Arah Perkembangan Pendidikan TINGGI INDONESIA.pdf PDF

Title Arah Perkembangan Pendidikan TINGGI INDONESIA.pdf
Author Yusrin Ahmad Tosepu
Pages 109
File Size 3.9 MB
File Type PDF
Total Downloads 262
Total Views 892

Summary

@ Yusrin Ahmad Tosepu Arah Perkembangan Pendidikan Tinggi Indonesia Hak cipta dilindungi oleh Undang-undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun juga tanpa izin tertulis dari penulis Cetakan I, November 2017 Penulis : Yusrin Ahmad Tosepu Kehidu...


Description

@ Yusrin Ahmad Tosepu Arah Perkembangan Pendidikan Tinggi Indonesia

Hak cipta dilindungi oleh Undang-undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun juga tanpa izin tertulis dari penulis Cetakan I, November 2017 Penulis : Yusrin Ahmad Tosepu

Kehidupan sekarang ini, semua orang berkepentingan terhadap jalannya pendidikan, karena pendidikan merupakan wadah yang bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan,kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Selain tujuan tersebut, pendidikan merupakan sebuah kebutuhan yang berguna bagi kehidupan manusia, baik dalam kehidupan sosial maupun dalam dunia pekerjaan. Tujuan utama dari pendidikan adalah untuk meningkatkan kualitas SDM (Sumber Daya Manusia). Pendidikan berfungsi sebagai sebuah proses dimana seseorang di didik agar dapat memiliki kualitas moral dan keahlian yang nantinya akan berguna bagi kemajuan negara ini. Pendidikan adalah jembatan bagi seseorang untuk dapat memasuki dunia kerja. Pendidikan tinggi Indonesia kekinian harus berorientasi pada kompetensi yang dibutuhkan dunia kerja atau dunia usaha dan industri. Salah satu tujuannya adalah agar perguruan tinggi mampu memenuhi kebutuhan SDM yang berkualitas. Berbagai cara telah diupayakan oleh pemerintah, diantaranya dengan dikembangkannya pendidikan tinggi yang bercirikan keterkaitan dan kesepadanan (link and match) dan pendidikan berbasis kompetensi guna mempersiapkan peserta didik masuk ke dalam dunia kerja. Buku ini diharapkan dapat memberi pencerahan bagi para penyelenggara, pengelolah perguruan tinggi, dosen dan mahasiswa untuk lebih pro aktif dalam meningkatkan kualitas pendidikan agar pendidikan tinggi kita dapat melahirkan manusia yang memiliki kualitas yang memadai. Semoga buku ini dapat memberikan informasi tentang peran perguruan tinggi utamanya pada arah pengembangan dan peningkatan kualitas pendidikan dalam rangka menghasilkan sumberdaya manusia yang unggul dan inovatif untuk daya guna dan daya saing bangsa dimasa kini dan masa mendatang.

