BAB II IB PDF

Title BAB II IB
Author Yulisa Fitrione
Pages 37
File Size 1.7 MB
File Type PDF
Total Downloads 179
Total Views 628

Summary

Teknologi Reproduksi Ternak BAB II INSEMINASI BUATAN (IB) 2.1 Pendahuluan Inseminasi Buatan (IB) adalah penyampaian atau deposisi semen ke dalam saluran reproduksi betina dengan bantuan alat-alat buatan manusia. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perkawinan yang terjadi adalah secara buatan. Seca...


Description

Teknologi Reproduksi Ternak

BAB I I

I NSEMINASI BUATAN (IB)

2.1 Pendahuluan Inseminasi Buatan (IB) adalah penyampaian atau deposisi semen ke dalam saluran reproduksi betina dengan bantuan alat-alat buatan manusia. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perkawinan yang terjadi adalah secara buatan. Secara alami, semen dideposisikan melalui perkawinan alam, dimana semen merupakan cairan yang mengandung sel-sel kelamin jantan yang diejakulasikan melalui penis pada saat kopulasi. Istilah Inseminasi Buatan (IB) berasal dari bahasa latin Inseminatus, in berarti penyampaian. Sedangkan dari istilah bahasa Inggris dikenal Artificial Insemination,

Siti Darodjah Rasad, Lab. Reproduksi Ternak Fak. Peternakan UNPAD

II-1

Teknologi Reproduksi Ternak

dalam bahasa Belanda dikenal Kunsmatige inseminatie, dan dari bahasa Jerman dikenal istilah Künstliche Besamung. 2.1.1 Sejarah Inseminasi Buatan Diawali oleh seorang pangeran Arab yang telah mencuri semen dari vagina seekor Kuda milik musuhnya yang baru saja dikawinkan secara alam dengan menggunakan tampon. Selanjutnya tampon tersebut dimasukkan ke dalam vagina kuda betina yang sedang berahi miliknya sendiri. Ternyata kuda betina tersebut bunting. Seorang peneliti dari Belanda, Anton van Leeuwenhoek pada tahun 1677 yang merupakan penemu

mikroskop beserta Johan Hamm berhasil menemukan sel-sel

kelamin jantan. Dan selanjutnya sel-sel kelamin tersebut dinamakan spermatozoa. Inseminasi Buatan pertama kali dilakukan di Eropah pada tahun 1890 pada peternakan Kuda. Pada tahun 1902, Sand dan Stribolt dari Denmark telah berhasil melakukan IB pada kuda dengan menghasilkan 4 konsepsi dari 8 ekor yang di Inseminasi secara buatan.

Pada Sapi dan Domba teknik IB ini dipelopori oleh

Ivanoff. Di Indonesia, IB pertama kali diperkenalkan oleh Profesor B. Seit seorang peneliti dari Denmark sekitar tahun limapuluhan dan telah dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Hewan IPB Bogor. Keberhasilan ini diikuti dengan dibentuknya Balai Inseminasi Buatan guna menunjang kegiatan IB pada Sapi, yaitu di Lembang (untuk Sapi perah) dan BIB Singosari (Sapi potong). 2.1.2 Manfaat dan kerugian Inseminasi Buatan 2.1.2.1 Manfaat Inseminasi Buatan Ada beberapa manfaat dilakukannya IB pada Sapi, antara lain : 1. Mempertinggi penggunaan pejantan-pejantan unggul, dalam hal ini daya guna seekor pejantan dengan nilai genetik tinggi dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin

Siti Darodjah Rasad, Lab. Reproduksi Ternak Fak. Peternakan UNPAD

II-2

Teknologi Reproduksi Ternak

2. Dapat menghemat biaya pemeliharaan pejantan serta dapat menghindari bahaya dan menghemat tenaga dalam pemeliharaan pejantan 3. Memungkinkan peningktan potensi seleksi guna untuk memperbaiki mutu genetik ternak 4. Penularan penyakit dapat dicegah dengan menghindari kontak kelamin saat perkawinan 5. Memperpendek Calving interval serta menurunkan jumlah betina yang kawin berulang (repeat breeders) 6. Memungkinkan perkawinan antara hewan-hewan yang berbeda ukuran 7. Memperpanjang waktu penggunaan pejantan

