Transaksi yang dilarang Islam PDF

Title Transaksi yang dilarang Islam
Author Ikhsan Dwitama
Pages 5
File Size 58.9 KB
File Type PDF
Total Downloads 513
Total Views 695

Summary

Transaksi – Transaksi yang Dilarang oleh Islam Dalam melakukan transaksi pembelian maupun penjualan barang, setiap individu haruslah memperhatikan hukum syara’ yang membatasi individu dalam melakukan transaksi. Hal ini diperlukan agar mekanisme yang terjadi pasar bisa berlaku adil sehingga menyebabk...


Description

Transaksi – Transaksi yang Dilarang oleh Islam Dalam melakukan transaksi pembelian maupun penjualan barang, setiap individu haruslah memperhatikan hukum syara’ yang membatasi individu dalam melakukan transaksi. Hal ini diperlukan agar mekanisme yang terjadi pasar bisa berlaku adil sehingga menyebabkan harga yang sesuai dengan jumlah permintaan. Setidaknya transaksi yang dilarang disebabkan oleh kedua hal, yaitu cara bertransaksinya serta objek yang ditransaksikan. Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai transaksi – transaksi yang dilarang oleh Islam : 1.

Transaksi yang bersifat riba Riba adalah tambahan yang disyaratkan dalam transaksi bisnis, baik transaksi hutang piutang maupun jual beli. Riba dalam hutang piutang dimaksudkan untuk meminta kelebihan tertentu atas utang yang dipinjamkan pada saat awal transaksi (riba qard), atau memberikan tambahan pembayaran atas utang yang tidak bisa dikembalikan pada waktu jatuh tempo (riba jahiliyah). Riba dalam jual beli dikenakan atas pertukaran dua barang sejenis dengan timbangan/takaran yang berbeda (riba fadl), atau memberikan tambahan atas barang yang diserahkan kemudian (riba nasiah).

2.

Transaksi yang bersifat maisir Transaksi maisir yaitu transaksi yang mengandung unsur perjudian, yaitu dimana para pihak yang bertransaksi tidak mempunyai informasi sama sekali mengenai peluang hasil maupun hasil (outcome) yang terjadi. Pihak yang menang berhak atas hadiah yang dananya dikumpulkan dari kontribusi para pesertanya. Sebaliknya bila dalam permainan itu kalah, maka uangnya harus direlakan untuk diambil oleh pemenang.

3.

Transaksi yang bersifat gharar Transaksi gharar yaitu transaksi yang mengandung unsur ketidakjelasan, yaitu dimana para pihak yang bertransaksi tidak mempunyai informasi yang jelas mengenai karakteristik objek transaksi. Salah satu contohnya adalah sistem ijon buah mangga yaitu dengan membeli pohon mangga yang belum berbuah namun ketika berbuah maka buahnya menjadi hak milik pembeli. Hal ini jelas mengandung ketidakjelasan karena kuantitasnya tidak dapat diukur dengan pasti serta zalim terhadap salah satu pihak.

4.

Transaksi yang bersifat tadlis (talaqi rukban) Transaksi tadlis yaitu transaksi yang mengandung unsur penipuan, yaitu dimana salah satu pihak yag bertransaksi mempunyai informasi yang berpotensi menguntungkan pihaknya dan merugikan pihak lain, sementara pihak lainnya tidak mempunyai informasi yang setara. Hal ini bisa berbentuk kuantitas (quantity), kualitas (quality), harga (price), ataupun waktu penyerahan (time of delivery) atas objek yang ditransaksikan. Salah satunya adalah dengan memberhentikan pedagang yang belum masuk pasar, hal ini jelas menimbulkan 1

kezaliman karena harga yang terbentuk tidak sesuai dengan harga keseimbangan pasar yang berlaku. Bisa jadi informasi harga di pasar diketahui oleh pembeli sehingga dia melakukan pembelian dengan harga yang semurah – murahnya. Sebaliknya bagi penjual ketika ia mengetahui informasi harga yang ada di pasar, maka ia akan melakukan penawaran harga dengan harga yang semahal – mahalnya. 5.

Transaksi yang berobjek haram Transaksi yang berobjek haram dilarang karena objek transaksinya merupakan barang – barang haram yang dilarang oleh Allah SWT. Walaupun proses transaksinya sah, tetap saja tidak boleh dilakukan karena jelas akan mengundang kemudharatan yang lebih besar serta mengundang murka Allah SWT. Contohnya seperti menjual minuman keras dan menjual daging babi.

6.

Transaksi yang bersifat ta’alluq Transaksi ta’alluq terjadi apabila ada dua akad saling dikaitkan di mana berlakunya akad pertama tergantung pada akad kedua, sehingga dapat mengakibatkan tidak terpenuhinya rukun akad yaitu objek akad. Contohnya adalah ketika pemilik A akan membeli mobil seharga Rp 50.000.000,00 kepada pihak B dengan syarat bahwa pihak B harus membeli motor pihak A seharga 10.000.000,00. Hal ini jelas bahwa akad kedua akan sangat tergantung dari dijalankannya atau tidak akad yang pertama dan jelas ini menghilangkan rukun akad yaitu objek akad sehingga transaksi menjadi tidak sah.

7.

