Title | DAYA SAING SUMBERDAYA MANUSIA PERTANIAN PANGAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA |
---|---|
Author | Ernawati Karim |
Pages | 8 |
File Size | 66.8 KB |
File Type | |
Total Downloads | 493 |
Total Views | 646 |
Ernawati, Daya Saing Sumberdaya Manusia ... (hal. 122-129) DAYA SAING SUMBERDAYA MANUSIA PERTANIAN PANGAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA Ernawati Universitas Halu Oleo Abstract. This study examines the competitiveness of human resources of agricultural crops in Southeast Sulawesi Province in terms of pr...
Ernawati, Daya Saing Sumberdaya Manusia ... (hal. 122-129)
DAYA SAING SUMBERDAYA MANUSIA PERTANIAN PANGAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA Ernawati Universitas Halu Oleo Abstract. This study examines the competitiveness of human resources of agricultural crops in Southeast Sulawesi Province in terms of productivity aspects, post harvest management and farmer organization. The research data is secondary data obtained through publications Indonesian Central Bureau of Statistics. Data were analyzed using descriptive with the percentage formula. The results showed human resources business competitiveness crops in Southeast Sulawesi Province is low as indicated by: (a) low labor productivity; (b) post-harvest processing only by a minority of farmers; and (c) decreasing the level of farmers' organizations. Keywords: competitiveness, human resources, crops, productivity
I.
PENDAHULUAN Sektor pertanian merupakan sektor dengan penyumbang produk domestik regional
bruto tertinggi di Provinsi Sulawesi Tenggara. Sektor pertanian juga merupakan
sektor
dengan penyerapan tenaga kerja tertinggi. Namun kecenderungan akan bertahannya sektor pertanian sebagai sektor andalan di Provinsi Sulawesi Tenggara dalam jangka panjang mulai terancam. Hasil penelitian Syarif (2012) menunjukkan bahwa di Provinsi Sulawesi Tenggara telah terjadi pergeseran sektor dari pertanian ke jasa, yang juga disertai dengan rendahnya produktivitas tenaga kerja pertanian. Pergeseran struktur pertanian ke sektor lain juga ditandai dengan menurunnya jumlah rumah tangga usaha pertanian di Provinsi Sulawesi Tenggara sebagaimana disajikan pada Tabel 1. Tabel 1
menunjukkan terjadi penurunan jumlah rumah tangga yang berusaha
disektor pertanian selama satu dekade. Kabupaten tersebut ialah: Buton, Muna, Wakatobi, Konawe Utara, Kendari dan Baubau. Penurunan tertinggi terjadi di Kota Kendari yang menurun sebesar 43,39 persen; selanjutnya Kota Baubau dan Kabupaten Wakatobi yang masing-masing menurun sebesar 19,58 persen dan 14,24 persen. Pada sisi lain, terdapat perkembangan yang cukup signifikan pada usaha pertanian di Kabupaten Kolaka Utara dan Bombana yang ditunjukkan oleh pertumbuhan rumah tangga pertanian masing-masing sebesar 20,13 persen; dan 16,55 persen. Adapun Kabupaten Kolaka dan Konawe mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar 4,50 persen; dan 2,17 persen selama satu dekade.
