Buku Panduan Sederhana Memulai Bisnis Warnet Legal PDF

Title Buku Panduan Sederhana Memulai Bisnis Warnet Legal
Author Soeprijanto Bambang
Pages 93
File Size 676.4 KB
File Type PDF
Total Downloads 286
Total Views 924

Summary

Panduan Sederhana Mengelola Bisnis WARNET di Indonesia Buku Panduan Sederhana Memulai Bisnis WARNET Legal | || --|||-- || | Diterbitkan oleh Departemen Komunikasi dan Informatika Direktorat Jenderal Aplikasi Telematika Bekerjasama dengan Asosiasi Warung Internet Indonesia (AWARI) PENGANTAR ~ Pengant...


Description

Panduan Sederhana

Mengelola Bisnis WARNET di Indonesia

Buku Panduan Sederhana Memulai Bisnis WARNET Legal

| || --|||-|| |

Diterbitkan oleh

Departemen Komunikasi dan Informatika Direktorat Jenderal Aplikasi Telematika Bekerjasama dengan

Asosiasi Warung Internet Indonesia (AWARI)

PENGANTAR

~ Pengantar ~ Pemerintah bersama asosiasi perlu membuat pedoman tentang standar tata ruang warnet di seluruh Indonesia. Walaupun rumit pada permulaannya, standardisasi tersebut dalam jangka panjang akan menguntungkan bagi semua pihak. Opini atau aspirasi yang berkembang di seputar Warnet dan Wartel ini muncul, ketika persoalan merebak dan merugikan citra bisnis warnet. Padahal, telah disepakati antara Pemerintah dan Asosiasi, ada garis pembeda antara keduanya. Wartel adalah bisnis regulatif, sedangkan Warnet, diserahkan mekanisme swa regulasi dari Asosiasi. Namun untuk mewujudkan regulasi mandiri, perlu kematangan dan kesadaran pelaku bisnis yang memadai. Oleh karena itu, ditempuh solusi jalan tengah. Sambil menunggu kedua hal tersebut, Pemerintah dalam hal ini Departemen Komunikasi dan Informatika, bekerjasama dengan Asosiasi Warung Internet Indonesia (AWARI) menyajikan Panduan Sederhana Mengelola Bisnis Warnet di Indonesia, sebagai sarana bimbingan teknis, administratif dan bisnis.

Panduan ini semoga bermanfaat sehingga pelaku bisnis Warnet Pemula tidak terjebak dalam kekeliruan dengan resiko tak kecil. Jakarta, Juni 2007. Tim Penyunting.

Tim Penyunting Panduan Warnet 2007 Pengarah

Cahyana Ahmadjayadi Dirjen. Aplikasi Telematika

PenJab

Bambang Soeprijanto Dir. Pemberdayaan Telematika

Ketua

Azkar Badri Kasubdit. PT Perkotaan

Sekretaris

Edy Mufti Kasie. Program PT Perkotaan

Redaktur

Muhammad Irwin Day M. Yamin M. Salahuddien Nizar G. Bunyamin

Design/Layout

Sri Cahaya Khoironi

Editor

Taufiq A. Rachman

Staff Set

Ifnaldy Theresia Luciana M. Syamsul Bahri Osty Kurniaty

Tipografi

Verdana 12 pt.

Dicetak

5.000 expl/ Juni 2007

Berkenalan dengan WARNET . . .

~ Tentang WARNET ~ I. Istilah Warung Internet. Warung Internet, sebuah istilah yang berkembang di kalangan penggiat Internet sekitar tahun 1997-1998 di Indonesia. Sebutan bagi kios yang menyewakan jasa komputer kepada pengguna untuk mengakses Internet. Sejak itu, muncul lomba popularitas akronim Warung Internet, antara pilihan WARIN atau WARNET. Secara gramatika, jika konsisten dengan kaidah singkatan; Warung Tegal disingkat WARTEG dan Warung Telekomunikasi menjadi WARTEL, maka Warung Internet seharusnya WARIN. Namun, karena Internet lazim dituliskan .NET (baca dot Net), maka pilihan kedua dianggap lebih menarik. Demikian, kisah komunitas jaringan Internet, lebih memilih istilah WARNET. Sampai kini, Warnet sudah diadopsi masyarakat Indonesia.

