BAB II TINJAUAN TEORITIS PDF

Title BAB II TINJAUAN TEORITIS
Author Budi Iswanto
Pages 26
File Size 1.6 MB
File Type PDF
Total Downloads 522
Total Views 976

Summary

BAB II TINJAUAN TEORITIS II.1 Tinjauan Terkait II.1.1 Remaja II.1.2 Definisi Remaja Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak – kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik yang cepat. Pertumbuhan yang cepat terjadi pada tubuh remaja diluar dan didalam tersebut membawa akibat yang t...


Description

BAB II TINJAUAN TEORITIS II.1

Tinjauan Terkait

II.1.1 Remaja II.1.2

Definisi Remaja Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak – kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik yang cepat. Pertumbuhan yang cepat terjadi pada tubuh remaja diluar dan didalam tersebut membawa akibat yang tidak sedikit terhadap perubahan sikap, perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja. Remaja atau adolescent adalah periode perkembangan selama dimana individu mengalami perubahan dari masa selama kanak – kanak menuju masa dewasa, biasanya antara usia 13 – 20 tahun. Istilah adolescent biasanya menunjukkan maturasi psikologis individu, ketika pubertas menunjukkan titik dimana reproduksi mungkin dapat terjadi. Perubahan hormonal pubertas mengakibatkan perubahan penampilan pada orang muda, dan perkembangan mental mengakibatkan untuk menghipotesis dan berhadapan dengan abstraksi. Menurut Hurlock (1981) remaja adalah mereka yang berada pada usia 1218 tahun. Monks, dkk (2000) memberi batasan usia remaja adalah 12-21 tahun. Menurut Stanley Hall (dalam Santrock, 2003) usia remaja berada pada rentang 12-23 tahun. Berdasarkan batasan – batasan yang diberikan para ahli, bisa dilihat bahwa mulainya masa remaja relatif sama, tetapi berakhirnya masa remaja sangat bervariasi. Menurut Erickson masa remaja adalah masa terjadinya krisis identitas atau pencarian identitas diri. Gagasan Erickson ini dikuatkan oleh James Marcia yang menemukan bahwa ada empat status identitas diri pada remaja yaitu identity diffusion/ confussion, moratorium, foreclosure, dan identity achieved (Santrock, 2003, Papalia, dkk, 2001, Monks, dkk, 2000, Muss, 1988). Karakteristik remaja yang sedang berproses untuk mencari identitas diri ini juga sering menimbulkan masalah pada diri remaja. Usia remaja adalah masa saat terjadinya perubahan-perubahan yang cepat, termasuk perubahan fundamental dalam aspek kognitif, emosi, sosial dan

pencapaian (Fagan, 2006). Sebagian remaja mampu mengatasi transisi ini dengan baik, namun beberapa remaja bisa jadi mengalami penurunan pada kondisi psikis, fisiologis, dan sosial. Beberapa permasalahan remaja yang muncul biasanya banyak berhubungan dengan karakteristik yang ada pada diri remaja. Remaja adalah masa transisi usia ketika seseorang belum dewasa tetapi juga sudah tidak anak – anak. Banyak yang mengangkat masa remaja adalah pusat pengembangan kepribadian. Perawatan jiwa memfokuskan perawatannya terhadap perpindahan mereka kearah yang lebih dewasa, aspek sosial, emosional, dan fisik dari keputusan mereka didalam keluarga, sekolah dan kelompok (Stuart & Laraia, 2005). Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak – kanak dan masa dewasa. Masa pematangan fisik, kognitif, sosial, dan emosional yang cepat. Batas – batas yang tepat dari remaja sulit untuk didefinisikan, namun periode ini adalah lazim dipandang sebagai dengan munculnya tahapan karakteristik seks sekunder pada sekitar usia 11 atau 12 tahun dan berakhir dengan penghentian pertumbuhan tubuh pada usia sekitar 18 sampai 20 tahun. Beberapa istilah yang digunakan untuk merujuk pada tahap pertumbuhan dan perkembangan. Pubertas mengacu pada proses pematangan, hormonal, dan pertumbuhan yang terjadi ketika organ reproduksi mulai berfungsi dan karakteristik seks sekunder berkembang. Proses ini dibagi menjadi tiga tahap yaitu postpubescence, sebuah pubertas 1 sampai 2 tahun periode dimana pertumbuhan tulang secara lengkap dan fungsi reproduksi menjadi cukup baik. Remaja, yang secara harfiah berarti, kematangan pertumbuhan, proses pematangan diprakarsai oleh perubahan pubertas. Ini melibatkan tiga kategori berbeda yaitu remaja awal (usia 11 sampai 14), remaja pertengahan (usia 15 sampai 17), dan remaja akhir (usia 18 sampai 20). Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak – kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik cepat. Pertumbuhan cepat yang terjadi pada tubuh remaja luar dan dalam itu, membawa akibat yang tidak sedikit terhadap sikap, perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja. Kata remaja berasal

