BUKU KUALITATIF PDF.pdf PDF

Title BUKU KUALITATIF PDF.pdf
Author Doni Tobroni
Pages 73
File Size 1.1 MB
File Type PDF
Total Downloads 178
Total Views 725

Summary

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN A. Masalah Penelitian Mengemukakan suatu permasalahan dalam penelitian ilmiyah sangat penting, hal ini disebabkan penelitian tanpa ada masalah yang mendasari penelitian tidak mungkin terlaksana, penelitian ilmiyah dilaksanakan disebabkan adanya permasalahan yang mendesak...


Description

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN

A. Masalah Penelitian Mengemukakan suatu permasalahan dalam penelitian ilmiyah sangat penting, hal ini disebabkan penelitian tanpa ada masalah yang mendasari penelitian tidak mungkin terlaksana, penelitian ilmiyah dilaksanakan disebabkan adanya permasalahan yang mendesak untuk diteliti sehingga mendapatkan berbagai temuan yang dapat dijadikan sebagai landasan dalam upaya perbaikan dan penyelesaikan masalah yang terjadi. Menurut Notoatmodjo (2002) masalah penelitian secara umum dapat diartikan sebagai suatu kesenjangan antara yang seharusnya dengan apa yang terjadi tentang sesuatu hal, atau antara kenyataan yang ada atau terjadi dengan yang seharusnya ada atau terjadi serta antara harapan dan kenyataan. Menurut F.N Kelinger dalam Arikunto (1996) variabel sebagai sebuah konsep seperti halnya laki-laki dan konsep jenis kelamin, insaf dam konsep kesadaran. Dalam suatu penelitian harus ditemukan terlebih dahulu masalah-masalah yang berkaitan dengan kajian penelitian, untuk itu diperlukan persyaratan penelitian bersifat ilmiyah, Nasution (1996) mengatakan bahwa suatu penelitian bersifat ilmiyah apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1. Masalah itu hendaknya bertalian dengan konsep-konsep yang pokok ataupun hubungan antara konsep-konsep yang pokok. 2. Masalah itu hendaknya mengembangkan atau memperluas cara-cara mentes suatu teori. 3. Masalah itu memberikan sumbangan kepada pengembangan metodelogi penelitian dengan menemukan alat, teknik dan metode baru. 4. Masalah itu hendaknya memanfaatkan konsep-konsep, teoriteori atau data dan teknik dari disiplin-disiplin bertalian. 1

5. Masalah itu hendaknya dituangkan dalam bentuk desain yang cermat dengan uraian yang diteliti mengenai variablevariabelnya serta menggunakan metode yang paling serasi. Menurut Hulley & Cummings dalam Siswanto, dkk (2013) permasalahan sebagai topik penelitian harus memenuhi persyaratan atau kriteria “FINER” (yaitu: Feasible, Interisting, Novel, Ethical, Relevan), maksudnya: 1. Feasible: tersedia cukup subjek penelitian, dana, waktu, alat dan keahlian. 2. Interisting: masalah yang akan diangkat untuk topik penelitian hendaknya yang aktual sehingga menarik untuk diteliti. 3. Novel: masalah dapat membantah atau mengkonfirmasi penemuan atau penelitian terdahulu, melengkapi atau mengembangkan hasil penelitian sebelumnya, atau menemukan sesuatu yang baru. 4. Ethical: masalah penelitian hendaknya tidak bertentangan dengan Etika. Hal-hal yang dapat dipermasalahkan dalam penelitian adalah masalah (problem) atau peluang (opportunity) yang didefenisikan dengan jelas, baik keluasannya maupun kedalamannya. Masalah merupakan kesenjangan atau perbedaan apa yang diharapkan dengan apa yang terjadi (Bambang Tri Cahyono, 1996:7). Masalah diartikan sebagai suatu situasi dimana suatu fakta yang terjadai sudah menyimpang dari batasan toleransi yang diharapkan. Sedangkan peluang adalah suatu kondisi eksternal yang menguntungkan jika dapat dirah dengan usaha-usaha tertentu tetapi dapat juga secara langsung atau tidak langsung menjadi ancaman bila peluang itu dapat dimanfaatkan oleh pesaing (Husein Umar, 1999: 8). Masalah penelitian menurut Juliandi, (2004:8) adalah hal-hal yang berkaitan dengan: masalah atau problema (problem), peluang (opportunity), ketertarikan (anxiety), keraguan atau ketidakpastian (uncertainty), ketiadaan (blankness), kelangkaan (rarely), kemerosotan (decline), ketertinggalan (left behind). Masalah riset merupakan suatu pernyataan informasi spesifik yang dibutuhkan pihak pengambil keputusan untuk membantu memecahkan masalah keputusan manajemen. Ketika masalah atau 2