Prosiding Seminar Nasional Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia Perspektif Kewilayahan dan Syariah Hotel Zahra Kendari, 11 Oktober 2014 122
Ernawati, Daya Saing Sumberdaya Manusia ... (hal. 122-129)
Tabel 1 Rumah Tangga Usaha Pertanian di Provinsi Sulawesi Tenggara Berdasarkan Kabupaten Tahun 2003 dan 2013 Kabupatan/Kota
Usaha Pertanian 2003
Pertumbuhan
2013
Buton
41373
37415
-9,57
Muna
45514
44829
-1,51
Konawe
41169
42063
2,17
Kolaka
45718
47774
4,50
Konawe Selatan
47195
51594
9,32
Bombana
20681
24104
16,55
Wakatobi
17474
14985
-14,24
Kolaka Utara
19140
22993
20,13
Buton Utara
9460
9890
4,55
Konawe Utara
8997
8992
-0,06
Kota Kendari
9582
5424
-43,39
Kota Baubau
7708
6199
-19,58
Sumber: Statistik Pertanian Indonesia 2013, diolah
Namun pada sisi lain, tampak adanya peningkatan pembukaan lahan sawah baru sebagaimana Hasil Sensus Tani Indonesia 2013 (Tabel 2). Selama lima tahun terakhir, lebih dari 4000 rumah tangga (RT) telah melakukan alih fungsi lahan dengan proporsi tertinggi berada pada Kabupaten Konawe Selatan, dan terendah Kabupaten Buton. Adapun alih fungsi lahan yang dilakukan berbentuk: (1) lahan sawah ke lahan pertanian bukan sawah dan lahan bukan pertanian; (2) lahan pertanian bukan sawah ke lahan sawah dan lahan bukan pertanian; dan (3) lahan bukan pertanian menjadi lahan sawah dan lahan pertanian bukan sawah. Peralihan fungsi lahan sawah menjadi lahan bukan sawah sebesar 9.268,78 ha; yang dikonversi menjadi lahan pertanian bukan sawah seluas 8.319,22 ha; dan ke lahan bukan pertanian seluas 949,56 ha. Sementara peralihan lahan ke lahan sawah yaitu seluas 20.069,64 yang bersumber dari lahan pertanian bukan sawah seluas 13.956,89 ha; dan lahan bukan pertanian dengan luas 6.112,75 ha. Tabel 2 juga menunjukkan bahwa tidak ada peralihan lahan sawah menjadi lahan bukan pertanian pada Kabupaten Buton, Muna, Konawe dan Kolaka. Adapun peralihan lahan sawah menjadi lahan pertanian bukan sawah terbesar terjadi di Kabupaten Kolaka seluas Prosiding Seminar Nasional Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia Perspektif Kewilayahan dan Syariah Hotel Zahra Kendari, 11 Oktober 2014 123
Ernawati, Daya Saing Sumberdaya Manusia ... (hal. 122-129)
4710,98 hektar; disusul Kabupaten Buton seluas 1834,56 hektar. Peralihan lahan pertanian bukan sawah menjadi lahan sawah di dominasi oleh Kabupaten Konawe, disusul Kabupaten Kolaka dan Kabupaten Muna. Kabupaten Konawe juga mendominasi peralihan lahan dari bukan pertanian ke lahan sawah. Sementara peralihan lahan pertanian bukan sawah menjadi lahan bukan pertanian didominasi oleh Kabupaten Konawe Selatan, disusul oleh Kabupaten Muna. Tabel 2 Rata-rata Luas Alih Fungsi Lahan Per RT Pertanian yang Melakukan Alih Fungsi lahan Selama Lima Tahun Terakhir pada Lima Kabupaten Provinsi Sulawesi Tenggara Jumlah RT Lahan Sawah menjadi Lahan pertanian Lahan bukan yang bukan sawah menjadi pertanian menjadi melakukan Kabupaten Lahan Lahan Lahan Lahan Lahan Lahan alih fungsi pertanian bukan sawah bukan sawah pertanian lahan bukan pertanian pertanian bukan sawah sawah Buton
272
1834,56
0
716,91
465,74
0
974,26
Muna
572
979,02
0
1188,81
1317,40
1223,78
3156,03
Konawe
661
119,36
0
9871,41
123,90
3648,41
2314,67
Kolaka
774
4710,98
0
1718,35
50,52
591,73
3841,60
Konawe Selatan
1814
675,30
949,56
461,41
1489,80
648,83
3195,20
Jumlah
4093
8319,22
949,56
13956,89
3447,36
6112,75
13481,76
Sumber: Statistik Pertanian Indonesia 2013, diringkas
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa para petani tanaman pangan masih memiliki insentif bertani pada sub sektor tersebut. Namun insentif bertani ini belum cukup tanpa disertai dengan kualitas tenaga kerja pertanian pangan itu sendiri. Sebab kualitas tenaga kerja merupakan faktor utama dan pertama pembentuk daya saing produksi. Adapun daya saing tenaga kerja pertanian pangan dapat tercermin melalui produktivitas tenaga kerja, upaya pemberian nilai tambah produksi pertanian, kelembagaan petani, maupun daya saing intra sub sektor tanaman pangan. Berdasarkan hal tersebut maka perlu dikaji bagaimana daya saing sumberdaya manusia pertanian pangan di Provinsi Sulawesi Tenggara. II. METODE PENELITIAN Data penelitian merupakan data sekunder yang diperoleh melalui hasil publikasi Badan Pusat Statistik Indonesia, baik publikasi Sensus Tani 2013 maupun daerah dalam angka. Analisis data menggunakan deskriptif dengan bantuan persentase.