dari bahasa latin yaitu adolescent yang berarti to grow atau to grow maturity. Banyak tokoh yang memberikan definisi tentang remaja, seperti De Brun mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan antara masa kanak – kanak dengan masa dewasa. Papalia dan Olds (2001) tidak memberikan pengertian remaja (adolescent) secara eksplisit melainkan secara implisit melalui pengertian masa remaja (adolescence). Menurut Papalia dan Olds (2001), masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak – kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun. Masa remaja awal dan akhir dibedakan oleh Hurlock karena pada masa remaja akhir individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa. Papalia dan Olds (2001) berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa antara kanak – kanak dan dewasa. Sedangkan Freud (dalam Hurlock, 1990) berpendapat bahwa pada masa remaja terjadi proses perkembangan meliputi perubahan – perubahan yang berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan orangtua dan cita – cita mereka, dimana pembentukan cita – cita merupakan proses pembentukan orientasi masa depan. Transisi perkembangan pada masa remaja berarti sebagian perkembangan masa kanak – kanak masih dialami namun sebagian kematangan masa dewasa sudah dicapai (Hurlock, 1990). Bagian dari masa kanak – kanak itu antara lain proses pertumbuhan biologis misalnya tinggi badan masih terus bertambah. Sedangkan bagian dari masa dewasa antara lain proses kematangan semua organ tubuh termasuk fungsi reproduksi dan kematangan kognitif yang ditandai dengan mampu berpikir secara abstrak (Hurlock, 1990; Papalia & Olds, 2001).

II.1.3

Tahap Perkembangan Remaja Masa remaja membawa pergolakan fisik, emosional, dan sosial. Sepanjang maturasi seksual, perasaan, peran, dan nilai baru harus diintegrasikan kedalam diri. Pertumbuhan yang cepat, yang diperhatikan oleh remaja dan orang

lain adalah faktor penting dalam penerimaan dan perbaikan citra tubuh. Perkembangan konsep diri dan citra tubuh sangat berkaitan erat dengan pembentukan identitas. Anak remaja juga mulai menunjukkan pada teman dengan jenis kelamin berbeda dengan cara baru dan minat yang lebih meningkat. Mereka mengumpulkan berbagai peran dan perilaku sejalan dengan mereka menetapkan rasa identitas, termasuk siapa mereka, apa makna kehidupan bagi mereka, dan kemana mereka pergi. Adolescence mengembangkan kemampuan menyelesaikan masalah melalui tindakan logis. Remaja dapat berfikir abstrak dan menghadapi masalah hipotenik secara efektif. jika berkonfrontasi dengan masalah, remaja dapat mempertimbangkan beragam penyebab dan solusi yang sangat banyak.

Selama masa remaja awal, mulai timbul tingkah laku impulsif secara bertahap tanpa kemampuan kognitif untuk memahami penyebab tersebut. Masa remaja pertengahan (usia 14 hingga 16 tahun) ditandai dengan pertumbuhan kognitif yang cepat disertai dengan pemikiran operasional formal. Masa remaja akhir (17 hingga 20 tahun) ditandai dengan terbentuknya identitas personal, dimulainya

dan

dipertahankannya

hubungan

intim,

serta

dimulainya

perkembangan aturan fungsional didalam masyarakat. Hubungan antara remaja dengan anggota keluarga cenderung merosot pada awal masa remaja meskipun hubungan -hubungan ini seringkali membaik menjelang berakhirnya masa remaja, terutama hubungan remaja – remaja putri terhadap anggota keluarganya. Meskipun sebagian besar remaja ingin sekali memperbaiki kepribadian dengan harapan meningkatkan status mereka didalam kelompok sosial, namun banyak kondisi yang mempengaruhi konsep diri berada di luar pengendalian mereka. Bahaya psikologis utama dari masa remaja berkisar di sekitar kegagalan melaksanakan peralihan ke arah kematangan yang merupakan tugas perkembangan terpenting dari masa remaja. Bidang – bidang dimana ketidakmatangan disebabkan kegagalan melakukan peralihan ke perilaku yang lebih matang yang paling umum adalah perilaku sosial, seksual dan moral, dan ketidakmatangan dalam hubungan keluarga.