peluang telah diketahui maka sebuah riset akan mendapatkan gambarannya (McDaniel dan Gates, 2001, 52). Suatu permasalahan yang baik memiliki beberapa karakteristik, karakteristik tersebut sebagai berikut: Pertama, peneliti memiliki keahlian dalam bidang yang dikaji. Kedua, tingkat kemampuan peneliti memang sesuai dengan tingkat kemampuan yang diperlukan untuk mememecahkan permasalahan yang ada. Ketiga, Peneliti memiliki sumber daya yang diperlukan. Keempat, peneliti telah mempertimbangkan kendala waktu, dana, dan berbagai kendala lain dalam pelaksanaan penelitian yang dilakukan (Kuncoro, 2003:26). Dalam menentukan permasalahan dalam suatu kajian memiliki beberapa petunjuk yang dapat digunakan dalam mencari permasalahan yang akan ditampilkan dalam penelitian ilmiyah, petunjuk untuk mengatasi penentuan masalah terdiri dari beberapa hal yaitu: 1. Tentukan secara tentatif atau coba-coba suatu topik, lalu pilihlah judul penelitian 2. Buat sketsa mengenai interrelasi dan perurutan-perurutan dari masalah-masalahnya pada kertas, 3. Membahas luasnya area topik, dan berusaha menemukan aspek-aspek kesulitannya, yaitu pusat-pusat simpul yang harus diurai, 4. Dengan persoalan-persalan tersebut baca secara selektif buku-buku referensi, catatan-catatan, dokumen-dokumen, naskah-naskah, laporan-laporan, majalah, dan materi informatif lainnya yang telah dibuat penulis-penulis lain, dan ada sangkut pautnya dengan masalah yang tengah kita garap (Kartono, 1980:55). Masalah penelitian ilmiyah, memiliki beberapa bentuk dalam kajian, masalah-masalah tersebut berasal dari fenomena, data ataupun fakta yang terjadi, bentuk-bentuk masalah tersebut berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam kajian penelitian, masalah penelitian terdiri dari tiga bentuk: 1. Exploratory Research (Riset untuk menemukan sesuatu): Ini adalah suatu riset yang memecahkan problem atau isu atau topik baru yang sangat sedikit diketahui, sehingga ide riset sebelumnya tidak dapat diformulasi denan baik pada tahap awal. Persoalnnya dapat datang dari bagian disiplin ilmu, baik 3

