Buku Kelapa Sawit di Pasang Surut Chapter 1 PDF

Title Buku Kelapa Sawit di Pasang Surut Chapter 1
Author Agus Widanarko
Pages 17
File Size 423.9 KB
File Type PDF
Total Downloads 585
Total Views 979

Summary

Kupas Tuntas Teknik Budidaya Kelapa Sawit Di Areal Pasang Surut – SumSel BAB I PENDAHULUAN BAB. I PENDAHULUAN A. SEJARAH KELAPA SAWIT 1. ASAL TANAMAN KELAPA SAWIT Menurut FAO, Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis jacq) berasal dari hutan hujan tropis Afrika, yaitu dari hutan hujan tropis Kamerun...


Description

Kupas Tuntas Teknik Budidaya Kelapa Sawit Di Areal Pasang Surut – SumSel BAB I PENDAHULUAN

BAB. I PENDAHULUAN A. SEJARAH KELAPA SAWIT 1. ASAL TANAMAN KELAPA SAWIT Menurut FAO, Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis jacq) berasal dari hutan hujan tropis Afrika, yaitu dari hutan hujan tropis Kamerun, Pantai Gading, Ghana, Liberia, Nigeria, Sierra Leone, Togo dan ke daerah khatulistiwa Angola dan Kongo. Penduduk setempat menggunakan kelapa sawit untuk memasak dan sebagai bahan untuk kecantikan. Pengolahan buah kelapa sawit untuk minyak nabati telah dipraktekkan di Afrika selama ribuan tahun, dan minyak yang dihasilkan, sangat bervariasi warna dan rasanya. Minyak kelapa sawit kaya akan karotenoid, (pigmen yang ditemukan pada tumbuhan dan hewan) yang menghasilkan warna merah. Komponen utama dari gliserida yang terkandung didalamnya adalah asam lemak jenuh palmitat yang menyebabkan minyak sawit kental-semi padat dan menjadi lemak padat di daerah beriklim sedang. Minyak sawit merupakan bahan penting dalam banyak masakan tradisional Afrika Barat. Proses tradisional yang sederhana, tapi membosankan dan tidak efisien.

Gambar 1. Pengolahan Sawit Tradisional

Selama abad ke-14 sampai ke-17 beberapa buah sawit dibawa ke Amerika dan dari sana terus dikembangkan sampai ke Amerika bagian Timur. Perkembangan pengolahan sawit terutama Pabrik tampaknya telah lebih berkembang di Amerika Timur, sehingga memberikan produksi komersial terbesar sebagai tanaman ekonomi jauh dari pusat asalnya.

