Bab-5 Transaksi antar Perusahaan-aset PDF

Title Bab-5 Transaksi antar Perusahaan-aset
Author YOPIE CHANDRA
Course Accounting
Institution Universitas Buddhi Dharma
Pages 44
File Size 515.7 KB
File Type PDF
Total Downloads 201
Total Views 687

Summary

BAB 5TransaksiAntarperusahaan-AsetTujuan Bab Mengidentifikasi laba antarperusahaan dalam hubunganinduk-anak. Memahami keterkaitan laba antarperusahaan denganpendapatan investasi. Membedakan dampak laba antarperusahaan downstreamdan upstream terhadap pendapatan investasi. Menghitung pendapatan in...


Description

BAB 5 Transaksi Antarperusahaan-Aset Tujuan Bab  Mengidentifikasi laba antarperusahaan dalam hubungan induk-anak.  Memahami

keterkaitan

laba

antarperusahaan

dengan

pendapatan investasi.  Membedakan dampak laba antarperusahaan downstream dan upstream terhadap pendapatan investasi.  Menghitung pendapatan investasi pada tahun transaksi aset antarperusahaan dan tahun setelah transaksi.  Membedakan laba antarperusahaan atas persediaan, aset tetap yang memiliki umur yang tidak terbatas, dan aset tetap yang disusutkan.  Menyusun kertas kerja konsolidasi bila terdapat aset antarperusahaan.

 PENDAHULUAN Salah satu alasan entitas induk menguasai saham entitas lain adalah untuk kepentingan bisnis, seperti mendapatkan pemasok ( supplier ) tetap atau pelemparan produknya (integrasi vertical). Transaksi jual-beli antara entitas induk-anak sering terjadi, baik atas barang dagang maupun aset lainnya. Tidak jarang terjadi intergrasi hulu-hilir antara entitas induk-anak. Sebagai contoh, seluruh bahan mentah entitas induk berasal dari entitas anak tertentu, sedangkan hasil peroduksi entitas induk dilempar pada entitas anak lainnya dalam kelompok yang memiliki lebih dari satu entitas anak. Bab ini akan membahas teransaksi jual-beli aset antarperusahaan dan dampaknya terhadap pendapatan investasi serta penyusunan kertas kerja laporan keuangan konsolidasi. Pada pembahasan selanjutnya, penjualan yang dilakukan entitas induk kepada entitas anak disebut downstream dan apabila entitas anak sebagai pihak penjual disebut dengan istilah”upstream”. Aset entitas induk yang berasal dari entitas anak, dan aset entitas anak yang berasal dari entitas induk atau dari entitas anak lainnya dalam suatu konsolidasi disebut antarperusahaan.

 LABA ANTARPERUSAHAAN Dalam bab terdahulu telah dijelaskan

bahwa laporan konsolidasi

memandang seluruh entitas dalam hubungan induk-anak sebagai satu,sehingga setiap transaksi antarperusahaan harus dieliminasi. Jual-beli antarperusahaan merupakan salah satu transaksi yang harus dieliminasi dalam kertas kerja konsolidasi. Dalam sudut pandang konsolidasi, jual-beli antarperusahaan dipandang sebagai transfer atau pindah tangan saja. Dalam kenyataannya, secara hukum entitas induk dan anak adalah dua entitas yang berbeda. PSAK 7 tahun 2010 mengenai pengungkapan pihak-

pihak berelasi, mensyaratkan transaksi pohak-pihak berelasi yang meliputi entitas induk dan anak dilakukan menurut ketentuan yang setara dengan yang berlaku dengan transaksi yang wajar. Dengan kata lain, prisip”arms length transaction” juga harus diterapkan dalam transaksi antara entitas induk dan anak. Dengan prisip ini apabila entitas induk menjual barang dagang kepada entitas anak atau sebaliknya, harga jual antar entitas induk dan anak harus sama dengan harga kepada pihak-pihak yang tidak memiliki hubungan istimewa atau oihak eksternal. Keuntungan penjualan induk-anak harus sama dengan keuntungan penjualan kepada pihak eksternal. Akan tetepi, untuk kepentingan penyusunan laporan konsolidasi yang menganggap entitas induk dan anak satu, laba tersebut dianggap laba atas diri sendiri sehingga harus dieliminasi. Transfer aset mengharuskan pihak yang menerima mencatat aset itu sebesar nilai buku yang dicatat pihak yang member. Hal ini berbeda dengan transaksi jual-beli di mana pihak pembeli akan membukakan aset yang diperoleh sebesar harga perolehannya, yang bagi penjualan harga tersebut merupakan harga pokok ditambah keuntungan penjualan. Laporan konsolidasi, yang memandang transaksi jual-beli sebagai transfer atau pindah tangan aset, mengharuskan laba pihak penjual yang melekat dalam aset yang terdapat dalam neraca pembelian harus dieliminasi agar transaksi jual-beli antarperusahaan tersaji sebagai transfer aset. Laba yang berasal dari jual-beli antarperusahaan yang melekat dalam aset pembeli selanjutnya disebut laba antarperusahaan ini tidak diakui karena sudut pandang konsolidasi yang dianggap induk-anak sebagai satu memandang laba antraperusahaan sebagai laba dari diri sendiri. Laba antarperusahaan ada sepanjang entitas induk atau anak memiliki aset yang barasal dari transaksi jual-beli antarperusahaan . Misalkan pada tanggal 1/7/2011 entitas induk menjual aset kepada entitas anak dengan harga Rp10 juta di mana harga pokoknya bagi penjual adalah