2.1.2.2 Kerugian Inseminasi Buatan Adapun kerugian dilakukannya IB adalah sebagai berikut : 1. Diperlukannya pelaksana atau operator yang trampil, dalam melaksanakan teknik IB dari mulai penampungan semen, evaluasi semen, pengenceran, pembekuan serta proses penyampaian semen baik semen segar ataupun semen beku ke dalam saluran reproduksi betina 2. Kemungkinan menjadi alat penyebaran abnormalitas genetik seperti sistik ovari, konformasi tubuh yang buruk dan lain sebagainya 3. Bila ketersediaan pejantan sedikit, maka peternak tidak dapat memilih pejantan sesuai yang diingikan 4. Inseminasi intrauterin pada sapi yang bunting dapat menyebabkan abortus 5. IB tidak dapat digunakan pada semua jenis hewan.

2.2 Penampungan Semen Ada tiga macam metode penampungan semen yang telah dikembangkan, yakni dengan menggunakan : 1. Pengurutan 2. Elektroejakulator 3. Vagina Buatan Siti Darodjah Rasad, Lab. Reproduksi Ternak Fak. Peternakan UNPAD

II-3

Teknologi Reproduksi Ternak

2.2.1 Metode Pengurutan Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh Case pada tahun 1925, dan kemudian diikuti oleh Miller dan Evans pada tahun 1934.

Teknik yang dilakukan adalah

dengan cara memasukkan tangan sepanjang 18 – 25 cm ke dalam rektum dan kemudian dilakukan pengurutan pada bagian kelenjar vesicularis dan ampulae dari bagian depan ke belakang. Pengurutan ini dilakukan selama dua menit dan biasanya akan dihasilkan semen. Metode ini jarang dilakukan karena diperlukannya ketrampilan khusus serta pengalaman dalam hal pengurutan bagian ampulae melalui rektum.

Dari hasil

penelitian sedikit sekali sapi-sapi jantan yang merespons metode ini. Kendala lain dari metode ini adalah semen yang dihasilkan tidak bersih dan mengandung lebih banyak kuman dibandingkan dengan penampungan semen cara lain. Daerah preputium dan sekitarnya harus dibersihkan dan disepul dengan larutan NaCl. Penampungan semen dengan metode pengurutan ini lebih mudah pada pejantan Angus muda dibandingkan dengan pejantan tua, sapi Hereford dan Santa Gertrudis. Teknis penampungan semen dengan metode ini adalah sebagai berikut :

 Selama pengurutan atau penampungan semen, pejantan tidak boleh diperlakukan kasar dan harus dibiarkan relaks.

 Saat memasukkan tangan ke dalam rektum harus diberi pelicin terlebih dahulu.  Rektum dibersihkan dari feses

 Lakukan pengurutan pada kelenjar Vesikularis secara perlahan-lahan selama beberapa menit dengan cara menekan jari ke bawah dan ke belakang ke arah urethra hingga keluarnya cairan semen, yakni berupa cairan keruh yang mengandung sperma

 Asisten siap menampung semen yang keluar dari penis dengan bantuan corong gelas dan tabung gelas dari preputium atau dari penis

 Selanjutnya lakukan pengurutan pada ampulae vas deferens dengan cara yang sama

Siti Darodjah Rasad, Lab. Reproduksi Ternak Fak. Peternakan UNPAD

II-4

Teknologi Reproduksi Ternak

Indikasi Penampungan Dengan Metode Pengurutan 1. Sapi pejantan unggul tetapi impoten 2. Sapi tidak mau atau tidak sanggup berkopulasi secara alam atau 3. Sapi tidak dapat melayani vagina buatan