Untuk lebih mengenal, pertanyaan yang muncul:

ada

beberapa

• Bagaimana membuat warnet ? • Perijinan usaha apa saja yang harus saya persiapkan ? • ISP apa yang akan saya gunakan? • Berapa besar daya listrik yang saya butuhkan? • Spesifikasi komputer yang bagaimana akan saya gunakan ? • Jaringan komputer lokal seperti apa yang akan saya gunakan ? • Bagaimana cara saya memblok situs tertentu ? • Perangkat lunak (software) apa saja yang saya perlukan ?

II. Sejarah Warnet. Sejak kapan Internet masuk ke Indonesia, masih menjadi silang pendapat, bahkan belum selesai diperdebatkan. Namun bukan berarti sejarahnya gelap dan Warnet tidak membawa harapan. Sebaliknya, berbagai usaha di bidang pemanfaatan internet bagi berbagai keperluan hidup masyarakat, sudah berkembang dan masih terus berlangsung. Kegiatan

Warnet

bermunculan

sekitar

tahun 1996-1998. Mungkin sulit menentukan siapa pengelola Warnet pertama di Indonesia. PT Wasantara anak perusahaan PT. POS Indonesia dan POINTER yang merupakan spinoff dari CNRG - ITG di Kampus ITB Bandung yang dipelopori oleh Onno W. Purbo, itu merupakan segelintir dari pionir Warnet. POINTER bahkan sempat bereksperimen dengan mobil VW Combi sebagai prototipe Warnet keliling. Informasi yang terpampang di jendela depan situs web Jawa Barat menyebutkan bahwa Bogor Internet diprakarsai oleh Dipl. Ing. Dipl. Kfm Sudjaja Wira dan Ir. Michael S. Sunggiardi pada pertengahan tahun 1995. Dimulai dengan bicara-bicara santai, keduanya sepakat membentuk suatu wadah untuk mengakses Internet bagi warga kota Bogor. Kesepakatan ini segera dilaksanakan dengan menghubungi PT Indo Internet di Jakarta yang sudah beroperasi selama satu tahun, dan setelah berembuk dengan Ir. Sandjaja dari Indonet, maka pada 1 Juli 1996 interkoneksi Bogor dari Indonet yang diberi nama BoNet beroperasi dengan menggunakan 8 saluran telepon dan satu saluran leased line ke Rawamangun, Jakarta, dengan menempati kantor di CafeBotanicus yang berada di dalam Kebun Raya Bogor 1. 1

http://www.bogor.net

Sumber lain menyebutkan bahwa di jawa Tengah, juga hadir usaha sejenis. “ Jika anda berkesempatan singgah di kota Salatiga, kota kecil nan sejuk di Jawa Tengah mampirlah di tempat kami `Warung - Internet Beringin` yang diresmikan oleh Walikota Salatiga pada tanggal 26 April 1997” Kalimat ini masih terpampang di situs web sebagai suatu cara mempromosikan diri.2 Beberapa WARNET pelopor di Indonesia antara lain adalah : – – – –

CCF - Surabaya Cyber Corner - Jakarta Warnet Maga – Jogjakarta Warnet Losari - Makassar

Ditempat lain, BrazzNET, berdiri 6 Desember 2000 yang berawal dengan 4 komputer, dan ruangan hanya cukup diisi 6 komputer. BraszzNet pertama kali di kelola oleh Tedy, Jardhin dan Bismy. Bisnis ini mulai dirintis dari 0 hingga berkembang sampai sekarang. Tanpa diduga, sejak bulan pertama warnet buka, peminatnya cukup banyak. Dengan pengguna dan komputer yang semakin banyak, serta kondisi ruangan yang sempit, menyebabkan pengguna menunggu antrian

2

http://www.beringin.co.id/warnet/brinet.html

untuk ber Internet 3. Jelas, fenomena diatas tadi bukanlah yang pertama, namun setidaknya menjadi salah satu penanda bahwa Warnet sudah hadir sebelum krisis ekonomi menghantam bangsa ini.