itu suatu riset teoritis atau riset yang mempunyai dasar empiris, 2. Testing out research (Riset untuk menguji coba sesuatu), dalam riset ini kita mencoba untuk menemukan batas dari generalisasi yang diusulkan sebelumnya. Pada umumnya ini adalah riset dasar, 3. Problem Solving Research (Riset untuk memecahkan masalah): dari riset jenis ini kita mulai dari adanya suatu masalah “dalam dunia nyata” dan membawa semua sumber daya intelektual untuk memecahkan masalahnya. Permasalahan harus dapat ditentukan secara jelas dan metode pemecahan masala harus ditemukan. Orang yang bekerja dalam cara ini harus menciptakan dan mengidentifikasi pemecahan masalah sebelumnya dalam setiap langkah. Ini biasanya melibatkan sejumlah teori dan metode, kadang-kadang melintas lebih dari satu disiplin, karena masalah dunia nyata pada umumnya messy (kacau) dan tidak dapat dipecahkan dalam batas sempit dari satu disiplin akademis (Rais, 2003). B. Latar Belakang Masalah Latar belakang masalah memuat fenomena dan fakta atau informasi menunjukkan adanya masalah yang penting atau yang ingin diteliti. Bagian ini berisi hasil identifikasi masalah, khusus variable yang ingin diteliti, serta argument bahwa suatu penelitian diperlukan untuk dilakukan dalam mengatasi dan memahami masalah tersebut (Tim Penyusun, 2015). Menurut Supranto dalm Supardi dkk, (2007) bahwa latar belakang masalah atau persoalan adalah uraian singkat tentang alasan mengapa suatu judul penelitian tersebut dipilih. Pada latar belakang masalah perlu diuraikan fakta atau fenomena yang sedang terjadi dan merupakan alasan dasar mengapa perlu diadakan penelitian ini. Latar belakang masalah adalah segala informasi yang diperlukan untuk memahami rumusan masalah yang disusun oleh peneliti (Kuncoro, 2003: 3). Pendahuluan atau latar belakang masalah adalah memberikan gambaran yang jelas mengenai pemikiran ilmiah, dengan cara mengemukakan masalah dan menghadapkan pada 4

beberapa pustaka yang relevan yang dapat menuntun pembaca menuju kepada pemikiran logis (Lindsay, 1986:87). Latar belakang masalah merupakan alur suatu proses masalah penelitian secara formal. Melalui latar belakang masalah, pengalaman tentang permasalahan penelitian yang sedang dihadapi dapat menjadi lebih utuh dan komplit. Dalam latar belakang masalah diwujudkan dengan menelaah berbagai fenomena yang disusun dengan baik sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan, pada umumnya dalam latar belakang masalah mampu mengungkapkan 4 hal yaitu: 1. Mengungkapkan Isu-isu (Isseus) Dalam latar belakang masalah perlu dikemukakan isu-isu yang aktual mengingat bahwa isu-isu itu merupakan hal yang mengganjal tentang sesuatu hingga memerlukan penyelesaian. Isu-isu tersebut dapat berupa gejala, fenomena, atau bahkan komentar yang sedang ramai atau hangat saat ini. Isu dapat berperan sebagai masalah pokok yang segera memerlukan penyelesaian. Perlu diingat bahwa isu jelas sangat berbeda dengan gosip. Hal lain yang juga perlu diingat bahwa sepanjang pernyataan tentang masalah masih bisa dibantah, maka tidak bisa dikatakan sebagai Isu. 2. Mengungkapkan Fakta-fakta (Exiting Information) Latar belakang masalah bisa juga menguraikan fakta-fakta yang memperkuat isu. Maksudnya, ada keyakinan bahwa isu yang diangkat tidaklah dibuat-buat, melainkan nyataadanya. Fakta-fakta yang dimaksud umumnya tentang data berupa angka-angka, maupun data-data kualitatif. Sumber data ataupun fakta tersebut seharusnya disebutkan, misalnya dari suatu media massa, jurnal, laporan sebuah instansi, atau hasil penelitian sebelumnya. Peneliti hendaknya memperhatikan pula kualitas dan keaktualan fakta-fakta yang dikemukakan tersebut. 3. Menguraikan Kebutuhan Penelitian (Need). Selanjutnya peneliti sebaiknya juga menguraikan kebutuhan penelitian, yaitu memberikan argumentasi atau justifikasi untuk apa masalah dipecahkan melalui penelitiannya. Suatu 5