Kelemahan metode pengurutan :

 Semen yang dihasilkan berkualitas rendah

 Resiko kontaminasi urine dan jasad renik cukup tinggi 2.2.2 Metode Elekrtoejakulator Prinsip metode Elektroejakulator adalah stimulasi sumsum tulang belakang antara vertebrae lumbal ke empat dan tulang sakral pertama dengan menempatkan satu elektrode di dalam rektum dan elektrode lain. Rangsangan elektrik yang diberikan secara ritmik selama 5 – 10 detik sebesar 30 Volt, 50 cycle dengan arus bolak balik melalui elektroda. Dengan rangsangan tersebut terjadilah ejakulasi dan semen dapat ditampung ke dalam tabung gelas. Metode ini dapat direspons oleh sapi-sapi pejantan dengan baik dan tidak memperlihatkan pengaruh-pengaruh buruk pada ternak. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dengan metode ini adalah : 1. Metode ini dapat diterapkan pada pejantan yang cedera, tetapi sebaiknya pejantan ditempatkan pada kandang penjepit dan diperlukan tali penggantung untuk menunjang tubuhnya saat penampungan 2. Sebaiknya ditempatkan di kandang dengan lantai keras agar tidak tergelincir 3. Bagian depan kandang agar dibuat sedemikian rupa agar dapat menahan bahu pejantan dan mencegahnya agar tidak jatuh 4. Rambut-rambut praeputium sebaiknya digunting dan daerah sekitarnya dicuci, disepul dan dikeringkan. 5. Voltage dinaikkan dan diturunkan secara ritmik ke nol setiap 3 – 5 detik

Siti Darodjah Rasad, Lab. Reproduksi Ternak Fak. Peternakan UNPAD

II-5

Teknologi Reproduksi Ternak

6. Peningkatan voltage dilakukan dengan tenggang 2 Volt dan setiap voltage dipertahankan selama 3 – 5 detik

2.2.3 Metode Vagina Buatan (VB) Penggunaan Vagina Buatan (VB) merupakan metode yang umum digunakan untuk menampung semen pejantan sapi perah dan sapi potong di pusat-pusat inseminasi buatan. Metode ini dapat mengatasi kekurangan-kekurangan dan kerugian-kerugian dari metode pengurutan dan elektroejakulator.

Kelebihan dari metode ini aalah

semen yang dihasilkan lebih bersih, kualitas lebih baik, maksimal dan spontan keluar. Model Vagina Buatan telah disempurnakan dan dimodifikasi oleh beberapa peneliti. Yang umum digunakan di Indonesia adalah model Denmark dengan panjang silinder 40,7 cm dengan diameter bagian dalam 5,7 cm. Bagian-bagian VB secara lengkap dapat dilihat pada bagan di bawah ini :

Gambar 3. Bagan Vagina Buatan (Sumber: Toelihere, 1985)

Siti Darodjah Rasad, Lab. Reproduksi Ternak Fak. Peternakan UNPAD

II-6

Teknologi Reproduksi Ternak

Teknik penampungan dengan metode VB sebagai berikut : 1. Persiapan Penampungan

 Satu atau dua orang membawa pemancing ke kandang pemancing-pemaksa dan menambatkannya. Usahakan ternak jangan sampai terlepas bila meronta

 Siapkan unit VB

 VB diisi dengan air panas dan atur suhu saat persiapan (45º C) dan pada waktu penampungan (40º C) dengan menggunakan termometer 2. Prosedur penampungan :



 

VB di pegang oleh operator/penampung dengan tangan kanan Operator siap di sebelah kanan belakang pemancing Pejantan didekatkan pada pemancing yang bertujuan untuk merangsang pejantan yang akan ditampung, dimana penis pejantan tersebut mulai keluar



sedikit dari preputium dan adanya keinginan untuk menaiki pemancing Pejantan segera ditarik kembali menjauhi pemancing secara perlahan-lahan, beberapa saat kemudian dilepaskan kembali agar pejantan kembali mendekati



pemancing dengan kondisi seperti pertama kali (False Mount) Setelah dilakukan 2 – 3 kali False mount, pejantan diizinkan menaiki pemancing.