III.

Internet merambah Nusantara.

Penyebaran Internet di Indonesia dimulai tahun 1994, sejak perusahaan jasa internet (Internet Service Provider - ISP) pertama, PT Indo Internet (IndoNet) beroperasi di Jakarta. Mulai saat itu, Internet dikenal sebagai media bisnis, dan terus dimanfaatkan dalam paradigma baru cara berniaga (e-commerce). Tahun 2000, Internet dikenalkan ke dunia pendidikan, melalui program Sekolah 2000, sebuah prakarsa Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) bekerjasama dengan komunitas pendidikan. Dalam kurun waktu 1994 sampai 2000, masyarakat kurang mendapatkan informasi komprehensif mengenai seluk-beluk Internet. Data peningkatan penetrasi Internet, baik melalui rumah-tangga, kantor maupun warnet, mengacu kepada pola-pola kuantitatif. Contoh: Tim Koordinasi Telematika Indonesia (TKTI), bulan Juli 2001 bersama dengan Kadin dan Asosiasi Warnet Indonesia (AWARI) dan Asosiasi Pengusaha Wartel Indonesia (APWI) meluncurkan Program dengan target "500 ribu Warnet/Wartel" di seluruh Indonesia.

3

http://www.geocities.com/brazznet/sejarah.htm

Program yang bermotif bisnis dan target kuantitatif, beruntung tidak terlaksana karena ketiadaan bantuan dari Jepang. Sementara itu, pendekatan program sejenis berlanjut hingga kini. Dengan minimnya pendekatan kualitatif, maka aspek non teknologi, seperti sosio kultural kurang mendapat perhatian. Walhasil, penetrasi Internet tidak dibarengi peningkatan mutu dan pemahaman yang benar.

Situasi ini ibarat memberikan suatu disertakan "buku petunjuk penggunaan"

IV.

"alat"

tanpa

Asosiasi Pengusaha Warnet.

Sementara itu, keperluan wadah berhimpun para pengusaha Warnet, dirasakan makin mendesak. Awalnya, semua kegiatan seputar Warnet dilakukan di mailing list [email protected] melalui di server ITB. Karena pertimbangan bandwidth ITB yang terbatas, maka pada tanggal 14 April 2000, hasil diskusi komunitas, forum Warnet pindah ke [email protected]. Namun karena beberapa alasan seiring makin di kenalnya mailing list umum, maka berubah lagi menjadi asosiasi-warnet @yahoogroups.com. Tanggal 25 Mei 2000 adalah momen bersejarah bagi perkembangan Internet, karena telah lahir Asosiasi Warnet Indonesia, hasil mufakat dalam sebuah pertemuan di kantor

Direktorat Menengah Kejuruan. Rapat semula mengkaji kemungkinan kerjasama Warnet dengan SMK dipimpin DR. Gatot Hardjo Prakoso Direktur Menengah Kejuruan DEPDIKNAS. Perbincangan berkembang hingga menyepakati kelahiran Asosiasi Warnet Indonesia, yang kemudian dikenal dengan singkatan AWARI. Pengurus AWARI Periode Pertama, dengan Ketua Rudy Rusdiah, Bendahara Adlinsyah dan Sekretaris Abdullah Koro. Kemudian karena kegiatan Ketua saat itu tidak transparan terhadap komunitas, maka pada akhir 2001, dilakukan pertemuan khusus komunitas Warnet yang berakhir dengan diberhentikan dan dikeluarkannya Ketua saat itu dan kemudian diusulkan untuk mengganti format Pengurus menjadi Presidium. Presidium AWARI Pertama dipimpin Judith MS, Michael Sunggiardi dan Abdullah Koro. Presidium ini berakhir masa jabatannya pada April 2007, dan digantikan oleh Muhammad Irwin Day, bersama teman-teman sebagai hasil Munas AWARI 2007. Kepengurusan hasil Munas AWARI 2007 sekaligus mengesahkan AD/ART AWARI yang dikukuhkan dalam Akta Notaris Nomor 02 tahun 2007 tertanggal 16 Maret 2007 oleh Nurul Larasati, S.H. V. Harapan terhadap Warnet.