1

Rustam E. Lubis & Agus Widanarko

Kupas Tuntas Teknik Budidaya Kelapa Sawit Di Areal Pasang Surut – SumSel BAB I PENDAHULUAN Karena kelapa sawit memegang peranan penting bagi dunia perekonomian sebagai sumber tinggi penghasil minyak nabati, kelapa sawit sekarang ditanam sebagai tanaman perkebunan di sebagian besar negara yang memiliki curah hujan tinggi (minimal 1.600 mm / th) di iklim tropis. Perkembangan industri kelapa sawit di negara daerah tropis telah didorong oleh potensi produktivitas yang sangat tinggi. Kelapa sawit memberikan hasil tertinggi minyak per satuan luas dibandingkan dengan tanaman lainnya dan menghasilkan dua jenis minyak yang berbeda yaitu minyak kelapa sawit dan minyak sawit kernel (inti) yang keduanya penting dalam perdagangan dunia. 2. AWAL PERDAGANGAN KELAPA SAWIT Perdagangan minyak kelapa sawit dalam dunia internasional dimulai pada pergantian abad kesembilan belas, sedangkan perdagangan kernel dan minyak inti kelapa sawit baru dikembangkan setelah tahun 1832. Minyak kelapa sawit mungkin juga telah diperdagangkan dengan jalur darat, karena bukti arkeologi menunjukkan bahwa minyak sawit kemungkinan besar tersedia di Mesir kuno. Penggalian sebuah makam awal di Abydos, diperkirakan sekitar tahun 3000 SM, ditemukan "beberapa Kilogram minyak masih dalam bentuk aslinya didalam sebuah bejana" (Friedel 1897). Sebuah sampel bahan dari makam tersebut diserahkan kepada analisis kimia secara hati-hati dan ditemukan terutama terdiri dari asam palmitat, gliserol dalam bentuk asam lemak bebas, Gambar 2. Minyak di Mesir 3000SM dan campuran asam azelat dan pimelic. Senyawa yang terakhir adalah produk oksidasi normal asam lemak, dan analis menyimpulkan bahwa bahan asli mungkin kelapa sawit, sebagian terhidrolisis dan teroksidasi selama penyimpanan yang panjang. Mengingat jumlah yang agak besar ditemukan, minyak tersebut mungkin ditujukan untuk tujuan diet bukan sebagai bahan kosmetik. Kelapa sawit menjadi komoditi pokok untuk kapal kargo budak setelah penghapusan perdagangan budak. Pembentukan perdagangan minyak kelapa sawit dari Afrika Barat terutama hasil dari Revolusi Industri di Eropa. Sebagian orang di Eropa mulai mengambil langkah dalam pemurnian minyak sawit dalam hal kebersihan dan higienis produknya. (Northrup 1978: 178-86; Hartley 1988). Permintaan yang tinggi untuk sabun mengakibatkan permintaan minyak nabati melonjak untuk pembuatan sabun dan untuk penggunaan lainnya. Revolusi Industri Inggris menciptakan permintaan minyak sawit untuk membuat lilin dan sebagai pelumas mesin. Pada awal abad kesembilan belas, petani Afrika Barat mulai memasok minyak melalui perdagangan ekspor sederhana, serta produksi kelapa sawit untuk kebutuhan 2 Rustam E. Lubis & Agus Widanarko

Kupas Tuntas Teknik Budidaya Kelapa Sawit Di Areal Pasang Surut – SumSel BAB I PENDAHULUAN pangan mereka sendiri. Setelah tahun 1900, perkebunan yang dikelola Eropa didirikan di Afrika Tengah dan Asia Tenggara, dan perdagangan dunia minyak kelapa sawit terus tumbuh perlahan, mencapai tingkat 250.000 ton (metrik ton) per tahun pada tahun 1930 (Kekaisaran Pemasaran Dewan 1932: 117 - 23; Hartley 1988: 8-23; Lynn 1989: 227-31). Dalam sebuah program baru untuk mendorong minat investasi para pengusaha dibenua Eropa khususnya di perkebunan kelapa sawit, sejak tahun 1922 Belgia mulai untuk menyelidiki penemuan Jerman yaitu benih kelapa sawit hibrida hasil persilangan. Sebuah kebun percobaan kelapa sawit Tenera diciptakan di stasiun penelitian Yangambi di Kongo, dan pada tahun 1930-an lahan ini menjadi sasaran program pengujian dan penelitian selama tiga tahun oleh M. Beirnaert. Sementara itu, pihak swasta juga telah memulai penanaman benih Tenera yang dilakukan oleh Unilever dan anak perusahaannya, Perusahaan United Africa Company, British Cameroon dan perusahaan Belgia itu sendiri (Courade 1977; Fieldhouse 1978). Benih Tenera juga menemukan jalan ke Sumatra dan Malaya pada tahun 1920, dan berkembang cukup baik disana, meskipun di Afrika Tengah gagal untuk berkembang biak. Percobaan mendalam Beirnaert akhirnya menunjukkan hasil dimana Tenera sebenarnya merupakan hasil perkawinan hibrida dari dua jenis lainnya, yaitu Dura yang bercangkang tebal dan Pisifera yang bercangkang tipis, dan ketika menyerbuk sendiri akan menghasilkan 50 persen Tenera, 25 persen Dura dan 25 persen Pisifera (Beirnaert dan Vanderweyen 1941). Sementara itu, penemuan dari proses hidrogenasi untuk minyak dan lemak pada tahun 1902 menciptakan kemungkinan kinerja benua bagian barat (Amerika) sebagai penghasil produk kelapa sawit, misalnya dalam pembuatan margarin. Namun hidrogenasi lebih berguna untuk minyak cair seperti kacang tanah, inti sawit, dan minyak kelapa daripada minyak sawit. Setelah Perang Dunia II, perbaikan lebih lanjut dalam teknologi pengolahan kelapa sawit dan metode transportasi memungkinkan untuk menggunakan minyak sawit sebagian besar dalam produk makanan Amerika (Lim 1967: 130-2; Martin 1988: 45-8). Sebuah ekspansi yang cepat dari perdagangan ekspor minyak sawit, disertai dengan pertumbuhan yang signifikan di sektor perkebunan produksi berlangsung antara tahun 1962 dan 1982 dimana dunia ekspor minyak sawit meningkat dari sekitar 500.000 menjadi 2.400.000 juta ton per tahun, dan Malaysia muncul sebagai produsen terbesar di dunia yang mencapai 56 persen dari total produksi minyak sawit dunia dan menjadi 85 persen ekspor minyak sawit dunia pada tahun 1982. Peningkatan produksi di Malaysia dicapai terutama oleh sektor perkebunan swasta, yang meningkatkan kepemilikan minyak sawit lebih dari sepuluh kali lipat pada 1960-an dan 1970-an, dan oleh Federal Land Development Authority (FELDA), yang berskala besar dengan skema terorganisir serta memfokuskan produksi minyak dari perkebunan sawit di sepanjang garis khatulistiwa, (Khera 1976: 183-5; Moll 1987: 140-62). Pada tahun 1990, produksi dunia telah mencapai hampir 11.000.000 ton per tahun, dengan fluktuasi minyak yang diperdagangkan di seluruh dunia mencapai 8.500.000 ton (Mielke 3 Rustam E. Lubis & Agus Widanarko