penelitian akan memiliki nilai lebih apabila hasilnya dapat dimanfaatkan untuk menyelesaikan suatu permasalahan atau kepentingan yang lain. 4. Memiliki Tingkat Kesukaran berkaitan dengan Pemecahan Masalahnya (Difficulty). Maksudnya adalah, selain menarik, penelitian yang mengangkat atau meneliti masalah tersebutmasih langka atau jarang. Jadi, jika masalah tersebut diteliti, maka akan menjadi bahan masukan atau informasi yang berharga bagi siapa pun yang terkait dengan masalah yang akan diteliti tersebut (Sangaji & Sopiah, 2010). Ditambahkan pula oleh Umar, (2001:238) suatu latar belakang masalah berisikan informasi tentang suatu masalah dan atau peluang yang dapat dipermasalahkan agar ditindaklanjuti lewat penelitian, termasuk hal-hal yang melatarbelakanginya. Latar belakang masalah berisi tentang sejarah dan persitiwa-peristiwa yang sedang terjadi pada suatu proyek penelitian, tetapi dalam peristiwa itu, nampak adanya penyimpangan-penyimpangan dari standar yang ada, baik standar keilmuan maupun aturan-aturan. Dalam latar belakang ini peneliti harus melakukan analisis masalah, sehingga permasalahan menjadi jelas. Melalui analisis masalah ini, peneliti harus dapat menunjukkan adanya suatu penyimpangan, dan menuliskan mengapa hal itu perlu diteliti (Sugiyono, 1999: 302). Konsep-konsep dan teori-teori ilmiah sebagai sumber masalah dapat dikutip dari literatur yang dipublikasikan: buku teks, jurnal, text database, dan dari literatur yang tidak dipublikasikan: skripsi, tesis, disertasi, paper, makalah-makalah seminar (Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, 1999, 43). Bagian latar belakang masalah menjelaskan mengapa suatu penelitian dilaksanakan dan apa yang ingin dicapai atau diketahui dari pelaksanaan penelitian tersebut. Fakta dan data yang mendukung harus dicantumkan (Dermawan Wibisono, 2000, 304). Banyak orang mengalami kesulitan dalam memutuskan apa yang akan dimasukkan dalam pendahuluan atau latar belakang masalah, hasil-hasil penelitian apa yang perlu dikutip, mana yang akan diberikan dalam pendahuluan atau latar belakang masalah dan mana yang tidak perlu. Sehingga dibutuhkan bahan-bahan yang akan 6

dijadikan data yang akan ditampilkan dalam latar belakang masalah, hanya bahan-bahan yang mengarah kepada hipotesislah yang digunakan dalam latar belakang masalah. Bahan-bahan tersebut disusun menurut urutan yang logis. (Lindsay, 1986, 8). Bahan-bahan yang dapat ditampilkan dalam latar belakang masalah yaitu: 1. Latar belakang masalah harus memuat faktor-faktor apa saja yang menjadi perhatian anda untuk dijadikan suatu latar belakang. Itulah yang disebut dengan latar belakang faktual (identifikasi masalah yang relevan). 2. Latar belakang memuat berbagai informasi kasus, baik secara langsung lewat pengamatan di masyarakat maupun lewat buku-buku referensi, dan hasil-hasil penelitian lain yang sejenis, ini disebut latar belakang teoritis. Peneliti menghubungkan kasus yang satu dengan yang lain, Bagaimana kasus-kasus kontemporer berhubungan dengan kasus-kasus terdahulu, dan bagaimana antara teori-teori yang dapat menjelaskan fenomena perubahan tersebut dari waktu ke waktu. 3. Latar belakang merupakan tonggak problematik yang berisi berbagai persoalan yang akan dijawab dalam bab-bab selanjutnya. Latar belakang memberi alur berpikir sehingga mempermudah peneliti untuk mensistematisir persoalan yang ingin dipecahkan. Setiap masalah yang akan dijawab sebaiknya diutarakan sebagai problematik yang akan dibahas dalam bab-bab berikutnya (Andrik Purwasito, 2004). Selain itu, Latar belakang masalah berisikan argumentasi mengapa penelitian ini penting dilakukan. Menggambarkan situasi dan kondisi baik secara makro maupun mikro serta dilengkapi dengan fakta dan data-data lapangan. Menunjukkan sebab-sebab muncul dan terjadinya masalah. Apa yang seharusnya terjadi dan kenyataan yang ada. Munculnya kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan kenyataan. Mengemukakan Kajian teoritis dibandingkan dengan fenomena yang ada, sehingga penelitian ini menjadi menarik, memberi manfaat besar untuk dilakukan (W. Gede Merta, 2004, 11). Dalam latar belakang penelitian juga dikemukakan mengenai pentingnya penelitian itu dilaksanakan, disini penting disebutkan 7