Ibarat sesendok sirup merah yang dituangkan ke segelas air, tidak akan menghasilkan “segelas air bening” dengan “sesendok sirup merah”. Hasilnya, tentu “segelas air manis berwarna kemerahmerahan”. Demikian halnya Warnet yang berada di tengah masyarakat, tidak akan menghasilkan "sebuah budaya masyarakat" dan "sebuah warnet" secara sendiri-sendiri, tetapi "sebuah budaya baru dalam masyarakat”. Oleh karena itu, bukan hal mustahil, jika warnet disikapi secara "salah-kaprah" oleh para penegak hukum dan aparat pemerintah4. Dari Laporan penelitian terhadap Dampak Internet bagi masyarakat 5 , menunjukan kecenderungan yang terjadi, para pengguna Internet mengurangi waktu menonton TV berganti untuk mengakses Internet. Dari kajian itu juga diketahui, bahwa mereka tidak mengurangi waktu bersama keluarga. Sementara di Amerika Serikat, TV bukan merupakan barang mewah dan pemilikannya hampir merata disetiap rumah tangga. Jika kita tarik padanan masyarakat Indonesia, khususnya kelompok menengah ke bawah, maka TV masih termasuk dalam kategori barang mewah.

4 5

Donny BU, ICT WaTCH Indonesia, 2005. Bahan Laporan terbitan UCLA, - USA, November 2001

Karena mereka tidak punya " TV dan waktu nonton TV”, maka ketika Internet diperkenalkan dan dihimbau penggunaannya bagi warga perdesaan, mungkin akan memunculkan persoalan. Internet diharap berperan untuk mengurangi digital divide, meningkatkan taraf hidup, atau mencerdaskan kehidupan bangsa. Namun akankah secepat itu berhasil seperti yang diidam-idamkan? Ketiadaan waktu menonton TV dikalangan warga perdesaan, apakah akan digantikan oleh "waktu beribadah", "waktu belajar" atau "waktu bekerja tambahan" ketika internet hadir? "Waktu" mana yang akan disisihkan? Menonton TV memang tidak sebaik belajar, beribadah atau bekerja. Apakah Internet akan sebaik kegiatan belajar, beribadah atau bekerja? Waktu jugalah yang akan membuktikan, berapa besar kontribusi Internet melalui Warnet mampu memberikan peningkatan kesejahteraan dan kecerdasan bagi bangsa Indonesia.

Konsep dan Manajemen ( Management and Concept )

~ Management and Concept ~ I. Konsep Warnet. Konsep dasar warnet adalah “penggunaan bersama koneksi internet”. Sebuah warnet adalah tempat para pengguna berbagi pemakaian koneksi internet dan menggunakan fasilitas komputer pengakses secara bersama, sehingga menekan biaya internet dan diperoleh harga terjangkau. Di saat awal era demam warnet, koneksi Dial-up merupakan pilihan karena masih sedikit jumlah peminat dan kebutuhan bandwidth rendah. Namun kini, dengan bisnis Warnet yang marak, maka akses internet identik dengan penggunaan koneksi tetap (ADSL, Fiber Optik, Leased Line dan Wifi). Akibat hal ini, warnetwarnet terhubung ke internet selama 24 jam, sehingga muncul fenomena ”cyber life style” dengan rentang layanan 24 jam, 7 hari, 48 pekan dan 360 hari setahun tanpa jeda di tengah masyarakat. II. Ekologi Warnet. Sumber kerancuan pemahaman jaringan, terkait soal komponen yang menjadi bagian