Remaja merupakan tahapan yang unik dari perkembangan yang terjadi antara usia 11 – 20 tahun, ketika bagian dalam pertumbuhan dan pembelajaran terjadi. Tugas perkembangan yang muncul selama remaja mengancam pertahanan diri. Mereka juga bisa menstimulus cara koping yang adaptif baru atau mengalami kemunduran dan respon koping maladaptif. Masalah lama mungkin pernah terjadi yang berkaitan dengan kemampuan koping remaja dan faktor lingkungan, mungkin dapat membantu atau menghalangi remaja yang berusaha untuk menyetujui dengan masalah itu. Kemampuan koping sebelumnya jika berhasil digunakan dengan baik dapat menunjukan adaptasi yang sehat dan fungsi remaja yang utuh. Yang paling utama, tetapi masih terlihat umum dari remaja menggambarkan itu sebagai masa konflik dan masalah yang besar yang dibutuhkan untuk keutuhan personal nantinya. Banyak penelitian baru yang menganggap bahwa ini tidak benar, perubahan yang kompleks dalam perkembangan biologis, sosial, dan emosional tidak dibutuhkan dalam konflik psikologis. Tabel 2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja (Wong, 2009) Remaja Awal (11 – 14 tahun)

Remaja Tengah (14 – 17 tahun)

Remaja Akhir (17 – 20 tahun)

a. Pertumbuhan melambat pada anak perempuan b. Bentuk tubuh mencapai 95% tinggi orang dewasa c. Karakteristik sekunder tercapai dengan baik

a. Matang secara fisik b. Struktur dan pertumbuhan reproduktif hampir komplit

a. Mengembangkan kapasitas berfikir abstrak

a. Mencapai pikiran abstrak b. Dapat menerima dan

Pertumbuhan : a. Pertumbuhan meningkat cepat b. Mencapai puncak kecepatan c. Tampak karakteristik seks sekunder

Kognitif : a. Menggali kemampuan baru untuk pikiran

abstrak yang terbatas b. Mencari nilai dan energy baru c. Perbandingan terhadap normalitas dengan sebaya yang jenis kelaminnya sama

Remaja Awal (11 – 14 tahun) Identitas : a. Terus menerus memikirkan perubahan tubuh yang cepat b. Mencoba berbagi peran c. Pengukuran ketertarikan dan penerimaan atau penolakan terhadap sebayanya d. Menegaskan norma – norma kelompok

b. Menikmati kenikmatan intelektual, idealitis c. Prihatin dengan filosofis, politis dan masalah sosial

Remaja Tengah (14 – 17 tahun)

bertindak pada pelaksanaan jangka panjang c. Mampu memandang masalah secara komprehensif d. Identitas intelektual dan fungsional terbentuk Remaja Akhir (17 – 20 tahun)

a. Mengubah citra diri b. Sangat berfokus pada diri sendiri, narsisme meningkat c. Kecenderungan ke arah pengalaman didalam dan penemuan diri d. Mempunyai banyak fantasi kehidupan e. Idealistis f. Mampu menerima implikasi masa depan tentang perilaku dan keputusan baru; penerapan bervariasi

a. Definisi citra tubuh dan peran gender hampir menetap b. Identitas seksual matang c. Fase konsolidasi tantang identitas d. Stabilitas harga diri e. Nyaman dengan pertumbuhan fisik f. Peran sosial terdefenisi dan terartikulasi

a. Konflik utama terhadap kemandirian dan control b. Titik rendah dalam hubungan orang tua – anak c. Dorongan paling besar untuk emansipasi; pelepasan diri d. Pelepasan emosional akhir dan irreversible dari orang tua;

a. Perpisahan emosional dan fisik dari orangtua terselesaikan b. Bebas dari orang tua dengan sedikit konflik c. Emansipasi hampir terjamin

Hubungan dengan orang tua : a. Mendefinisikan batasan kemandirian – ketergantungan b. Keinginan yang kuat untuk tetap tergantung orang tua sambil mencoba memisahkan diri c. Tidak ada konflik utama terhadap control parental

berkabung Hubungan dengan teman sebaya : a. Mencari afiliasi sebaya untuk menghadapi ketidakstabilan yang diakibatkan oleh perubahan cepat Remaja Awal (11 – 14 tahun) b. Peningkatan pertemanan ideal yang dekat dengan anggota dengan jenis kelamin yang sama c. Berjuang untuk menguasai mengambil tempat didalam kelompok