Makassar, November 2017 Yusrin Ahmad Tosepu

Dunia pendidikan sekarang ini dihadapkan pada tantangan kemajuan zaman, banyak aspek kehidupan yang berubah dan bergeser. Pendidikan kekinian harus berorientasi pada kebutuhan dunia kerja dan industry dengan mempersipkan peserta didik agar memiliki kecakapan hidup yang berguna di dalam dunia kerja. Perubahan Paradigma dan sistem pendidikan tinggi diharapkan dapat menuju pendidikan masa depan yang lebih baik. Perubahan pendidikan yang Pertama; berkaitan dengan sistem pendidikan, yakni sistem pendidikan tradisional direformasi menjadi sistem pendidikan empowering of people. Hal ini dilakukan karena pendidikan gaya lama (tradisional) menganggap peserta didik sebagai objek yang harus menerima apa saja yang diberikan dosen/guru. Sistem pendidikan empowering of people tersebut diharapkan dapat mengembangkan kemampuan masyarakat. Kedua; berkaitan dengan orientasi pendidikan. Pendidikan sekarang ini harus berorientasi pada dunia kerja, sehingga penekanannya tidak semata‐mata pada aspek kognitif, namun juga pada aspek‐aspek kepribadian lainnya yang justru lebih penting, seperti aspek afektif dan psikomotorik. Dengan demikian, pendidikan sekarang ini harus betul‐ betul berorientasi pada life skill. Dengan demikian, pendidikan saat ini harus berorientasi pada kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia kerja, usaha dan industri. Saatnya pendidikan tinggi Indonesia menyiapkan peserta didik melalui pendidikan dengan pola, konsep, dan model baru yang berorientasi pada pengembangan life skill yang menyiapkan peserta didik agar memiliki kecakapan hidup yang bermakna dan berguna di kemudian hari. Dengan orientasi, paradigma, dan sistem pendidikan yang baru tersebut, diharapkan dapat mengatasi masalah pengangguran yang saat ini merupakan salah satu dari berbagai masalah ketenagakerjaan di Indonesia. Buku ini secara rinci membahas Arah Perkembangan Pendidikan Tinggi Indonesia mulai dari perkembangan pendidikan tinggi, pendidikan tinggi masa depan, dan arah pengembangan pendidikan tinggi Indonesia. Secara memadai mengulas tentang pendidikan tinggi sebagai industri produk dan jasa berbasis ilmu pengetahuan dan keterampilan. Buku ini menarik untuk dibaca sebagai referensi untuk menambah wawasan pengetahuan dalam menyikapi perkembangan dunia pendidikan tinggi Indonesia kekenian dan masa mendatang.

KATA PENGANTAR SPIRIT PENERBITAN BUKU DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR

i ii iii iv

BAGIAN 1 KONDISI PENDIDIKAN TINGGI INDONESIA A. Kualitas Pendidikan Tinggi Indonesia B. Reorientasi Sistem Pendidikan Tinggi Indonesia C. Pendidikan Tentukan Kualitas Bangsa D. Pendidikan Nasional Seharusnya

1 1 6 10 11

BAGIAN 2 PERKEMBANGAN PENDIDIKAN TINGGI INDONESIA A. Tujuan Dan Arah Pendidikan Tinggi Indonesia B. Kurikulum Pendidikan Tinggi Indonesia C. Mutu Pendidikan Tinggi Indonesia D. Manajemen Pembelajaran Pendidikan Tinggi Indonesia E. Mutu Pelayanan Pendidikan Tinggi Indonesia F. Budaya Penelitian Pendidikan Tinggi Indonesia

13 14 17 21 24 26 27

G.

31

Tupoksi LPPM Di Perguruan Tinggi

H. Budaya Dan Etika Akademik

34

BAGIAN 3 PENDIDIKAN TINGGI MASA DEPAN A. Perubahan Dalam Pendidikan Tinggi B. Faktor Pendukung Pengembangan Pendidikan Tinggi C. Strategi Pengembangan Pendidikan Tinggi D. Implementasi Pengembangan Pendidikan Tinggi E. Tantangan Pendidikan Tinggi F. Model Pendidikan Tinggi Masa Depan G. Tantangan Dosen Dalam Dunia Pendidikan Tinggi H. Gambaran Pembelajaran Dunia Pendidikan Tinggi Masa Depan

48 49 51 52 53 57 59 63 70

BAGIAN 4 PENDIDIKAN TINGGI SEBAGAI INDUSTRI PRODUK DAN JASA BERBASIS ILMU PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN A. Industri Dalam Era Globalisasi B. Pendidikan Tinggi Sebagai Industri Produk dan Jasa C. Pendidikan Tinggi Sebagai Investasi D. Pendidikan Dan Permintaan Pengetahuan E. Industri Pendidikan Tinggi Di Indonesia F. Kelemahan Industri Pendidikan Tinggi Indonesia