Rp6 juta. Entitas anak akan mencatat nilai aset yang diperoleh sebesar harga perolehannya, yakni Rp10 juta. 1. Apabila dalam tahun bejalan (sebelum tanggal laporan konsolidasi)

entitas anak menjual aset tersebut seluruhnya kepada pihak eksternal, tidak ada laba antarperusahaan karena aset sudah dimiliki pihak eksternal laba pihak penjual sebesar Rp4 juta telah terealisasi dari pihak eksternal. 2. Apabila pihak pembeli masih memiliki aset antarperusahaan tersebut

pada tanggal laporan konsolidasi (tanggal 31 Desember), maka laba pihak penjual sebesar Rp4 juta merupakan laba antra perusahaaan, karena pembeli dan penjual dalam hubungan induk-anak dianggap satu dari sudut pandang konsolidasi. Aset entitas anak yang berasal dari entitas induk atau sebaliknya dianggap sebagai pindah tempat saja, bukan dari pembelian. Laba pihak penjual tidak diakui dari sudut pandang konsolidasi. Apabila pada tahun berikutnya (tahun 2012) pihak pembeli menjual aset antarperusahaan tersebut kepada pihak eksternal, maka laba pihak penjual sebesar Rp4 juta tersebut tidak lagi dianggap laba antarperusahaan karena telah terealisasi dengan pihak eksternal. Transaksi jual-beli aset antarperusahaan dipandang sebagai transaksi dengan diri sendiri dari sudut pandang konsolidasi karena entitas induk dan anak adalah satu. Konsolidasi hanya akan menggap sebagai transaksi riil apabila penjualan tersebut dilakukan kepada pihak eksternal atau pihak-pihak di luar hubungan induk-anak. Laba antarperusahaan atas aset biasanya tertanam dalam bentuk persediaan dan aset tetap seperti tanah, bangunan, peralatan, dan lainnya. Persedian merupakan aset yang dibeli untuk dijual kembali. Bila pada akhir tahun terdapat persediaan yang merupakan aset antarperusahaan, maka dalam persediaan tersebut terdapat laba antarperusahaan yang harus

dikoreksi. Persediaan merupakan aset lancar yang dalam satu tahun sudah terjual pada kondisi normal, sehingga laba antarperusahaan atas persediaan akhir akan terealisasi dalam tahun berikutnya. Penjualan tahun berjalan pertama kali bersumber dari persediaan awal, baru kemudian dari pembelian atau produksi selama tahun berjalan. Karena itu, laba antarperusahaan atas persediaan akhir direalisasi atas persediaan awal tahun berikutnya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa: 

Bila terdapat persediaan akhir antarperusahaan, diperlukan koreksi untuk menunda laba antarperusahaan karena laba tersebut tidak diakui.



Bila terdapat persediaan awal, laba antarperusahaan harus direalisasi karena dalam tahun bejalan persediaan tersebut telah terjual sehingga

perlu

dilakukan

koreksi.

Dalam

periode

sebelumnya laba tersebut telah ditunda atau ditangguhkan (persediaan akhir). Berbeda dengan persediaan, aset tetap pada dasarnya dibeli untuk digunakan dalam operasi normal dan tidak dijual kembali walaupun dalam prakteknya entitas

karap menjual aset tetapnya. Menurut masa

pemakaiannya, aset tetap dibagi dua yakni aset tetap yang memiliki masa pakai tidak terbatas (tidak memiliki umur ekonomis) dan aset yang memiliki masa pakai terbatas (aset yang memiliki umur ekonomis). Laba antarperusahaan atas aset tetap yang memiliki umur tidak terbatas hanya akan terealisasi apabila aset tetap tersebut telah berpinda tangan ke pihak ke-3 yang biasanya terjadi melalui proses penjualan. Laba antarperusahaan atas aset tetap yang memiliki umur terbatas dapat terealisasi dengan dua cara: 1. Pindah tangan ke pihak eksternal (biasanya melalui proses penjualan).