secara jelas, apa masalahnya dan apa akibat dari permasalahan tersebut. Untuk mencari permasalahan mungkin dapat digunakan analisis dengan pokok masalah. Pentingnya penyantuman ringkasan tinjauan pustaka yang relevan adalah untuk memberikan informasi yang memungkinkan pembaca dapat memahami dan menilai hasil penelitian dalam bidang yang diteliti yang pernah ada serta memberikan justifikasi dari perlakuan yang akan diuji pada metodologi. Disamping itu juga untuk mencegah adanya duplikasi penelitian (Tim Ahli BPPT-PAATP, 1998). Pada pendahuluan (latar belakang masalah) biasanya peneliti mengungkapkan alasan utama mengapa yang bersangkutan memilih masalah tertentu yang akan diteliti sehingga pihak pembaca dapat memahami mengenai pentingnya masalah tersebut untuk diteliti dari sisi ilmiah. Pada bagian ini pula, peneliti boleh menuliskan keinginan peneliti untuk mengungkapkan suatu gejala atau konsep atau dugaan yang sedang dipikirkan (Sarwono, 2002). Latar belakang berisi uraian singkat mengenai lingkungan di seputar masalah yang akan diteliti, lingkungan tersebut bisa meliputi: 1) peristiwa tertentu yang menyebabkan proposal diperlukan, 2) belum tuntasnya literatur dalam menjawab permasalah atau fenomena tertentu. (Kuncoro, 2003: 86). Di Bawah ini terdapat contoh latar belakang penelitian kualitatif dengan judul: “Kegiatan Prodiksus Life Skills Dalam Upaya Meningkatkan Keahlian Kecakapan Hidup Siswa Di SMA Kenanga”, sebagai berikut: Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mengisyaratkan adanya pengajaran yang saling terintegrasi tentang Kecakapan hidup (Life Skills) baik itu mengkaitkan langsung antara Mata Pelajarannya dengan kebutuhan untuk mengarah pada kecakapan hidup atau yang merupakan Mata Pelajaran tersendiri yang akan membawa dampak langsung pada Kecakapan hidup berupa keterampilan untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang dibuat oleh SMA Kenanga, menempatkan Kecakapan Hidup sebagai keterampilan bekal hidup peserta didik yang dijabarkan dengan baik dalam satu wadah yang disebut Pengembangan diri. Dalam pengelolaanya Pengembangan diri ini berorientasi pada Permendiknas No. 19 tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan dan juga pada Dasar Standarisasi Profesi Konseling 8