74 74 75 76 78 82 83

BAGIAN 5 ARAH PENGEMBANGAN PENDIDIKAN TINGGI INDONESIA A. Pengaruh Industri Terhadap Industri Pendidikan B. Pengaruh Industri Pendidikan Terhadap Perkembangan Industri C. Pendidikan Tinggi Vokasi untuk Dunia Usaha dan Industri D. Prospek Pendidikan Tinggi Vokasi E. Program Pendidikan Sarjana Vokasi

87 87 88 90 94 97

SIMPULAN REFERENSI

100 101

BIODATA PENULIS

Gambar 1. Skema kurikulum pendidikan tinggi Indoneisa Gambar 2. Pergeseran paradigma dan pengembangan kurikulum pendidikan tinggi Indonesia Gambar 3. Kerangka kualifikasi nasional indonesia (KKNI) Gambar 4. Unsur mutu pendidikan tinggi Gambar 5. Prosedur dan Pengendalian mutu pendidikan tinggi Gambar 6. Konsep sistem standar mutu perguruan tinggi Gambar 7. Konsep pengembangan kurikulum perguruan tinggi Gambar 8. Fungsi Total Quality Managemen (TQM) dalam organisasi Gambar 9. Layanan pendidikan tinggi Gambar 10. Konsep pendidikan tinggi abad 21 Gambar 11. Ilustrasi Pendidikan tinggi harus mampu mengimbangi kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) Gambar 12. Tantangan di era globalisasi Gambar13. Perubahan aras pemikiran pengajaran dan pembelajaran abad 21 Gambar 14. Kerangkan kompetensi dosen abad 21 Gambar 15. Skema tuntutan global kompetensi mahasiswa abad 21 Gambar 16. Ciri Pendidik abad 21 Gambar 17. Peran dan fungsi dosen dalam proses pembelajaran abad 21 Gambar 18. Ciri dan model pembelajaran abad 21 Gambar 19. Kompetensi mahasiswa yang diharpakan dari hasil pembelajaran abad 21 Gambar 20. Tantangan utama di era globalisasi Gambar 21. Pendidikan tinggi sebagai sebagai industri produk dan jasa berbasis ilmu pengetahuan dan keterampilan Gambar 22. Ilustrasi pendidikan vokasional Gambar 23. Pendidikan vokasi industri (http://www.kemenperin.go.id/gpr) Gambar 24. Pendirian pendidikan vokasi di kawasan industri dan wilayah pertumbuhan industri (http://www.kemenperin.go.id/gpr) Gambar 25. Penyerapan tenaga kerja pendidikan vokasi ((http://www.kemenperin.go.id/gpr) Gambar 26. Industri yang Indonesia sentris ((http://www.kemenperin.go.id/gpr)

103

17 18 19 21 22 23 23 24 26 60 61 62 63 64 64 68 69 70 72 75 80 87 90 92 93 94

Menurut Undang undang no 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 2 yang di maksud pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan pancasila dan Undang Undang Dasar negara Republik indonesia tahun 1945 yang berakar pada nilai- nilai agama, kebudayaan nasional indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Karena di setiap zaman atau masa, masyarakat akan mulai dinamis dan mulai menerima budaya dan pengaruh dari negara lain atau pengaruh eksternal. Pendidikan dalam arti luas adalah proses yang berkaitan dengan upaya untuk mengembangkan pada diri seseorang tiga aspek dalam kehidupannya, yakni, pandangan hidup, sikap hidup dan keterampilan hidup. Dengan mendasarkan pada konsep pendidikan tersebut, maka sesungguhnya pendidikan merupakan pembudayaan atau "enculturation", suatu proses untuk mentasbihkan seseorang mampu hidup dalam suatu budaya tertentu. Dewasa ini percepatan perubahan dan perkembangan kebudayaan sangat cepat serta meliputi seluruh aspek kehidupan. Percepatan itu terjadi karena pengaruh dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perubahan yang cepat itu mempunyai beberapa karakteristik umum yang dapat dijadikan petunjuk sebagai ciri masyarakat di era informasi dan keterbukaan. Perubahan tersebut antara lain 1. 2. 3. 4.

