BEHAVIOR MAPPING-PEMETAAN PERILAKU DALAM PENELITIAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PDF

Title BEHAVIOR MAPPING-PEMETAAN PERILAKU DALAM PENELITIAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR
Author Muhamad Ratodi
Pages 18
File Size 680 KB
File Type PDF
Total Downloads 57
Total Views 184

Summary

BEHAVIOR MAPPING Pemetaan Perilaku dalam Penelitian & Perancangan Arsitektur How to cite this: Ratodi, M. (2017). Behavior Mapping - Pemetaan Perilaku dalam Penelitian & Perancangan Arsitektur. Lecture material presented at the Perilaku Dalam Arsitektur, Surabaya. Problem Dalam setiap lingku...


Description

BEHAVIOR MAPPING Pemetaan Perilaku dalam Penelitian & Perancangan Arsitektur

How to cite this: Ratodi, M. (2017). Behavior Mapping - Pemetaan Perilaku dalam Penelitian & Perancangan Arsitektur. Lecture material presented at the Perilaku Dalam Arsitektur, Surabaya.

Problem Dalam setiap lingkungan buatan manusia, kemungkinan perbedaan maksud atau tujuan dari desain dengan bagaimana desain benarbenar digunakan sangatlah mungkin timbul

Solusi Pemetaan Perilaku memungkinkan peneliti untuk menentukan bagaimana peserta menggunakan ruang yang dirancang dengan merekam perilaku peserta dan / atau melacak pergerakan partisipan di dalam ruang itu sendiri.

PEMETAAN PERILAKU Untuk Apa?

Kapan digunakan?

• Pemetaan perilaku dapat berguna untuk membantu mengidentifikasi pola pergerakan dan perilaku manusia di lingkungan tertentu.

• Saat merencanakan perbaikan pada ruang yang ada, memperbaiki keseluruhan desain ruang atau mengkonfirmasikan bahwa ruang yang baru dirancang atau didesain ulang mendukung perilaku yang dituju.

Proses Metodologi ini bersifat “tidak mengganggu” (dilakukan "di kejauhan") dan sering dilakukan di tempat umum, jadi persetujuan peserta mungkin tidak diperlukan. Pemetaan Perilaku bersifat “person-centred”, terdiri dari 4 komponen proses, yakni Material, Parameter, Record (catatan), Analisis

ANALYSIS

RECORD

PARAMETER MATERIAL

1.Material

• Mulailah dengan rencana lokasi atau gambar peta area yang sedang dipelajari, sketsa di atas kertas atau dibuat dengan aplikasi perangkat lunak grafis. • Buatlah sejumlah fotokopi atau cetakan peta seperlunya. (Satu lembar peta dapat menangkap gerakan dan perilaku, mengumpulkan data secara visual dalam prosesnya, namun ini mungkin lebih sulit dibaca daripada melacak peserta individual pada lembaran terpisah.)

2.Parameter

• Cantumkan perilaku yang akan direkam selama pengamatan. Langkah penting ini membantu peneliti menghindari membuat asumsi tentang perilaku yang mungkin mereka hadapi selama penelitian berlangsung. Ini juga membantu mereka menghindari godaan untuk mencatat setiap perilaku yang diamati daripada yang dianggap paling relevan dengan pertanyaan penelitian. • Kembangkan metode notasi untuk menemukan perilaku yang tercatat di peta, seperti inisial, simbol atau titik warna. Beberapa studi dapat memanfaatkan perekaman setiap gerakan peserta melalui ruang (biasanya ditunjukkan sebagai garis pada peta). Namun, peneliti mungkin juga ingin mencatat berbagai arah yang dihadapi peserta, atau perhatikan tempat di mana peserta berhenti bergerak.

3.Record

• Setiap peneliti mencatat perilaku satu peserta secara tunggal, membuat notasi di peta sampai salah satu syarat untuk menghentikan observasi terpenuhi. Pada titik ini, peneliti baru bias mengamati peserta berikutnya yang datang. (Catatan: peneliti harus menghindari pengamatan yang tumpang tindih - dengan kata lain, tidak ada dua peneliti yang harus melacak individu yang sama.)

4.Analysis

• Melihat hasilnya secara keseluruhan seringkali merupakan langkah awal yang berguna. Misalnya, secara visual menyatukan hasil amatan jalur yang diambil peserta dapat membantu menentukan zona lalu lintas yang padat dibandingkan area yang kurang dimanfaatkan. (Ingat bahwa pemetaan perilaku biasanya dikombinasikan dengan metode kualitatif lainnya dalam upaya untuk mengungkap motivasi peserta.)