Prosiding Seminar Nasional Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia Perspektif Kewilayahan dan Syariah Hotel Zahra Kendari, 11 Oktober 2014 124
Ernawati, Daya Saing Sumberdaya Manusia ... (hal. 122-129)
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Produktivitas Tenaga Kerja Sumberdaya manusia merupakan faktor inti perkembangan ekonomi suatu negara, karena itu peningkatan kualitas SDM merupakan syarat wajib bagi peningkatan ekonomi suatu negara dan daerah. Pengaruh kualitas SDM terhadap perekonomian diperoleh melalui peningkatan produktifitas pekerja, yang pada akhirnya akan meningkatkan output ekonomi. Data produktifitas tenaga kerja sub sektor pertanian di Provinsi Sulawesi Tenggara disajikan sebagaimana Tabel 3. Tabel 3 Produktifitas Petani Berdasarkan Sub Sektor Pertanian di Sulawesi Tenggara Tahun 2013 Sub Sektor Jumlah PDRB ADHK Produktivitas Petani 2000 (juta Rp) Tanaman Bahan Makanan 262.896 797.618 3,03 Tanaman Perkebunan
236.685
1183.843
5,00
Peternakan
148.172
666.064
4,50
Kehutanan
94.200
141.394
1,50
Perikanan
54.723
1.254.469
22,92
Sumber: Sensus Tani Indonesia dan PDRB Sulawesi Tenggara, 2013
Tabel 3 menunjukkan bahwa produktivitas tenaga kerja (dalam hal ini petani) pada sub sektor pertanian tertinggi di sektor perikanan; kemudian perkebunan dan peternakan. Adapun produktivitas petani pada sub sektor tanaman pangan menduduki posisi kedua terendah setelah sub sektor kehutanan. 3.2 Pengolahan Tanaman Pangan Pasca Panen Pengolahan pasca panen menjadi produk yang siap dipasarkan dengan nilai tambah tertentu merupakan salah satu ciri dari enterpreneurship. Terlebih lagi subsektor tanaman pangan yang memiliki ciri produk yang tidak tahan lama dan mudah rusak, sehingga memerlukan perlakuan pasca panen khusus untuk dapat bersaing di pasar domestik maupun internasional. Tabel 4
menyajikan jumlah rumah tangga usaha pertanian yang mengolah
hasil pertanian produksi sendiri di Sulawesi Tenggara. Pada Tabel 4 tampak bahwa mayoritas petani tidak mengolah hasil panennya sendiri, bahkan untuk Kabupaten Kolaka dan Konawe Selatan, jumlah RT petani yang mengolah hasil produknya tidak mencapai 3 persen; sementara untuk Kabupaten Muna dan Konawe sebesar 5 Prosiding Seminar Nasional Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia Perspektif Kewilayahan dan Syariah Hotel Zahra Kendari, 11 Oktober 2014 125
Ernawati, Daya Saing Sumberdaya Manusia ... (hal. 122-129)
persen; dan untuk Kabupaten Buton telah mencapai 26 persen lebih. Rendahnya daya olah produk sendiri pada Kabupaten Kolaka, Konawe Selatan, Muna dan Konawe menyebabkan petani menggantungkan nilai tambah produknya ke perusahaan industri hasil pertanian lain agar dapat diterima pasar. Tabel 4 Jumlah Rumah Tangga Usaha Tanaman Pangan yang Mengolah Hasil Pertanian Produk Sendiri Pada Lima Kabupaten di Sulawesi Tenggara Kabupaten RT yang RT Persentase Mengolah Tanaman Sendiri Pangan Buton 5.327 20469 26,02 Muna
1.148
19026
6,03
Konawe
1.260
20443
6,16
Kolaka
387
15196
2,55
Konawe Selatan
568
25053
2,27
Sumber: Statistik Pertanian Indonesia 2013; diolah
3.3 Kelembagaan di Tingkat Petani Kelembagaan di tingkat petani merupakan salah satu instrumen modal sosial, yang tidak saja berfungsi sebagai sarana peningkatan kesejahteraan secara ekonomi, namun juga sarana pembelajaran guna peningkatan pengetahuan dan keahlian bertani. Instrumen ini pada akhirnya akan mendorong peningkatan daya saing para petani. Kelembagaan petani juga menunjukkan kemampuan petani dalam mengelola organisasi yang mereka miliki. Dengan demikian, lemahnya