Seksualitas a. Eksplorasi diri dan evaluasi b. Kencan terbatas, biasanya kelompok intimasi terbatas

a. Kebutuhan identitas yang a. Kelompok sebaya kuat untuk menetapkan berkurang dalam hal yang citra diri berbentuk kepentingan b. Standar perilaku individu dibentuk oleh kelompok b. Pengujian hubungan pria sebaya – wanita terhadap Remaja Tengah Remaja Akhir (14 – 17 tahun) (17 – 20 tahun) c. Penerimaan oleh sebaya kemungkinan hubungan sangat penting-rasa takut permanen akan penolakan c. Dicirikan dengan berbagi d. Eksplorasi terhadap dan memberi kemampuan untuk menarik lawan jenis

a. Hubungan jarak multiple b. Ketentuan kearah heteroseksual (bila homoseksual diketahui saat ini) c. Eksplorasi terhadap gaya tarik diri; perasaan dicintai d. Pembentukan hubungan sementara

a. Membentuk hubungan yang stabil dan saling tertarik b. Meningkatkan kapasitas untuk mutualitas dan resiprositas c. Berkencan sebagai pasangan pria – wanita d. Keintiman melibatkan komitmen daripada eksplorasi dan romantisme

a. Kecenderungan kearah pengalaman dalam diri;

a. Emosi lebih konstan b. Marah lebih tepat untuk

Kesehatan Psikologis : a. Perubahan alam perasaan yang meluas

II. 1.4 Pa ndangan Teoritis Remaja

b. Mimpi disiang hari yang terus – menerus c. Marah yang diekspresikan dengan kemurungan, kemarahan yang meledak – ledak, makian secara verbal dan memanggil nama

lebih introspektif b. Kecenderungan untuk menarik diri jika marah atau sakit hati c. Vascillation emosi dalam rentang dan waktu d. Perasaan tidak adekuat dan umum; kesulitan meminta bantuan

disembunyikan

II. 1.4.1

Teori Biologi Salah satu fitur dasar remaja adalah serangkaian perubahan biologis yang dikenal sebagai pubertas. Perubahan – perubahan ini mengubah orang muda dari fisik anak menjadi dewasa reproduktif matang. Proses ini sangat dasar untuk pengembangan remaja bahwa banyak orang mengidentifikasikan pubertas sebagai awal masa remaja. Pubertas melibatkan rangkaian peristiwa biologis yang menghasilkan perubahan seluruh tubuh. Perubahan ini terbagi kedalam dua kategori yaitu perkembangan hormonal dan perkembangan otak. Dalam kedua jenis kelamin (laki – laki dan perempuan), peningkatan produksi hormon mengarah pada pengembangan kemampuan reproduksi dan penampilan fisik yang matang. Perubahan fisik termasuk pertumbuhan rambut pubik, perkembangan payudara, dan menarche pada anak perempuan dan pengembangan alat kelamin, pertumbuhan rambut kemaluan, perubahan suara, dan munculnya rambut wajah pada anak laki – laki. Meskipun semua remaja mengalami perubahan pubertas, ada perbedaan individual yang besar dalam waktu perubahan ini, serta kecepatan dimana mereka terjadi.

II.1.4.2 Teori Psikoanalisis Freud percaya bahwa perkembangan manusia secara biologis dan ditandai dengan bertahap. Selama pubertas (usia 13 sampai 18 tahun), tahap genital menurut Freud, kebangkitan kepentingan seksual terjadi yang menghasilkan eksplorasi seksual.

Peningkatan

impuls

karena

reorganisasi

menyebabkan

hormon

kepribadian sebagai remaja berusaha untuk menyesuaikan dengan status baru fisik mereka. Blos (1962) menggambarkan remaja sebagai krisis normatif, atau tahap normal konflik meningkat. Ia mendefinisikan periode ini pembangunan sebagai proses individuasi kedua, yang pertama terjadi pada usia 2 tahun dengan mendefinisikan diri sendiri. Remaja individuasi lebih kompleks, memimpin salah satu definisi diri. Ini adalah bagaimana ia menjelaskan pemberontakan dan tahapan eksperimen yang adalah karakteristik dari remaja.