Apabila kaki depan pejantan telah terangkat untuk menaiki

pemancing, maka operator penampung segera membelokkan arah penis ke 

arah mulut VB yang telah disiapkan Setelah penis masuk ke dalam VB, akan terjadi sentakan keras terhadap VB, dan pada saat itu terjadi ejakulasi sehingga pejantan akan mengeluarkan

 

semen dengan spontan. Semen yang masuk akan tertampung ke dalam tabung gelas penampung semen dengan cepat Pejantan dapat diturunkan perlahan-lahan dan bersamaan dengan itu VB diikutkan hingga kaki depan pejantan telah menyentuh tanah atau lantai kandang dan penis masih berada dalam VB. Letakkan VB agak iring sedikit

Siti Darodjah Rasad, Lab. Reproduksi Ternak Fak. Peternakan UNPAD

II-7

Teknologi Reproduksi Ternak

ke bawah sampai penis secara perlahan ditarik masuk ke dalam preputium dan  

keluar dari VB Letak VB ditegakkan sehingga semen yang menempel pada corong karet dapat segera turun masuk ke dalam tabung gelas penampung Tabung gelas kemudian dilepaskan dari corong karet dan segera bagian yang terbuka ditutup dengan aluminium foil atau plastik. Bagian tabung penampung dibungkus dengan kain agar terhindar dari cahaya matahari



langsung, kemudian masukkan ke dalam termos Semen segera dibawa ke laboratorium untuk segera di evaluasi

Gambar 4 di bawah ini adalah cara penampungan semen dengan menggunakan hewan pemancing hidup

Gambar 4. Proses penampungan semen dengan menggunakan Vagina Buatan dengan bantuan hewan pemancing Sumber : (Sumber : Toelihere, 1985)

Siti Darodjah Rasad, Lab. Reproduksi Ternak Fak. Peternakan UNPAD

II-8

Teknologi Reproduksi Ternak

2.3 Evaluasi Semen Dilakukan segera setelah penampunan semen. Tujuan dilakukan evaluasi semen adalah untuk menentukan kualitas semen dan tingkat reproduksi pejantan. Evaluasi semen meliputi dua kategori : 1. Evaluasi Makroskopis 2. Evaluasi Mikroskopis 1. Evaluasi Makroskopis 1. Volume Dapat dilihat langsung pada skala tabung penampung segera setelah semen ditampung. Volume semen tergantung pada spesies ternak, sapi dan domba umumnya mempunyai volume ejakulat rendah, sedangkan semen babi dan kuda mempunyai volume ejakulat yang lebih tinggi. Dari jenis ternak tersebut, volume semen juga dipengaruhi oleh bangsa, umur, ukuran badan, pakan dan frekwensi penampungan. Volume semen sapi bervariasi antara 1 15 ml, semen domba antara 0,8 - 1,2 ml, kambing antara 0,5 – 1,5 ml, babi, 150 – 200 ml,

kuda 60 – 100 ml dan ayam antara 0,2 – 0,5 ml. 2. Warna

Warna semen sapi yang normal adalah seperti susu atau krem keputih-putihan dan keruh. Derajat kekeruhan tergantung atas konsentrasi spermatozoa yang dikandung. Adanya ketidak normalan dari warna semen, yang diakibatkan karena kandungan bakteri tertentu seperti Pseudomonas aeruginosa sehingga menyebabkan warna semen sapi menajdi hijau kekuning-kuningan. Selain itu warna kecoklatan karena adanya darah yang telah mengalami dekomposisi.