Kupas Tuntas Teknik Budidaya Kelapa Sawit Di Areal Pasang Surut – SumSel BAB I PENDAHULUAN 1991: 110). Meskipun minyak sawit merah masih digunakan dalam sup dan masakan tradisional di Afrika Barat dan di tempat lain di dunia, minyak kelapa sawit yang dikonsumsi lebih banyak dalam bentuk yang sangat halus. Campuran makanannya bervariasi dari vanaspati dan ghee dari India untuk margarin, minyak goreng, dan biskuit dari Eropa dan Amerika Serikat. Menurut Palm Oil Review yang diterbitkan oleh Tropical Development and Research Institute di Inggris, lebih dari 3 juta ton minyak sawit diproduksi oleh Indonesia & Malaysia pada tahun 1983. Lebih tinggi 2x lipat jika dibandingkan dengan total produksi Afrika yang hanya sekitar 1,3 juta ton. Review ini tidak bermaksud untuk membahas faktor yang menyebabkan kinerja spektakuler Indonesia dan Malaysia. Namun di negara-negara dengan penelitian yang solid dan pengembangan yang telah dilakukan dengan didukung oleh keinginan sadar untuk menerapkan hasil penelitian menyebabkan pengembangan budaya perkebunan yang diperoleh dari budidaya yang panjang dengan pengolahan minyak yang baik sebagai hasil budidaya perkebunan kelapa sawit skala besar. Penguasaan teknologi dan mekanisasi secara cepat, bersama dengan dukungan pemerintah untuk sawit sebagai tanaman industri menghasilkan kebijakan pembangunan yang sistematis dan strategis di dunia industri dengan memfasilitasi investasi pihak swasta di sektor ini sehingga perkebunan kelapa sawit semakin meningkat. Faktor-faktor diatas serta banyak faktor lainnya semua memainkan peran dalam pengembangan kenaikan produksi di benua Asia untuk menonjol dalam industri kelapa sawit. 3. KELAPA SAWIT DI INDONESIA Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah Belanda pada tahun 1848, saat itu tanaman kelapa sawit masuk ke Indonesia dan daerah-daerah lain di Asia sebagai tanaman hias. Ada 4 tanaman yang ditanam di Kebun Raya bogor (Botanical Garden) Bogor, dahulu bernama Buitenzorg, dua berasal dari Bourbon (Mauritius) dan dua lainnya dari Hortus Botanicus, Amsterdam (Hartley 1988, 21). Pada tahun 1853 keempat tanaman tersebut telah berbuah dan bijinya disebarkan secara gratis. Pada pengamatan tahun berikutnya, ternyata keempat tanaman tersebut tumbuh subur dan berbuah lebat. Walaupun berbeda waktu penanaman (asal Bourbon lebih dulu dua bulan), tanaman tersebut berbuah dalam waktu yang sama, mempunyai tipe yang sangat beragam, kemungkinan diperoleh dari sumber genetik yang sama. Uji coba penanaman kelapa sawit pertama di Indonesia dilakukan di karesidenan Banyumas seluas 5,6 Ha dan di karisidenan Palembang (Sumatera Selatan) seluas 2,02 Ha. Hasil uji coba tersebut menunjukkan bahwa tanaman kelapa sawit telah berbuah pada tahun keempat setelah ditanam dengan tinggi batang 1,5 m, sedangkan di negeri asalnya baru berbuah pada tahun keenam atau ketujuh. Selanjutnya uji coba dilakukan di Muara Enim tahun 1869, Musi Ulu 1870 dan Biliton 1890 (Van Heurn, 1948) tetapi tidak begitu baik pertumbuhannya. Hal ini baru disadari kemudian, bahwa iklim daerah Palembang kurang sesuai untuk pertumbuhan kelapa 4 Rustam E. Lubis & Agus Widanarko