dari Direktorat Jendral Perguruan Tinggi tahun 2004 yang memberikan arah pengembangan profesi Konseling di Sekolah dan luar Sekolah Kegiatan Pengembangan diri yang dilaksanakan di SMA Kenanga difasilitasi oleh Konselor untuk kegiatan Pengembangan diri melalui Konseling, untuk Pengembangan Diri yang melalui kegiatan Ekstrakurikuler dilaksanakan oleh Pelatih yang berkompeten dibidangnya disertai Pembina dari Guru dan dikoordinasi oleh Pembina OSIS sedangkan untuk kegiatan Pembiasaan dilaksanakan secara komprehensif, kontinyu dan konsisten. C. Identifikasi Masalah Pada umumnya identifikasi masalah dilakukan dari permasalahan umum yang berhubungan dengan keahlian yang dipunyai dan menarik untuk dipecahkan. Kemudian dari permasalahan umum yang telah ditentukan diambil suatu permasalahan spesifik (batasan masalah) dan lebih memungkinkan untuk diteliti (Kuncoro, 2003:26). Dalam penyusunan identifikasi masalah diperlukan komunikasi yang baik antara manajer dengan peneliti. Identifikasi masalah memerlukan kreativitas, pengetahuan, pengalaman, dan kadangkadang juga keberuntungan (Kuncoro, 2003: 27). Tahap identifikasi masalah merupakan suatu kegiatan berupa mencari sebanyak-banyaknya masalah yang sekiranya dapat dicarikan jawabannya melalui penelitian. Pencarian masalah-masalah ini bertumpu pada masalah pokok yang tercermin pada bagian latar belakang masalah (Husein Umar, 2001: 68). Tahap identifikasi masalah merupakan suatu kegiatan berupa mencari masalah yang sekiranya dapat dicarikan jawabannya melalui penelitian. Semua masalah yang ada pada obyek penelitian dikemukakan, baik masalah yang akan diteliti maupun tidak diteliti. Masalah yang diteliti umumnya merupakan variabel dependen. Berdasarkan masalah yang diketahui tersebut selanjutnya dikemukakan hubungan satu masalah dengan masalah yang lain. Masalah yang diteliti itu kedudukannya dimana diantara masalah yang akan diteliti. Masalah apa saja yang diduga berpengaruh positif dan negatif terhadap masalah yang diteliti. Masalah tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk variabel. (Sugiyono, 1999: 303-304). 9

Identifikasi masalah dalam proses pengembangan perumusan masalah memiliki peranan sebagai suatu proses penyaringan mulai dari yang umum sampai dengan masalah yang khusus. Masalah dimulai dari adanya pemikiran “concern” yang sedang dihadapi atau yang akan dihadapi, kemudian masalah pemikiran tersebut dipersempit menjadi proses penyaringan perumusan masalah dan pada tahap ketiga menjadi penyaringan pemilihan masalah yang akan diteliti dengan disertai tujuan penelitiannya (Sarwono, 2002). Menurut Umar, (2001: 238) identifikasi masalah adalah sekelompok aspek yang berada di sekitar masalah utama yang dapat diteliti untuk menjawab permasalahan utama. Identifikasi permasalahan penelitian adalah pernyataan singkat tentang permasalahan yang akan dipecahkan dan merupakan intisari dari latar belakang masalah. Penentuan pilihan dan penegasan permasalahan yang akan diteliti. Masalah adalah sesuatu yang penting untuk mendapatkan pemecahan, dan merupakan gap antara teori dengan kenyataan, antara apa yang diharapkan dengan apa yang terjadi. Banyak masalah yang mungkin dihadapi, maka akan ditentukan pokok permasalahan yang menjadi fokus dalam penelitian. Rumusan pokok permasalahan biasanya berupa kalimat tanya (W. Gede Merta, 2004). Permasalahan di sekeliling kita sangat banyak, peneliti tinggal mengidentifikasi, setelah masalah diidentifikasi selanjutnya dipilih salah satu masalah yang paling layak (batasan masalah), kemudian masalah yang telah dipilih perlu dirumuskan (Sarmanu, 2004: 14). Mengidentifikasi masalah berarti peneliti melakukan tahap pertama dalam melakukan penelitian, yaitu merumuskan masalah yang akan diteliti. Tahap ini merupakan tahap yang paling penting dalam penelitian, karena semua jalannya penelitian akan dituntun oleh perumusan masalah. Tanpa perumusan masalah yang jelas, maka peneliti akan kehilangan arah dalam melakukan penelitian (Sarwono, 2002). Masalah-masalah yang disajikan pada bagian identifikasi masalah umumnya disajikan dalam bentuk kalimat pertanyaan atau kalimat pernyataan (Umar1999: 16). Contoh identifikasi masalah yang berbentuk pertanyaan: 1). Seberapa besar pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja keuangan perusahaan, 2). Seberapa besar pengaruh orientasi etka terhadap kinerja keuangan p...


Similar Free PDFs