II.1.4.3 Teori Psikososial Erikson dan Sullivan menekankan pengaruh faktor – faktor sosial pada proses perkembangan. Erikson menjelaskan identitas ego, atau hubungan antara persepsi diri seseorang dan bagaimana seseorang muncul kepada orang lain. Menurut Erikson, masa remaja merupakan suatu upaya untuk membentuk identitas dalam lingkungan sosial. Dia menggambarkan penelusuran ini sebagai krisis identitas remaja normal dan disebut tahap ini remaja identitas versus difusi identitas. Tahap ini diikuti dalam dewasa muda oleh tahap keintiman versus isolasi. Dia menekankan identitas yang harus dibentuk sebelum keintiman dapat terjadi. Pertumbuhan psikologis didorong oleh keinginan untuk mencari hubungan pribadi semakin intim. Dia menyarankan bahwa remaja mencoba untuk mengkoordinasikan kebutuhan keamanan diri dan harga diri, kedekatan dan keintiman, dan aktivitas umum dan kepuasan dari perjuangan seksual. Jika kebutuhan ini menjadi saling bertentangan bukannya terintegrasi, dapat mengakibatkan masalah emosional.

II.1.4.4 Teori Kognitif Teori kognitif remaja dilihat sebagai tahap lanjutan dari fungsi kognitif dimana kemampuan untuk alasan melampaui benda – benda konkret untuk simbol atau abstraksi. Piaget menyebut berpikir formal. Dia percaya bahwa remaja mampu menghadapi dengan logika, metafora, dan berpikir rasional. Ini

terus berkembang dari pemikiran masa kanak – kanak sampai sekitar usia 12 tahun, ketika aksi keprihatinan dengan realitas, benda – benda nyata, dan dipindahkan ke ide, memungkinkan untuk kesimpulan yang akan dibuat dan refleksi berlangsung tanpa realitas atau objek yang datang.

II.1.4.5 Teori Perkembangan Moral Kohlberg (Barger, 2000) menggambarkan perkembangan remaja pada tahap ini mirip dengan Piaget. Perkembangan moral remaja digambarkan sebagai tahap konvensional. Tahap ini dicirikan oleh kemampuan untuk mengambil perspektif moral orang tua dan anggota masyarakat penting lainnya ke dalam untuk dipertimbangkan. Gilligan dan Freud tentang pandangan dan perkembangan remaja didefinisikan sebagai laki – laki. Dia percaya bahwa anak laki – laki dan perempuan tiba disaat pubertas dengan orientasi interpersonal yang berbeda serta pengalaman sosial yang berbeda. Freud mengklaim bahwa moral perempuan ini terhambat karena kedekatan dengan ibu dan keluarga mereka. Ia telah mengubah perkembangan remaja, tidak ada perempuan yang tidak kekurangan tapi berbeda. Menurut Gilligan, perempuan berkembang pada masa remaja dengan berfokus pada hubungan antara orang – orang, bukan pemisahan. Gadis membentuk identitas gender dan identifikasi lampiran berpikir berdasarkan ibu mereka, sedangkan anak laki – laki membangun identitas gender dan pemisahan pikir individual dari ibu mereka. Kesenangan dengan kemandirian, otonomi, prestasi, dan nilai – nilai tradisional lainnya laki – laki memiliki lebih memandang perlunya hubungan, negosiasi dan peduli. Gilligan menggunakan istilah "suara" untuk menunjukkan bahwa gadis – gadis remaja telah diredam mendesak mereka untuk menjaga keterhubungan, bahkan dengan mengorbankan ekspresi diri. Konsekuensi tidak berbicara dalam masalah hubungan dapat menunjukkan penyebab perilaku mementingkan diri sendiri. Ketiadaan suara dalam suatu hubungan dan hilangnya pilihan – pilihan yang bertanggung jawab sering juga dimaksudkan dan merupakan hasil dari

kepedulian terhadap perasaan orang lain. Namun, kurangnya suara perempuan juga mengabadikan suara laki – laki satu peradaban. Karyanya menunjukkan bahwa pembentukan identitas dan keintiman yang terjadi pada masa remaja didefinisikan oleh dua versi yang berbeda yang melengkapi penemuan kedewasaan. Dimasukkannya pengalaman gadis remaja membawa perspektif baru untuk teori perkembangan dengan memperluas konsep identitas untuk menyertakan interkoneksi, tanggung jawab dan kepedulian adalah bahan yang diperlukan dalam perkembangan remaja. Perbedaan antara remaja laki – laki dan perempuan menurut teori yang disampaikan oleh Gilligan telah memungkinkan gadis – gadis remaja masa kini untuk menjadi feminin dan tegas.

II.1.4.6 Teori Budaya Antropologi yang telah mempelajari remaja dalam budaya yang berbeda bahwa budaya primitif memiliki stres dengan jangka waktu sedikit daripada yang dialami oleh remaja Amerika dan menyimpulkan bahwa pemberontakan remaja secara budaya ...


Similar Free PDFs