Adanya Kecendrungan globalisasi, Perkembangan IPTEK yang semakin cepat, Perkembangan arus informasi yang semakin padat dan cepat, Tuntutan pelayanan yang lebih profesional dalam segala kehidupan manusia.

Gejala itu sudah terlihat beberapa tahun belakangan ini dan akan terus meningkat di masa yang akan datang. Pemahaman kita terhadap karakteristik masyarakat global ini sangatlah penting artinya sebagai dasar dalam penentuan kebijaksanaan dan upaya pendidikan yang akan dilaksanakan sekarang dan di masa datang. A. KUALITAS PENDIDIKAN TINGGI INDONESIA UUD 1945 mengamanatkan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa serta agar pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pengajaran nasional yang diatur oleh UndangUndang. Dari perwujudan amanat tersebut maka diberlakukannya Undang Undang no 20 tahun 2003, bahwa sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pedidikan, peningkatan serta revelansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, global sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan. Oleh maka dari itu pengelolan pendidikan harus berorientasi kepada bagaimana menciptakan perubahan yang lebih baik dalam menghadapi Pendidikan Nasional masa depan. Salah satunya tantangan masa depan yaitu abad ke 21 yang ditandandai dengan abad ilmu pengetahuan. Pendidikan Nasional abad 21 bertujuan untuk mewujudkan cita-cita bangsa, yaitu masyarakat bangsa Indonesia yang sejahtera dan bahagia, dengan kedudukan yang terhormat dan setara dengan bangsa lain dalam dunia global, melalui pembentukan masyarakat yang terdiri dari sumber daya manusia yang berkualitas, yaitu pribadi yang mandiri, berkemauan dan berkemampuan untuk mewujudkan cita-cita bangsanya.

Berbicara kemampuan sebagai bangsa, tampaknya kita belum siap benar menghadapi persaingan pada milenium ke tiga. Tenaga ahli kita belum cukup memadai untuk bersaing ditingkat global. Di lihat dari latar belakang pendidikan, angkatan kerja kita sangat memprihatinkan. (simak data BPS 2016). Bidang pendidikan memang menjadi tumpuan harapan bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia. Meskipun demikian pendidikan kita masih banyak melahirkan mismatch yang luar biasa dengan tuntutan dunia kerja dan integritas suatu bangsa; anak didik kita ketika keluar dan atau menyelesaikan program pendidikan, seolah berada di ruang yang tidak tersentuh oleh realitas kehidupan yang mereka pelajari di sekolah-sekolah, mereka merasa asing dengan lingkungan sekitar mereka. Pelajaran yang mereka pelajari sewaktu masih di bangku sekolah seolah asing dan tidak sejalan dengan alur kehidupan realitas keseharian mereka; mereka terasing dengan kehidupan realitas yang sangat kontras dengan pelajaran yang atau tidak pernah mereka pelajari di sekolah-sekolah. Dengan rasa keterasingan ini, akhirnya mereka mencoba mencari sesuatu akifitas yang dapat membantu mereka keluar dari rasa itu; dan akhirnya: pergaulan bebas, penyalahgunaan obatobatan terlarang (NAZA) menghiasi aktifitas keseharian mereka. (Simak informasi dan data pengguna narkoba di kalangan pelajar dan mahasiswa) Kondisi pendidikan kita yang masih banyak melahirkan mismatch dengan tuntutan dunia kerja, juga berdampak kepada daya saing kita secara global amat rendah. Sebagai contoh, data pengangguran sarjana (simak data BPS dan Kemenristekdikti) menunjukkan gambaran riil adanya mismatch dalam dunia pendidikan kita. Rendahnya kualitas SDM kita juga dapat dilihat dengan perbandingan tenaga ahli bergelas doktor (S3) untuk setiap juta penduduk terhadap negara lain. Mesir 400 doktor, India 1.250 doktor, Jerman 4.000 doktor, Prancis 5.000 doktor, Jepang dan Amerika Serikat mempunyai skor yang sama 6.500 doktor, Israel 16.500 doktor. Sedangkan negara kita tercinta hanya 65 doktor dalam tiap juta penduduk. Publikasi itu secara tidak langsung mencerminkan rendahnya kinerja pendidikan nasional kita. Logikanya sederhana saja: kurang berhasilnya pembangunan pendidikan, kesehatan, dan kependudukan di Indonesia berhubungan secara timbal balik dengan kurang berhasilnya kita membangun SDM. Selanjutnya hal ini mengakibatkan rendahnya daya kompetisi kita dalam mengarungi persaingan di era global yang ditandai dengan keterbukaan dan pasar bebas. Hasil Riset Investigasi yang dilaksanakan Oleh Lembaga Studi Pengkajian dan Pengembangan Pendidikan Indonesia (LSP3I) yang dilakukan di 20 Perguruan tinggi Swasta di Wilayah Kopertis IX Sulawesi (2016), menemukan fakta sebagai berikut : 1) 85% hasil Karya ilmiah/paper dosennya, umumnya bersumber dari skripis mahasiswa di internal kampus, sebagian bersumber dari eksternal kampus, artikel-artikel dari internet dan sumber lainnya. Cara yang singkat menghasilkan paper/karya ilmiah dengan mengambil ide-ide dari orang lain tanpa memperhatikan aturan pengutiapan suatu tulisan. Modusnya adalah daur ulang, menjadikan skripis mahasiswa tersebut sebagai format artikel jurnal. dan diterbitkan di jurnal internal kampus. 2) 90%, Jurnal kampus yang diterbitkan asal sekedar jurnal alias JURNAL-JURNALAN untuk menampung paper/karya ilmiah dosen yang asal sekedar menulis alias paper daur ulang (plagiat). Modus menjadikan skripsi sebagai artikel jurnal (yang dibenarkan dan legal oleh kampus) dan kemudian menjadi bagian dari Penilaian Angka Kredit Dosen (PAK DOSEN), pengurusan berkas SERDOS, dan lain sebagainya. Jurnal-jurnalan tersebut dikelolah asal jadi, tidak ada halaman dewan redaksi, editor dan sebagainya. Diterbitkan dalam bentuk fisik tidak dilengkapi dengan terbitan online alias e-jurnal. ISSN jurnal ini