Siti Darodjah Rasad, Lab. Reproduksi Ternak Fak. Peternakan UNPAD

II-9

Teknologi Reproduksi Ternak

3. Konsistensi Konsistensi atau kekentalan atau viscositas merupakan salah satu sifat semen yang erat kaitannya dengan kepadatan atau konsentrasi sperma di dalamnya.

Semakin

kental semen maka dapat diartikan semakin tinggi konsentrasi sperma Konsistensi atau derajat kekentalan dapat dilihat dengan cara menggoyangkan tabung penampung berisi semen segar secara perlahan. Semen dengan konsistensi kental akan terlihat pada saat memiringkan tabung gelas penampung dan selanjutnya kembali pada posisi normal, maka proses kembalinya larutan semen tersebut ke posisi tegak akan lama, dibandingkan dengan semen dengan konsistensi encer. Semen sapi dan domba mempunyai konsistensi kental berwarna krem dengan konsentrasi 1000 juta hingga 2000 juta sel spermatozoa per ml semen, sedangkan semen kuda dan babi mempunyai konsistensi encer. 4. Bau Semen yang normal umumnya memiliki bau amis khas disertai bau dari hewan itu sendiri. Bau busuk bisa terjadi apabila semen mengandung nanah yang disebabkan oleh adanya infeksi organ atau saluran reproduksi hewan jantan 5. pH (Derajat keasaman) Keasaman atau pH semen perlu diukur untuk memastikan bahwa cairan semen hasil penampungan memiliki karakteristik yang normal. 2. Evaluasi Mikroskopis 1. Motilitas Motilitas

merupakan

daya

gerak spermatozoa

yang

dinilai

sege ra

setelah

penampungan semen. Penilaian motilitas digunakan sebagai ukuran kesanggupan spermatozoa dalam membuahi sel telur atau ovum. Motilitas spermatozoa dipengaruhi antara lain oleh penurunan suhu yang mendadak (cold shock) atau peningkatan suhu yang berlebihan.

Siti Darodjah Rasad, Lab. Reproduksi Ternak Fak. Peternakan UNPAD

II-10

Teknologi Reproduksi Ternak

Untuk memperoleh hasil yang lebih tepat, sebaiknya semen dievaluasi pada suhu antara

37 - 40C dengan meletakkan gelas objek di atas meja pemanas (heating

table) atau menggunakan mikroskop yang dilengkapi pemanas elektrik. 2.

Gerakan Masa

Gerakan massa spermatozoa merupakan petunjuk derajat keaktifan bergerak sperma, dan ini apat dijadikan sebagai indikator tingkat atau presentase sperma hidup dan aktif dalam semen. Gerakan masa spermatozoa dalam suatu kelompok dapat dievaluasi dengan adanya kecenderungan bergerak bersama-sama ke satu arah dan membentuk gelombanggelombang yang tebal dan tipis, bergerak cepat atau lamban ergantung t dari konsentrasi sperma hidup yang terkandung di dalamnya. Gerakan masa sperma tersebut dapat dilihat dengan bantuan mikroskop dengan pembesaran 10 x 10. Dengan meneteskan satu tetes ke atas permukaan gelas objek dan selanjutnya dilihat di bawah mikroskop. Penilaian yang diperoleh didasarkan atas skor yang tertera pada tabel 1 dibawah :

Tabel 1. Penilaian semen berdasarkan gerakan massa spermatozoa Skore

Kelas

5

Sangat bagus

4

Bagus

3

Cukup

2

Buruk

Keterangan Padat, gelombang yang terbentuk besar-besar dan bergerak sangat cepat. Tidak tampak sperma secara individual. Contoh semen tersebut mengandung 90% atau lebih spermatozoa aktif Gelombang yan terbentuk hampir sama dengan semen yang memiliki skor 5, tetapi gerakannya sedikit lebih lambat. Contoh semen tersebut mengandung 70 0 85% atau lebih spermatozoa aktif Gelombang yang terbentuk berukuran kecil-kecil yang bergerak atau berpindah tempat dengan lambat. Contoh semen tersebut diperkirakan mengandung 45 - 65% atau lebih spermatozoa aktif Tidak ditemukannya adanya gelombang tetapi terlihat gerakan spermatozoa secara individual. Contoh semen tersebut diperkirakan mengandung 20 – 40% atau lebih spermatozoa aktif Hanya sedikit (sekitar 10%) sel spermatozoa yang