daya saing petani salah satunya dicirikan dengan
semakin berkurangnya lembaga formal dan non formal di tingkat petani sebagai wadah kerja sama dan
penguatan usaha pertanian. Hal ini diperparah dengan minimnya dukungan
lembaga eksternal untuk menyanggah kepentingan petani. Adapun wadah kerja sama dan penguatan usaha di tingkat petani dapat berbentuk koperasi, kelompok usaha tani, serta gabungan kelompok usaha tani. Berdasarkan data statistik sebagaimana Tabel 5 menunjukkan bahwa meskipun jumlah koperasi di Provinsi Sulawesi Tenggara mengalami peningkatan, namun jumlah masyarakat yang terlibat dalam koperasi tersebut mengalami kecenderungan menurun, meskipun sempat meningkat
signifikan pada tahun 2011 dari 87.326 orang anggota tahun 2010, menjadi
150.492 anggota; namun kondisi ini terus mengalami penurunan meskipun jumlah koperasi Prosiding Seminar Nasional Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia Perspektif Kewilayahan dan Syariah Hotel Zahra Kendari, 11 Oktober 2014 126
Ernawati, Daya Saing Sumberdaya Manusia ... (hal. 122-129)
meningkat. Peningkatan jumlah anggota koperasi kembali terjadi pada tahun 2013 yang disebabkan terjadinya peningkatan dalam jumlah koperasi. Tabel 5 Perkembangan Jumlah Koperasi di Provinsi Sulawesi Tenggara Uraian
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Koperasi
2237
2055
2434
2799
2951
2992
Anggota
146590
87326
149477
150492
107018
117180
48477
100570
118502
128294
41801
47934
Modal Luar (juta) 76377 38303 Sumber: Sulawesi Tenggara dalam Angka, 2014
68566
68471
24912
34170
Modal Sendiri (juta)
Tabel 6 Banyaknya Koperasi menurut Kabupaten dan Kota di Provinsi Sulawesi Tenggara, 2013 Kabupaten Jumlah Kopersi % Tidak Aktif Tidak Aktif Aktif Buton
198
16
7,48
Muna
255
65
20,31
Konawe
247
64
20,58
Kolaka
315
194
38,11
Konawe Selatan
169
106
38,55
Bombana
197
57
22,44
Wakatobi
85
84
49,70
Kolaka Utara
85
58
40,56
Buton Utara
71
2
2,74
Konawe Utara
23
28
54,90
Kolaka Timur
-
-
-
Kolaka Kepulauan
-
-
-
Kota Kendari
379
124
24,65
Kota Baubau
201
6
2,90
2.225
804
36,13
Provinsi
Sumber: Sulawesi Tenggara dalam Angka, 2014
Pada sisi lain, dilihat dari aspek permodalan, tampaknya baik modal sendiri maupun modal luar mengalami kecenderungan menurun. Kondisi ini mengindikasikan semakin menurunnya modal sosial masyarakat dalam pembangunan. Terlebih lagi bahwa jumlah koperasi tidak seluruhnya aktif beroperasi di masyarakat, namun terdapat beberapa koperasi Prosiding Seminar Nasional Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia Perspektif Kewilayahan dan Syariah Hotel Zahra Kendari, 11 Oktober 2014 127
Ernawati, Daya Saing Sumberdaya Manusia ... (hal. 122-129)
yang tidak aktif. Tabel 6 menyajikan proporsi koperasi yang tidak aktif berdasarkan kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara, yang secara total mencapai 36,13 persen. Tabel 6 menunjukkan kabupaten dengan jumlah proporsi koperasi yang tidak aktif tertinggi berada pada Kabupaten Konawe Utara dengan proporsi lebih dari 50 persen. Sementara Kabupaten dengan jumlah proporsi koperasi yang tidak aktif terendah dialami oleh Kabupaten Buton Utara, disusul Kabupaten Buton. Adapun kabupaten Muna dan Kolaka memiliki jumlah koperasi yang tidak aktif sekitar 20 persen; sementara
Kabupaten Kolaka dan Konawe
Selatan memiliki proporsi koperasi jumlah yang tidak aktif sekitar 38 persen. IV.