utama. Kebanyakan orang, akan menjawab bahwa aspek teknologi atau piranti keras, dari komputerlah inti sebuah jaringan. Padahal, pengertian yang tepat adalah teknologi saja tidak cukup. Pemahaman bahwa teknologi sebagai faktor utama dalam membangun jaringan, telah mengalami perubahan bertahap. Tanpa kita sadari, sudah sejak berabadabad silam, jaringan informasi bagi sebagian ummat manusia, terbangun oleh rangkaian penyampaian ucapan lisan. Kemudian dengan datangnya era industri digunakan media cetak dan elektronika. Karena itu, minimal kita memahami bahwa sebuah jaringan, menurut Andrew, setidaknya terdiri empat komponen yakni warga, konten, layanan dan infrastruktur 6 . Warga

Konten

Infrastrukt ur Layanan

Gambar Ekologi Warnet.

6

Andrew Michael Cohill, Ph.D; Sustaining Civic Networks: A Blueprint for Community Use of Technology, USA,1999.

Warga. Jaringan bermula dari keberadaan warga, mereka yang menciptakan informasi dan pengetahuan serta berbagi pengalaman diantara sesama. Wargalah yang merupakan komponen kunci jaringan. Sebab bila warga tidak aktif memanfaatkan jaringan untuk memenuhi keperluan hidup, maka tidak akan berguna membangun jaringan. Jaringan Akses Informasi Masyarakat 7 atau Warnet diharapkan berfungsi menghubungkan warga dengan berbagai pihak, baik lokal maupun keseluruh dunia. Itulah alasan hadirnya jaringan akses informasi masyarakat. Konten. Konten berupa informasi dalam bentuk apapun, e-mail, situs web, telekonferensi, panggilan telepon, bahkan hingga proses pembelajaran jarak jauh. Konten dapat berbentuk apa saja, audio, teks, video, grafis bahkan bentuk visual lain. Pesan singkat melalui telpon genggam adalah 7

Jaringan Akses Informasi Masyarakat disingkat JAIM, adalah nama kegiatan implementasi program Community Access Point (CAP) Ditjen Aplikasi Telematika – Depkominfo, sejak 2006.

salah satu bentuk konten yang cukup populer. Begitu pula e-mail serta informasi yang dapat diakses melalui sebuah situs web atau laman. Konten terdiri dari data dan informasi yang memiliki nilai tambah. Ia diciptakan oleh sekelompok warga dan kemudian dimanfaatkan oleh warga lain melalui akses informasi jaringan. Layanan. Sebuah server situs web, berfungsi sebagai penyimpan bahan dalam komputer pribadi, sampai seseorang memakai aplikasi web untuk melakukan penelusuran dan melihat tampilan halaman. Setelah dipanggil, barulah server meminta melalui jaringan infrastruktur untuk dikirim ke komputer pribadi pengakses. Aplikasi Layanan yang memungkinkan sebuah konten dapat mengalir, terkirim mengikuti alur satu atau banyak jaringan. Server untuk e-mail dan server untuk situs web adalah contoh layanan yang dapat disiapkan oleh pengelola, dan kemudian dimanfaatkan untuk akses informasi oleh pengguna.

Untuk memungkinkan layanan jasa telematika berkembang, maka perlu didukung penyediaan dan pengoperasian piranti keras dan piranti lunak legal atau berbasis ”open standard, open system & open sources”. Infrastruktur. Infrastrukur adalah apa yang orang awam bayangkan sebagai bagian pokok jaringan. Bentuknya beranekaragam, sejak pemasangan kabel dalam bangunan, jaringan dan sirkuit antar gedung hingga sebuah komunitas pengguna yang memanfaatkan jaringan. Infrastruktur terdiri dari kabel, nirkabel, satelit serta jaringan elektronika yang terbangun secara utuh dan lengkap agar memungkinkan layanan telematika diakses oleh warga masyarakat. Karena itu, kabel dan elektronikalah yang sering dirujuk sebagai jaringan. Sistemlah yang menggabungkan keempat elemen yang semula terpisah, menjadi sebuah jaringan untuk mengelola lalu lintas data dan informasi agar bernilai tambah, bermanfaat sebagai pengetahuan. Keempatnya merupakan