2. Masa pemakaian atau umur ekonomis aset tetap tersebut telah habis.

Laba antarperusahaan

akan terealisasi selama terdapat aset entitas

induk atau anak yang berasal dari transaksi antarperusahaan.apabila aset

tersebut

sudah

tidak

lagidimiliki

pihak

pembeli,

laba

antarperusahaan sudah terealisasi. Aset tetap yang sudah habis masa pakainya secara akuntansi sudah bernilai nol sekalipun secara fisik aset tersebut masih ada. Apabila nilai buku aset tersebut telah nol, itu berartinya aset tersebut sudah tidak terdapat lagi dalam hubungan induk-anak melalui proses alamiah (penyusutan), sehingga laba antarperusahaan juga sudah terealisasi secara alamiah. Karena proses aset tetap menjadi nol bertahap seiring dengan umur aset tetap tersebut, laba antarperusahaan juga terealisasi secara bertahap bertahap berdasarkan umurnya. Misalkan terjadi transaksi jual beli aset tetap antarperusahaan dengan laba penjualan sebesar Rp50 juta. Aset tetap tersebut berumur 10 tahun dan tidak dijual hingga habis umur ekonomisnya. Apabila jual-beli aset tersebut dilakukan pada akhir tahun, penundaan dan realisasi laba antarperusahaan ditunjukkan dalam peraga 5-1 PERAGA 5-1 Laba Antar Perusahaan-Aset Tetap (Penjualan akhir tahun) Laba Antarperusahaan Tahun Akhir Tahun 1 Akhir Tahun 2 Akhir Tahun 3 Akhir Tahun 4 Akhir Tahun 5 Akhir Tahun 6 Akhir Tahun 7 Akhir Tahun 8 Akhir Tahun 9

Direalisasi 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000

Ditunda 50.000.000 45.000.000 40.000.000 35.000.000 30.000.000 25.000.000 20.000.000 15.000.000 10.000.000

Akhir Tahun 10 Akhir Tahun 11

5.000.000 5.000.000

5.000.000 -

Pada tahun transaksi (Tahun 1), laba antarperusahaan belum terealisasi seperti diperlihatkan dalam peraga 5-1 karena nilai aset belum berkurang melalui proses penyusutan. Pada akhir tahun ke-2 hingga ke-11, laba antarperusahaan terealisasi per tahun sebesar Rp5000000 seiring dengan proses penyusutan. Apabila jual-beli aset dilakukan pada awal tahun, realisasi laba antarperusahaan diperlihatkan dalam peraga 5-2 PERAGA 5-2

Laba Antar Perusahaan-Aset Tetap (Penjualan awal tahun)

Tahun Akhir Tahun 1 Akhir Tahun 2 Akhir Tahun 3 Akhir Tahun 4 Akhir Tahun 5 Akhir Tahun 6 Akhir Tahun 7 Akhir Tahun 8 Akhir Tahun 9 Akhir Tahun 10

Laba Antarperusahaan Direalisasi Ditunda 45.000.000 5.000.000 40.000.000 5.000.000 35.000.000 5.000.000 30.000.000 5.000.000 25.000.000 5.000.000 20.000.000 5.000.000 15.000.000 5.000.000 10.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000

 LABA ANTARPERUSAHAAN DAN PENDAPATAN INVESTASI Laba antarperusahaan tidak diakui untuk kepentingan penyusunan laporan konsolidasi, sehingga harus dieliminasi. Pendapatan investasi menurut metode ekuitas berasal dari laba entitas anak. Kesalahan dalam perhitungan laba entitas anak akan menyebabkan entitas induk melakukan kesalahan dalam pencatatan pendapatan investasi yang melakukan koreksi. Adanya laba antarperusahaan menyebabkan entitas induk harus melakukan

koreksi atas pendapatan investasinya. Laba antarperusahaan menyebabkan laba tercatat berlebih sehingga pendapatan investasi juga dicatat terlalu besar dan harus dikoreksi sebagai berikut: Pendapatan Investasi