KESIMPULAN DAN SARAN Daya saing
sumberdaya manusia usaha tanaman pangan
di Provinsi Sulawesi
Tenggara masih rendah yang ditunjukkan dengan: (1) Rendahnya produktivitas tenaga kerja; (2) pengolahan pasca panen yang hanya oleh sebagian kecil petani; (3) menurunnya kelembagaan ditingkat petani. Beberapa upaya yang perlu dilakukan dalam rangka peningkatan daya saing sumberdaya manusia pertanian pangan yaitu: pelatihan ditingkat petani, pengaktifan kembali kelembagaan petani, dan peningkatan insentif berusaha melalui persaingan usaha yang sehat dan perbaikan struktur pasar input dan output pertanian pangan. DAFTAR PUSTAKA BPS. 2014. Laporan Hasil Sensus Pertanian Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2013. BPS: Jakarta BPS. 2014. Sulawesi Tenggara Dalam Angka. BPS Sulawesi Tenggara: Kendari BPS . 2012. Kabupaten Konawe Dalam Angka. BPS Konawe: Unaaha -----------. 2013. Kabupaten Konawe Dalam Angka. BPS Konawe: Unaaha -----------. 2014. Kabupaten Konawe Dalam Angka. BPS Konawe: Unaaha BPS. 2012. Kabupaten Konawe Selatan Dalam Angka. BPS Konsel: Andoolo -----------. 2013. Kabupaten Konawe Selatan Dalam Angka. BPS Konsel: Andoolo -----------. 2014. Kabupaten Konawe Selatan Dalam Angka. BPS Konsel: Andoolo BPS. 2012. Kabupaten Kolaka Dalam Angka. BPS Kabupaten Kolaka: Kolaka -----------. 2013. Kabupaten Kolaka Dalam Angka. BPS Kabupaten Kolaka: Kolaka -----------. 2014. Kabupaten Kolaka Dalam Angka. BPS Kabupaten Kolaka: Kolaka BPS . 2012. Kabupaten Muna Dalam Angka. BPS Kabupaten Muna: Raha Prosiding Seminar Nasional Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia Perspektif Kewilayahan dan Syariah Hotel Zahra Kendari, 11 Oktober 2014 128
Ernawati, Daya Saing Sumberdaya Manusia ... (hal. 122-129)
-----------. 2013. Kabupaten Muna Dalam Angka. BPS Kabupaten Muna: Raha -----------. 2014. Kabupaten Muna Dalam Angka. BPS Kabupaten Muna: Raha BPS. 2012. Kabupaten Buton Dalam Angka. BPS Kabupaten Buton: Pasarwajo -----------. 2013. Kabupaten Buton Dalam Angka. BPS Kabupaten Buton: Pasarwajo Syarif, Muhammad. 2012. Analisis Karakteristik Dinamis Pekerja dan Transformasi Struktur Ekonomi Propinsi Sulawesi Tenggara. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Volume X Tahun 5, Desember 2012 hal 1-19. Jurusan IESP Universitas Halu Oleo: Kendari
Prosiding Seminar Nasional Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia Perspektif Kewilayahan dan Syariah Hotel Zahra Kendari, 11 Oktober 2014 129...