terdaftar di LIPI tetapi jurnal tidak ditemukan online. Fakta lainnya, Judul penelitian yang diajukan dosen di beberapa PTS untuk kegiatan HIBAH PEMULA KEMENRISTEKDIKTI, hampir 80% adalah skripis yang sudah di ujikan di kampus yang bersangkutan, hanya di poles judulnya, isinya sama. Problem besar dengan modus seperti ini, Ibarat pisau bermata dua. Sekilas kuantitas tulisan banyak. Tapi artikel jurnalnya tidak berkualitas. Plagiasi karya merajalela. Jika hal-hal tersebut terus dibiarkan alias pembiaran, kiamatlah dunia pendidikan tinggi kita. Plagiarism by accident. Fakta ini hanya sebagian kecil, Jika kita telusuri lebih jauh, mungkin akan memperoleh angka yang sangat fantatis. Ibarat GUNUNG ES DI LAUT LEPAS. Yang tampak di permukaan hanya sebagian kecil, padahal di bawahnya jauh lebih banyak. Jika saja kampus memiliki pedoman anti plagiat, konsisten dan tegas menerapkan sangsi bagi dosen dan mahasiswa plagiat, jurnal kampus di kelolah dengan baik, dilengkapi dengan e-jurnal, IT kampus rajin publikasi paper/karya ilmiah dosen, dimasukkan ke dalam repository yang tersambung ke garuda dikti atau google, bisa jadi karya ilmiah yang diproduksi diberbagai kampus dengan cara daur ulang (plagiat) lebih banyak dari yang betul dan benar ditulis sendiri. Sebaiknya dosen tidak hanya menulis karya ilmiahnya pada jurnal di lingkungan sendiri. Realitas dari fakta tersebut diatas, di kategorikan sebagai Penipuan saintifik (scientific fraud) didefinisikan sebagai usaha untuk memanipulasi fakta-fakta atau menerbitkan hasil kerja orang lain secara sengaja. Salah satu aspek dari penipuan saintifik adalah memanipulasi dan mengubah data, termasuk trimming (menghapus data yang tidak cocok dengan hasil yang diharapkan) dan cooking (memilih data yang hanya cocok dengan hasil yang diharapkan sehingga membuat data lebih meyakinkan). Hasil karya ilmiah akan diakui apabila dapat diulang oleh orang lain di tempat lain dengan cara yang sama dan mendapatkan hasil yang sama (reproducible), barulah dapat diakui sebagai penemuan ilmiah. Hal ini karena ilmu pengetahuan dan teknologi mempunyai daya untuk memperbaiki dirinya sendiri (self correction). Hal ini sesuai dengan sifat ilmu pengetahuan yang berkembang berdasarkan pengetahuan yang telah ditemukan sebelumnya. Para dosen sebagai akademisi, seharusnya objektif dan menjunjung tinggi etika dan budaya akademik dan keilmuan. Inilah salah satu problem besar yang di hadapi pendidikan tinggi kekinian. Dalam etika keilmuan, diterangkan pentingnya etika sains, bagaimana menulis, melaporkan dan menganalisis data percobaan secara betul. Jika etika sains secara betul diajarkan dan diterapkan, maka dapat membentuk pribadi yang jujur, disiplin, bertanggung jawab dan sportif. Dosen sebagai akademisi harusnya menyiapkan lulusan yang bermutu dan berintegritas, memberikan contoh yang baik dalam menulis karya ilmiah dan akuntabilitas dapat ditelusuri secara online. Rendahnya kinerja pendidikan nasional kita bila dibandingkan dengan negara lain, misal Malaysia, kita pantas merasa prihatin karena tiga perguruan tinggi jiran yang masuk peringkat seluruhnya di atas kita. University of Malaya urutan ke-47, Universiti Putra Malaysia (UPM) urutan ke-52, dan Universiti Sains Malaysia (USM) urutan ke-57. Mengenai hal ini kita pantas malu karena dalam sejarahnya banyak putra-putra Indonesia yang dulu membantu mengembangkan perguruan tinggi di Malaysia itu, namun kini kereta api mutu kita telah ditinggal jauh di belakang. Mengapa semua itu terjadi? Karena berbagai faktor, salah satunya adalah minimnya alokasi dana di sektor pendidikan dan penelitian. Dalam kurun waktu tiga atau empat tahun terakhir ini pemerintah hanya mengalokasi dana pendidikan sekitar 1,4 persen dari GNP. Angka ini terlalu rendah karena