Place-Centred • Tidak memerlukan "tracking/pelacakan '" pada setiap gerakan individu melalui sebuah ruang. Sebaliknya, area/ruang tersebut dengan cepat disurvei sekaligus dan semua perilaku dicatat di peta. Selanjutnya "snapshot" dapat diambil pada interval untuk membantu mengidentifikasi pola yang konsisten. Berguna untuk menentukan bagaimana berbagai area dalam ruang yang digunakan.

Chart-based • Metode ini hanya menghitung perilaku dalam bentuk grafik, sering kali bersamaan dengan data waktu, dan bukan menempatkannya di peta lingkungan. Berguna bila fitur lingkungan bukan fokus utama

Pelacakan Jejak • Mengamati bukti fisik kegiatan, biasanya sebagai jejak fisik yang nampak (misal: jejak pola lalu lalang atau jejak pengguna di halaman terbuka)

CARS, SOPLAY, SOPARC, OSRAC-P* • Empat dari beberapa model formal untuk pemetaan perilaku dengan fokus khusus pada aktivitas fisik anak-anak.

GPS / GIS / RFID / WLAN • Teknologi yang memungkinkan pelacakan pergerakan pejalan kaki, pesepeda, kendaraan, keranjang belanja, dll secara otomatis.

Time-Lapse Video • Berguna untuk merekam pola kendaraan atau pejalan kaki, atau penggunaan ruang dalam periode yang lebih lama. Data dikumpulkan dengan meninjau materi pada langkah kedua. Shadowing / Membayangi • Children Activity Rating Scale • System for Observing Play and Leisure Activity in Youth • System for Observing Play and Recreation in Communitues • Observational System for Recording Physical Activity in Children – Preschool

• Meskipun agak mirip dengan pemetaan perilaku, teknik ini mengharuskan peserta mengikuti dengan seksama untuk melacak gerakan dan perilaku mereka, sambil melontarkan dengan pertanyaan gaya wawancara untuk mendapatkan data kualitatif "tepat di tempat" tentang penalaran atau motivasi peserta.

Contoh Aplikasi Pemetaan Perilaku Pemetaan perilaku yang berpusat pada ruang (Place-centred Behavior Mapping) dilakukan di fasilitas perawatan jangka panjang pasien demensia sebelum renovasi berlangsung. Peneliti/Arsitek mengidentifikasi bagaimana pasien berinteraksi dengan ruang, dan ruang mana yang sering digunakan. Dengan hasil tersebut, desainer mampu menciptakan lingkungan yang aman bagi penggunanya.

Contoh Aplikasi Pemetaan Perilaku Pemetaan perilaku terpusat pada tempat (Place-centred Behavior Mapping) digunakan di lingkungan luar yang melibatkan anak-anak di pusat penitipan anak. Periset mencatat area mana yang paling banyak dimainkan anak-anak. Sebuah studi seperti ini bisa menentukan di titik mana dana harus paling banyak dialokasikan saat merancang taman bermain untuk anakanak.

Contoh Aplikasi Pemetaan Perilaku Pemetaan perilaku berpusat pada orang (Peoplecentred Behavior Mapping) digunakan di gedung perkantoran yang baru saja direnovasi. Karyawan ditanyai tentang perilaku mereka pada jangka waktu 3-, 6-, dan 12 bulan dari pekerjaan mereka. Pengamatan ini mengungkapkan bahwa beberapa area fisik kurang dimanfaatkan dan uang yang dihabiskan untuk renovasi dan perbaikan tidak memberikan nilai setara bagi karyawan. Melakukan studi pemetaan perilaku SEBELUM renovasi akan membantu organisasi mengalokasikan sumber daya keuangan dengan lebih bijaksana.

Contoh Aplikasi Pemetaan Perilaku Pemetaan perilaku terpusat pada tempat (Place-centred Mapping Behavior) digunakan di Coffe Shop untuk mengidentifikasi aktivitas apa yang dilakukan pengunjung sepanjang hari. Apakah pelanggan duduk dan membaca? Bekerja dgn laptop mereka? Bertemu dengan teman? Meletakkan kaki mereka ke atas? Dengan mengetahui jawaban atas pertanyaan ini Anda bisa merancang kedai kopi yang memenuhi kebutuhan masyarakat yang sering menggunakan ruang tersebut.

Pola Perilaku Pasien pada Ruang Tunggu Operasi RSUD Sutomo

Pola Perilaku Pasien pada Ruang Tunggu Operasi RSUD Sutomo

TUGAS KELOMPOK • Buat dua kelompok • 1 kelompok diminta untuk membuat pemetaan perilaku pada area indoor, sedangkan kelompok lain area outdoor (silahkan disepakati) • Area amatan bersifat publik dan lakukan dengan tahapan MPRA • Lakukan analisis terhadap hasil pemetaan dan rekomendasi dari sisi perancangan (jika diperlukan) • Di presentasikan pada pertemuan berikutnya...


Similar Free PDFs