unsur wajib dalam jaringan, dengan infrastruktur sebagai komponen utama. Faktor yang tidak kalah penting adalah keberlangsungan kehidupan sebuah Jaringan, meliputi aspek-aspek: legal, sosial, ekonomi atau bisnis, teknologi dan kultural. Secara simbiosis, Jaringan Warnet perlu membangun kolaborasi dan kerjasama dengan berbagai institusi sosial yang ada dimasyarakat, agar memanfaatkan sumberdaya yang ada secara efisien. Sementara, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi serta sosialisasinya sebagai upaya difusi inovasi, lazim menghadapi hambatan budaya dalam pengadopsian di masyarakat. Karena itu, diperlukan kerjasama dan dukungan tokoh masyarakat informal guna mengenalkan pemanfaatan telematika serta mencegah terjadinya gegar budaya.

III.

Manajemen Warnet.

Mengingat kondisi bisnis Warnet yang rumit, serta tidak hanya aspek teknis, tetapi menuntut asas legalitas dan kelangsungan bisnis, maka hal berikut perlu diperhatikan dalam Manajemen Warnet: 1. Membuat Rencana Bisnis.

2. Memperhatikan Legal Issue yang ada. 3. Memilih Sistem Manajemen. 4. Mempersiapkan Rencana Teknis.

Rencana Bisnis ( Bussiness Plan )

~ Bussiness Plan ~ Perencanaan Bisnis Warnet hendaklah dilakukan sematang mungkin. Kita banyak melihat bahwa dalam kurun waktu 8 tahun sejak pasca krisis, 1998 hingga 2006, banyak berkembang usaha Warnet. Namun demikian, tidak dapat dipungkiri kenyataan bahwa tidak sedikit pula usaha Warnet yang tutup karena berbagai alasan, seperti bangkrut secara financial, terkena dampak bencana atau oleh akibat lain semisal salah kelola dalam manajemen. Oleh karenanya dalam mempersiapkan Rencana Bisnis Warnet, perlu diperhatikan dan diantisipasi kondisi 5 atau bahkan 10 tahun ke depan. Mengapa pandangan jauh kedepan masih diperlukan, untuk kategori usaha kecil dan menengah dari Warnet ? Hal ini tidak lain karena bisnis warnet merupakan bisnis jangka panjang, karena Return of Investment (ROI) atau Balik Modal (BEP) dari bisnis ini cukup lama yaitu antara 2 hingga 5 tahun dan membutuhkan modal awal yang sangat tinggi.

Belum lagi pengadaan barang teknologi informasi baik yang bersifat perangkat keras atau yang bersifat perangkat lunak dengan lisensi dan membutuhkan biaya cukup tinggi. Sedangkan operasional Warnet lebih banyak akan mengalami kendala teknis dan pembaharuan alat-alat seiring dan sejalan dengan perkembangan teknologi yang ada. Dipastikan, setiap 2 – 3 tahun Warnet akan mengalami rekonstruksi ulang dalam struktur jaringan maupun pembaharuan alat teknologi terbaru yang sesuai dengan permintaan pengguna dan pengguna warnet. Berikut ini adalah penjabaran dan hal-hal penting yang sangat diperlukan dalam perencanaan membangun Warnet.

I. Skala WARNET yang akan dibangun. Pemilihan skala ini bergantung dari jumlah dana awal yang dimiliki. Sedangkan parameter skala warnet ini berdasarkan pada : Skala

Aspek Kecil

Menegah

Besar

Kapasitas

5 – 10 unit PC

10 – 30 unit PC

Lebih dari 30 PC

Modal

50-150 juta

150-400 juta

Diatas 400 juta

Komunikasi dasar seperti suara, fax, email dan akses internet Fasilitas

Layanan publik dan sejenisnya seperti telemedicine, distance education, dan layanan e-gov pemda.

Layanan privat dan sejenisnya misalnya pemberitaan, training, akses informasi pasar, has...


Similar Free PDFs