rata-rata untuk negara berkembang sudah 3,8 persen dan untuk negara maju 5,1 persen. Walaupun tidak di pungkiri, pemerintahan Joko Widodo melalui kementerian terkait terus berupaya meningkatkan alokasi dana untuk pengembangan pendidikan dan penelitian di perguruan tinggi. Salah satu fokus pemerintahan sekarang ini yaitu pengembangan pendidikan tinggi vokasi guna mensinergikan pendidikan tinggi dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri. 1. Pendidikan di Era Soeharto (Orde Baru) Rezim orde baru yang otoriter telah melahirkan sistem pendidikan yang tidak mampu melakukan pemberdayaan masyarakat secara efektif, meskipun secara kuantitatif rezim ini telah mampu menunjukkan prestasi yang cukup baik di bidang pendidikan. Kemajuan pendidikan secara kuantitatif memang kita rasakan selama orde baru berkuasa. Sebagai contoh, data statistik yang dikemukakan oleh Abbas (1999) menunjukkan bahwa jumlah murid sekolah dasar meningkat dari 13.023.000 siswa pada tahun 1967/1968 menjadi 29.239.238 siswa dalam tahun 1997/1998, atau telah terjadi peningkatan sebesar 224.59 %. Dalam priode yang ...


Similar Free PDFs