xxx

Investasi dalam saham

xxx

Koreksi pendapatan investasi secara otomatis akan mengurangi nilai investasi dalam saham karena menurut metode ekuitas, perubahan nilai investasi dipengaruhi oleh pendapatan investasi selain fakta-fakta lainnya seperti deviden. Apabila pada tahun berikutnya laba antarperusahaan terealisasi karena pihak pembeli dalam hubungan induk-anak telah menjual aset tersebut kepada pihak eksternal, maka laba yang telah ditunda pada tahun lalu direalisasi. Entitas indukharus mengembalikan nilai investasi yang telah dikurangi pada tahun lalu dengan jurnal penyesuaian ( adjustment) berikut: Investasi dalam saham biasa

xxx

Pendapatan Investasi

xxx

Jurnal penyesuaian (adjustment) ini adalah kebalikan dari jurnal yang dicatat pada tahun lalu. Jurnal ini dibuat untuk merealisasi laba antarperusahaan

yang

telah

ditunda

sebelumnya.

Dampak

laba

antarperusahaan terhadap investasi dan nilai investasi secara detail dijelaskan sebagai berikut: a. Pendapatan investasi dan nilai investasi dalam saham berkurang

-

Bila

terdapatpersedian

antarperusahaan.

akhir

yang

berasal

dari

transaksi

-

Keuntungan penjualan aset tetap antarperusahaan tahunberjalan baik yang memiliki umur ekonomis maupun tidak memiliki umur ekonomis.

b. Pendapatan investasi dan nilai investasi bertambah -

Bila terdapat persediaan awal antarperusahaan (penjualan tahun berjalan berasal dari persediaan awal).

-

Pada saat penjualan aset antarperusahaan yang tidak memiliki umur ekonomis kepada pihak eksternal.

-

Jika

laba

antarperusahaan

diamortisasi

untuk

aset

tetap

antarperusahaan yang memiliki umur ekonomis. Perhitungan pendapatan investasi yang telah dijelaskan dalam Bab 2 akan lebih kompleks bila terdapat laba antarperusahaan, yang disajikan sebagai berikut: Laba yang diumumkan entitas anak

xxx

Amortisasi selisih investasi dengan nilai buku

xxx

-

Undervalue

xxx

-

Overvalue

xxx

-

Intangible asset

xxx

Laba-rugi antarperusahaan

xxx

Amortisasi laba-rugi antarperusahaan

xxx

Pendapatan investasi

xxx

 LABA ANTARPERUSAHAAN - PENJUALAN DOWNSTREAM DAN UPSTREAM Koreksi atas pendapatan investasi harus dilakukan karena laba antarperusahaan jumlahnya sama dengan dampak laba antarperusahaan

terhadap pendapatan investasi. Dampak laba antarperussahaan atas pendapatan investasi berbeda antar penjualan downstream dan penjualan upstream. Laba antarperusahaan atas penjualan downstream menyebabkan entitas induk memiliki laba atas antarperusahaan milik anak. Misalkan PT Indira memiliki 90% saham biasa PT Andika. Pada tahun 2012, PT Andika mengumumkan

laba

sebesar

Rp200

penjualanantarperusahaan-downstream

yang

juta,

dan

terjadi

menghasilkan

laba

antarperusahaan atas aset sebesar Rp40 juta. Hingga tanggal laporn konsolidasi, aset tersebut masih memiliki pihak pembeli (PT ANdika). Laba entitas induk sebesar Rp40 juta dalam penjualan downstream ini memelukan koreksi karena aset antarperusahaan masih berada di perusahaan anak pada tanggal laporan konsolidasi. Laba antarperusahaan ini seluruhnya dikoreksi dengan mengurangkannya dari pendapatan investasi karena laba tersebut berasal dari entitas induk. Jadi, koreksi pendapatan investasi dalam penjualan downstream merupakan laba antarperusahaan. Jurnal penyesuaian ( adjustment) entitas induk atas laba antarperusahaan ini adalah sebagai berikut: Pendapatan Investasi

Investasi dalam saham PT Andika

Rp 40.000.000 Rp 40.000.000

Laba antarperusahaan upstream berarti laba tersebut adalah entitas anak atas aset entitas induk. Laba antarperusahaan dari penjualan upstream akan mempengaruhi pendapatan investasi sebesar persentase kepemilikan entitas induk atas saham entitas anak, sehingga pendapatan investasi harus dikoreksi sebesar: Laba anatrperusahaan x persentase kepemilikan entitas induk

