat Type III adalah Rp 9.004,18; dan Bedak Padat Type IV adalah Rp 9.730,85. Perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) Berdasarkan Sistem Activity Based Costing (ABC) Tahap Pertama a. Penggolongan berbagai aktivitas dan pengasosiasian berbagai biaya dengan berbagai aktivitas Tabel 9. Pengidentifikasian Biaya Overhead Pabrik ke dalam Kategori Aktivitas Biaya Overhead Pabrik - Biaya Bahan Penolong - Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung - Biaya Utility (Listrik, Air, dan Bahan Bakar) - Biaya Telepon - Biaya Perbaikan dan Pemeliharaan Pabrik - Biaya Perbaikan dan Pemeliharaan Kendaraan - Biaya Riset dan Pengembangan - Biaya Penyusutan Peralatan - Biaya Penyusutan Mesin - Biaya Penyusutan Gedung - Biaya Penyusutan Kendaraan - Biaya Asuransi Pabrik

Kategori Aktivitas Unit Level Unit Level Unit Level Unit Level Batch Level Batch Level Product Level Facility Level Facility Level Facility Level Facility Level Facility Level

b. Penentuan kelompok biaya yang homogen Tabel 10. Aktivitas Biaya Produksi Cost Pool I

II

III

Jenis Biaya Overhead Pabrik Biaya Bahan Penolong Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung Biaya Penyusutan Kendaraan Biaya Riset dan Pengembangan Biaya Perbaikan dan Pemeliharaan Pabrik Biaya Perbaikan dan Pemelih...


Similar Free PDFs