Kupas Tuntas Teknik Budidaya Kelapa Sawit Di Areal Pasang Surut – SumSel BAB I PENDAHULUAN sawit pada saat itu. Namun seiring berkembangnya varietas tanaman kelapa sawit, saat ini Kelapa sawit dapat tumbuh hampir di seluruh wilayah Indonesia. Selama 40 – 50 tahun sesudah tanaman kelapa sawit masuk ke Indonesia, tanaman ini hanya digunakan sebagai tanaman hias, barulah pada tahun Pada tahun 1911, kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial diperkebunkan di Sumatera Utara, hanya 9,1% di Lampung dan 4,1 % di Aceh (Daswir dan Panjaitan, 1981). Perintis usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Adrien Hallet (orang Belgia). Budidaya yang dilakukannya diikuti oleh K.Schadt yang menandai lahirnya perkebunan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh. Kemudian dikembangkan ke Sumatera Utara, ternyata sungguh baik. Keunggulan kelapa sawit Sumatera Utara sudah dikenal sejak sebelum perang dunia ke II dengan varietas Dura Deli (bahasa Inggirs: Deli Dura) yakni tanaman kelapa sawit yang ditanam di Tanah Deli (Medan dan sekitarnya). Luas areal perkebunan mencapai 5.123 Ha. Pusat pemuliaan dan penangkaran kemudian didirikan di Marihat (terkenal sebagai AVROS), Sumatera Utara dan di Rantau Panjang, Kuala Selangor, Malaya pada 1911-1912. Di Malaya, perkebunan pertama dibuka pada tahun 1917 di Ladang Tenmaran, Kuala Selangor menggunakan benih dura Deli dari Rantau Panjang. Pada tahun 1919 Indonesia mengekspor minyak sawit sebesar 576 ton dan pada tahun 1923 mengekspor minyak inti sawit sebesar 850 ton. Pada masa pendudukan Belanda, perkebunan kelapa sawit maju pesat sampai bisa menggeser dominasi ekspor Negara Afrika pada saat itu, tanaman kelapa sawit digelari sebagai komoditi primadona karena memberi keuntungan yang melimpah. Dengan adanya “boom” ini, perluasan areal dapat terealisasi dengan kemajuan yang pesat . Pada tahun 1957, setelah Belanda dan Jepang meninggalkan Indonesia, pemerintah mengambil alih perkebunan (dengan alasan politik dan keamanan). Untuk mengamankan jalannya produksi, pemerintah meletakkan perwira militer di setiap jenjang manajemen perkebunan. Pemerintah juga membentuk BUMIL (Buruh Militer) yang merupakan kerja sama antara buruh perkebunan dan militer. Perubahan manajemen dalam perkebunan dan kondisi sosial politik serta keamanan dalam negeri yang tidak kondusif, menyebabkan produksi kelapa sawit menurun dan posisi Indonesia sebagai pemasok minyak sawit dunia terbesar tergeser oleh Malaysia. kalau sebelum perang dunia ke II, Sumatera Utara dan Aceh adalah penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia, tetapi setelah perang Malaysia adalah penghasil minyak sawit yang utama. Ini berkat kemajuan Malaysia mengelola perkebunan sawit secara efisien dan didukung oleh penelitian dan pengembangan teknologi yang mantap.