Siti Darodjah Rasad, Lab. Reproduksi Ternak Fak. Peternakan UNPAD

II-11

Teknologi Reproduksi Ternak 1

Sangat Buruk

0

Mati

memperlihatkan tanda-tanda hidup yang bergerak sangat lamban Seluruh spermatozoa mati, tidak terlihat adanya se spermatozoa yang bergerak

3. Konsentrasi Spermatozoa Total Penilaian konsentrasi spermatozoa bertujuan untuk menghitung jumlah spermatozoa per mililiter semen.

Faktor ni i sangat menentukan kriteria kualitas semen dan

menggambarkan sifat-sifat semen, serta sangat berguna untuk menentukan jumlah betina yang dapat diinseminasi menggunakan semen tersebut. Penentuan konsentrasi spermatozoa dapat dilakukan melalui 4 (empat) cara, yaitu :

a) Menghitung Jarak antara Kepala Spermatozoa Dilakukan dengan meneteskan setetes tipis pada gelas objek dan mengamati di bawah mikroskop dengan pembesaran 10 x 45, dengan kriteria sebagai beikut : 

Densum (D) atau padat, jika jarak antara dua kepala sperma kurang dari panjang satu kepala, dapat diperkirakan bahwa konsentrasi sekitar



sperma per ml semen Semidensum (SD) atau sedang, jika jarak antara dua kepala sperma sama dengan panjang



1000 – 2000 juta sel

1 – 1,5 kepala sperma, konsentrasi berkisar antara 500 – 1000 juta

sel per ml semen Rarum (R) atau jarang, jika jarak antara dua kepala spermatozoa melebihi panjang satu kepala atau sama dengan panjang seluruh sperma, konsentrasi



berkisar antara 200 – 500 juta sperma per ml semen Oligospermia (OS) atau sedikit sperma, jika jarak antara dua kepala sperma memiliki panjang seluruh sperma, dengan konsentrasi kurang dari 200 juta sel



sperma per ml semen Aspermi (A) atau tidak ada sperma, jika sama sekali tidak terdapat spermatozoa di dalam semen

Siti Darodjah Rasad, Lab. Reproduksi Ternak Fak. Peternakan UNPAD

II-12

Teknologi Reproduksi Ternak

b) Penghitungan dengan Hemocytometer dan kamar hitung Neubauer Metode ini dilakukan dengan

menggunakan

Metode

ini dilakukan dengan

menggunakan alat Hemocytometer. Cara penghitungan adalah sebagai berikut : 1. Isap semen dengan pipet erythrocyt yang belum diencerkan sampai tanda 0,5. 2. Kemudian isap larutan NaCl 3 %sampai tanda 101. 3. Dikocok hati-hati dengan gerakan membentuk angka 8 selama 2 – 3 menit 4. Beberapa tetesan pertama di buang dan dikocok lagi 5. Siapkan kamar hitung Neubauer dan tutup dengan gelas penutup. 6. Teteskan satu tetes semen pada sisi gelas penutup. 7. Hitunglah jumlah sel spermatozoa dalam 5 kamar dihitung menurut arah

diagonal. Stiap kamar mempunyai 16 ruangan kecil, maka di dalam 5 kamar terdapat 80 ruanagn kecil.

Seluruh gelas hemocytometer memiliki 400

ruangan kecil. Den...


Similar Free PDFs