Transaksi yang bersifat bai najasy Bai najasy adalah sekelompok orang bersepakat dan bertindak secara berpura – pura menawar barang dipasar dengan tujuan untuk menjebak orang lain agar ikut dalam proses tawar – menawar tersebut sehingga orang ketiga ini kahirnya membeli barang dengan harga yang jauh lebih mahal dari harga sebenarnya. Cara yang bisa ditempuh bermacam-macam seperti menyebarkan isu, melakukan order pembelian, dan sebagainya. Ketika harga telah naik maka yang bersangkutan akan melakukan aksi ambil untung dengan melepas kembali barang yang sudah dibeli, sehingga akan mendapatkan keuntungan yang besar.

8.

Transaksi yang bersifat bai al ma’dum Bai al ma’dum adalah melakukan penjualan atas objek barang yang tidak ada. Hal ini jelas menimbulkan ketidakpastian karena barangnya tidak ada serta kemungkinan zalim terhadap salah satu pihak sangatlah besar. Salah satu kasusnya adalah short selling dalam pasar saham, ketika saham yang baru kita beli langsung dijual ke pihak lain padahal saham tersebut baru tercatat menjadi kepemilikan kita pada keesokan harinya.

2

9.

Transaksi yang bersifat ikhtikar Ikhtikar adalah sebuah situasi di mana produsen / penjual mengambil keuntungan di atas keuntungan normal dengan cara mengurangi penawaran agar harga produk yang dijualnya naik. Ikhtikar ini biasanya dilakukan dengan membuat hambatan masuk pasar kemudian mengupayakan adanya kelangkaan barang dengan cara menimbun persediaan. Hal ini jelas menyebabkan kenaikan harga yang cukup tajam di pasar. Ketika harga telah naik, produsen tersebut akan menjual barang tersebut dengan mengambil keuntungan yang melimpah. Salah satu contoh kasusnya adalah tengkulak yang menimbun beras di waktu panen untuk dijual pada saat beras mulai langka (musim panceklik).

10. Transaksi yang mengandung risywah Risywah adalah suap, yaitu pembayaran kepada seseorang di luar gaji resminya dalam bentuk apapun karena yang bersangkutan memegang jabatan tertentu. Transaksi ini digunakan sebagai salah satu cara agar menurunkan harga sebuah produk lalu dijual kembali dalam dengan harga yang lebih mahal sehingga pembeli bisa mendapatkan keuntungan yang lebih besar dan timbul kezaliman terhadap pihak lain. 11. Transaksi yang bersifat ghabn Transaksi yang bersifat ghabn adalah transkasi yang memanfaatkan ketidaktahuan pembeli akan harga pasar dengan menaikkan harga produk di atas harga pasar. Misalkan seorang tukang becak yang menawarkan jasanya kepada turis asing dengan menaikkan tarif becaknya 10 kali lipat dari tarif normalnya. Hal ini dilarang karena turis asing tersebut tidak mengetahui harga pasar yang berlaku. 12. Transaksi yang bersifat ikrah Ikrah adalah segala bentuk tekanan dan pemaksaan dari salah satu pihak untuk melakukan suatu akad tertentu sehingga menghapus komponen mutual free consent. Jenis pemaksaan dapat berupa ancaman fisik atau memanfaatkan keadaan seseorang yang sedang butuh atau the state of emergency. 13. Transaksi yang bersifat bai al mudtarr Bai Al Mudtarr adalah jual beli dan pertukaran dimana salah satu pihak dalam keadaan sangat memerlukan (in the state of emergency) sehingga sangat mungkin terjadi eksploitasi oleh pihak yang kuat sehingga terjadi transaksi yang hanya menguntungkan sebelah pihak dan merugikan pihak lainnya. Jual butuh adalah merupakan contoh klasik yang sering terjadi di tengah – tengah masyarakat sehingga pihak penjual, karena sangat memerlukan uang tunai, terpaksa harus menjual asetnya dengan harga yang jauh dari harga pasar. Sangat dikhawatirkan bahwa unsur kerelaan dalam transaksi seperti ini tidak berwujud pada pihak penjual sehingga tidak mencerminkan prinsip keadilan yang sesuai dengan prinsip syariah.

3

DAFTAR PUSTAKA Buku : Hosen, M. Nadratuzzaman, AM Hasan Ali, A. Bahrul Muhtadib. 2008. Materi Dakwah Ekonomi Syariah. Jakarta : PKES Natadipurba, Chandra, 2006. Fiqh Muamalah. Bandung : ISEG – Unpad Internet : http://dc130.4shared.com/download/yi6IKXHv/Transaksi_Yang_Dilarang_marsud.pdf?tsid= 20121126-040411-6dcdd63e diambil pada 26 November 2012 jam 11.30 http://ruangdiskusi.236.n2.nabble.com/attachment/1692726/0/Identifikasi%20Transaksi%20y ang%20Dilarang.pdf diambil pada 26 November 2012 jam 11.30 http://blog.sunan-ampel.ac.id/muhsholihuddin/files/2011/03/TRANSAKSI-TERLARANGdalam-ISLAM.ppt diambil pada 26 November 2012 jam 11.30

TUGAS EKONOMI SYARIAH NAMA : IKHSAN DWITAMA NPM : 120310100127 MANAJEMEN - UNPAD

4

5...


Similar Free PDFs