5

Rustam E. Lubis & Agus Widanarko

Kupas Tuntas Teknik Budidaya Kelapa Sawit Di Areal Pasang Surut – SumSel BAB I PENDAHULUAN Lahan perkebunan mengalami penyusutan sebesar 16% dari total luas lahan yang ada sehingga produksi minyak sawit pun di Indonesia hanya mencapai 56.000 ton pada tahun 1948 / 1949, padahal pada tahun 1940 Indonesia mengekspor 250.000 ton minyak sawit. Pada masa pemerintahan Orde Baru, pembangunan perkebunan diarahkan dalam rangka menciptakan kesempatan kerja, meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan sektor penghasil devisa Negara. Pemerintah terus mendorong pembukaan lahan baru untuk perkebunan. Sampai pada tahun 1980, luas lahan mencapai 294.560 Ha dengan produksi CPO (Crude Palm Oil) sebesar 721.172 ton. Sejak itu lahan perkebunan kelapa sawit Indonesia berkembang pesat terutama perkebunan rakyat. Menurut Dirjen Perkebunan luas areal, produksi dan ekspor kelapa sawit dari tahun 1916 s.d. 2006 menunjukkan angka yang sangat signifikan dan fantastis terutama antara tahun 1990 sd. 2006, dimana untuk total luas areal dari 1.126.677 ha menjadi 6.074.926 ha, sedangkan untuk produksi minyak sawit meningkat dari 7.000.508 ton menjadi 16.000.211 ton dan ekspornya dari 4.110.027 ton menjadi 12.101.000 ton. Total luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia tahun 2006 sejumlah 6.074.926 ha, dari jumlah tersebut sejumlah 4.582.733 ha atau 75,4 % berada di Pulau Sumatera dengan lahan terluas di Provinsi Riau yaitu 1.409.715 ha. Berdasarkan data perkembangan Ekspor CPO tahun 2005 menunjukkan bahwa India merupakan negara tujuan ekspor terbesar yaitu dengan jumlah volume 1.786.000 ton, sedangkan untuk Eropa, Belanda merupakan negara tujuan ekspor terbesar yaitu 493.000 ton. Sekarang ini perkebunan kelapa sawit sudah tersebar luas di berbagai propinsi lain termasuk di Pulau Jawa. Perluasan areal perkebunan kelapa sawit terus berlanjut akibat meningkatnya harga minyak bumi sehingga peran minyak nabati meningkat sebagai energi alternatif. Hal ini didukung oleh kebijakan Pemerintah yang melaksanakan program Perusahaan Inti Rakyat Perkebunan (PIR-BUN) ataupun Perseoran Terbatas Perkebunan Nusantara (PTPN) yang kebanyakan berpusat di Sumatera Utara, dan Riau serta pembukaan lahan baru oleh perusahaan asing maupun swasta nasional.

6

Rustam E. Lubis & Agus Widanarko

Kupas Tuntas Teknik Budidaya Kelapa Sawit Di Areal Pasang Surut – SumSel BAB I PENDAHULUAN

B. Kelapa Sawit. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak, minyak industri, bahan bakar (biodiesel), dan dapat juga digunakan untuk industri sabun, lilin dan dalam pembuatan lembaran-lembaran timah serta industri kosmetik. Perkebunannya menghasilkan keuntungan besar sehingga banyak hutan dan perkebunan lama dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit. Usaha perkebunan kelapa sawit merupakan potensi bisnis perkebunan yang sangat menguntungkan. Kelapa sawit sangat bermanfaat mulai dari industri makanan sampai industri kimia. Industri makanan mentega, shortening, coklat, additive, ice cream, pakan ternak, minyak goreng, produk obat–obatan dan kosmetik, krim, shampoo, lotion, pomade, vitamin and beta carotene juga memerlukan minyak sawit. Industri berat dan ringan, industri kulit (untuk membuat kulit halus dan lentur dan tahan terhadap tekanan tinggi atau temperatur tinggi), cold rolling and fluxing agent pada industri perak, dan juga sebagai bahan pemisah dari material cobalt dan tembaga di industri logam juga membutuhkan bahan baku dari hasil kelapa sawit. Tak heran dalam beberapa tahun kedepan Kelapa Sawit akan menjadi primadona Tanaman Perkebunan.