Dalam kasus tersebut, bila laba antarperusahaan bersal dari penjualan upstream, pendapatan investasi dikoreksi sebesar Rp36 juta (90% x Rp40 juta). Laba entitas anak (sebagai pihak penjual) mempengaruhi pendapatan investasi 90%, sehingga koreksi laba anatrperusahaan yang berasal dari entitas anak akan mengharuskan entitas induk mengoreksi pendapatan investasi 90% dari laba antarperusahaan tersebut dengan jurnal sebagai berikut: Pendapatan Investasi

Rp 36.000.000

Investasi dalam saham PT Andika

Rp 36.000.000

Dampak laba antarperusahaan dalam penjualan downstream dan penjualan upstream diperlihatkan pada peraga 5-3 PERAGA 5-3

Perbedaan Laba Antarperusahaan Atas Penjualan Downstream dan Upstream Downstream Upstream Laba entitas anak Rp 200.000.000 Rp 200.000.000 (40.000.000)

-

Koreksi laba antarperusahaan

160.000.000

Rp 200.000.000

Laba setelah koreksi Pendapatan investasi (90% x 200)-40)

140.000.000 Rp 144.000.000

Pendapatan investasi (90% x 160)

 TRANSAKSI ANTARPERUSAHAAN-ASET DAN KERTAS KERJA KONSOLIDASI a. Transaksi Antarperusahaan-Barang Dagang dan Aset Tetap Kertas

kerja

antarperuahaan

konsolidasi dan

harus

dampaknya

mengeliminasi sehingga

setiap

laporan

transaksi konsolidasi

menggambarkan kesatuan entitas induk dan anak. Transaksi aset

antarperusahaan menyebabkan keterkaitan akun-akun laporan keuangan entitas induk dan anak dalam kertas kerja konsolidasi. Ketekaitan akunakun antarperusahaan itu didasarkan pada jenis aset. Penjualan barang dagang bagi pihak penjualan menimbulkan akun “penjualan”, sedangkan bagi pihak pembeli menimbulkan akun”pembelian” jika perusahaan menggunakan metode periodik, dan akun “persediaan” jika perusahaan mengunakan metode perpetual. Penjualan aset tetap tidak dicatat sebagai penjualan melainkan pengkreditan akun “aset tetap”, sedangkan pembelian aset tetap dicatat dengan menimbulkan akun “aset tetap” sebagai pihak pembeli. Karena perbedaan pencatatan transaksi jual-beli barang dagang dan aset tetap, pengeliminasian akun antarperusahaan juga berbeda bagitransaksi jual-beli antarperusahaan atas kedua aset tersebut. b. Barang Dagang Jual-beli barang dagang menimbulkan akun “penjualan” bagi pihak penjual. Sementara itu, penjualan kredit akan memunculkan piutang usaha yang dicatat dengan jurnal sebagai berikut: Piutang Usaha

xxx

Penjualan

xxx

Apabila perusahaan menggunakan metode perpetual, maka arus keluar persediaan dicatat sebagai berikut: HPP

xxx Persediaan

xxx

Sedangkan dari sisi pembeli, jual-beli barang dagang memunculkan akun pembelia yang dicatat dengan metode periodic sebagai berikut: Pembelian Utang Usaha

xxx xxx

Apabila perusahaan menggunakan metode perpetual, pencatatannya adalah sebagai berikut:

Persediaan

xxx

Utang Usaha

xxx

Transaksi jual-beli antarperusahaan menyebabkan keterkaitan akun-akun perusahaan dalam hubungan induk-anak: 1. Akun “penjualan” dan akun “pembelian (jika diterapkan metode periodik)” atau “HPP (jika diterapkan metode perpetual)” 2. Akun “utang usaha” dan akun “piutang” atas penjualan-pembelian yang belum dilunasi. 3. Laba antarperusahaan dan persediaan. Laba antarperusahaan atas

persediaan pada akhir tahun dieliminasi dengan mengurangi nilai persediaan pada harga pokoknya. Laba penjualan akan mengecil jika HPP bertambah, sehingga laba penjualan dieliminasi dengan mendebet HPP. Jurnal eliminasinya adalah sebagai berikut: HPP

xxx Persediaan

xxx

Persediaan akhir akan menjadi persediaan awal pada tahun berikutnya dan dijual dalam tahun berjalan. Pada saat persediaan awal dijual, laba antarperusahaan yang telah ditunda pada tahun sebelumnya akan direalisasi.pada tahun lalu, pendapatan investasi telah berkurang besar dampaknya laba antarperusahaan ...


Similar Free PDFs