B.1. Botani Tanaman Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) termasuk ke dalam famili Palmae dan subkelas Monocotyledoneae. Spesies lain dari genus Elaeis adalah E.melanococca yang dikenal sebagai kelapa sawit Amerika Latin. Beberapa varietas unggul yang ditanam adalah : Dura, Pisifera dan Tenera.

Gambar 3. Varietas Kelapa Sawit

Kriteria Ketebalan Cangkang (mm) % Cangkang/buah % Mesocarp/daging buah % Inti Buah Kadar Minyak

DURA 2 – 5 mm 20 – 50 % 20 – 65 % 4 – 20 % rendah

7

TENERA Tidak Ada N.A. 90 – 92 % 3–8% tinggi

PISIFERA 1 – 2.5 mm 3 – 20 % 60 – 90 % 3 – 15 % sedang

Rustam E. Lubis & Agus Widanarko

Kupas Tuntas Teknik Budidaya Kelapa Sawit Di Areal Pasang Surut – SumSel BAB I PENDAHULUAN B.2. Morfologi kelapa sawit adalah sebagai berikut: 1. Akar Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman berbiji satu (monokotil) dengan jenis akar serabut. Pada awal perkecambahan akar pertama muncul dari biji yang berkecambah disebut radikula yang selanjutnya radikula akan mati dan membentuk akar utama/primer, kemudian akar primer akan membentuk akar sekunder, tertier dan kuartener. Perakaran kelapa sawit yang telah terbentuk sempurna biasanya memiliki akar primer dengan diameter 5 – 10 mm, akar sekunder 2 – 4 mm, akar tersier 1 -2 mm dan akar kuartener 0,1 – 0,3 mm. Akar yang paling aktif menyerap air dan unsur hara adalah akar tersier dan kuartener yang berada pada kedalaman 0 – 60 cm dengan jarak 2 – 3 m dari pangkal pohon.

Gambar 4. Perkembangan Perakaran Kelapa Sawit

2. Batang Tanaman kelapa sawit memiliki batang lurus, melawan arah gravitasi bumi, dapat berbelok jika tanaman doyong/tumbang, dalam beberapa kasus dapat bercabang. Fungsi utama batang adalah sebagai sistem pembuluh yang mengangkut air dan hara mineral dari akar melalui xylem serta mengangkut hasil fotosintesis melalui floem. Fungsi lain dari batang adalah sebagai penyangga daun, bunga dan buah serta dapat sebagai penyimpan cadangan makanan. Batang kelapa sawit berbentuk silinder dengan diameter sekitar 10 cm pada tanaman muda hingga 75 cm pada tanaman tua. Bagian bawah batang agak membesar disebut bonggol dengan diameter lebih besar 10 – 20% dari batang bagian atas. Daun Pelepah yang menempel membalut batang dengan susunan 8

Rustam E. Lubis & Agus Widanarko

Kupas Tuntas Teknik Budidaya Kelapa Sawit Di Areal Pasang Surut – SumSel BAB I PENDAHULUAN spiral disebut filotaksis atau biasa dikenal sebagai ”spiral genetik”. Umumnya spiral genetik ini dapat memutar ke kanan atau ke kiri mengikuti deret Fibonacci dengan kelipatan 8, namun tidak jarang ditemui kelipatan 5, 13 ataupun 21. Pangkal pelepah ini akan mulai rontok pada saat umur sawit mencapai 15 tahun, namun pada spesies tertentu varietas Dura tidak jarang pelepah sudah rontok pada tanaman berumur 10 tahun. Tinggi batang bertambah sekitar 45 cm per tahun. Dalam kondisi lingkungan yang sesuai pertambahan tinggi dapat mencapai 100 ...


Similar Free PDFs